Anda di halaman 1dari 8

Pengukuran Laju Aliran Fluida

Di dalam dunia keteknikan (engineering), terutama teknik mesin, pengukuran aliran fluida
adalah suatu masalah yang sangat banyak dijumpai. Fluida yang dimaksud di sini bisa berupa cairan
ataupun gas. Parameter yang biasa digunakan sebagai besaran yang diukur adalah debit aliran yang
didefenisikan sebagai volume per satuan waktu ataupun laju aliran massa yang didefenisikan sebagai
massa yang mengalir persatuan waktu. Banyak pilihan alat ukur yang tersedia di pasaran maupun yang
bisa dirancang sendiri untuk menghitung laju aliran fluida. Dasar pemilihan biasanya berdasarkan :
akurasi yang diperlukan, range pegukuran, biaya, kemudahan pembacaan, dan umur alat ukur. Dari
banyaknya pilihan seorang engineer biasanya dituntut untuk memilih yang murah tetapi dapat
menjalankan fungsi pengukuran dengan akurasi yang diinginkan. Peralatan pengukuran aliran fluida
dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. metode pengukuran langsung, 2. metode pembatasan aliran, 3.
pengukur laju aliran linier, dan 4. metode traversing. Arti dari metode ini akan dijelaskan satu-persatu
pada paragraph berikut.
1. Metode Pengukuran Langsung
Pada metode ini sejumlah volume dari fluida yang mengalir ditampung secara langsung dengan
menggunakan wadah penampung atau tangki. Laju aliran yang didapatkan akan merupakan jumlah
aliran yang ditampung dibagi dengan lama penampungan. Cara ini tergolong sangat sederhana dan
tidak memerlukan peralatan yang rumit, cukup media penampung dan juga alat pengukur waktu. Tetapi
kelemahannya adalah kurang akurat, dan terutama pada pengukuran yang melibatkan gas efek dari
perubahan volume harus diperkirakan.
2. Metode Pembatasan aliran
Metode ini umumnya digunakan untuk mengukur aliran fluida di dalam pipa (Bisa juga untuk
aliran luar tetapi khusus aliran laminar). Prinsip dasar metode ini adalah membatasi aliran fluida pada
suatu penampang, akibat penampang yang menyempit maka kecepatan aliran fluida akan bertambah
(mengalami percepatan). Akibat perbedaan kecepatan aliran fluida akan terjadi perbedaan tekanan.
Dengan mengaplikasikan hukum Bernoully, maka perbedaan tekanan ini dapat diubah menjadi laju
aliran. Jika memperhatikan prinsip kerja metode ini, sebenarnya yang diukur secara langsung adalah
perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan inilah yang dikonversikan menjadi laju aliran. Prinsip kerja
metode ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
1

Gambar 1 Aliran dalam pipa yang dipasang nozel


Aliran fluida pada penampang 1 dengan kecepatan v1 akan mempunyai tekanan p1. Akibat
penyempitan, kecepatannya akan bertambah menjadi v2, tetapi tekanan nya akan berkurang menjadi p2.
Dengan menggunakan hokum kekekalan energy (Hukum Bernoully) pada fluida ini, maka akan
didapatkan laju aliran massa, yang secara theory dirumuskan sebagai berikut:
m theory

A2
1 A2 A1

2 p1 p 2

(1)

Persamaan ini hanyalah persamaan theory, karena banyak faktor-faktor yang telah diasumsikan pada
penurunan rumus ini. Misalnya: profil kecepatan benar-benar seragam di setiap penampang dan
koefisien gesekan antara penampang dan fluida dianggag nol. Pada kenyataannya (actual) persamaan
di atas akan menyimpang menjadi:

m actual

CA2

1 A2 A1

2 p1 p2

(2)

Dimana C adalah koefisient discharge yang didapatkan secara eksperiment. Jika dimensi dari pipa dan
koefisient discharge disatukan lagi menjadi koefisient aliran K, persamaan (2) dapat ditulis menjadi:
actual KA1 2 p1 p 2
m

(3)

Dimana K 1 4 dan D2 D1
Data hasil pengujian alat ukur laju aliran dapat digunakan untuk membangun persamaan empiris untuk
memprediksi hubungan antara koefisient aliran (K), diameter pipa dan bilangan Reynolds. Jika
persamaan ini tidak tersedia, maka anda harus mengujinya sendiri untuk menentukan nilai dari
koefisien aliran yang sesuai.
2

Salah satu persamaan empiris yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien aliran dalam
pipa dengan jenis aliran turbulent ( Re D 4000 ) adalah :
K K

1
1

b
4

Re D

(4)

Dimana simbol tak terhingga ( ) menyatakan koefisient aliran pada bilangan Reynolds tak terhingga
dan konstanta b dan n adalah faktor. Nilai dari konstanta-konstanta ini akan ditentukan oleh bentuk
penghambat aliran yang digunakan. Untuk menentukan koefisient yang sesuai, maka jenis-jenis
penghambat akan dibagi berdasarkan Tabel 1 berikut ini (Fox and McDonald, 1992).
Tabel 1. Karakteristik dari Orifice, Flow Nozzle, dan Ventury meter

Flat Orifice
Sistem ini digambarkan pada gambar 2. Sistem ini mudah diinstal (biayanya lebih murah) dan ditarik
lagi. Kelemahan utama system ini adalah: karena bentuknya yang tajam membuat hambatan yang besar
kepada aliran fluida (high head loss) dan kapasitas pengukurannya yang terbatas. Persamaan empiris
dari koefisient discharge untuk flat orifice yang consentrik dapat dituliskan pada persamaan berikut:

C 0,5959 0,0312 2.1 0.184 8 91,71

2.5
0.75
Re D1

(5)

Persamaan ini dapat memprediksi koefisient discharge dengan akurasi 0.6% untuk

0.2 0.75

dengan kisaran bilangan Reynolds 10 4 Re D1 10 7

Gambar 2 Type Flat Orifice


Beberapa grafik koefisien aliran yang dihitung dengan menggunakan persamaan (5) ditampilkan pada
gambar (3).

Gambar 3 Koefisien aliran untuk konsentrik orifice

Gambar 4 Tipical pemasangan nozel pada plenum dan duct


Flow Nozzle
Flow nozzle dapat digunakan untuk pengukuran pada plenum dan duct, seperti yang ditunjukkan di
gambar 4. Umumnya penampang nozzle yang digunakan berbentuk seperempat ellips.
Persamaaan yang direkomendaikan ASME yang dapat digunakan adalah:
6.53 0.5
C 0.9975
Re 0D,15

(6)

Persamaan ini mempunyai toleransi sekitar 2.0% untuk 0,25 0,75 dan 10 4 Re D1 10 7 .
Dengan meggunakan persamaan ini, grafik koefisien untuk beberapa kasus dapat digambarkan pada
gambar (5)

Gambar 5 Koefisien aliran untuk aliran nozel


Venturi meter
Ventury meter umumnya dibuat dengan menggunakan casting machine dengan standarisasi yang
tinggi, dengan cirri utama berat dan mahal. Secara experimental koefisien discharge unutk venture
meter berkisar antara 0,98-0,995 pada bilangan Reynolds yang besar ( Re D1 2 10 5 ). Oleh karena itu,
nilai C=0,99 dapat digunakan untuk menghitung laju aliran dengan toleransi 1%

pada bilangan

Reynolds yang tinggi.


Contoh soal
1. Sebuah flat orifice dipasang pada pipa air berdiameter D1=20 cm. Pada orifice dipasang plat
penyempit hingga diameter penampangnya menjadi 14 cm. Air mengalir melalui pipa pada suhu
200C dengan sifat: massa jenis 997 kg/m3 dan viskositas 1,002 10 3 Ns/m2. Jika perbedaan
tekanan sebelum dan setelah orifice, sebesar 10 kPa, tentukanlah laju aliran di dalam pipa saat itu.
2. Tentukan laju aliran di dalam pipa pada soal No 1, jika yang anda gunakan itu adalah Flow nozzle.
Semua besaran yang lainnya anggap sama.
6

3. Tentukan laju aliran di dalam pipa pada soal No 1, jika yang anda gunakan itu adalah Venturi
meter. Semua besaran yang lainnya anggap sama.
Penyelesaian Soal No 1.
2
2
2
2
Known: D1=20cm, A1 14 D1 0,0314m , D2=14cm, A2 14 D2 0,015386m

D2 D1 0,7 , p1-p2= 10kPa

CA2

Question : m actual

1 A2 A1

2 p1 p2 ..??

Untuk menjawab soal ini kita hanya perlu menghitung nilai C, dengan menggunakan persamaan (5)
atau grafik pada gambar (3). Yang menjadi masalah, untuk menghitung C dari persamaan (3) atau
grafik pada gambar (5) kita harus mengetahui niai dari Bilangan Reynolds di dalam pipa. Sementara
nilai bilangan Reynolds hanya bisa dihitung jika kecepatan air di dalam pipa diketahui.
Kesimpulannya, karena semua parameternya saling terkait, untuk menyelesaikan soal ini, kita harus
melakukan perhitungan trial and error (coba-coba).
Kita harus memulainya dengan menebak besar kecepatan air di dalam pipa. Untuk mempersingkat
langkah coba-coba, maka diperlukan tebakan awal yang sedekat mungkin dengan jawaban. Oleh
karena itu, gunakanlah persamaan (1), aliran therotik.
Langkah 1
m theory

A2
1 A2 A1

2 p1 p 2 ,

dengan

memasukkan

semua

nilainya,

theory 78,81522kg / s
m

A1V1 akan didapat nilai dari V1=3,5966 m/s.


Dengan menggunakan persamaan m

Langkah 2 (Di sini Nilai V1 diketahui)


Hitung bilangan Reynolds Re D1

V1 D1
=501005

Langkah 3
2.1
8
Hitung nilai C 0,5959 0,0312 0.184 91,71

Langkah 4

2.5
0.75 =0,602
Re D1

didapat

Hitung m actual

CA2

1 A2 A1

2 p1 p2 =47,45 kg/s

A1V1
Hitung lagi nilai V1 dengan menggunakan m

Diperoleh V1 =1,515 m/s.


Karena nilai ini masih jauh dari tebakan awal tadi, maka harus kita hitung ulang lagi. Kembali ke
Langkah 2, tetapi masukkan nilai V1 yang sekarang = 1,515 m/s.
Jika anda ikuti langkah di atas maka akan didapatkan nilai V1=1,518 m/s.
Jika anda ingin mendapatkan jawaban yang lebih teliti lagi maka perhitungan bisa diulang lagi. Tetapi
karena bedanya tidak terlalu jauh lagi maka perhitungan bisa dihentikan sampai di sini. Dan jawaban
yang dinginkan adalah V1=1,518 m/s.
Penyelesaian soal No 2.
Sama dengan No 1, tetapi untuk menghitung nilai C gunakan persamaan (6).
Penyelesaian soal No 3.
Tidak perlu menggunakan proses coba-coba seperti soal sebelumnya, karena di sini disarankan nilai C
yang digunakan bisa sebesar C=0,99. Jadi persamaan (2) bisa langsung digunakan.

Anda mungkin juga menyukai