ISSN : 2337-4608
Volume 3 Nomor 1 (2014)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
Copyright 2014
Pendahuluan
Permasalahan krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998 sampai kini
masih tidak bisa kita lupakan baik secara mental maupun ekonomi dan menjadi
beban tanggungan bagi siapapun. Pemerintah mempunyai beban paling besar
dikarenakan harus menanggung keluh kesah masyarakat. Kemiskinan, inflasi dan
pengangguran menjadi tema sentral permasalahan ekonomi yang harus segera
dipecahkan. Berbagai cara, daya dan upaya telah dilakukan untuk mengatasinya
tetapi tidak juga kunjung usai. Mengingat bahwa pada dasar piramida ekonomi
Indonesia didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah yang beroperasi
dalam iklim yang sangat kompetitif maka pemerintah Indonesia saat ini sangat
antusias bergerak untuk mengembangkan usaha kecil, karena usaha kecil tidak
mengalami dampak yang parah saat terjadi krisis moneter 1998. Usaha besar
banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis sehingga kasus PHK
menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi Indonesia, tetapi
usaha kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut dan menjadi penyangga
perekonomian. Namun disadari pula bahwa pengembangan Usaha Mikro , Kecil,
dan Menengah (UMKM) mengahadapi beberapa kendala, seperti
kemampuan,
keterampilan,
keahlian,
manajemen
sumber
daya
tingkat
manusia,
7
Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP AMPYKPN,
Yogyakarta, Halaman 39.
melainkanmampu
mengaplikasikan
tanggung
jawab
dalam
arti
serta
turut
menjaga
kelangsunganalam
(tidak
berbuat
yang
diteliti
adalah
tentang
pelaksanaan
program
kemitraan dan bina lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Samarinda terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dan Faktor apa saja yang
menjadi penghambat dari pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan
terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan
PT Bank
Negara
Indonesia
(Persero)
Tbk Cabang
Samarinda
terhadap
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kemitraan dan bina
8
Panji Anoraga, Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, Halaman 40.
pemberdayaan
kondisi
sosial
masyarakat
oleh
BUMN
melalui
pemanfaatan dana dari laba BUMN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda di
dalam pelaksanaan PKBL masih terdapat banyak kekurangan, Program PKBL yang
dilaksanakan sangat sedikit jumlahnya dan dilaksanakan pada tahun 2013, yaitu
(1)
Program
renovasi
tempat
wisata
budaya
(2)
Program
Penanaman
usaha mikro, kecil, dan menengah, Hal ini disebabkan karena kewenangan dalam
menentukan program PKBL tidak diberikan kepada pemimpin cabang atau
pemangku kepentingan (Stakeholder) yang ada pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda melainkan ada pada kantor pusat sehingga
pelaksanaan program PKBL di wilayah samarinda belum terlaksana dengan
optimal.9 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak
S.Teddy Purwoko, proses penentuan program PKBL yang akan dilaksanakan
tergantung dari survei yang dilakukan oleh kantor wilayah PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk yang berada di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.10
Survei yang dilakukan oleh kantor wilayah tidak melihat apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya para pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah kota samarinda, karena memang pihak PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk baik di cabang samarinda maupun kantor wilayah yang berada di
Banjarmasin tidak menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah yang berada di Kota Samarinda terlebih dahulu sehingga
program yang dilaksanakan belum optimal. Menurut penulis, didalam penentuan
program apa yang akan dilaksanakan, seharusnya PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda yang diberikan kewenangan untuk menentukan
tentang program apa yang akan dilaksankan serta kewenangan untuk melakukan
survei terhadap sasaran program PKBL yang dalam hal ini adalah pengusaha
mikro, kecil, dan menengah, karena PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
9
Hasil wawancara dengan bapak S.Teddy Purwoko (Pimpinan Bidang Operasional PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda), pada tanggal 4 September 2013.
10
Ibid.,
lebih efisien
dalam menangani kurangnya jumlah sumber daya manusia yang ada pada PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda. Sehingga prgram PKBL
yang dilaksanakan berjalan optimal dan lebih tepat pada sasaran.
3) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Dalam hal ini pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda kurang melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah Kota
Samarinda tentang program yang akan dilaksanakan sehingga program yang
dilaksanakan tidak sesuai dengan harapan. Menurut penulis , PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda sebaiknya menjalin kerjasama
dengan instansi terkait seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi &
UMKM Kota Samarinda dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat, karena dinas
terkait memiliki data-data yang akurat mengenai sasaran yang dituju dalam hal
pelaksaaan PKBL, jadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda harus melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum melaksankan
program PKBL sehingga program PKBL yang dilaksanakan lebih terlaksana
dengan optimal.
Faktor penghambat pelaksanaan PKBL yang ditemui di lapangan adalah
kurangnya kesadaran dari seluruh pemegang kepentingan yang ada pada PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda untuk melakukan
perubahan-perubahan kebijakan yang sebagaimana diatur oleh pihak kantor
pusat dalam hal penentuan program yang akan dilaksanakan. Seperti diketahui
bahwa program PKBL yang dilaksanakan hanya 2 (dua) Program saja di tahun
2013 ini.
undangan yang berlaku yang menyatakan bahwa pendirian Badan Usaha Milik
10
Undang-
11
13
Daftar Pustaka
A. Buku
Anoraga, Panji&Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP
AMPYKPN, Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan
14