Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang: Grand Mal
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang: Grand Mal
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kejang adalah masalah neurologik yang relatif sering dijumpai.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi
mengganggu fungsi normal otak. Namun, kejang juga terjadi dari jaringan
otak normal di bawah kondisi patologik tertentu, seperti perubahan
keseimbangan asam-basa atau elektrolit.
Kejang itu sendiri apabila berlangsung singkat, jarang menimbulkan
kerusakan, tetapi kejang dapat merupakan manifestasi dari suatu penyakit
mendasar yang membahayakan, misalnya gangguan metabolisme, infeksi
intrakranium, gejala putus-obat, intoksikasi obat, atau ensefalopati
hipertensi. Beragantung pada lokasi neuron-neuron kejang ini, kejang dapat
bermanifestasi sebagai kombinasi perubahan tingkat kesadaran dan
gangguan dalam funsi motorik, sensorik, atau otonom.
Data mengenai insidensi kejang agak sulit diketahui. Diperkirakan
bahwa 10% orang akan mengalami paling sedikit satu kali kejang selama
hidup mereka dan sekitar 0,3% sampai 0,5% akan didiagnosis epilepsi.
Angka yang sedikit lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Pada usia memperlihatkan pola konsistensi pada tahun pertama kehidupan,
penurunan pesat pada remaja, dan pendataran bertahap selama usia
pertengahan untuk kembali memuncak pada usia 60 tahun.
Epilepsi grand mal sangat berpotensi mengganggu pendidikan,
pekerjaan, interaksi sosial dan rasa percaya diri. Diagnosis tepat dan akurat,
disertai tatalaksana medis dan sosial yang memadai akan dapat
mengoptimalisasi keadaan. Dokter keluarga bekerja sama dengan dokter ahli
penyakit saraf dapat membantu mengetahui apakah episode paroksismal
yang terjadi itu adalah epileptic seizures, epilepsy atau merupakan suatu
sindroma epilepsi sehingga penderita dapat tertangani dengan baik. EEG
Grand Mal
Page 1
Grand Mal
Manfaat Khusus
Page 2
yang
merupakan pokok permasalahan task reading pada modul Saraf dan Prilaku
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Grand Mal
Page 3
Grand Mal
Page 4
tersumbat.
(peningkatan
ukuran
ventrikel)
dapat
menyebabkan hidrosefalus.
3. Piamater
Membrane yang paling dalam, berupa dinding yang tipis,
transparan , dan menutupi otak, dan meluas ke setiap lapisan daerah
otak, juga mengandung banyak pembuluh darah untuk menyuplai
darah ke otak.
b. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus, substansia
grisea terdpat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba
menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi
substansi grisea yang terbentuk dari badan badan sel saraf memenuhi
korteks serebri, nucleus dan Basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel
sel saraf yang menghubungkan bagian bagian otak dengan bagian yang
lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan
soistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik
Grand Mal
Page 5
tengah
atau
diensefalon
berisi
thalamus,
mengontrol
Hipothalamus
juga
dan
mengatur
bekerja
sama
system
dengan
saraf
autonom.
hipofisis
untuk
Grand Mal
sekresi
hormonal
Page 6
dengan
kelenjar
hipofisis.
hormon
pertumbuhan,
hormon
adrenokortikotropik
Grand Mal
Page 7
Grand Mal
Page 8
anterior dan posterior serebral, arteri arteri pada sirkulus willisi memberi
rute alternative pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor
tersumbat.
Anastomosis arterial sepanjang sirkulus willissi merupakan daerah
yang sering mengalami aneurisma, mungkin bersifat congenital.
Aneurisma dapat terjadi bila tekanan darah meningkat, yang
menyebabkan
dinding
arteri
menggelembung
keluar
seperti
Grand Mal
Page 9
Epidemiologi
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada kondisi tanpa
serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu
ada stigma tertentu
malu/enggan
mengakui.
Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur
50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dengan kemungkinan
terjadinya penyakit cerebrovaskular.
2.2.3
Grand Mal
Etiologi
Page 10
Grand Mal
Page 11
grand mal, namun tidak semua orang dengan faktor risiko ini akan
mendapatkan kejang grand mal, yaitu:
2.2.4
Patofisiologi
Secara fisiologis, sinyal listrik pada sel-sel neuron mempunyai
bentuk potensial aksi dalam satu neuron dan transmisi informasi antar
neuron
melalui
sinaps
kimiawi.
Membran
neuron
bersifat
gamma-aminobutyric
acid (GABA)
merupakan
Grand Mal
Page 12
selalu
disebabkan
timbul
karena
tidak
pada
sinaps
glutaminergik
merupakan
dasar
Page 13
depolarisasi
neuronal,
dan
bertambahnya
kemampuan
Manifestasi Klinis
Gerakan tonik pada Grand Mal kuat sekali sehingga tulang dapat
patah dan bibir atau lidah dapat tergigit sampai terputus. Kesadaran
hilang pada saat penderita jatuh. Air kemih dikeluarkan karena
kontraksi tonik involunter dan air liur yang berbusa keluar dari mulut
hasil kontraksi tonik-klonik otot-otot wajah, mulut dan orofarings,
setelah berkontraksi klonik-tonik secara kuat gencar selama beberapa
Grand Mal
Page 14
(Shidarya, 2012).
Penderita masih belum sadar, tapi tidak lama kemudian yaitu
dalam waktu beberapa menit sampai setengah jam, ia membuka mata,
tampak letih sekali dan tertidur. Tergantung pada berat/ringannya
konvulsi, penderita tidur selama setengah sampai 6 jam. Setelah tidur
pasca grand mal, penderita merasakan sakit kepala dan tidak ingat/tahu
apa yang telah terjadi pada dirinya.
Kejang grand mal memiliki dua tahap:
a. Fase Tonik
Kehilangan kesadaran terjadi, dan tiba-tiba otot berkontraksi
dan menyebabkan penderita jatuh. Fase ini cenderung berlangsung
sekitar 10 sampai 20 detik.
Grand Mal
Page 15
Page 16
Durasi fase ini antara 30-50 detik. Miksi dapat terjadi pada akhir
fase klonik saat otot spinkter berelaksasi. Pasien tetap mengalami
apneu selama fase ini.
Kejang ini, yang meliputi fase tonik dan klonik berlangsung
selama 1-2 menit. Setelah kejang tonik-klonik, beberapa orang
mungkin terlihat kebingungan, lelah atau memiliki kehilangan
ingatan. Hal ini dikenal sebagai fase Post-ictal state, fase postiktaldapat berlangsung dari menit ke hari.
Gejala kejang grand mal terkait dengan aktivitas listrik
abnormal di otak, dan termasuk aura, kekakuan otot, dan kejang
otot. Tanda dan gejala yang terjadi pada beberapa penderita Grand
Mal.
1. Aura.
Beberapa orang mengalami perasaan peringatan (aura)
sebelum kejang grand mal. Peringatan ini bervariasi pada tiap
penderita, dapat mencakup perasaan rasa takut yang tidak dapat
dijelaskan, bau aneh atau perasaan mati rasa. Aura adalah tahap
awal dari kejang grand mal dan dapat ditandai dengan: sensasi
abnormal, perubahan pendengaran, rasa atau bau, pusing atau
vertigo, halusinasi, Hilangnya penglihatan atau perubahan
penglihatan.
2. Teriakan.
Beberapa orang mungkin berteriak di awal kejang karena
otot-otot di sekitar pita suara terjerat, memaksa udara keluar.
3. Kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Hal ini mungkin
terjadi selama atau setelah kejang.
4. Tidak bereaksi / merespon setelah kejang. Tidak sadar dapat
bertahan selama beberapa menit setelah kejang telah berakhir.
5. Kebingungan.
Sebuah periode disorientasi sering mengikuti kejang
grand mal. Hal ini disebut sebagai kebingungan postictal.
Grand Mal
Page 17
Diagnosa
a. Anamnesa
Karena seorang yang memiliki kejang grand mal kehilangan
kesadaran dan tidak ingat kejang mereka, deskripsi perlu
didapatkan dari orang-orang yang telah menyaksikan kejang
(Aloanamnesa).
Dokter bertanya bagaimana gejala atau bentuk kejang
penderita dan mencoba untuk menentukan adakah pemicu tertentu,
seperti latihan intens, musik keras atau kurang tidur, yang
mendahului terjadinya kejang.
b. Pemeriksaan neurologis.
Refleks Otot
Grand Mal
Page 18
Tonus Otot
Kekuatan otot
Fungsi sensorik
Koordinasi
Keseimbangan
c. Pencitraan/Pemeriksaan Penunjang
Electroencephalography (EEG)
EEG menampilkan aktivitas listrik otak melalui elektroda
yang ditempelkan pada kulit kepala. penderita epilepsi sering
memiliki perubahan dalam pola normal dari gelombang otak,
bahkan ketika mereka tidak mengalami kejang.
Dalam
beberapa
kasus,
dokter
anda
dapat
Grand Mal
Page 19
kebanyakan
jenis
abnormalitas
struktural
kongenital.
MRI
Pada MRI menghasilkan gambar detil dari otak
meskipun. banyak orang dengan kejang dan epilepsi memiliki
MRI normal, kelainan MRI tertentu dapat memberikan
pemeriksaan
cairan
otak
pula
penting
untuk
Penatalaksanaan
Tujuan utama tata laksana epilepsi grand mal adalah tercapainya
kualitas hidup optimal untuk pasien dengan upaya menghentikan
bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya
komplikasi dan mencegah timbulnya efek samping obat.
Keberhasilan pengobatan epilepsy grand mal ditentukan oleh
ketepatan diagnosis, jenis obat anti epilepsi (OAE), kepatuhan, sikap
dan pengetahuan pasien dan keluarga tentang epilepsi.
a. Pertolongan Pertama Saat Kejang
Grand Mal
Page 20
Setiap
orang
yang
menyaksikan
terjadinya
kejang
tipe
kejang,
termasuk
kejang
mioklonik.
Grand Mal
Page 21
depresi
SSP.
Mekanisme
kerja
fenitoin
Grand Mal
Page 22
Grand Mal
Page 23
Carbamazepin
Dosis
Dosis
Awal
Tercapain
(Mg/Hari)
Mg/Hari)
Plasma
yasteady
(Jam)
State
15-35
(Hari)
2-7
10-80
12-18
3-5
20-4
50-170
20-60
10-30
2-10
2-6
8-15
6-8
20-30
5-7
15-35
2-5
2
2-6
400-600
400-1600
e
Phenytoin
Asam
Jumlah
Hari
2-
Waktu
Waktu
3x(untuk
200-300
500-1000
200-400
500-2500
yg CR 2x)
1-2x
2-3x
valproate
(untuk yg
Phenobarbital
Clonazepam
Clobazam
CR 1-2x)
1
1 atau 2
2-3x
50-100
1
10
50-200
4
10-30
(untuk yg
Oxcarbazepine
Levetiracetam
600-900
1000-
600-3000
1000-
CR 2x)
2-3x
2x
Topiramate
Gabapentin
Lamotrigine
2000
100
900-1800
50-100
3000
100-400
900-3600
20-200
2x
2-3x
1-2x
Grand Mal
Page 24
2.2.8
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadinya kejang tonik klonik
adalah:
a. Trauma oral
Dapat terjadi terputusnya lidah, akibat tergigit karena spasme
rahang
b. Trauma kepala
Fraktur tengkorak, kontusio, hematoma subdural atau
epidural dapat disebabkan oleh jatuh atau karena aktivitas klonik.
c. Fraktur vertebra
Fraktur kompresi vertebra thorakal atau lumbar dapat terjadi
asimptomatik, dan lebih sering pada orang tua.
d. Pneumonia aspirasi
Aspirasi bahan sekresi atau muntahan dapat terjadi saat
refleks-refleks protektif normal jalan napas mengalami inhibisi
post-iktal (Shidarya, 2012).
2.2.9
Prognosis
Pada sekitar 70% kasus epilepsy serangan dapat dicegah dengan
obat antiepilepsi, sedangkan pada 30-50% pada suatu saat pengobatan
dapat dihentikan. Namun prognose tergantung dari jenis serangan, usia
waktu serangan, usia waktu serangan pertama terjadi, saat dimulai
pengobatan, ada tidaknya kelinan neurologic atau mental dan
faktoretiologik. Prognosis terbaik adalah untuk serangan umum primer
seperti kejang tonik klonik dan serangan petit mal, sedangkan serangan
parsial dengan simtomatologi kompleks kurang baik prognosenya.
Juga serangan epilepsi yang mulai pada waktu bayi dan usia dibawah
tiga tahun prognosenya relatih buruk.
Grand Mal
Page 25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Grand Mal (Tonik-Klonik) adalah kejang yang melibatkan
kontraksi otot, kekakuan otot, dan kehilangan kesadaran. Serangan ini
terjadi akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Yang dapat di sebabkan
cedera kepala traumatik, tumor otak, infeksi susunan saraf pusat dan
berbagai hal yang dapat memicu. Memilki gambaran klinis kejang,
kesadaran menghilang air kemih dan liur dapat keluar, kelelahan, aura,
kebingungan, teriakan, sakit kepala. Dapat di diagnosis dengan anamnesa,
pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
dengan
pertolongan
pertama
dan
Dan di tangani
medikamentosa.
Juga
dapat
dalam
penyususnan
makalah
ini,
penulis
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Grand Mal
Page 26
5. Widjaja,
D.
Semarang: PERDOSSI.
Grand Mal
Page 27