Refrat Panti Gangguan Cemas Menyeluruh
Refrat Panti Gangguan Cemas Menyeluruh
Referat
Gangguan Cemas Menyeluruh
Oleh:
Novitalia
11-2014-239
Pembimbing :
dr. Elly Ingkiriwang Sp.KJ
PENDAHULUAN
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Sedangkan gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan bagian dari gangguan cemas yang merupakan kekhawatiran yang berlebih dan
meresap disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa
cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung.
Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan
ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan
yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.
ISI
DEFINISI GANGGUAN CEMAS
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.1
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya terkait
dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga. Masalah internal
umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri1
Teori Eksistensi
Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas yang bersifat
kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam dunia yang tidak
bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.
Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas
yang patologis antara lain:
Neurotransmiter
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan
panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari
peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan
cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk
terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik
terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang
menjurus pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis. Percobaan
pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan
bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada
manusia, didapatkan pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor adrenergik ( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan serangan
panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor -2
menunjukan pengurangan gejala cemas.
2. Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran serotonin
dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine
pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada pasien dengan
gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus simpatetik, yang beradaptasi
lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.
Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri
dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.
Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal
juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya kemiripan antara
presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif
kompulsif.
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga
menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area pada
sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal,
yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan
gangguan obsesif kompulsif.
KLASIFIKASI GANGGUAN CEMAS2
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV),
gangguan cemas terdiri dari :
(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
(3) Fobia spesifik;
(4) Fobia sosial;
(5) Gangguan Obsesif-Kompulsif;
(6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
(7) Gangguan Stress Akut;
ada di bawah sekali dari permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran
(uncounsciousness). Ketidaksadaran ini berisi ide, yaitu dorongan-dorongan primitif, belum
dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang ada dilingkungan. Dorongandorongan ini ingin muncul ke permukaan/ ke kesadaran, sedangkan tempat di atas sangat
terbatas. Ego, yang menjadi pusat dari kesadaran, harus mengatur dorongan-dorongan mana
yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di ketidaksadaran karena ketidaksesuaiannya
dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang berisi norma-norma sosial atau peraturanperaturan yang berlaku di lingkungan sekitar. Jika ternyata ego menjadi tidak cukup kuat
menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan
kejiwaan. Neurosis adalah salah satu gangguan kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari
ketidakmampuan ego menahan dorongan ide.1
Jadi, individu yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, menurut pendekatan
psikodinamika berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang
muncul dari dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme
pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan
dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme
pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini
dapat menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1
Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antara lain1:
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak
menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih
punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.
2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap
dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah
perilakunya dapat dibenarkan.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di
salah satu
sisi
kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain.
Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke
pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber
masalah.
Neurosis anxietas
Reaksi anxietas
Keadaan anxietas
tidak selama 6 bulan terakhir). Catatan : Hanya satu gejala yang diperlukan pada anakanak.
Catatan : Hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak :
1
2
3
4
5
6
D Fokus kecemasan dan kekhawatiran adalah tidak dibatasi pada gambaran utama
gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan suatu Serangan
Panik (seperti pada Gangguan Panik), merasa malu di depan umum(seperti pada Fobia
Sosial), terkontaminasi (seperti pada Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa jauh dari
rumah atau kerabat dekat (seperti pada Gangguan Cemas Perpisan), pertambahan berat
badan (seperti pada Anoreksia Nervosa), menderita berbagai keluhan fisik (seperti pada
Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada Hipokondriasis),
serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama Gangguan Stres
Pascatrauma.
E Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
F Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara eksklusif selama suatu Gangguan Mood,
Ganguan Psikotik, atau Gangguan Perkembangan Pervasif.
Diagnosis Banding Gangguan cemas Menyeluruh3
Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis
umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan
medis termasuk tes kimia darah, EKG dan fungsi tiroid. Gangguan psikiatrik lain yang
merupakan diagnosis banding adalah gangguan panik, fobia, gangguan obsesfi kompulsif,
hipokondriasis, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan
kepribadian.
Penatalaksanaan Gangguan Cemas Menyeluruh
a) Farmakoterapi3
Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi, Penggunaan sediaan dengan waktu
paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama
pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu.
Buspiron
Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding dengan gejala
somatik. Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa
setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita yang sudah menggunakan benzodiazepin
tidak akan memberikan respon yang baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan
bersama antara benzodiazepin dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin
setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik, secara langsung. Teknik utama yang digunakan
adalah pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan
belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik
egostrength, relasi obyek, serta keutuhan diri pasien. Dari pemahaman akan komponenkomponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah
menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi
dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
Prognosis Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga
dapat mengalami gangguan depresi mayor.3
KESIMPULAN
Kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak menyenangkan dan dapat menimbulkan
beberapa keadaan psikopatologis sehingga mengalami apa yang disebut Gangguan Kecemasan.
Gambaran klinis bervariasi dapat dijumpai keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu
untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak
utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan
Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup
situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya,
cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak
sabar, mudah marah, sulit tidur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan sadock buku ajar pskiatri klinis. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. H.230-2, 259-262.
2. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75
3. Kusumawardhani AAAA, Husin A, Adikusumo A, Damping CA, Brilliantina DM dkk. Buku
ajar psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ;
2014 .h. 253-7
4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110