Anda di halaman 1dari 16

JURNAL BERAJA NITI

ISSN : 2337-4608
Volume 3 Nomor 1 (2014)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
Copyright 2014

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN


BINA LINGKUNGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)
TBK CABANG SAMARINDA TERHADAP PEMBERDAYAAN DAN
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
Awang Adi Nugraha1
(awangadinugraha@gmail.com)
Deny Slamet Pribadi2
(dspputih@yahoo.com)
Insan Tajali Nur3
(insan.tajali@yahoo.com)
Abstrak
Awang Adi Nugraha, 09.0801.5113, Program Studi Ilmu Hukum,
Konsentrasi Hukum Bisnis, TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM
KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)
TBK CABANG SAMARINDA TERHADAP PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.Di bawah bimbingan Bapak Deny Slamet
Pribadi S.H.,M.H. dan Bapak Insan Tajali Nur,S.H.,M.H. Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan merupakan wujud tanggung jawab dari Badan Usaha Milik
Negara untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjaditangguh dan
mandiri dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan dana
dari bagianlaba BUMN. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai
instrumen yang efektif untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi,
sosial, dan lingkunganmasyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan
ekonomikerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan dan bina
lingkungan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Cabang Samarinda
terhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah
dan untuk mengetahui faktor penghambat dari pelakasanaan program kemitraan
dan bina lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) tbk Cabang Samarinda.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda
terhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil,dan menengah
belum terlaksana dengan optimal. Hambatan dalam pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Samarinda antara lain, tidak diberikan kewenangan, sumber daya manusia, dan
kurangnya koordinasi dengan pemerintah.
Kata Kunci :Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, UMKM, BUMN
1
2
3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

JURIDICIAL REVIEW OF THE IMPLEMENTATION OF PARTNERSHIP AND


ENVIROMENTAL DEVELOPMENT PROGRAM BY PT. BANK NEGARA
INDONESIA (PERSERO) TBK, SAMARINDA BRANCH TOWARD THE
EMPOWERMENT AND DEVELOPMENT OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM
ENTERPRISES
Awang Adi Nugraha4
(awangadinugraha@gmail.com)
Deny Slamet Pribadi5
(dspputih@yahoo.com)
Insan Tajali Nur6
(insan.tajali@yahoo.com)
Abstract
Partnership and Enviroment Development Program is the realization of
corporate responsibility to increase the capacity of small enterprises so that they
can be powerful and independent and able to empower the social condition of the
community through the utilization of fund obtained from the profits gaied by the
State-Owned Enterprise (BUMN). Partnership and Enviromental Development
Program is an effective instrument in empowering the economic, social, and
environmental potency and condition of the community. Its focus is directed to
the development of peoples economy to create the equality in development. This
research aimed to know the implementation of partnership and environmental
development program by PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Samarinda
Branch toward the empowerment and the development of micro, small, and
medium enterprises and to know the factors that hinder the implementation of
the partnership and environmental development progam by PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, Samarinda Branch.The method used to analyze the data
in this study was descriptive qualitative which were analyzed qualitatively. It
means that this study analyzed and described what the writer found in the field
which was obtained through data collection method. Then the data obtained from
the field were analyzed and described based on the data obtained from library
research as well as the data obtained from the field, namely the data obtained
from the result of observation and interview. The research findings showed that
partnership and environmental development program by PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, Samarinda Branch toward the empowerment and
development of micro, small, and medium enterprises has not been implemented
optimally. The constraints faced in the implementation of partnership and
environmental development program by PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk,
Samarinda Branch include the lack of authority, human resources, and the lack of
coordination with the government.
Keywords :Partnership and Enviromental Development Program, Micro, Small,
and Medium Enterprises (UMKM), State Owned Enterprise (BUMN)
4
5
6

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

Pendahuluan
Permasalahan krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998 sampai kini
masih tidak bisa kita lupakan baik secara mental maupun ekonomi dan menjadi
beban tanggungan bagi siapapun. Pemerintah mempunyai beban paling besar
dikarenakan harus menanggung keluh kesah masyarakat. Kemiskinan, inflasi dan
pengangguran menjadi tema sentral permasalahan ekonomi yang harus segera
dipecahkan. Berbagai cara, daya dan upaya telah dilakukan untuk mengatasinya
tetapi tidak juga kunjung usai. Mengingat bahwa pada dasar piramida ekonomi
Indonesia didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah yang beroperasi
dalam iklim yang sangat kompetitif maka pemerintah Indonesia saat ini sangat
antusias bergerak untuk mengembangkan usaha kecil, karena usaha kecil tidak
mengalami dampak yang parah saat terjadi krisis moneter 1998. Usaha besar
banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis sehingga kasus PHK
menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi Indonesia, tetapi
usaha kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut dan menjadi penyangga
perekonomian. Namun disadari pula bahwa pengembangan Usaha Mikro , Kecil,
dan Menengah (UMKM) mengahadapi beberapa kendala, seperti
kemampuan,

keterampilan,

keahlian,

manajemen

sumber

daya

tingkat
manusia,

kewirausahawan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial


dan sumber daya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu
menjalankan usahanya dengan baik.7

7
Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP AMPYKPN,
Yogyakarta, Halaman 39.

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


Para Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah membutuhkan suatu
upaya kredit dari lembaga pembiayaan, perbankan, dan Badan Usaha Milik
Negara. Masyarakat terutama pengusaha mikro, kecil, dan menengah masih
banyak yang belum mengetahui bahwa pengusaha kecil juga memiliki hak untuk
memperoleh jaminan kredit yang mudah dari badan Usaha Milik Negara untuk
memulai dan / atau meningkatkan usahanya agar tercapainya tujuan Nasional
Indonesia yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Bagi
pengusaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi kendala utama dalam
pelaksanaan usahanya adalah permodalan.Pengusaha kecil masih merasa sulit
untuk mendapatkan bantuan pinjaman kredit dari Bank yang persyaratan
kreditnya lebih sulit untuk dapat pengusaha kecil penuhi, mekanisme peminjaman
yang lama dan berbelit belit serta lebih menyukai pemberian kredit kepada
pengusaha besar.Hal tersebut menyebabkan pengusaha kecil tidak mampu dan /
atau sulit untuk menggunakan jasa perbankan untuk mengembangkan usahanya.
Apabila para pelaku usaha perbankan menghendakikehidupan usaha
berlangsung

dalam jangka panjang dan inginmenumbuhkan kepercayaan

masyarakat, maka harus mampu memberi jawaban pada kebutuhan masyarakat


serta harus mampu memberikanpengembalian yang tak ternilai bukan hanya
prioritas terhadap tanggungjawab menciptakan keuntungan yang sebesar besarnya,

melainkanmampu

mengaplikasikan

tanggung

jawab

dalam

arti

luas.Kegiatan usaha perbankan diharapkan berpegang padakesadaran sosial yang


memberikan kontribusi dan bentuk kepedulian yangnyata untuk kemakmuran
masyarakat

serta

turut

menjaga

kelangsunganalam

(tidak

berbuat

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

kerusakan).Kontribusi bentuk kepedulian sertatanggung jawab dalam arti luas


yang dimaksud adalah menggunakankonsep Corporate Social Responsibility
(CSR).Yang selanjutnya dalampenulisan ini disingkat CSR.8 CSR pada Badan
Usaha Milik Negara disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
menurut Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 1 angka 6 dan 7
menyatakan bahwa program kemitraan adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan bina lingkungan
adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) melalui pemanfaatan laba dari dana Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
Permasalahan

yang

diteliti

adalah

tentang

pelaksanaan

program

kemitraan dan bina lingkungan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Samarinda terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dan Faktor apa saja yang
menjadi penghambat dari pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan
terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan
PT Bank

Negara

Indonesia

(Persero)

Tbk Cabang

Samarinda

terhadap

pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kemitraan dan bina
8
Panji Anoraga, Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, Halaman 40.

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


lingkungan terhadap pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan
menggunakan pendekatan penelitian yaitu Live Case Study. Pengumpulan data
dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihakpihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul
kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis
dan logis.
Pembahasan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menurut Peraturan
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang
program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan program
bina lingkungan menyatakan bahwa Program Kemitraan adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari laba BUMN, sedangkan Program Bina Lingkungan adalah
program

pemberdayaan

kondisi

sosial

masyarakat

oleh

BUMN

melalui

pemanfaatan dana dari laba BUMN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda di
dalam pelaksanaan PKBL masih terdapat banyak kekurangan, Program PKBL yang
dilaksanakan sangat sedikit jumlahnya dan dilaksanakan pada tahun 2013, yaitu
(1)

Program

renovasi

tempat

wisata

budaya

(2)

Program

Penanaman

Pohon.Berdasarkan program yang dilaksanakan oleh PT Bank Negara Indonesia


(Persero) Tbk Cabang Samarinda belum terlaksana dengan optimal dan dapat
dikatakan jauh dari kebutuhan masyarakat wilayah samarinda khususnya pelaku

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

usaha mikro, kecil, dan menengah, Hal ini disebabkan karena kewenangan dalam
menentukan program PKBL tidak diberikan kepada pemimpin cabang atau
pemangku kepentingan (Stakeholder) yang ada pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda melainkan ada pada kantor pusat sehingga
pelaksanaan program PKBL di wilayah samarinda belum terlaksana dengan
optimal.9 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak
S.Teddy Purwoko, proses penentuan program PKBL yang akan dilaksanakan
tergantung dari survei yang dilakukan oleh kantor wilayah PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk yang berada di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.10
Survei yang dilakukan oleh kantor wilayah tidak melihat apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya para pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah kota samarinda, karena memang pihak PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk baik di cabang samarinda maupun kantor wilayah yang berada di
Banjarmasin tidak menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah yang berada di Kota Samarinda terlebih dahulu sehingga
program yang dilaksanakan belum optimal. Menurut penulis, didalam penentuan
program apa yang akan dilaksanakan, seharusnya PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda yang diberikan kewenangan untuk menentukan
tentang program apa yang akan dilaksankan serta kewenangan untuk melakukan
survei terhadap sasaran program PKBL yang dalam hal ini adalah pengusaha
mikro, kecil, dan menengah, karena PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

9
Hasil wawancara dengan bapak S.Teddy Purwoko (Pimpinan Bidang Operasional PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda), pada tanggal 4 September 2013.
10

Ibid.,

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


Cabang Samarinda lebih memahami kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan di
wilayah Kota Samarinda. Hal ini sesuai dengan asas good corporate governance
yaitu asas Responsibilitas (Responsibility) yang menyatakan bahwa Perusahaan
harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa untuk menjawab bagaimana pelaksanaan PKBL PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan pengembangan
usaha mikro, kecil, dan menengah di kota Samarinda, jawabannya adalah belum
terlaksana dengan optimal sesuai dengan aturan yang ada yaitu Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri
Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara Dengan UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan. Indikatornya adalah
PKBL yang dilaksanakan hanya 2 (dua) program saja dan tidak mengarah pada
pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di kota
samarinda, hal ini membuktikan bahwa aturan yang terkait belum mendukung
secara optimal mengenai pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Samarinda.
Kemudian juga menurut penulis, indikator aturan terkait yang belum
mendukung pelaksanaan terdapat pada pasal 7 Peraturan Menteri Negara Nomor
PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
UsahaKecil Dan Program Bina Lingkungan yang menyatakan bahwa BUMN
Pembina yang memiliki kantor cabang/perwakilan di daerah dapat menyalurkan

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

dana Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina di wilayah kantor


cabang/perwakilannya dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan
kondisi wilayahnya.

Seharusnya didalam peraturan menteri Nomor Per-

05/MBU/2007 maupun undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN


memuat pasal yang berisikan tentang upaya desentralisasi kewenangan dalam
menentukan kebijakan pelaksanaan PKBL oleh BUMN yang memilik kantor cabang
di wilayah masing-masing daerah, jadi tidak hanya mengatur tentang penyaluran
dana PKBL saja, tetapi harus mengatur tentang kewenangan yang berada di
kantor cabang / perwakilannya sehingga optimalisasi pemberdayaan dan
pengembangan Usaha Mikro, kecil, dan Menengah terlaksana dengan baik.
Karena Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Adapun faktor-faktor yang menjadi
penghambat pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan
pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah adalah sebagai berikut :
1) Tidak Diberikan Kewenangan
Sebagaimana dijelaskan oleh pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, Cabang Samarinda didalam menentukan program PKBL ditentukan oleh
pusat, jadi di wilayah samarinda hanya menjalankan apa yang telah ditentukan
oleh pusat. Sehingga program yang dijalankan belum berjalan dengan optimal.

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


Menurut penulis, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Samarinda sebaiknya melakukan upaya-upaya agar penentuan program PKBL bisa
jadi desentralisasi dengan cara melaporkan banyaknya jumlah UMKM yang
memiliki potensi besar di wilayah Kota Samarinda yang memerlukan bantuan tapi
belum terjangkau oleh program-program PKBL yang dilaksanakan sebelumnya,
hal ini dapat jadi pertimbangan oleh pihak kantor pusat untuk memberikan
kewenangan dalam menentukan program serta melakukan survei untuk
melaksanakan PKBL di Kota Samarinda.
2) Sumber Daya Manusia
Menurut pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda menjelaskan bahwa untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan
kerja sangat di butuhkan kemampuan dan tenaga kerja yang profesional sesuai
dengan bidang yang ditangani. Menjalankan program PKBL bukanlah suatu
perkara yang mudah untuk dikerjakan. Misalnya untuk menjalankan kegiatan
sosialisasi, pembinaan, dan pemantauan yang membutuhkan banyak tenaga. Jadi
pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda sumber daya
manusia yang menangani tentang PKBL masih tidak mendukung. Menurut
penulis, upaya dalam memenuhi sumber daya manusia yang dapat membantu
agar pelaksanaan PKBL terlaksana dengan optimal dapat dilakukan dengan cara
bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau merekrut tenaga kerja
harian lepas (Freelance) untuk menjalankan PKBL tersebut, agar

lebih efisien

dalam menangani kurangnya jumlah sumber daya manusia yang ada pada PT

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda. Sehingga prgram PKBL
yang dilaksanakan berjalan optimal dan lebih tepat pada sasaran.
3) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Dalam hal ini pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda kurang melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah Kota
Samarinda tentang program yang akan dilaksanakan sehingga program yang
dilaksanakan tidak sesuai dengan harapan. Menurut penulis , PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda sebaiknya menjalin kerjasama
dengan instansi terkait seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi &
UMKM Kota Samarinda dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat, karena dinas
terkait memiliki data-data yang akurat mengenai sasaran yang dituju dalam hal
pelaksaaan PKBL, jadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda harus melakukan koordinasi terlebih dahulu sebelum melaksankan
program PKBL sehingga program PKBL yang dilaksanakan lebih terlaksana
dengan optimal.
Faktor penghambat pelaksanaan PKBL yang ditemui di lapangan adalah
kurangnya kesadaran dari seluruh pemegang kepentingan yang ada pada PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda untuk melakukan
perubahan-perubahan kebijakan yang sebagaimana diatur oleh pihak kantor
pusat dalam hal penentuan program yang akan dilaksanakan. Seperti diketahui
bahwa program PKBL yang dilaksanakan hanya 2 (dua) Program saja di tahun
2013 ini.

Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan aturan perundang-

undangan yang berlaku yang menyatakan bahwa pendirian Badan Usaha Milik

10

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


Negara turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golonganekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Menurut penulis, faktorfaktor penghambat dalam pelaksanaan tidak hanya pada internal PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda, akan tetapi ada juga dari eksternal
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda yaitu,
undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Undang-

Badan Usaha Milik Negara maupun

Peraturan Menteri Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan


Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang
dimana peraturan tersebut tidak menyebutkan sanksi yang tegas terkait
pelaksanaan PKBL yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara. Oleh karena
itu, seharusnya Undang-undang yang lebih efektif untuk dijadikan sebagai acuan
yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,yang
dimana setiap penanam modal baik itu usaha perseorangan maupun badan usaha
berkewajiban sebagaimana dinyatakan pada pasal 15 huruf b Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan dan badan usaha atau usaha perseorangan yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan pada pasal 15 huruf b tersebut
akan dikenai sanksi administratif sesuai dengan bunyi pasal 34 ayat 1 Undangundang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

11

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

Kemudian di dalam Peraturan Menteri Nomor Per-05/MBU/2007 tentang


Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan maupun Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara tidak memuat tentang mekanisme pengawasan terhadap
PKBL yang dilaksanakan oleh setiap BUMN, hal inilah yang menurut penulis juga
menjadi penyebab kurangnya optimalisasi pelaksanaan PKBL yang dilaksanakan
oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda.
Penutup
Kesimpulan dari Pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, Cabang Samarinda terhadap pemberdayaan dan pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah belum terlaksana dengan optimal sesuai
dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara Nomor PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
Praktik PKBL diharapkan mampu mewujudkan juga diharapkan untuk
mampu mewujudkan 3 (tiga) pilar utama pembangunan (triple tracks) yang telah
dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu:
(1) pengurangan jumlah pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah
penduduk miskin (pro-poor) dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-

growth). Diketahui bahwa

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang

Samarinda melaksanakan hanya 2 (dua) program dan melaksanakan nya pada


tahun 2013 dan program tersebut belum mengarah kepada pemberdayaan dan
12

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (Awang Adi)


pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Kemudianfaktor penghambat
dalam pelaksanaan PKBL pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang
Samarinda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) Tidak diberikan
kewenangan oleh pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pusat dalam hal
menentukan program yang akan dilaksanakan. (2) Sumber daya manusia yang
masih belum mendukung dalam hal melaksanakan segala jenis kegiatan yang
berkaitan dengan PKBL. (3) Koordinasi dengan pemerintah daerah, dalam hal ini
pihak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Cabang Samarinda kurang
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mentukan program PKBL
agar program tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
Kemudian juga faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan tidak hanya pada
internal PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda, akan tetapi
juga pada eksternal PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Samarinda,
berdasarkan penelitian penulis bahwa di dalam Undang-undang 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara maupun Peraturan Menteri Negara Nomor Per05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan tidak memuat sanksi dan mekanisme
pengawasan pelaksanaan PKBL, seharusnya sanksi dan pengawasan merupakan
unsur terpenting yang wajib adanya di dalam suatu Undang-undang terkait
dengan PKBL untuk mencapai optimalisasi pelaksanaan daripada PKBL itu sendiri.
maupun instansi pemerintahan agar kedepannya pelaksanaan PKBL dapat
terlaksana dengan optimal.

13

Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 1

Daftar Pustaka
A. Buku
Anoraga, Panji&Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Suhardjono, 2003, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, UPP
AMPYKPN, Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan

14

Anda mungkin juga menyukai