Anda di halaman 1dari 7

Perawatan Ventilator

PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR


Pengertian
Ventilator adalah suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di
desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan.
Tujuan Pemasangan Ventilator
1. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis.
2. Memanipulasi air way pressure dan corak ventilasi untuk memperbaiki
efisiensi ventilasi dan oksigenasi.
3. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.
Indikasi Pemasangan Ventilator
- Respiratory Rate lebih dari 35 x/menit.
- Tidal Volume kurang dari 5 cc/kg BB.
- PaO2 kurang dari 60, dengan FiO2 room air
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg
Alat-alat yang disediakan

- Ventilator
- Spirometer
- Air viva (ambu bag)
- Oksigen sentral
- Perlengkapan untuk mengisap sekresi
- Kompresor Air
Setting Ventilator
1. Tentukan Minute Volume (M.V.) yaitu :
M.V = Tidal Volume (T.V) x Respiratory Rate (R.R)
Normal T.V = 10 15 cc/kg BB
Normal R.R = - pada orang dewasa = 10 12 x/menit
Pada pasien dengan COPD, T.V lebih kecil, yaitu 6 8 cc/kg BB.
Pada Servo Ventilator 900 C :
- M.V dibawah 4 liter, pakai standar infant
- M.V. diatas 4 liter, pakai standar adult
2. Modus
Tergantung dari keadaan klinis pasien.
Bila mempergunakan IMV, harus dikombinasikan dengan PEEP.
3. PEEP
Ditentukan tergantung dari keadaan klinis pasien.
Pada pasien dengan edema paru, PEEP dimulai dengan 5 mmHg.
Pada pasien tidak dengan edema paru, PEEP dimulai dari nol, tetapi FiO2
dinaikan sampai 50%. Bila FiO2 tidak naik, baru diberikan PEEP mulai dari 5
mmHg.
Catatan :
- Selama pemakaian Ventilator, FiO2 diusahakan kurang dari 50 %
- PEEP dapat dinaikkan secara bertahap 2,5 mmHg, sampai batas maximal
15 mmHg.
4. Pengaturan Alarm :
- Oksigen = batas terendah : 10 % dibawah yang diset
batas tertinggi : 10 % diatas yang diset
- Expired M.V = kira-kira 20 % dari M.V yang diset

- Air Way Pressure = batas tertinggi 10 cm diatas yang diset

Pemantauan
1. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting,
analisa gas darah diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar : PCO2 = 35 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 97 %
PaO2 = 80 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
2. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT
dan komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
3. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien : denyut jantung, tekanan
darah, sianosis, temperatur.
4. Auskultasi paru untuk mengetahui :
- letak tube
- perkembangan paru-paru yang simetris
- panjang tube
5. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
6. Periksa elektrolit setiap hari
7. Air Way Pressure tidak boleh lebih dari 40 mmHg
8. Expired Minute Volume diperiksa tiap 2 jam
9. Usahakan selang nasogastrik tetap berfungsi.
10. Perhatikan ada tidaknya tension pneumothorax dengan melihat tandatanda sebagai berikut :
- gelisah, kesadaran menurun
- sianosis
- distensi vena leher
- trachea terdorong menjauh lokasi tension pneumothorax
- salah satu dinding torak jadi mengembang

- pada perkusi terdapat timpani.

Perawatan :
1. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada
keluarganya bagi pasien yang tidak sadar.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, untuk
mencegah infeksi.
3. Breathing circuit sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar
pengembunan air yang terjadi tidak masuk ke paru pasien.
4. Perhatikan permukaan air di humidifier, jaga jangan sampai habis, air
diganti tiap 24 jam.
5. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah.
Tulis ukuran dan panjang tube pada flow sheet
6. Cegah terjadinya kerusakan trachea dengan cara :
Tempatkan tubing yang dihubungkan ke ETT sedemikian rupa sehingga
posisinya berada diatas pasien. Tubing harus cukup panjang untuk
memungkinkan pasien dapat menggerakkan kepala.
7. Memberikan posisi yang menyenangkan bagi pasien, dengan merubah
posisi tiap 2 jam. Selain itu perubahan posisi berguna untuk mencegah
terjadinya dekubitus.
8. Memberi rasa aman dengan tidak meninggalkan pasien sendirian.
9. Teknik mengembangkan cuff :
- kembangkan cuff dengan udara sampai tidak terdengar suara bocor.
- cuff dibuka tiap 2 jam selama 15 menit.

Beberapa hal yang harus diperhatikan


A. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi Mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus ditambahkan pelembab (Humidifier) dengan pengontrol
suhu dan diisi air sebatas level yang sudah ditentukan (system boiling
water) terjadi Kondensasi air dengan penurunan suhu untuk mencapai suhu
370 C pada ujung sirkuit ventilasi mekanik. Pada kebanyakan kasus suhu
udara sama dengan suhu tubuh.
Pada kasus hypotermi suhu dapat dinaikkan lebih dari 370 C - 380 C.
Kewaspadaan dianjurkan karena lama dan tingginya suhu inhalasi
menyebabkan luka bakar pada trakea, lebih mudah terjadinya pengentalan
sekresi dan akibatnya obstruksi jalan nafas bisa terjadi. Sebaliknya apabila
suhu ke pasien kurang dari 360 C membuat kesempatan untuk tumbuhnya
kuman.
Humidifikasi yang lain yaitu system Heating wire dimana kehangatan udara
dialirkan melalui wire di dalam sirkuit dan tidak terjadi kondensasi air.
Pada kasus penggunaan Ventilasi Mekanik yang singkat tidak lagi
menggunakan kedua system diatas, tetapi humidifasi jenis Moisture
echanger yang di pasang pada ujung sirkuit Ventilasi Mekanik.
B. Perawatan jalan nafas
Perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban adequate, perubahan posisi
dan penghisapan sekresi penghisapan di lakukan hanya bila perlu, karena
tindakan ini membuat pasien tidak nyaman dan resiko terjadinya infeksi,
perhatikan sterilitas !!
Selanjutnya selain terdengar adanya ronkhi (auscultasi) dapat juga dilihat
dari adanya peningkatan tekanan inspirasi (Resp. rate) yang menandakan
adanya perlengketan/penyempitan jalan nafas oleh sekresi ini indikasi untuk
dilakukan pengisapan.
Fisioterapi dada sangat mendukung untuk mengurangi atelektasis dan dapat

mempermudah pengambilan sekresi, bisa dengan cara melakukan clapping,


fibrasing perubahan posisi tiap 2 jam perlu dikerjakan untuk mengurangi
pelengketan sekresi.
C. Perawatan selang Endotrakeal
Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah
terjadinya migrasi, kinking dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang
adequate jangan diabaikan. Penggantian plesterfiksasi minimal 1 hari sekali
harus dilakukan karena ini merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat
apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi pada kulit atau pinggir bibir dilokasi
pemasangan selang endotrakeal.
Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai
ukuran, ini gunanya agar selang endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga
memudahkan untuk melakukan pengisapan sekresi.
Penggunaan pipa penyanggah sirkuit pada Ventilasi Mekanik dapat
mencegah tertariknya selang endotrakeal akibat dari beban sirkuit yang
berat.
Bila pasien terpasang Ventilasi Mekanik dalam waktu yang lama perlu di
pertimbangkan untuk dilakukan pemasangan Trakeostomi yang sebelumnya
kolaborasi dengan dokter dan keluarga pasien.
D. Tekanan cuff endotrakeal
Tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah kelebihan
inflasi dan kelebihan tekanan pada dinding trakea.
Pada pasien dengan Ventilasi Mekanik, tekanan terbaik adalah paling rendah
tanpa adanya kebocoran/penurunan tidal volume.
Cuff kalau memungkinkan di kempeskan secara periodik untuk mencegah
terjadinya nekrosis pada trakea.
E. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya
efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan
komplikasi paru dan kematian.
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat
diberikan melalui Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan

test feeding terlebih dahulu, terutama pada pasien dengan post laparatomy
dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui
enteral bisa dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.
Pemberian nutrisi ?
F. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu
sangat penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan
pemberian tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila
refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah
abrasi kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi pada pasien
dengan Ventilasi Mekanik bila tekanan vena meningkat. .. Atur posisi
kepala lebih atas/ekstensi.
Keterampilan perawat di ICU sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan dan
keberhasilan tindakan.
Berbagai peralatan berteknologi tinggi seperti halnya Ventilasi Mekanik
membutuhkan penanganan yang benar untuk mengoperasikannya, oleh
karena itu, keterampilan yang perlu dikuasai oleh seorang perawat adalah
keterampilan teknis. Askep termasuk tindakan/prosedur, berkomunikasi baik
antar perawat, sejawat tim kesehatan lain. Disamping itu keterampilan
mengelola masalah kesehatan pasien dan keterampilan mengambil
keputusan merupakan pra syarat untuk bekerja dengan baik di ICU. Semua
keterampilan ini merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai