Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cahaya merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik. Terdapat beberapa penyebaran gelombang cahaya, salah satunya adalah difraksi.
Difraksi merupakan gejala penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang cahaya
ketika melalui suatu celah sempit dibandingan ukuran gelombang cahayanya. Semakin kecil
ukuran celah, maka semakin besar penyebaran gelombangnya. Sesuai dengan prinsip Huygens,
ketika suatu gelombang datang melewati sebuah celah maka seluruh titik pada celah tersebut akan
berfungsi sebagai sumber gelombang sekunder yang akan memancarkan gelombang cahaya baru.
Untuk eksperimen spectrum kisi ini, gelombang cahaya akan mengalami difraksi dengan
melewati sebuah celah sempit. Spektometer dapat membantu kita untuk mengamati garis-garis
spectrum warna yang berasal dari sumber cahaya merkuri dengan masing-masing panjang
gelombang yang berbeda untuk tiap-tiap spectrum warna baik pada orde 1, orde 2, maupun orde
3. Selain itu juga dapat menentukan jarak antar celah pada sebuah kisi.
Oleh sebab itu dilakukanlah eksperimen mengenai permasalahan optika yaitu difraksi salah
satu petunjuk yang dapat mengungkap tentang peristiwa pembelokan energi cahaya yang dibawa
oleh gelombang ke daerah bayang-bayang.
1.1 Tujuan Penelitian
-Untuk mengamati peristiwa difraksi pada celah tunggal dan kisi difraksi.
-Untuk mengukur panjang gelombang hijau melalui peristiwa difraksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Dasar Teori
Sejumlah besar celah paralel yang berjarak sama disebut kisi difraksi. Kisi dapat
dibuat dengan mesin presisi berupa garis-garis paralel yang sangat halus dan teliti di atas pelat
kaca. Jarak yanag tidak tergores di antara garis-garis tersebut berfungsi sebagai celah.Kisi
difraksi yang berisi celah-celah disebut kisi transmisi (Giancoli, 2001 : 302-303).
Kisi difraksi terdiri atas sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah
banyak. Jika seberkas sinar dilewatkan kisi difraksi akan terdifraksi dan dapat menghasilkan
suatu pola difraksi di layar. Jarak antara celah yang berurutan (d) disebut tetapan kisi. Jika
jumlah celah atau goresan tiap satuan panjang (cm) dinyatakan dengan N, maka :
d = 1/N
Seberkas sinar tegak lurus kisi dan sebuah lensa konvergen digunakan untuk
mengumpulkan sinar-sinar tersebut ke titik P yang dikehendaki pada layar. Distribusi
intensitas yang diamati pada layar merupakan gabungan dari efek interferensi dan difraksi.
Setiap celah menghasilkan difraksi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dan sinar-sinar
yang terdifraksi sebelumnya tersebut berinterferensi pada layar yang menghasilkan pola akhir
(Soekarno,1996: 150-155).
Pola interferensi yang diuraikan pada suatu arah sembarang, sebelum mencapai titik
yang diamati. Masing-masing sinar berasal dari celah yang berbeda pula. Untuk dua celah
yang berbeda, beda lintasan yang terjadi ialah d sin . Dengan demikian persyaratan umum
pola interferensi ialah :
d sin = n (n = 1,2,3,..)
Persyaratan tersebut dapat dinyatakan untuk menentukan panjang gelombang dengan
mengukur jika tetapan kisi d diketahui dengan bilangan bulat, n menyatakan orde difraksi.
Jiak gelombang yang datang pada kisi terdiri atas beberapa panjang gelombang masingmasing akan menyimpang atau akan membentuk maksimum pada arah yang berbeda. Kecuali
untuk n=0 yang terjadi pada arah = 0. Maksimum pusat (n = 0) meliputi berbagai panjang
sedangkan maksimum ke-1, ke-2 dan seterusnya memenuhi ( m +1) * /2 menurut panjang
gelombang masing-masing (Hikam,2005: 20-21).
Suatu celah yang dikenai cahaya dari arah depan akan memproyeksikan bayangan
terang yang sebentuk dengan celah tersebut di belakangnya. Tetapi di samping itu, terbentuk
juga bayangan-bayangan terang yang lain dari celah tersebut di sebelah menyebelah bayangn
aslinya, dan yang semakin ke tepi, terangnya semakin merosot. Jadi seolah-olah sinar cahaya
yang lolos lawat celah itu ada yang dilenturkan atau didifraksikan kea rah menyamping.
Gejala difraksi demikian tak lain ialah interferensi sinar-sinar gelmbang elektromagnetik
cahaya dari masing-masing bagian medan gelombang sebagai sumber gelombang cahaya
(Soedojo,2004 : 123).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Waktu dan Tempat Penelitian


Hari/tanggal
: Rabu, 27 Agustus 2014
Pukul
: 09.00 Selesai WIB
Tempat : Kelas XII-IPA1 SMAN 1 Tuban

3.2

Alat dan Bahan


-Sumber cahaya (Laser HIjau).
-Layar pengamatan (Papan Tulis)
-Penggaris
-Celah dan kisi

3.3

Cara Kerja
-Menyiapkan sumber cahaya yang digunakan di bangku, celah sempit dan layar seperti
ditunjukkan gambar
-Meletakkan celah sempit sejauh L terhadap layar sehingga pola yang terbentuk dapat
teramati dan diukur dengan jelas.
-Menggambar pola difraksi pada kertas grafik untuk setiap celah sempit yang digunakan.
- Melakukan percobaan yang sama untuk kisi difraksi.

3.4

Hasil Pengamatan
-Tabel 1
NO.

Kisi (cm)

l (cm)

P (cm)

200

1,75 x 103

1.

100

35

1
100

2.

300

73,5

1
300

200

1,22 x 103

200

0,62 x 10

3.

600

75

1
600

-Tabel 2
NO.

Kisi (cm)

P (cm)

l (cm)

1.

100

32

1
100

2.

300

56

1
300

160

1,1 x 103

3.

600

85

1
600

160

0,8 x 103

Kisi (cm)

P (cm)

39

1
100

120

3,2 x 103

120

1,08 x 103

120

0,19 x 103

160

2 x 10

-Tabel 3
NO.
1.

3.5

100

2.

300

39

1
300

3.

600

68

1
600

Analisa Data
-Tabel 1

1
100
200

35
1)

= 1,75 10-3

1
300
200

73,5
2)

= 1,22 10-3

1
600 = 0,62 10-3
200

75
3)

-Tabel 2

1
100
160

32
1)

= 2 10-3

l (cm)

1
300
160

56
2)

= 1,1 10-3

1
600
160

85
3)

= 0,810-3

-Tabel 3

1
100
120

29
1)

= 3,2 10-3

1
300
120

29
2)

= 1,08 10-3

1
600
120

68
3)

= 0,9 10-3

BAB IV
PEMBAHASAN

Dengan Rumus :

dP
l

1) Pada percobaan I dengan menggunakan kisi 100 celah/cm dengan jarak 200 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 35 cm dengan panjang gelombang 1,75x10-3 cm
2) Pada percobaan II dengan menggunakan kisi 300 celah/cm dengan jarak 200 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 73,5 cm dengan panjang gelombang 1,22x10-3 cm
3) Pada percobaan III dengan menggunakan kisi 600 celah/cm dengan jarak 200 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 75 cm dengan panjang gelombang 0,62x10-3 cm
4) Pada percobaan IV dengan menggunakan kisi 100 celah/cm dengan jarak 160 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 32 cm dengan panjang gelombang 2x10-3 cm
5) Pada percobaan V dengan menggunakan kisi 300 celah/cm dengan jarak 160 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 56 cm dengan panjang gelombang 1,1x10-3 cm
6) Pada percobaan VI dengan menggunakan kisi 600 celah/cm dengan jarak 160 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 35 cm dengan panjang gelombang 0,8x10-3 cm
7) Pada percobaan VII dengan menggunakan kisi 100 celah/cm dengan jarak 120 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 39 cm dengan panjang gelombang 3,2x10-3 cm
8) Pada percobaan VIII dengan menggunakan kisi 300 celah/cm dengan jarak 120 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 39 cm dengan panjang gelombang 1,08x10-3 cm
9) Pada percobaan IX dengan menggunakan kisi 600 celah/cm dengan jarak 120 cm
menghasilkan bayangan warna hijau 68 cm dengan panjang gelombang 0,9x10-3 cm

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
1) Kisi difraksi adalah kisi-kisi yang dibuat dengan galur-galur sejajar yang berjarak sama
terhadap satu sama lain, yang lebih spesifiknya lagi kisi difraksi bermanfaat untuk
mengukur panjang gelombang.
2) Hubungan P dan d berbanding terbalik
3) Semakin besar nilai N yang didapatkan jarak kisi (d) yang didapatkan semakin kecil
Semakin kecil nilai N yang didapatkan nilai jarak kisi (d) yang didapatkan semakin besar.
4) P berbanding lurus dengan

5.2

Saran
Karena dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam mengukur jarak spektrum, maka
membutuhkan waktu yang lebih agar data yang diperoleh lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai