Anda di halaman 1dari 75

Dari sebuah laptop di kamar Kostan

kecil nan sederhana di salah satu


sudut kota Bandar Lampung...

DIKTAT 1

Antara percaya dan tidak, tapi ini sangat kreatif..


dr. Muhartono, Sp.PA, M.Kes ~ PD I FK Unila
Sangat diluar EKSPEKTASI..
DR. Sutyarso, M.Biomed ~ Dekan FK Unila
MENGAGUMKAN....
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K) ~ dosen luar biasa
Ilmu Kesehatan Jiwa

Penyusun:
Arif Yudho Prabowo, S.Ked
Didukung oleh:

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

PENGANTAR PSIKIATRI

A. Definisi
Psikiatri adalah ilmu yang mempelajari gejala gangguan jiwa. Ada 2 hal yang dipelajari
dalam psikopatologi, yaitu :
Jenis gangguan jiwa;
Proses terjadinya gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah suatu jenis gangguan yang memperlihatkan gejala klinik yang
bermakna, bisa berupa sindrom psikologi atau sindrom prilaku yang menimbulkan
penderitaan pada orang yang bersangkutan dan menyebabkan orang tersebut mengalami
gangguan dalam menjalankan fungsi dalam bekerja, sosial dan perawatan diri (seharihari).
Adapun 3 komponen dalam gangguan jiwa:
Adanya gejala klinik yang bermakna;
Menimbulkan penderitaan;
Menimbulkan gangguan fungsi.
B. Pemeriksaan Status Mental (bimbingan dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K))
1. Kesadaran
Tentukan tingkat kesadaran pasien.
a. Compos mentis/Jernih
Kesadaran optimal pada orang yang sehat.
b. Somnolen
Kesadaran mulai menurun namun pasien masih dapat dibangunkan dengan mudah
dan memberi jawaban.
c. Sopor/stupor
Kesadaran menurun namun pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsangan
kuat (rangsang nyeri), setelah itu pasien tertidur lagi. Adapun respons sangat
minimal semisal masih dapat mengikuti perintah yang singkat dan masih terlihat
gerakan spontan.
d. Koma
Derajat penurunan kesadaran paling berat. Respon terhadap rangsangan yang kuat
negatif.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

e. Apatis
Gangguan kualitas kesadaran yang ditandai dengan sikap tak acuh terhadap
lingkungan.
f. Confusional state (Kesadaran berkabut)
Gangguan kualitas kesadaran yang ciri utamanya adalah disorientasi disertai oleh
kebingungan dan gangguan arus fikir. Pasien tersebut tampak binggung jika
diberikan pertanyaan.
g. Delirium
Gangguan kualitas kesadaran yang gejala utamanya adalah gaduh gelisah disertai
oleh disorentasi gangguan arus fikir, ilusi dan halusinasi (umumnya halusinasi
penglihatan). Terkadang untuk menenangkan sementara dengan diikat.
h. Dream like state (Kesadaran bermimpi)
Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Pasien
tidak menyadari apa yang dilakukannya walaupun tanpak seperti melakukan
aktivitas normal.
Perlu dibedakan dengan tidur berjalan (sleep walking) yang akan sadar bila diberi
perangsangan (dibangunkan), sedangkan pada kesadaran ini, pasien tidak berespon
terhadap rangsangan.
i. Twilight state
Gangguan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi. Umumnya terjadi pada
gangguan otak organik. Pasien seperti berada dalam keadaan separuh sadar, respon
terhadap lingkungan terbatas, perilaku impulsif (kabur, gebrak meja, tinju), emosi
labil dan tidak terduga.
2. Sikap
Terbagi atas:
Kooperatif

Bersahabat

Berminat

Merendahkan

Tidak kooperatif

Penuh perhatian

Defensif

Bingung

Berbelit-belit

Apatis

Hati-hati

Bercanda

Nb : Umumnya yang digunakan (kooperatif/non-kooperatif).


3. Penampilan
Mendeskripsikan pasien mulai dari postur, cara berpakaian, kerapihan, cara berdandan
dll. Contoh : Seorang laki-laki, rambut tersisir rapih, berpakaian kuning dll).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

4. Pembicaraan
Deskripsikan cara bicara pasien apakah spontan/tidak, jelas//tidak, lancar//tidak,
kualitas kurang/cukup/baik, kuantitas sedikit/cukup/banyak (logore), amplitudo
kecil/sedang/keras dll.
5. Suasana perasaan
a. Mood
Suasana perasaan yang berlangsung lama.
Euforia

Depresi

Iritable

Ekspansif

Disforia

Berputus-asa

Cemas

Marah

Kosong

Bersalah

Ketakutan

Bingung

Meningkat

Menurun

Biasa

Hipomanik

Penilaian lainnya:
Eutimia

: suasana perasaan normal, luas dan serasi

Hipotimia : suasana perasaan diwarnai dengan sedih, murung, hilang semangat.


Hipertimia : suasana perasaan diwarnai dengan semangat dan bergairah dalam
aktivitas.
Disforia

: suasana perasaan yang tidak menyenangkan (jenuh, jengkel, bosan).

Euforia

: suasana perasaan gembira dan sejahtera berlebihan.

Ekstasia

: suasana perasaan bergairah yang meluap-luap (umumnya terjadi


pada pasien pengguna zat psikostimulansia).

Anhedonia : suasana perasaan yang kehilangan minat, kesenangan terhadap


berbagai aktivitas.
Kosong

: suasana perasaan yang emosinya sangat dangkal/tidak ada terhadap


kehidupan sekitar (umumnya pada skizofrenia kronis).

Labil

: suasana perasaan yang berubah-ubah yang muncul bergantian dan


tidak terduga (umumnya pada gangguan psikosis akut).

Iritable

: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah.

b. Afek
Suasana perasaan yang berlangsung saat ini.
Luas

: ekspresi yang luas, beragam.

Sempit

: ekspresi yang terbatas dan kurang bervariasi.

Tumpul

: ekspresi yang tampak dari tatapan kosong, irama suara monoton,


arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

dan bahasa tubuh kurang.


Datar

: afek terberat. Ekpresi wajah datar, tatapan kosong, sikap tubuh kaku,
gerakan minimal, irama suara seperti robot.

c. Keserasian afek
Appropiate (serasi antara ekpresi dengan suasana yang dihayati)
Inappropiate (tidak serasi antara ekpresi dengan suasana yang dihayati)
6. Persepsi (melibatkan sistem sensorik/panca indera)
a. Depersonalisasi
Perasaan subjektif patologis dengan gambaran seseorang mengalami/merasakan diri
sendiri (tubuhnya) sebagai tidak nyata/khayal (asing, tidak dikenali)
b. Derealisasi
Perasaan subjektif dimana lingkungan menjadi asing, tidak nyata.
c. Ilusi
Persepsi yang keliru/menyimpang dari stimulus yang nyata/ada.
d. Halusinasi
Persepsi/tanggapan yang palsu tanpa ada stimulus, menghayati gejala-gejala yang
dikhayalkan menjadi nyata.
Halusinasi auditorik/pendengaran
Mendengar bunyi-bunyi tapi tidak ada apa- apa (tidak ada sumber suara).
Halusinasi visual/penglihatan
Melihat objek tertentu namun sebenarnya tidak ada. Contoh: ada bayangan orang,
cahaya kilat, hewan.
Halusinasi olfaktori/penciuman
Mencium bau tertentu tapi sebenarnya tidak ada.
Halusinasi pengecapan
Halusunasi taktil/perabaan
Merasa ada yang menjalar/merayap dibawah kulit (formikasi). Merasa anggota
tubuh teramputasi (phantom libs).
Halusinasi somatik
Merasa ada sesuatu gangguan yang terjadi dalam tubuh padahal tidak ada apaapa, contohnya : tumor, dll.
Halusinasi liliput

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

7. Pikiran
a. Proses pikir
Pikiran melompat (flight of idea)
Gangguan arus pikiran dimana pikirannnya dapat cepat beralih dari topik satu ke
topik lainnya (pendengar masih bisa mengerti). Ciri-cirinya biasanya berbicara
cepat, banyak bicara, bnyak gagasan/rencana yang kelihatanya sangat cemerlang
tapi tidak realistis. Biasanya penderita ini disebut manik.
Pikiran melambat (though reterdatium)
Gangguan arus pikiran dimana pikirannya menjadi lambat. Biasanya terjadi pada
pasien depresi berat. Ciri-cirinya biasanya, bicara pelan dan lambat.
Pikiran terhalang (thought bloking)
Gangguan arus pikiran tiba-tiba terhenti, kemudian saat pembicaraan disambung
kembali namun dengan tema yang berbeda.
Perseverasi
Gangguan arus pikiran dimana jika ditanya, dia akan menjawab berulang- ulang
terhadap pertanyaan walau sudah berganti pertanyaan namun jawabanya tetap
sama seperti pertanyaan yang pertama. Biasanya terjadi pada pasien skizofrenia.
Verbigerisi
Gangguan berbicara dimana pasien mengulang kata-kata yang sama tapi tidak ada
yang hubungan dengan apa yang ditanyakan.
Inkoherensi
Gangguan arus pikiran dimana tidak ada asosiasi (tidak dapat dimengerti) atau
tidak sambung antar kata-kata yang dibicarakan.
Asosiasi longgar
Gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah dari satu subjek ke subjek
lain yang tidak berhubungan sama sekali.
Sirkumstansial
Pembicaraan yang mutar-mutar tidak langsung ke point yang diharapkan.
Tangensial
Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan pada akhirnya
tidak mencapai point yang diharapkan.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

Umumnya cara berbicara berhubungan dengan proses pikir. Adapun gangguan


berbicara yang ada berupa:
Gagap
Ganggguan bicara dimana bicara terputus-putus karena pengulangan kata-kata,
biasanya karena orang itu ingin menyampaikan banyak ide dalam waktu sangat
terbatas sehingga pembicaraannnya terputus, bisa dimulai anak usia 4 tahun. Pada
sebagian kasus menghilang pada masa dewasa, ada sampai dewasa.
Mutisma
Gangguan bicara berupa tidak mau bicara sama sekali. Salah satu yang termasuk
mutisma adalah mutisma selektif (hanya mau bicara dengan orang tertentu tetapi
tidak mau bicara dengan yang lainnya).
Neologisma
Salah satu gangguan dimana pasien menciptakan kata-kata baru. Kata- kata itu
tidak ada dalam kamus atau bahasa sehari-hari.
Word salad
Terjadi pencampur-adukan bahasa sehari-hari sehingga tidak ada pengartian.
b. Isi Pikir
Miskin ide
Menghasilkan sedikit informasi dikarenakan ketidakjelasan.
Waham/delusi
Gangguan pada suatu keyakinan yang salah tapi dipercaya sebagai suatu
kebenaran, tidak bisa digoyahkan dan tidak sesuai latar belakang yang
bersangkutan. Gejala ini sering terjadi pada gangguan jiwa.
Komponen waham ada 3 yaitu :
- Keyakinan yang salah;
- Tidak bisa digoyahkan;
- Tidak sesuai dengan kenyataan.
Jenis-jenis waham:
a) Waham bizarre (patognomonis untuk diagnosis Skizofrenia Hebefrenik)
Keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh. Contoh: makhluk luar angkasa
menanamkan elektroda di otak.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

b) Waham sistematik
Keyakinan yang keliru/keyakinan yang tergabung dalam satu tema/kejadian.
Contoh: dikejar-kejar polisi atau mafia.
c) Waham nihilistik
Keyakinan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada atau
menuju kiamat.
d) Waham somatik
Keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh. Contoh: yakin otaknya
meleleh.
e) Waham paranoid
Waham kebesaran (mega lomania)
Merasa dirinya mempunyai keistimewaan, orang yang sangat kuat, sangat
berkuasa atau sangat besar padahal tidak mempunyai posisi apa-apa.
Waham kejaran (persekutorik)
Merasa yakin ada orang-orang (sering dirupakan dalam bentuk komplotan)
yang bermaksud jahat terhadap dirinya. Contohnya: keluarga bersama-sama
berkomplot untuk merugikan, merusak, mencederai atau menghancurkan
dirinya, merasa ada orang lain menyukai dirinya.
Waham rujukan (reference)
Merasa tingkah laku orang lain memfitnah, membahayakan atau menjahati
dirinya.
Waham dikendalikan
Keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk:
o

Thought insertion
Merasa pikirannya dimasukan oleh orang lain/kekuatan lain.

Thought withdrawal
Merasa pikirannya disedot/ditarik oleh orang lain/kekuatan lain.

Thought broadcasting
Merasa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain.

Thought control
Merasa pikirannya dikendalikan oleh orang lain/kekuatan lain.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

f) Waham cemburu
Tanpa alasan yang jelas menuduh pasangannya tidak setia (selingkuh) tanpa
suatu alasan yang jelas sehingga ia berusaha mengintimidasi pasangannya
untuk mengaku bahwa pasangannya selingkuh atau sudah tidak setia lagi dan
terkadang menggunakan kekerasan.
g) Waham erotomania
Merasa dirinya telah melakukan hubungan seksual dengan seseorang (bila di
buku UI, definisi erotomania adalah merasa orang lain menyukai dirinya).
h) Waham dosa
Merasa melakukan dosa besar dan tidak dapat diampuni.
Obsesi
Gangguan suatu isi pikir yang mendesak, berulang-ulang dan berada di luar
kemauan pasien. Obsesi diri biasanya mendorong untuk melakukan tindakan
tertentu. Ciri-ciri obsesi: sulit membuat keputusan, berhati-hati dan menginginkan
kesempurnaan.
Kompulsi
Tindakan yang berulang-ulang karena adanya suatu dorongan. Contoh: seseorang
yang tidur ia akan sering terbangun karena didalam pikiran pintu belum dikunci
akibatnya gelisah dan timbul dorongan untuk mengecek pintu, jika tidak
dilakukan pengecekan akan mengakibatkan ketegangan.
Fobia
Ketakutan yang persisten, irasional, berlebihan yang selalu berhubungan dengan
stimulus yang mengakibatkan keinginan yang memaksa untuk menghindari
stimulus tersebut.
8. Fungsi kognitif
Yang termasuk dalam fungsi kognitif adalah:
a. Memori
Memori segera (immidiate memory)
Ingatan atas peristiwa yang baru saja terjadi (beberapa detik sampai menit).
Memori jangka pendek/baru
Ingatan atas peristiwa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Memori jangka menengah
Ingatan atas peristiwa yang terjadi dalam beberapa bulan yang lalu.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

Memori jangka panjang


Ingatan atas peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun yang lalu/sudah lama
terjadi.
b. Konsentrasi/perhatian
Distraktibilitas
Gangguan perhatian dimana pasien tidak mampu mempertahankan perhatian,
sangat mudah teralihkan dengan stimulus yang terjadi disekitarnya.
Inattention
Gangguan perhatian dimana pasien sama sekali tidak bisa memberikan perhatian.
Kewaspadaan berlebih (hypervigilance)
Pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap stimulus eksternal dan internal
sehingga pasien tampak sangat tegang.
c. Orientasi
Personal/orang
Kemampuan untuk mengenali orang-orang yang sudah dikenalnya.
Tempat/ruang/spatial
Kemampuan untuk mengenali tempat dimana ia berada.
Waktu
Kemampuan untuk mengenali waktu dimana ia berada.
9. Tilikan diri/insight
Pemahaman pasien terhadap penyakitnya (diagnosis, etiologi, faktor-faktor terkait
penyakitnya, konsekuensi dari penyakitnya dll).
Klasifikasinya:
a. Derajat 1
Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
b. Derajat 2
Ambivalensi (kadang menerima-kadang menyangkal) terhadap penyakitnya.
c. Derajat 3
Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.
d. Derajat 4
Menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab
penyakitnya.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

10

e. Derajat 5
Menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya
namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
f. Derajat 6
Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.

Pemeriksaan Status Mental (bimbingan dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K))


ASEPS

PIKI

1. kesAdaran
2. Sikap
3. pEnampilan
4. Pembicaraan
5. Suasana perasaan
a. Mood
b. Afek
c. Keserasian afek
6. Persepsi (melibatkan sistem sensorik/panca indera)
7. pIkiran
a. Proses pikir
b. Isi Pikir
8. fungsi Kognitif
a. Memori
b. Konsentrasi/perhatian
c. Orientasi
9. tilikan diri/Insight

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

11

Gangguan motorik, dibagi menjadi :


a. Stupor katatonik
Terjadi penurunan gerak motorik yang sangat berat bahkan bisa sampai pasien tidak bisa
bergerak sama sekali, kaku seperti patung. Sering dijumpai pada skizofrenia katatonik.
b. Furor katatonik/agitasi psikomotorik
Keadaan gaduh motorik tak bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tanpa dipengaruhi oleh
stimulus dari luar. Dapat dijumpai pada skizofrenia katatonik dan sering silih berganti
dengan gejala stupor katatonik.
c. Katalepsi
Gangguan motorik dimana orang yang bersangkutan mempertahankan posisi tubuh
tertentu secara kaku dan tidak bisa diubah dalam waktu yang lama (bisa berjam-jam).
Salah satu gejala yang bisa ditemukan pada skizofrenia katatonik.
d. Fleksibilitas serea
Gangguan motorik dimana seseorang yang bersangkutan mempertahankan posisi tubuh
tertentu tapi dibuatkan/diberikan/diatur oleh orang lain, seperti lilin mainan.
e. Bradikinensia/Retardasi psikomotorik
Suatu gangguan dimana terjadi penurunan gerak motorik secara kuantitas, gerakan
menjadi lambat. Contohnya : Pada pasien depresi berat, parkinsonisme/penyakit
parkinson.
f. Akinesia
Suatu gangguan motorik yang sangat terbatas, pada keadaan berat menyerupai stupor pada
skizofren katatonik.
g. Stereotipi
Gangguan motorik dimana yang bersangkutan terjadi gerakan berulang-ulang yang tidak
bertujuan atau berhubungan.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

12

SKIZOFRENIA

A. Definisi
Suatu gangguan jiwa yang berat yang ditandai oleh gangguan proses berfikir, gangguan
persepsi, gangguan emosi dan gangguan perilaku.
Untuk menentukan apakah seseorang itu menderita gangguan skizofrenia ada kriteria
diagnostik yang harus dipenuhi:
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas. Biasanya ada 2 gejala atau
lebih jika gejala tersebut kurang jelas, diantaranya adalah :
a. Thought insertion, Thought withdrawl, Thought broadcasting, Thought echo
(Pikiran menggema dalam otaknya).
b. Waham dikendalikan, Waham dipengaruhi, Waham pasif.
c. Halusinasi pendengaran.
d. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
mustahil. Contohnya : Mampu mengendalikan cuaca.
2. Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas, diantaranya
adalah :
a. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk kandung efektif yang jelas.
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi
atau pembicaraan yang tidak relevan atau logisma.
c. Prilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau
fleksibelitas serea.
d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau obat psikotropik.
e. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu 1
bulan atau lebih.
f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

13

tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan
diri secara sosial.

B. Jenis-jenis Skozofrenia
1. Skizofrenia paranoid (isi pikiran yang paling terganggu)
Kriteria diagnostiknya, diantaranya adalah :
a. Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia dan sebagai tambahan adanya
halusinasi dan atau waham yang menonjol, halusinasi tersebut berupa suara-suara
yang mengancam pasien atau memberi perintah atau suara tanpa bentuk misalnya,
bunyi pluit atau bunyi tawa, bisa juga halusinasi pembauan atau pengecapan atau
bersifat seksual.
b. Waham dapat berupa waham apa saja tetapi yang paling khas ialah waham
dikendalikan, waham dipengaruhi, waham pasif atau waham kejaran.
c. Gangguan afektif dorongan kehendak serta gejala katatonik tidak menonjol.
2. Skizofrenia hebrefrenik (proses pikir/arus pikir/bicaranya yang paling terganggu)
Kriteria diagnostiknya, diantaranya adalah :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (konsep awal mula biasanya 15-25 tahun)
c. Kepribadian premordit atau sebelum sakit biasanya menunjukan ciri pemalu dan
senang menyendiri.
d. Untuk diagnosis hebrefenia yang menyakitkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinyu selama 2/3 bulan untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
benar-benar bertahan diantaranya adalah :
Prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan. Ada
kecendrungan untuk selalu menyendiri dengan prilaku menunjukan tidak adanya
tujuan dan perasaannya hampa.
Afek pasien dangkal dan tidak wajar atau tidak serasi, sering disertai oleh
cekikikan atau perasaan puas diri, senyum sendiri, tertawa menyeringai dan katakata yang diulang.
Proses fikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tak menentu dan inkoheren.
e. Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol, halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

14

(waham bizarre merupakan patonomonisnya). Dorongan kehendak yang bertujuan


ditinggalkan sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu prilaku
tanpa tujuan, adanya suatu preokulasi yang dangkal dan dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya makin mempersukar orang memahami jalan pikiran
pasien.
3. Skizofrenia katatonik (gerak motoriknya yang paling terganggu)
Kriteria diagnostiknya diantaranya adalah :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosa skizoftenia
b. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:
Stupor (amat berkurangnya respon atau reaksi terhadap lingkungan dan amat
berkurangnya gerakan aktivitas spontan atau mutisme)
Gaduh gelisah (tampak peningkatan aktivitas motorik yang tidak bertujuan yang
tidak dipengaruhi stimulus eksternal)
Menampilkan

posisi

tubuh

tertentu

(secara

sukarela)

mengambil

dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang aneh


Negatifisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakan kearah yang berlawanan)
Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakan dirinya)
Fleksibilitas sarea (mempertahankan anggota gerak dalam posisi yang dapat
dibentuk dari luar)
Gejala-gejala lain seperti, kepatuhan secara otomatis terhadap perintah dan
pengulangan kata-kata atau kalimat
4. Skizofrenia tak terinci (tidak bisa digolongkan kemana-mana)
Kriteria diagnostiknya, diantaranya adalah :
a. Memenuhi kriteria umum untuk diagnostik skizofrenia
b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnostik skizofrenia paranoid, hebrefrenik, atau
katatonik
c. Tidak memenuhi kriteria untuk skozofernia residual.
5. Depresi pasca skizofrenia
Kriteria diagnostiknya, diantaranya adalah :
Diagnostik harus ditegakkan hanya jika :
a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

15

b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya
c. Gejala-gejala depresi menonjol dan memenuhi kriteria episode depresif dan telah
ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
6. Skizofrenia residual (kurang bicara, kurang bergerak, waham yang menonjol)
Kriteria diagnostik harus memenuhi diantaranya adalah :
a. Gejala negatif dari skizofrenia menonjol misalnya, perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk
misalnya, ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria diagnostik skezofrenia
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti, waham dan halusinasi yang sangat berkurang dan telah
timbul sindrom negatif dari skizofrenia
d. Tidak terdapat demensia atau gangguan otak organik atau depresi kronis yang dapat
menjelaskan disabilitas negatif tersebut.
7. Skizofrenia simpleks
Diagnosis skozofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada
pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari gejala negatif yang khas dari
gejala skozofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau
manifestasi lain dari episode psikotik. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya di
banding skizofrenia lainnya.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

16

SKIZOAFEKTIF
Ciri ciri diagnostik untuk skizoafektif, terdapatnya atau adanya skizofrenia dan gejala
gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan atau dalam beberapa hari
yang satu sessudah yang lain. Tetapi masih dalam satu episode penyakit yang sama.
Diagnostik ini tidak ditegakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berdeda.

GANGGUAN WAHAM

Kriteria diagnostik untuk gangguan waham, diantaranya adalah :


1. Waham merupakan satu-satunya ciri yang khas atau gejala yang paling mencolok, waham
tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya.
2. Gejala-gejala depresi mungkin saja terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham
tersebut menetap pada saat tidak terdapat gangguan afektif ini.
3. Tidak boleh ada bukti tentang adanya penyakit otak
4. Tidak ada halusinasi pendengaran atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara.

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

Kriteria diagnostik unuk gangguan psikotik akut dan sementara, diantaranya adalah :
1. Konsep yang akut dimana dalam waktu 2 minggu atau kurang, gejala-gejala psikotik
menjadi nyata dan menganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan seharihari.
2. Adanya gejala-gejala yang khas yaitu beraneka ragam dan berubah dengan cepat
3. Bisa didahului oleh penyebab tertentu tetapi bisa juga tanpa penyebab tertentu.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

17

GANGGUAN MOOD/SUASANA HATI

Kelainana fundamental dari kelompok ini ialah perubahan suasana hati biasanya kearah
depresi atau kearah relasi.
1. Mania tanpa gejala psikotik
Kriteria diagnostik diantranya adalah :
a. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu dan cukup berat sehingga
mengganggu seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
b. Perubahan mood harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga aktivitas
berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide
kebesaran dan terlalu optimis.
2. Mania dengan gejala psikotik
Kriteria diagnostiknya diantaranya adalah :
Ide-ide kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran dan kecurigaan
berkembang menjadi waham kejaran.
3. Episode depresi
Kriteria diagnostiknya diantaranya adalah :
a. Gejala utama pada episode depresi ialah: mood yang depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, kekurangan energi yang menyebabkan rasa mudah lelah dan menurunnya
aktivitas.
b. Gejala lainnya: konsentrasi berkurang, kepercayaan diri berkurang, rasa bersalah dan
rasa tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimis, pikiran-pikiran
untuk membahayakan diri atau bunuh diri, tidur kebanyakan atau sedikit, nafsu makan
bisa berkurang atau sebaliknya bisa meningkat.

GANGGUAN PADA EPISODE DEPRESI RINGAN

Kriteria diagnostik untuk gangguan pada episode depresi ringan, diantaranya adalah:
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari gejala utama seperti diatas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 gejala lainnya
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

18

c. Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu


d. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
GANGGUAN PADA EPISODE DEPRESI SEDANG

Kriteria diagnostik untuk gangguan pada episode depresi sedang, diantaranya adalah:
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 gejala utama
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
c. Berlangsung paling sedikit 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk melakukan pekerjaan, kegiatan sosial dan rumah
tangga.

GANGGUAN PADA EPISODE DEPRESI BERAT

1. Tanpa gejala psikotik


Kriteria diagnostiknya diantaranya adalah :
a. Harus ada 3 gejala utama depresi
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya
c. Paling sedikit berlangsung 2 minggu, akan tetapi jika gejala sangat berat diagnosa dapat
ditegakkan walaupun gejala kurang dari 2 minggu.
d. Pasien sama sekali tidak mampu menjalankan pekerjaan, kegiatan sosial dan urusan
rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
2. Terdapat gejala psikotik
Krikteria diagnostiknya diantaranya adalah :
Krikterianya sama dengan depresi berat tanpa gejala psikotik namun, ditambah dengan
waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, halusinasi pendengaran
biasanya terdenagr seperti suara menghina.

GANGGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan ini pada waktu tertentu bisa terjadi peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas sementara. Pada waktu lain terjadi penurunan afek disertai pengurangan energi
dan akivitas, biasanya didahului oleh episode manik yang berlangsung antara 2 minggu
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

19

sampai 5 bulan kemudian berganti dengan episode depresi yang berlangsung sekitar 6 bulan,
diantara 2 episode itu manik dan depresi biasanya ada penyembuhan sempurna.
Macam-macam gangguan afektif bipolar, diantaranya adalah :
a. Gangguan afektif bipolar hipomanik
Kriteria diagnosanya adalah :
Memenuhi kriteria hipomanik
Pada masa lalu ada sekurang-kurangnya satu episode manik atau depresi
b. Gangguan afektif bipolar dengan gejala berat tanpa gejala psikotik
Kriteria diagnosanya ialah:
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode hipomanik atau manik di masa lalu.

PSIKOTROPIK

Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku. Ada 4
kelompok besar yaitu:
Anti psikosis
Anti depresan
Anti mania
Anti cemas
1. Anti psikosis, dibagi menjadi :
a. Golongan tipikal, dibagi menjadi :
Fenotiazin, contohnya adalah Chlorpromazin. Efek farmakologi dari chlorpromazin
meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin. Obat
ini umumnya digunakan dirumah sakit jiwa. Pada susunan saraf pusat
chlorpromiazin menimbulkan efek sedatif yang disertai oleh sikap acuh tak acuh
terhadap rangsangan dan lingkungan. Pada pemakaian lama, dapat timbul toleransi
terhadap efek sedatif, berbeda dengan barbiturat, chlorpromazin tidak dapat
mencegah timbulnya konversi akibat rangsangan listrik maupun rangsangan oleh
obat. Semua derifat fenotizin, mempengaruhi ganglia basal sehingga menimbulkan
gejala parkinson. Chlorpromazin dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan rangsangan pada Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) pada dosis
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

20

berlebihan semua dirivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstra piramidal,


yang terutama terlihat adalah:
Gejala akut:
- Akatisia
Merupakan bentuk yang paling sering dari sindrom ekstrapiramidal yang
diinduksi oleh obat antipsikotik. Manifestasi klinis berupa perasaan subjektif
kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan gerakan yang gelisah, umumnya
kaki yang tidak bisa tenang. Penderita dengan akatisia berat tidak mampu untuk
duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritable. Akatisia terkadang sulit
dinilai dan sering salah diagnosis dengan ansietas atau agitasi dari pasien
psikotik, yang disebabkan dosis antipsikotik yang kurang.
- Parkinsonism
TRAP (Tremor, Ragiditas, brAdikinesia, Postural instability)
- Distonia
Distonia adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya menyebabkan
gerakan atau postur yang abnormal, termasuk krisis okulorigik, prostrusi
lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan postur distonik pada anggota
gerak dan batang tubuh.
Gejala distonia berupa gerakan distonik yang disebabkan oleh kontraksi atau
spasme otot, onset yang tiba-tiba dan terus menerus, hingga terjadi kontraksi otot
yang tidak terkontrol. Otot yang paling sering mengalami spasme adalah otot
leher (torticolis dan retrocolis), otot rahang (trismus, gaping, grimacing), lidah
(protrusion, memuntir) atau spasme pada seluruh otot tubuh (opistotonus). Pada
mata terjadi krisis okulogirik. Distonia glosofaringeal yang menyebabkan
disartria, disfagia, kesulitan bernapas, hingga sianosis. Distonia laring dapat
menyebabkan asfiksia dan kematian.
Kriteria diagnostik dan riset untuk distonia akut akibat neuroleptik menurut
DSM- IV adalah sebagai berikut :
Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh
yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis
medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk
mengobati gejala ekstrapiramidal).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

21

A. Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan
dengan medikasi neuroleptik :
1) Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh
(misalnya tortikolis)
2) Spasme otot rahang (trismus, menganga, seringai)
3) Gangguan menelan (disfagia), bicara, atau bernafas (spasme laring-faring,
disfonia)
4) Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau membesar
(disartria, makroglosia)
5) Penonjolan lidah atau disfungsi lidah
6) Mata deviasi ke atas, ke bawah, ke arah samping (krisis okulorigik)
7) Posisi abnormal anggota gerak distal atau batang tubuh.
B. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang dalam tujuh hari setelah
memulai atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau
menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati (atau mencegah)
gejala ekstrapiramidal akut (misalnya obat antikolinergik).
C. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
(misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut : gejala
mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan
pola intervensi farmakologis (misalnya tidak ada perbaikan setelah
menurunkan neuroleptik atau pemberian antikolinergik).
D. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi
neurologis atau medis umum. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi
medis umum dapat berupa berikut : gejala mendahului pemaparan dengan
medikasi neuroleptik, terdapat tanda neurologis fokal yang tidak dapat
diterangkan, atau gejala berkembang tanpa adanya perubahan medikasi.
Sedangkan sindrom-sindrom neuroletik maligna jarang terjadi, gejala yang bisa
timbul setelah pengobatan berbulan-bulan atau bertahun-tahun ialah tremor.
Chlorpromazin mempunyai efek samping terhadap sistem reproduksi pada wanita
dapat terjadi amenore (tidak haid), galaktore, sedangkan pada laki-laki terjadi
penurunan libido, dan ginekomasti (buah dada membesar), pada sistem
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

22

kardiovaskuler chlorpromazin dapat terjadi hipotensi ortostatik dan peningkatan


denyut nadi, efek ini diperkirakan karena efek otonom dari chlorpromazin.
Kebanyakan antipsikosis diabsorbsi sempurna disaluran pencernaan, sebagian
diantaranya mengalami metabolisme. Chlorpromazin tersedia dalam bentuk tablet
dengan dosis 25 mg dan 100 mg, selain itu juga terdapat dalam bentuk larutan
injeksi dengan dosis 25mg/ml.
Adapun golongan lain yaitu : Haloperidol, pada susunan saraf pusat haloperidol
bersifat menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi,
efek sedatif Haloperidol kurang kuat dibanding Chlorpromazin, pada saraf otonom
efek Haloperidol lebih lemah dibanding antinikotik lain namun demikian
Haloperidol dapat menyebabkan padangan kabur. Pada sistem kardiovaskuler
Haloperidol dapat menyebabkan hipotensi tetapi tidak sehebat Chlorpromazin.
Haloperidol lebih sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal terutama pada pasien
yang berusia muda, pengobatan dengan Haloperidol harus dimulai dengan hati-hati,
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil. Indikasi utama Chlorpromazin dan
Haloperidol adalah untuk pengobatan psikosis.
b. Gologangan atipikal, dibagi menjadi :
Klozapin, merupakan anti psikotik pertama dengan potensi yang kuat, disebut apikal
karena obat ini hampir tidak mempunyai efek ekstrapiramidal, Klozapin efektif
untuk mengatasi gejala-gejala skizosif dan skizofrenia, baik gejala positif maupum
negatif efek Klozapin sudah terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara
bertahap, pada minggu-minggu berikutnya, obat ini hanya digunakan untuk
pengobatan pasien yang resisten terhadap obat lain, obat ini hanya cocok pada
pasien yang mengalami gejala ekstrapiramidal yang berat oleh pemberian anti
psikosis berlebihan namun karena Klozapin dapat menimbulkan agranulositosis
(kadar leukosit menurun) maka pemakaiannya hanya pada pasien yang resisten
terhadap obat lainya, pasien yang diberi Klozapin harus dipantau jumlah leukositnya
setiap minggu, Klozapin tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 25 mg dan 100
mg.
Risperidon, indikasi pemakaian untuk skizofrenia baik untuk gejala positif maupun
negatif disamping itu juga digunakan untuk gangguan bipolar dan depresi barat yang
disertai dengan psikosis. Efek samping yang diuraikan adalah somnolen, mual,
muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemik dan gejala ekstrapiramidal.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

23

Efek samping ekstrakpiramidal umumnya lebih ringan dibanding anti psikosis


tipikal. Risperidon dengan dosis 1-3 mg, juga terdapat dalam larutan injeksi dengan
dosis 50 mg/ml.
Olazapin, indikasi utama Olazapin ialah untuk pengobatan skizofrenia dan juga
digunakan untuk anti mania meskipun strukturnya mirip dengan Klozapin, Olazapin
tidak mengakibatkan agranulasitosis. Efek samping yang sering dilaporkan adalah
peningkatan berat badan, hiperglikemi dan hiperlipidemi. Olazapin tersedia dalam
bentuk larutan dengan dosis 5 mg dan 10 mg, juga tersedian larutan untuk injeksi 10
mg. Ekstra piramidal ada pada otak dibagian ganglia basal.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

24

PSIKOFARMAKA
Dibawakan oleh Eka Cania, S.Ked
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)

A. Definisi
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup
pasien.
Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: anti-psikosis, antidepresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif.
Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara

lain: transquilizer, neuroleptic,

antidepressants dan psikomimetika.


Perubahan dan kemajuan besar dalam farmakoterapi psikosis telah dimulai dengan
introduksi dari klorpromazin pada tahun 1952, disusul dengan dengan alkaloida Rauwolfia
Reserpin (1954) yang pada saat itu sudah beberapa tahun digunakan sebagai obat
hipertensi. Sekitar 1957 obat-obat antidepresi pertama mulai digunakan, yaitu obat
tuberkolosa yaitu iproniazida dan imipramin. Pada waktu itu juga telah diperkembangkan
tranquillizer-tranquillizer

modern,

yakni

meprobamat

dan

senyawa-senyawa

benzodiazepine (diazepam,dan sebagainya). Semua obat ini lalu disusul dengan banyak
turunannya dan psikofarmaka yang lainnya.
Obat-obat baru ini tidak hanya lebih efektif dari obat-obat sebelunya, melainkan sangat
merubah dan mempermudah perawatan penderita-penderita di rumah sakit gangguan jiwa.
Mereka menjadi lebih terbuka dengan para perawat dan terapinya, selain itu waktu
perawatan dirumah sakit juga dapat diperpendek, karena para penderita gangguan jiwa
dapat diobati secara ambulan (poliklinis, dirumahnya sendiri). Namun demikian
psikofarmaka ternyata tidak dapat mengantikan terapi shock secara keseluruhan, antara
lain electro-shock pada keadaan-keadaan depresi tertentu.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

25

B. ObatObat Psikotropika
Psikofarmaka dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu pada SSP (Sistem Saraf Pusat)
yang terdiri atas:
a. Neuroleptika
Obat ini bekerja secara antipsikotis dan sedatif. Digunakan pada bermacam-macam
psikosis (schizophrenia, mania, dll). Obat ini disebut juga major tranquillizer.
b. Tranquilizers (ataraktika/anksiolitika)
Tranquillus berasal dari bahasa latin yang berarti tenang. Obat ini bekerja secra
sedatif, merelaksasi otot dan antikonvulsif. Digunakan pada keadaan-keadaan
neurotis (gelisah, takut, stess). Obat ini disebut juga minor transquillizers
2. Obat-obat yang menstimulir fungsi-fungsi psikis tertentu pada SSP (Sistem Saraf Pusat)
a. Antidepresiva
Dahulu obat ini dipecah lagi menjadi:
Thimoleptika, yang berkhasiat melawan melancholia, dan memperbaiki suasana
jiwa;
Thimeretika, yang berkhasiat menghilangkan inaktivitas fisik dan mental yang
menyertai depresi tanpa memperbaiki suasana jiwa.
b. Psikostimulansia
Obat ini berkhasiat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan serta prestasi fisik dan
mental, rasa lelah dan ngantuk ditanguhkan. Suasana jiwa dipengaruhi silih berganti,
seringkali terjadi euphoria (rasa nyaman), tak jarang juga dapat menimbulkan
dysforia (rasa tidak nyaman) bahkan depresi. Oleh karena itu obat ini tidak layak
digunakan sebagai antidepresan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
amfetamin, metilfenidat, fenkamfamin, dan juga kofein.
3. Obat-obat yang mengacaukan fungsi-fungsi mental tertentu.
a. Psikodisleptika
Obat ini mengandung zat-zat halusinogen, yang menimbulkan keadaan desintegrasi
dengan gejala-gejala yang mirip psikosis halusinasi, pikiran-pikiran dan impianimpian khayal, dan sebagainya. Yang termasuk obat ini adalah LSD, fensiklidin
(HOG, PCP).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

26

Mekanisme Kerja
Semua obat psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk dalam CCS (Cairan
Serebro Spinal) dimana mereka melakukan kegiatannya secara langsung terhadap
saraf-saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimia belum diketahui secara
pasti, tetapi terdapat petunjuk-petunjuk kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat
dengan kadar neurotransmitter diotak atau antar keseimbanganya. Seperti diketahui
neurotransmitter atau neurohormon adalah zat yang menyebabakan penerusan
implus (rangasangan listrik) dari sutu neuron (axon) melalui sinaps ke neuron yang
lain (dendrite atau saraf post-sinaptik).
Neurohormon terpenting dari sistem adrenergic di otak adalah zat-zat mono-amin
noradrenalin (NA), serotonin (5-HT = 5 Hidroksitriptamin) dan dopamine (DA),
yang menentukan kegiatan otak dengan antar keseimbanganya. Zat-zat ini
khususnya terdapat dalam gelembung-gelembung kecil diujung-ujung axon,
berdekatan dengan sinaps. Setelah implus listrik masuk kedalam axon gelembung
persendian melepaskan neurohormonnya. Sebagaian besar daripadanya segera
diserap kembali secara aktif oleh gelembung-gelembug tersebut (re-uptake), sisanya
melangkai sinaps dan mencapai reseptor-reseptor di ujung dendrite seberang.
Tibanya neurohormon menstimulasi reseptor untuk melepaskan suatu impuls kedua,
yang mengakibatkan loncatnya impuls asli melalui sinaps. Enzim MAO (Mono
Amin Oksidase) yang juga terdapat diujung-ujung neuron, berfungsi menguraikan
mono-amin sesudah pekerjaannya selesai. Neurotransmitter asetilkolin dari sistem
kolinergik tidak direspon kemabali,melainkan langsung diuraikan oleh kolinesterase.
Teori mono-amin menyebutkan bahwa terganggunya keseimbangan antara masingmasing neurohormon tersebut dari sistem adrenergic memperihatkan hubungan erat
dengan penyakit-penyakit jiwa. Tetapi juga neurotransmitter-neurotransmitter dari
sistim-sistim yang lain memegang peran yang lain dalam hal ini, misalnya
asetilkolin dan endorfin-endorfin (morfin endrogen). Dengan demikian pada depresi
endogen (keadaan murung dan sendu yang hebat) seringkali ditemukan kekurangan
NA dan 5-HT disinaps-sinaps penting dari SSP, sedangkan pada keadaan mania
(suatu keadaan hiperaktif dan gembira) justru terdapat berlebihan akan hormonhormon tersebut.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

27

Kombinasi
Neuroleptika dan antidepresiva tidak dapat dikombinasi dengan andrenergika
(andrenalin, efedrin, wekamin) karena mengakibatkan penimbunan NA dengan efek
hipertensi dan aritmia. Begitupula kombinasi dengan semua obat penekan SSP,
misalnya hipnotika, antihistaminika atau alcohol. Untuk obat-obat hipertensi dengan
kerja sentral, misalnya klonidin, sebaiknya juga dikurangi. Kombinasi dari
neuroleptika dengan antidepresiva hanya diperbolehkan pada pasien-pasien depresif
dengan gejala-gejala agitasi, kegelisahan dan rasa takut. Kombinasi dari
benzodiazepine dengan neuroleptika atau antidepresiva biass bermanfaat.
Pentakaran
Efek dari psikofarmaka memperlihatkan variasi individual yang besar sekali,
sedangkan antara kadar darah dan efek terapi umumnya tidak ada hubunganya
langsung. Maka terapi biasanya dimulai dengan dosis rendah yang setiap 4-7 hari
dinaikkan dengan berangsur-angsur sampai efek yang diinginkan tercapai atau
terjadi gejala-gejala ekstrapiramida. Efek optimal kebanyakan baru tercapai setelah
2-3 minggu (waktu latensi). Orang-orang yang sudah berusia tua sangat peka
terhadap obat-obat ini dan umumnya dosis separuhnya sudah mencukupinya.
Berhubung plasma-t1/2 pada umumnya agak panjang, antara 15-50 jam, maka
pentakaran satu kali sehari sebelum tidur lazimnya mencukupi. Jika perlu dapat
ditambah dengan dosis yang rendah pada esok harinya. Keuntungan dari penakaran
sebagai single-dose adalah kurang dirasakanya efek-efek samping tidak enak dan
dipermudahnya tidur berkat efek sedative-hipnotiknya. Penggunaan tablet-tablet
long-acting (retard, duplex dan sebagainya) dalam hal ini tidak bermanfaat.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

28

Obat Anti-Psikosis
Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer. Salah satunya
adalah Chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai
premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan
seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek
mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.
Pada umumnya obat antipsikosia dipakai terhadap:
Sindrom otak organik yang akut dan menahun, misalnya pada delirium;
Skizofrenia, psikosis manik-depresf jenis mania, parafrennia involusi dan psikosis reaktif
(kecuali terhadap psikosis depresi reaktif). Gangguan non-psikiatrik, misalnya
hiperemesis, alergi dan untuk potensiasi suatu analgetikum.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

29

a. Penggolongan obat anti-psikosis

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

30

Catatan saat bimbingan dengan dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K):


Bila gejala positif ada antipsikotik tipikal
Bila gejala positif dan negatif ada serta ingin mempertahankan fungsi kognitif
antipsikotik atipikal
Bila ditemukan hiccup/cegukan, tic, dan tourret dapat diberikan haloperidol dosis kecil.
Trihexylpenidil (THP) salah satu obat kolinergik yang diindikasikan bila ditemukan Extra
Piramidal Sindrom. Selain itu dapat diberikan Dipenhidramin.
Trifluoperazin (Stelazin) paling aman pada ibu hamil.
Fluphenazine deconoate (Modecate) preparat lepas lambat dan efek umumnya terjadi
dalam 3 minggu.
Quetiapine (Seroquel) bisa digunakan untuk pasien bipolar
Clozapine digunakan pada pasien psikosis refrakter.
Risperidon paling aman untuk pasien geriatri dan anak.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

31

b. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist).
Sedangkan obat anti-psikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap
Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonine 5 HT Receptors (Serotonine
dopamine antagonist).
c. Indikasi
Pada semua jenis psikosa dimana gejala sasaran adalah sindrom psikosis. Sindrom
psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis fungsional (skizofrenia, psikosis paranoid,
psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll) dan sindrom psikosis organik (sindrom
delirium, demensia, intoksikasi alkohol, dll).
Butir-butir diagnosis sindrom psikosis antara lain:
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai
norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan (insight) terganggu.
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala positif:
gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham),
gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi),
perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized),
dan gejala negatif: gangguan perasaan (afek tumpul, respons emosi minimal), gangguan
hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir (lambat,
terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat
terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak
mampu bekerja, menjalin hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin
d. Interaksi Obat
Antipsikosis diberikan bersama antipsikosis lain memiliki potensiasi efek samping obat
dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat antipsikosis).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

32

Antipsikosis diberikan bersama antidepresan trisiklik akan memberikan peningkatan


efek samping antikolinergik.
Antipsikosis diberikan bersama antianxietas akan meningkatkan efek sedasi,
bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute
adjunctive therapy)
Antipsikosis diberikan bersama Electro Convulsive Therapy (ECT), dianjurkan tidak
memberikan obat antipsikosis pada pagi hari sebelum dilakukan ECT karena memiliki
angka mortalitas yang tinggi.
Antipsikosis diberikan bersama antikonvulsan memiliki ambang konvulsi yang
menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis
antikonvulsan harus lebih besar (dose-related). Yang paling minimal menurunkan
ambang kejang adalah obat antipsikosis haloperidol.
Antipsikosis diberikan bersama antasida memberikan efektifitas obat antipsikosis yang
menurun disebabkan gangguan absorpsi.
e. Kontra Indikasi
Penyakit hati (hepatotoksik)
Penyakit darah (hematotoksik)
Epilepsi (menurunkan ambang kejang)
Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
Febris yang tinggal (thermoregulator di SSP)
Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)
Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak, dll)
Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depressant (kesadaran makin memburuk)
f. Efek samping
Tergantung pada sensitivitas dan keadaan tubuh pasien, terdapat banyak macam efek
samping yang mungkin timbul karena obat psikotropik, terutama karena obat anti psikosis.
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).
Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO meningkat, gangguan irama
jantung).
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

33

Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akatisia, sindrom parkinson: tremor,


bradikinesia, rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynecomastia), metabolik (jaundice), hematologik
(agranulositosis), biasanya untuk pemakian jangka panjang.
Jenis atipikal (terutama Risperidon) dapat mengakibatkan peningkatan nafsu makan.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

34

RISPERIDON
1 mg, 2 mg, 3 mg

Cara kerja obat:


Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-adrenergik. Risperione tidak
memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.
Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala
positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan
induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral
yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal,
dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia.
Farmakokinetik:
Risperidone diabsorpsi sempurna setelah pemberian oral, konsentrasi plasma puncak dicapai
setelah 1-2 jam. Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi oleh makanan. Hidroksilasi
merupakan jalur metabolisme terpenting yang mengubah risperidone menjadi 9-hidroxylrisperidone yang aktif.
Waktu paruh eliminasi dari fraksi antipsikotik yang aktif adalah 24 jam. Studi risperidone
dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma yang lebih tinggi dan
eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada pasien dengan gangguan ginjal.
Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Indikasi:
Terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejalagejala tambahan gejala positif (halusinasi, waham/delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan
dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala negatif yang terlihat nyata (blunted affect,
menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap risperidone.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

35

Dosis
Dosis umum
Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien)
Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
Dosis umum 2-6 mg/hari
Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin
dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya
pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding dengan risikonya.
Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya sehingga tidak boleh digunakan.
Penggunaan pada penderita geriatrik, juga penderita gangguan fungsi ginjal dan hati:
Dosis awal: 0,5 mg, 2 x sehari
Dosis dapat disesuaikan secara individual dengan penambahan 0,5 mg, 2 x sehari (hingga
mencapai 1-2 mg, 2 x sehari)
Peringatan dan Perhatian

Anak-anak usia <15 tahun tidak dianjurkan.

Dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, terutama pada pemberian awal. Risperidone


diberikan secara hati-hati pada penderita kardiovaskular. Pengurangan dosis harus
dipertimbangkan bila terjadi hipotensi.

Penggunaan dosis di atas 5 mg, 2x sehari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah
dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Jangan melebihi dosis
yang dianjurkan. Bila diperlukan efek sedasi yang lebih, pemberian obat seperti
benzodiazepin lebih baik dibanding menaikkan dosis risperidone.

Obat antagonis reseptor dopamin berhubungan dengan induksi tardive dyskinesia, ditandai
dengan pergerakan berulang yang tidak terkendali, terutama pada lidah dan/atau wajah.
Dilaporkan bahwa munculnya gejala ekstrapiramidal merupakan faktor risiko terjadinya
tardive dyskinesia. Jika tanda dan gejala tardive dyskinesia muncul, pertimbangkan untuk
menghentikan penggunaan semua obat antipsikotik.

Pemberian risperidone pada pasien Parkinson secara teori dapat menyebabkan penyakit
memburuk.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

36

Hati-hati penggunaan pada pasien epilepsi.

Pasien diberitahu bahwa berat badannya dapat meningkat.

Risperidone dapat mengganggu aktivitas yang memerlukan konsentrasi mental, pasien


disarankan tidak menyetir atau menjalankan mesin hingga diketahui kerentanan
individualnya.

Pemberian pada wanita hamil dan menyusui jika keuntungannya lebih besar dari risiko.

Penggunaan risperidone dapat menimbulkan Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS)


yang manifestasi klinisnya adalah: Hiperpireksia, rigiditas otot, perubahan status mental
dan gangguan denyut nadi, tekanan darah, aritmia, takikardia dan diaforesis. Manifestasi
lainnya dapat berupa: peningkatan kreatinin fosfatase, mioglobinemia, serta gagal ginjal
akut. Bila timbul gejala NMS, hentikan segera penggunaan.

Penggunaan risperidone juga dapat menimbulkan hiperprolaktinemia (karena risperidone


dapat meningkatkan kadar prolaktin sehingga kemungkinan efek karsinogenitasnya
meningkat).

Penggunaan risperidone pada penderita geriatrik serta penderita gangguan fungsi hati dan
ginjal: Dosis awal dan dosis tambahan perlu dikurangi sampai separuh dosis normal.

Efek Samping

Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.

Efek samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu, konstipasi,


dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan, priapismus, disfungsi
ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi orgasme, inkontinensia urin, rinitis, ruam dan reaksi
alergi lain.

Beberapa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi (namun insiden dan keparahannya
jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan haloperidol), seperti: tremor, rigiditas,
hipersalivasi, bradikinesia, akathisia, distonia akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya
ringan dan akan hilang dengan pengurangan dosis dan/atau dengan pemberian obat
antiparkinson bila diperlukan.

Seperti neuroleptik lainnya, dapat terjadi neuroleptic malignant syndrome (namun jarang),
ditandai dengan hipertermia, rigiditas otot, ketidakstabilan otonom, kesadaran berubah dan
kenaikan kadar CPK, dilaporkan pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat
antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.

Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi termasuk ortostatik, takikardia


termasuk takikardia reflek dan hipertensi.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

37

Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi prolaktin plasma yang bersifat


dose-dependent, dapat berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan siklus menstruasi
dan amenorrhoea.

Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati kadang-kadang terjadi.

Sedikit penurunan jumlah neutrofil dan trombosit pernah terjadi.

Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air dengan
hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan terjadinya
serangan.

Interaksi Obat

Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan
alkohol.

Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin lainnya.

Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone.

Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone.

Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik (risperidone


dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi risperidone.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

38

HALOPERIDOL
0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg

Merk Dagang
Haloperidol , Dores, Govotil, Haldol, Halonace, Lodomer, Serenace, Seradol, Quilez, Upsikis
Aksi Dan Farmakologi klinis:
Haloperidol adalah butyrophenone antipsikotik turunan dengan sifat-sifat yang telah
dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, dan mania.
Haloperidol adalah neuroleptic yang efektif dan juga memiliki sifat Antimuntah, tetapi
memiliki kecenderungan untuk memprovokasi ditandai efek ekstrapiramidal dan relatif lemah
adrenolytic alfa-properti. Ini juga menunjukkan anorexiant hipotermia dan efek dan mungkin
terjadi tindakan barbiturates, anestesi umum, dan obat-obatan depresan SSP lain.
Indikasi Dan Penggunaan Klinis:
Manajemen dari manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik. Ini
mungkin juga nilai dalam pengelolaan perilaku agresif dan gelisah pada pasien dengan
sindrom otak kronis dan keterbelakangan mental dan dalam mengendalikan gejala Gilles de
la Tourettes syndrome.
Kontra Indikasi:
Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat depresan
lainnya. Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan depresi berat, penyakit kejang
sebelumnya, lesi ganglia basal, dan dalam sindrom Parkinson, kecuali dalam kasus
dyskinesias akibat pengobatan levodopa. Tidak boleh digunakan pada pasien yang diketahui
sensitif terhadap obat, atau pikun dengan Parkinson yang sudah ada.
Anak-anak: Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum ditetapkan, karena itu,
haloperidol adalah kontraindikasi pada kelompok usia ini.
Kehamilan dan Laktasi:
Haloperidol tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam anomali janin dalam studi
populasi yang besar. Tua atau lemah pasien yang menerima obat harus diamati dengan hatihati untuk kelesuan dan penurunan sensasi rasa haus karena hambatan utama yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan berkurangnya ventilasi paru-paru dan bisa mengakibatkan
komplikasi, seperti terminal bronkopneumonia.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

39

Haloperidol dapat memperpanjang aksi hipnotis barbiturates dan mungkin menambah


pengaruh dari alkohol dan obat-obatan depresan SSP lainnya seperti obat bius dan narkotika
disarankan untuk dilakukan penyesuaian dalam dosis.
Interaksi Obat:
Haloperidol dilaporkan dapat mengganggu sifat antikoagulan phenindione dalam kasus yang
terisolasi, dan kemungkinan harus diingat efek yang serupa terjadi ketika haloperidol
digunakan dengan antikoagulan lain.
Efek SSP lain:
Insomnia, reaksi depresif adalah efek yang umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan
katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan
eksaserbasi gejala psikotik, termasuk halusinasi, juga telah dilaporkan.
Overdosis:
Yang paling umum terjadi adalah 1) reaksi ekstrapiramidal berat, 2) hipotensi postural, atau
3) sedasi.
Dosis dan Administrasi:
Oral:
1. Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek untuk agitasi
psikomotor, eksitasi, perilaku kekerasan atau impulsif yang berbahaya:

Dosis awal 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari

atau 3-5 mg, 2-3 kali sehari pada kasus berat atau resisten.

2. Pada skizofrenia resisten

sampai 100 mg (jarang sampai 120 mg) per hari mungkin diperlukan.

Sesuaikan dengan respons, dosis pemeliharaan efektif serendah mungkin (sampai


serendah 5-15 mg/hari).

LANSIA (atau debil) dosis awal setengah dosis dewasa.

Anak: dosis awal 25-50 mcg/kg bb/hari dalam 2 dosis terbagi, maksimal 10 mg.
Pada kasus cegukan yang sulit diobati:

1,5 mg, 3 kali sehari. Sesuaikan dengan respons.

Pada anak tidak dianjurkan.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

40

Pasien lanjut usia atau lemah:

Dosis rendah yang direkomendasikan pada pasien tersebut karena mereka mungkin lebih
sensitif terhadap obat tersebut.

Awalnya, dosis harian berkisar 0,5-1,5 mg (0,25-0,5 mg, 2 atau 3 kali sehari) harus
digunakan.

Atas penyesuaian dosis ini harus dilakukan secara bertahap; maksimum dan pemeliharaan
harus dosis individual dan biasanya lebih rendah dalam jenis pasien.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

41

KLORPROMAZIN
25 mg dan 100 mg

Mekanisme Kerja Obat:


Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik turunan phenotiazine. Mekanisme kerjanya
secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia
juga mempunyai efek sedatif dan anti-emetik. Chlorpromazine bekerja pada taraf susunan
saraf pusat, terutama pada tingkat subkortikal maupun pada berbagai sistem organ.
Chlorpromazine mempunyai efek anti-adrenergik kuat dan antikolinergik perifer lemah,
serta efek penghambatan ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai efek antihistamin
dan antiserotonin lemah.
Indikasi:
Psikosis, neurosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi, anestesi,
premedikasi, mengontrol hipotensi, induksi hipotermia, antiemetik, skizofrenia, gangguan
skizoafektif, psikosis akut, sindroma paranoid & stadium mania akut.
Kontraindikasi :
Jaundice, kelainan fungsi hati, koma, pasien dengan pemakaian obat penekan susunan syaraf
pusat, juga depresi sumsum tulang.
Dosis: 150-600 mg/hari
Anak-anak : sehari 2-4 mg/kg berat badan, dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.
Peringatan dan Perhatian:

Obat ini dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal.

Hati-hati pada pasien yang hipersensitif.

Dapat melemahkan mental/fisik, abilitas.

Penggunaan pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti, di-gunakan hanya bila perlu.

Pemakaian bersama alkohol, menyebabkan efek aditif.

Hati-hati pada penderita dengan kelainan fungsi hati.

Hati-hati diberikan pada pasien lanjut usia.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

42

Efek Samping :

Gejala idiosinkrasi yang dapat timbul berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini
disertai oleh adanya eosinophilia dalam darah perifer.

Klorpromazin HCl dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat
pada Parkinsonisme, orthostatic hypotension sering terlihat pada penderita yang
mempunyai sistem vasomotor labil.

Dapat juga berupa hipotermia, kadang-kadang takikardia atau mulut dan tenggorokan
kering,mengantuk, konstipasi dan retensi urin.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

43

TRIFLUOPERAZIN (STELAZIN)
1 mg dan 5 mg

Indikasi:
Gangguan mental & emosi ringan, kondisi, neurotik/psikosomatis, ansietas, mual & muntah,
skizofrenia, psikosis.
Kontra Indikasi:
Keadaan koma atau obat yg menginduksi depresi SSP, diskrasia darah, depresi sumsum
tulang, penyakit hati.
Efek Samping:
Mengantuk, pusing, reaksi kulit, mulut kering, penglihatan kabur, amenore, laktasi, otot
lemas, gejala ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi, diskinesia tardive (penggunaan
lama, dosis tinggi). Jarang, kolestatik jaundice, diskrasia darah.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

44

TRIHEKSIPENIDIL
2 mg

Cara Kerja Obat:


Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada
perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja
dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap
susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Indikasi: Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontraindikasi:
Hipersensitifas terhadap triheksifenidil atau komponen lain dalam sediaan, glaukoma sudut
tertutup, obstrusksi duodenal atau pyloric, peptik ulcer, obstruksi saluran urin, achalasia;
myastenia gravis.
Peringatan dan Perhatian :
Penyakit jantung, hati & ginjal, hipertensi, glaukoma, pria dewasa dengan kemungkinan
hipetrofi prostat.
Efek Samping:
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi
pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
Dosis:
Parkinson idiopatik:
Dosis awal 1 mg (hari pertama), kemudian ditingkatkan menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama
3-5 hari atau sampai tercapai dosis terapi;
Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari;
Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis harian total 5-15mg/hr, pada
awal terapi dianjurkan 1 mg/dosis.
Pasien > 65 thn perlu dosis lebih kecil.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

45

Obat Anti-Depresi
Sinonim antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer. Umumnya yang digunakan
sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya imipramin, amitriptilin, dothiepin dan
lofepramin).
a. Penggolongan Obat Anti Depresan

No. Golongan
1. Trisiklik
(TCA)
2.

SSRI

3.
4.

MAOI
Atypical

Obat generik
Obat Paten
Amitriptilin HCl Limbritol
Trilin
Imipramin HCl
Tofranil
Sentralin HCl
Zoloft
Fluvoxamin
Luvox
Fluoxetin
Prozac
Paroxetin
Moclobemide
Mianserin

Seroxat
Manerix
Tolvon

Trazodon HCl

Trazone

Maprotilin HCl

Ludiomil
Ludios
Tilsan

Sediaan
Tablet 25 mg

Dosis Anjuran
75-150 mg/hari

Tablet 25 mg
Tablet 50 mg
Tablet 50 mg
Kapsul 20 mg,
Kaplet 20 mg
Tablet 20 mg
Tab 150 mg
Tablet 10, 30
mg
Tab 50 mg,
100 mg
Tab 10, 25, 50,
75 mg

75-150 mg/hari
50-150 mg/hari
50-100 mg/hari
20-40 mg/hari
20-40 mg/hari
300-600 mg/hari
30-60 mg/hari
75-150 mg/hari
dosis terbagi
75-150 mg/hari
dosis terbagi

b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat Anti-depresi adalah:
Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter
Menghambat penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase Sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinap neuron di SSP

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

46

c. Indikasi
Digunakan untuk sindrom depresi. Butir-butir diagnostic Sindrom Depresi:
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami:
o Afek depresi
o Hilang minat dan rasa senang
o Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
Keadaan diatas disertai gejala-gejala:
o Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
o Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
o Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi
o Pandangan suram dan pesimis terhadap masa depan
o Gagasan atau tindakan mencederai diri/bunuh diri
o Gangguan tidur
o Pengurangan nafsu makan
o Kadang berguna juga juga pada penderita ansietas fobia, obsesifkompulsif, dan
mencegah kekambuhan depresi.
d. Interaksi Obat
Trisiklik + Haloperidol/fenotiazin akan Mengurangi kecepatan ekspresi dari trisiklik
(kadar plasma meningkat). Terjadi potensiasi efek antikolinergik.
SSRI/TCA + MAOI dapat menyebabkan Serotonin Malignant Syndrome dengan gejala
berupa gastrointestinal distress (mual, muntah, diare), agitasi (mudah marah, ganas),
restlessness (gelisah), gerakan kedutan otot, dan lain-lain.
MAOI + obat-obatan simpatomimetik (misalnya fenilpropalamin, pseudoefedrin pada
obat flu/asma, noradrenalin pada anestesi lokal, derivate amfetamin, i-dopa) dapat
menyebabkan efek potensiasi yang dapat menjurus ke krisis hipertensi (acute
paroxysmal hypertension), dimana ada resiko terjadinya serangan stroke.
MAOI + senyawa yang mengandung tyramine (keju, anggu, dll) dapat menyebabkan
krisis hipertensi dengan resiko serangan stroke pada pasien usia lanjut.
Obat antidepresi + depresan CNS (misalnya morfin, bezodiazapin, alcohol, dan lainlain) akan menyebabkan potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap pusat napas
risiko timbulnya respiratory failure.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

47

e. Kontra Indikasi
Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia lanjut
Glaukoma, retensi urin, hipertrofi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi
Pada penggunaan obat Lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal dan kelenjar thyroid
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunaan TCA, resiko teratogenik
besar (khususnya trismester 1) dan TCA dieksresikan melalui ASI
f. Efek Samping
Efek samping obat antidepresan terbagi atas: (1) efek antikolinergik: mulut kering, mata
kabur, konstipasi, TIO meningkat, retensi urin, hipotensi postural, dll; (2) efek susunan
saraf pusat: pusing, kelelahan, bingung, tremor, kejang,dll; (3) kardiovaskuler: hipotensi,
takikardia sinus, aritmia, konduksi atrioventrikuler terganggu; (4) hematologis: depresi
summsum tulang, leukopenia, agranulositosis, anemia hemolitik, trombositopenia; dan (5)
lain-lain: hipo-atau hipertermia, gangguan pernapasan, gangguan linido, keluhan
gastrointestinal, gangguan fungsi hepar.
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome dengan gejala
eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan disorientasi.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
Gastric lavage.
Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi.
Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat diulangi setiap 3040 menit hingga gejala mereda.
Monitoring EKG

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

48

SETRALINE
50 mg

Mekanisme kerja:
Sertraline adalah penghambat ambilan (uptake) serotonin (5HT) yang poten dan spesifik,
yang secara in vitro mempunyai efek potensiasi 5HT pada binatang. Terdapat efek yang
sangat lemah pada norepinephrine & dopamine neural reuptake. Pada dosis yang dianjurkan,
sertraline menghalangi ambilan serotonin sampai ke dalam trombosit.
Dalam uji yang dilakukan pada sukarelawan sehat, sertraline tidak menunjukkan efek sedasi
(kantuk) ataupun mempengaruhi fungsi psikomotor. Sebagai inhibitor dari ambilan 5HT,
sertraline tidak mempengaruhi aktivitas katekolaminergik, dan tidak mempunyai afinitas
terhadap reseptor muskarinik (kolinergik), serotonergik, dopaminergik, adrenergik,
histaminergik, GABA, ataupun reseptor benzodiazepin.
Pada binatang, pemberian sertraline dalam jangka waktu lama berhubungan dengan
penurunan regulasi reseptor norepinephrine pada otak secara klinis dibandingkan
antidepresan lainnya. Dibandingkan dengan antidepresan trisiklik, tidak terlihat efek
kenaikan berat badan, beberapa pasien mengalami penurunan berat badan pada
pemakaian sertraline. Sertraline tidak memperlihatkan efek ketergantungan fisik atau psikis.
Farmakokinetik:
Pada pemberian dosis tunggal antara 50-200 mg, maka didapatkan kadar puncak plasma 4,58,4

jam

setelah

pemberian

peroral.

Waktu

paruh

plasma

berkisar

antara

26 jam. Ikatan protein plasma adalah 98%.


Sertraline mengalami metabolisme pertama di hati. Hasil dari metabolismenya adalah Ndesmethylsertraline yang mempunyai efek klinis minimal. Pada pemeriksaan secara
radioaktif dari 40-45 % pemberian didapatkan sisa dari metabolisme dapat ditemukan dalam
urine dan feses (termasuk 12-14 % Sertraline dalam bentuk utuh) setelah 9 hari pemberian.
Indikasi:
Diindikasikan untuk mengobati gejala depresi dengan atau tanpa riwayat mania.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap sertraline;
Penggunaan bersama dengan MAO-inhibitor;

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

49

Pada wanita hamil: belum ada studi kelayakan penggunaan sertraline pada wanita hamil.
Bila harus digunakan, harus mempertimbangkan risiko dan manfaatnya;
Pada ibu menyusui: hanya terdapat sedikit data mengenai kadar sertraline dalam air susu
ibu.
Efek samping
Pada umumnya adalah anoreksia, mual, diare, dispepsia, tremor, sakit kepala, insomnia,
kantuk, berkeringat, mulut kering, disfungsi seksual (ejakulasi lambat pada pria);
Jarang

terjadi:

hipertensi,

hipotensi,

takikardia,

ataksia,

koordinasi

abnormal,

hiperaesthesi, migren, disfagia, artralgia, emosi labil, dismenorea, bronkospasme,


dispnea, disuria, udem perifer;
Pernah dilaporkan (sekitar 0,8 %) terjadi peningkatan asimptomatik kadar transaminase
(SGOT, SGPT) serum;
Keadaan abnormal/kejadian efek samping biasanya timbul dalam waktu 1 - 9 minggu
pengobatan dan dapat hilang bila pengobatan dengan sertraline dihentikan;
Beberapa kasus hiponatremia pernah dilaporkan dan menjadi reversibel setelah
pengobatan dengan sertraline dihentikan;
Beberapa kasus yang diduga berhubungan dengan sindrom sekresi hormon antidiuretik
pernah dilaporkan pada penderita usia lanjut, penderita yang menggunakan diuretik atau
sejenisnya.
Peringatan dan perhatian
Aktivasi mania/hipomania: selama uji pra-pemasaran, hipomania atau mania dapat terjadi
pada 0,4% pasien yang diberikan sertraline;
Penurunan berat badan dapat terjadi pada sebagian kecil pasien yang diberikan sertraline;
Kejang : pemberian sertraline pada penderita yang mempunyai riwayat kejang harus
diawasi dengan baik;
Kecenderungan bunuh diri: pemberian Sertraline pada pasien yang mempunyai
kecenderungan untuk bunuh diri harus diawasi dengan ketat;
Penggunaan pada pasien dengan riwayat penyakit tertentu:
o Gangguan hati: pemberian harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam dosis rendah
karena Sertraline dimetabolisme di hati;
o Gangguan ginjal: pada pasien dengan gangguan ginjal ringan sampai berat harus
diawasi pemberiannya;
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

50

o Terapi elektrokonvulsif: belum ada data yang mendukung mengenai hubungan antara
terapi elektrokonvulsif dengan pemberian sertraline;
o Hati-hati pemberian sertraline pada pasien yang mengemudikan kendaraan atau
menjalankan mesin;
o Pemberian sertraline bersama alkohol pada pasien depresi sangat tidak dianjurkan.
Bila pengobatan dihentikan dengan tiba-tiba maka akan timbul gejala withdrawal, seperti
sakit kepala, berkeringat, mual, insomnia, tremor.
Interaksi obat
Golongan MAO-Inhibitor: sindrom neuroleptik maligna, hipertermia, rigiditas, miokloni,
perubahan status mental, irritabilitas bahkan pada keadaan yang ekstrem dapat
mengakibatkan delirium dan koma. Pemberian antara sertraline dengan penghambat MAO
harus dengan interval 14 hari;
Obat yang terikat pada protein plasma (seperti warfarin, digoxin) dapat menimbulkan efek
samping sertraline;
Simetidin : terdapat peningkatan AUC, Cmax, T1/2 sertraline;
Obat-obat yang bekerja di susunan saraf pusat (seperti diazepam) akan mempengaruhi
farmakokinetik sertraline;
Sertraline tidak mempunyai interaksi pada pemberian bersama glibenklamid, digoxin,
lithium, dan obat-obat yang dimetabolisme di sitokrom P450 (seperti carbamazepine,
terfenadin).
Overdosis
Sertraline mempunyai rentang keamanan yang lebar. Belum pernah dilaporkan keadaan yang
serius pada pemberian Sertraline sampai dosis 6 gram. Tidak ada penanganan khusus pada
keadaan overdosis dari Sertraline. Yang perlu diperhatikan pada kejadian overdosis adalah
keadaan umum, tanda vital dan diusahakan dengan pemberian karbon aktif, kumbah
lambung.
Dosis dan cara pemberian
Dosis terapi adalah 50 mg/hari;
Bila respons terhadap dosis 50 mg kurang adekuat, dosis dapat ditingkatkan sampai 200
mg/hari;
Onset dari efek terapi mulai terlihat dalam waktu 7 hari dan efektivitas menyeluruh dapat
terlihat selama 2-4 minggu pengobatan;
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

51

Dosis pemeliharaan sebaiknya pada dosis efektif terendah, dengan penyesuaian dosis
berikutnya tergantung dari respons terapi;
Pemberian pada usia lanjut: dapat diberikan sesuai dosis dewasa, tidak dibutuhkan
perhatian tambahan;
Pemberian pada anak-anak : tidak direkomendasikan karena keamanan dan efektivitas
sertraline pada anak-anak belum terbukti;
Pemberian pada gangguan hati dan ginjal: lihat peringatan dan perhatian.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

52

FLUOKSETIN
Kapsul 10 mg dan 20 mg
Tablet 20 mg

Farmakologi
Diabsorbsi baik, ikatan protein 05%, metabolisme di hati menjadi norfluoksetin yang
aktivitasnya sebanding dengan fluoksetin, T1/2 eliminasi 1-3 hari, penyakit kronik: 4-6 hari,
sirosis: 7,6 hari; metabolit: 9,3 hari. Lamanya T1/2 memperlama reaksi yang tidak diinginkan
walau obat sudah dihentikan. Tmaks 6-8 jam, ekskresi melalui urin.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan di suhu ruang, 15-30C.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap fluoksetin atau komponen-komponen lain formulasi, Pasien pengguna
inhibitor MAO, tioridasin, mesoridasin.
Efek Ssamping
>10%:
SSP: insomnia, sakit kepala, cemas, nervous, somnolens;
Endokrin & metabolik: penurunan libido;
Saluran cerna: mual, diare, anoreksia, xerostomia;
Saraf-otot: lemah, tremor;
Pernafasan: faringitis, menguap.
1-10%:
KV: vasodilatasi, demam, sakit dada, hemorhage, hipertensi, palpitasi;
SSP: pusing, mimpi aneh, berfikir abnormal, agitasi, amnesia, menggigil, emosi labil,
gangguan tidur;
Kulit: rash, pruritis;
Endokrin & metabolik: abnormal ejakulasi, impoten;
Saluran cerna: dispepsia, konstipasi, flatulens, muntah, berat badan turun, selera makan
meningkat;
Genitourinari: sering berkemih;
Mata: penglihatan abnormal;
Telinga: berdenging, sinusitis, gejala seperti flu.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

53

Interaksi Obat
Inhibitor MAO non selektif ( fenelzin, isokarboksid) atau inhibitor MAO lainnya (linezolid)
sebaiknya tidak diberikan dengan fluoksetin karena menimbulkan reaksi yang fatal. Tunggu 5
minggu sesudah penghentian fluoksetin sebelum mulai dengan inhibitor MAO atau 2 minggu
setelah penghentian inhibitor MAO sebelum mulai dengan fluoksetin. Kombinasi dengan
selegilin menimbulkan mania, hipertensi atau sindroma seretonin. Fluoksetin dapat
menghambat metabolisme tioridasin atau mesoridasin sehingga dapat mengakibatkan resiko
perpanjangan interval QT yang bisa menimbulkan aritmia fatal. Tunggu sampai 5 minggu
setelah penghentian fluoksetin sebelum mulai dengan tioridasin. Fluoksetin dapat
meningkatkan efek aminofilin, beta bloker tertentu, dekstrometorfan, diazepam, fluvoksamin,
lidokain, meksiletin, paroksetin, fenitoin, propranolol, risperidon, ritonafir, teofilin,
tioridasin, antidepresan trisiklik, trifluoperasin.
Kombinasi fluoksetin dengan SSRI dan amfetamin, buspiron, meperidin, nefazodon,
antagonis serotonin, (sumatripan), simpatomimetik, ritonavir, tramadol mungkin akan
meningkatkan resiko sindroma serotonin. Kombinasi dengan sumatripan dan antagonis
serotonin lainnya dapat menimbulkan toksisitas, lemah, hiperrefleksia, dan inkoordinasi.
Kombinasi dengan litium akan menimbulkan resiko neurotoksik dan peningkatan serum
litium. Kombinasi dengan diuretik kuat (bemetanid, furosemid dan torsemid) akan
meningkatkan resiko hiponatremia. Kombinasi dengan warfarin dapat meningkatkan respons.
Pemberian bersama NSAID dan obat yang mempengaruhi pembekuan darah dapat
meningkatkan resiko perdarahan, monitor. Efek fluoksetin dapat ditingkatkan oleh
klorpromazin, delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin,
ritonavir, ropinirol, sulfonamid, NSAID, dan inhibitor CYP2C8/9 atau 2D6 lainnya. ;Efek
fuoksetin dapat menurun bila dikombinasi dengan karbamasepin, fenobarbital, fenotoin,
rifampin, dan induktor CYP2D6 lainnnya. Fluoksetin dapat menurunkan efek kodein,
hidrokodon, oksikodon, tramadol. Siproheptadin dapat menghambat efek serotonin reuptake
inhibitor. Litium akan dapat diturunkan efeknya oleh fluoksetin.
Pengaruh Kehamilan
Faktor risiko: Dicurigai bersifat teratogenik. Efek non teragenik yang dilaporkan muncul
pada pemberian di trimester III adalah : distres pernafasan, sianosis, apnu, kejang, temperatur
tubuh tidak stabil, sulit minum/menyusu, muntah, hipoglikemi, hipo/hipertoni, hiperrefleksia,
gelisah, menangis, tremor. Hindari pemberian bila terpaksa diberikan, turunkan perlahan
sampai kemudian dihentikan pada trimester III.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

54

Pengaruh Menyusui
Masuk ke dalam ASI, tidak dianjurkan.
Peringatan
Reaksi berat akibat penggunaan dengan inhibitor MAO: sindroma serotonin (hipertermia,
otot kaku, agitasi, tidak stabil) aritmia ventrikel yang dapat menimbulkan torsade de pointes
dan kematian bila dikombinasi dengan tioridasin. Fluoksetin dikaitkan secara nyata dengan
timbulnya rash dan alergi termasuk vaskulitis, sindroma seperti lupus, laringospasme, reaksi
anafilaktik, penyakit inflamasi pulmonal. Dapat menimbulkan mania/hipomania pada pasien
bipolar, hindari penggunaan monoterapi. Kegagalan kognitif dan gangguan motorik yang
timbul harus diwaspadai pada pengemudi atau operator mesin. Kemungkinan munculnya
keinginan bunuh diri harus diwaspadai. Waspadai kejang dan kerusakan otak. Penggunaan
pada pasien yang gagal ginjal atau hati tidak berfungsi serta pada orang tua. Waspadai
penggunaan kombinasi dengan antikoagulan. Karena panjangnya waktu paruh, waspadai
tetap berlangsungnya reaksi yang tidak diinginkan walau terapi sudah dihentikan. Waspadai
gejala putus obat yang tiba-tiba: gelisah, agitasi, bingung, insomnia, hipomania. Hentikan
penggunaan bertahap. Waspadai gangguan fungsi seks akibat penggunaan.
Mekanisme Aksi
Menghambat reuptake serotonin di SSP, tidak menghambat atau hambatan minimal terhadap
reuptake norepinefrin dan dopamin. Tidak berikatan dengan reseptor alfa adrenergik,
histamin dan kholinergik.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

55

Obat Anti-Mania
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood modulators, mood stabilizers
dan antimanik. Dalam membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah litium
karbonat.
a. Penggolongan Obat Anti Mania

Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. Pada gangguan
afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi litiumkarbonat sebagai obat
profilaks. Dapat mengurangi frekwensi, berat dan lamanya suatu kekambuahan. Bila
penggunaan

obat

litium

karbonat

tidak

memungkinkaan

dapat

digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma mania akut dan
profilaks srerangan sindroma mania pada gangguan afektif bipolar.
Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga dengan obat
antidepresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah
pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhifungsi ginjal.
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagihari, yaitu sebelum
makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.
b. Mekanisme Kerja
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan Sindrom mania akut
atau profilaksis terhadap serangan Sindrom mania yang kambuhan pada gangguan afektif
bipolar. Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine
receptor

supersensitivity,

meningkatnya

cholinergic-muscarinic

activity,

dan

menghambat cyclic AMP (adenosine monophosphate) dan phosphoinositides.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

56

c. Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan
afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif dan iritabel.
Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut:
o Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual), atau
ketidak-tenangan fisik;
o Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan untuk bicara terus
menerus;
o Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa pikirannya
sedang berlomba;
o Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai
waham/delusi);
o Berkurangnya kebutuhan tidur;
o Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus
luar yang tidak penting;
o Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan
resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara
bijaksana.
d. Interaksi Obat
Lithium + diuretik Thiazide dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium sebanyak
50% sehingga resiko intoksikasi menjadi besar. Jadi dosis Lithium harus dikurangi 50%
agar tidak terjadi intoksikasi. Sedangkan loop diuretik seperti furosemide kurang
mempengaruhi konsentrasi lithium.
ACE inhibitor + Lithium dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium sehingga
menimbulkan gejala intoksikasi.
Haloperidol + Lithium menyebabkan efek neurotoksis bertambah (diskinesia, ataksia),
tetapi efek neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi litium dengan
haloperidol dosis rendah (kurang dari 20 mh/h). Keadaan yang sam untuk Lithium +
Carbamazepine.
NSAID + Lithium dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium sehingga resiko
intoksikasi menjadi besar.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

57

e. Kontra Indikasi
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan masuk
peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.
f. Efek Samping
Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal
distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine
tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal.
Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid,
edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi
pikiran.
Gejala intoksikasi:
o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil;
o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun, oliguria,
kejang-kejang;
o Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
o Demam (berkeringat berlebihan);
o Diet rendah garam;
o Diare dan muntah-muntah;
o Diet untuk menurunkan berat badan;
o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid.
Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
o Mengurangi faktor predisposisi;
o Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak 10 ml.
Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor predisposisi,
minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi dengan
minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

58

OXKARBAMAZEPIN (PROLEPSI)
Tablet 300 mg
Kaplet 600 mg

Indikasi:
Pengobatan kejang primer umum & parsial tonik klonik dengan atau tanpa generalisasi
sekunder.
Perhatian:
Pasien dengan disfungsi ginjal, hati, atau jantung. Lansia.
Efek Samping:
Lelah. Pusing, mengantuk, sakit kepala dan ataksia.
Dosis:
Dewasa:
Awal 300 mg/hari. Efek terapeutik: antara 600-1200 mg/hari. Pemeliharaan: 900-3000
mg/hari.
Anak :
> 5 tahun Awal 10 mg/kg berat badan/hari, lalu ditingkatkan secara bertahap. Pemeliharaan:
30 mg/kg berat badan/hari.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

59

Obat Anti-Anxietas
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor
dan anksioliktik. Obat anti-cemas, juga dikenal sebagai obat penenang, ada obat yang
meredakan kecemasan dengan memperlambat sistem saraf pusat. obat anti-kecemasan yang
paling banyak jenis obat resep untuk kecemasan. Mereka juga ditetapkan sebagai pil tidur dan
relaksan otot. Benzodiazepines adalah kelas yang paling umum dari obat anti-kecemasan.
Mereka termasuk: Xanax (alprazolam), Klonopin (clonazepam), Valium (diazepam) , Ativan
(lorazepam).
a. Penggolongan Obat Anti Anxietas

b. Mekanisme Kerja
Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitasndari sistem limbik yang terdiri dari
dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic neuron yang dikendalikan oleh GABA-ergic
yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat antiansietas benzodiazepine yang
bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce the inhibitory action of GABA
neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

60

c. Indikasi
Gejala sasaran: Sindom Anxietas. Butir diagnostik terdiri dari: adanya perasaan cemas
atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai
ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang.
Sindrom anxietas dapat terjadi pada:
Psikis: Gangguan anxietas umum, gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif
kompulsif Organik: Hipertiroid, pheochromocytosis
Situasional: Gangguan penyesuaian + anxietas, gangguan cemas perpisahan
Penyerta: Gangguan jiwa +ansietas (skizofrenia, gg.paranoid, dll), Penyakit fisik +
ansietas (stroke,MCI, kanker, dll)
d. Interaksi Obat
Benzodiazepine + CNS depressants (fenobarbital, alkohol, obat anti psikosis, anti
depresi, opiate) memiliki potensiasi efek sedasi dan penekanan pusat nafas, resiko
timbulnya respiratory failure.
Benzodiazepine + CNS stimultan (amfetamin, kafein, appetite suppressants) akan
memiliki antagonism efek anti ansietas, sehingga efek benzodiazepine menurun
Benzodiazepine + neuroleptika memiliki manfaat efek klinis dari benzodiazepine
mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga risiko efek samping neuroleptik
berkurang.
e. Kontra Indikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma, miastenia gravis,
insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit hati kronik. Pada pasien usia lanjut
dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan,
iritabilitas, disinhibisi, spasitas otot meningkat dan gangguan tidur. Efek teratogenik
(khususnya pada trismester I) berkaitan dengan obat golongan benzodiazepine yang dapat
melewati plasenta dan mempengaruhi janin.
f. Efek Samping
Efek samping untuk golongan anxietas, khususnya benzodiazepine, adalah: (1) reaksi yang
lazim: kelelahan, mengantuk, ataksia;(2) reaksi yang jarang terjadi: konstipasi,
inkontinensia, retensia urin, mata kabur, disartria, nausea, mulut kering, tremor, ruam

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

61

kulit; (3) efek paradoksikal: kebingungan, depresi, nyeri kepala, perubahan libido, vertitgo
gangguan memori, dll.
Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat
dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat. Penghentian obat secara
mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena) dimana pasien
menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi
dan lain-lain. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian
selama 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

Nb (dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)):


Alprazolam memiliki efek sedatif yang kuat dan merupakan obat lepas lambat;

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

62

ALPRAZOLAM
0,25 mg, 0,5 mg dan 1 mg

Nama Merek
Xanax XR, Alganax, Alprazolam OGB Dexa, Alviz, Atarax, Calmlet, Feprax, Frixitas,
Soxietas, Zypraz
Mekanisme Kerja
Berikatan dengan reseptor benzodiasepin pada saraf post sinap GABA di beberapa tempat di
SSP, termasuk sistem limbik dan formattio retikuler. Peningkatan efek inhibisi GABA
menimbulkan peningkatan permiabilitas terhadap ion klorida yang menyebabkan terjadinya
hiperpolarisasi dan stabilisasi.
Kegunaan
Kegunaan obat ini terutama untuk Anti-anxietas dan anti panik. Pada saat keadaan cemas dan
panik terjadi penurunan sensitivitas terhadap reseptor 5HT1A, 5HT2A/2C, meningkatnya
sensitivitas discharge dari reseptor adrenergic pada saraf pusat, terutama reseptor alfa-2
katekolamin, meningkatnya aktivitas locus coereleus yang mengakibatkan teraktivasinya
aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (biasanya berespons abnormal terhadap klonidin pada
pasien dengan panic disorder), meningkatnya aktivitas metabolic sehingga terjadi
peningkatan laktat (biasanya sodium laktat yang kemudian diubah menjadi CO2
(hiperseansitivitas batang otak terhadap CO2), menurunnya sensitivitas reseptor GABA-A
sehingga menyebabkan efek eksitatorik melalui amigdala dari thalamus melalui nucleus
intraamygdaloid circuitries, model neuroanatomik memprediksikan panic attack dimediasi
oleh fear network pada otak yang melibatkan amygdale, hypothalamus, dan pusat batang
otak.
Sehingga, terapi yang diberikan pada kecemasan yaitu anxiolitik atau antianxietas yang
bekerja pada reseptor GABA dengan memperkuat aksi inhibitor GABA-ergic neuron
sehingga hiperaktivitas mereda.
Interaksi
Dengan Obat Lain:
Antifungi golongan azol, siprofloksasin, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin,
isoniasid, nikardipin, propofol, protease inhibitor, kuinidin, verapamil meningkatkan efek
alprazolam. Kontraindikasi dengan itrakenazol dan ketokenazol. Menguatkan efek depresi
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

63

SSP analgetik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif.


Alprazolam dapat meningkatkan efek amfetamin, beta bloker tertentu, dekstrometorfan,
fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat
CYP2D6 lainnya. Alprazolam meningkatkan konsentrasi plasma imipramin dan desipiramin.
Aminoglutetimid, karbamasepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin menurunkan efek
alprazolam.
Dengan Makanan:
Merokok menurunkan konsentrasi alprazolam sampai 50 %. Jus grapefruit meningkatkan
konsentrasi alprazolam. Makanan tinggi lemak, 2 jam sebelum pemberian bentuk lepas
terkendali dapat memperpanjang Cmaks sampai 25 %. Sedangkan pemberian segera sesudah
makan akan menurunkan Tmaks, bila makanan diberikan >=1 jam sesudah pemberian obat T
maks akan meningkat 30 %.
Informasi Penting

Jangan gunakan obat ini jika anda memiliki alergi terhadap alprazolam atau
benzodiazepines lain seperti chlordiazepoxide (Librium), clorazepate (Tranxene),
diazepam (Valium), lorazepam (Ativan), atau oxazepam (Serax). Obat ini dapat
menyebabkan cacat bawaan terhadap janin. Jangan gunakan alprazolam jika anda hamil.

Sebelum menggunakan alprazolam beritahukan kepada dokter anda jika anda memiliki
masalah pernafasan, glaukoma, penyakit ginjal dan hati, atau depresi dan pernah menjadi
pecandu obat dan alkohol.

Jangan meminum alkohol bersamaan dengan alprazolam. Obat ini dapat meningkatkan
efek alkohol. Obat ini hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Jangan berbagi
alprazolam dengan orang lain, khususnya pada orang yang pernah overdosis atau
kecanduan obat. Simpan obat ini di tempat aman yang tidak dapat ditemukan orang lain.

Efek Samping
Jika kita menggunakan alprazolam kita menjadi sulit lepas dari obat ini karena memang
memiliki potensi ketergantungan yang besar jika dipakai lebih dari dua minggu saja. Sulit
lepas ini juga disebabkan karena efek putus zat obat ini sangat tidak nyaman, ada yang
langsung tiba-tiba stop dan merasakan kecemasan yang lebih parah daripada sebelumnya.
Maka dari itu penggunaan obat ini harus hati-hati dan kalau bisa sesuai dengan indikasi saja.
Belakangan karena potensi ketergantungan, toleransi (makin besar pake makin lama) dan
reaksi putus zat, obat ini sudah tidak menjadi pilihan pertama lagi sebagai obat anticemas di
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

64

Amerika Serikat, di sana lebih cenderung menggunakan Antidepresan gol SSRI seperti
Sertraline, Fluoxetine, Paroxetine (Paxil).
Selain itu ESO yang ditimbulkan SSP : depresi, mengantuk, disartria (gangguan berbicara),
lelah, sakit kepala, hiperresponsif, kepala terasa ringan, gangguan ingatan, sedasi;
Metabolisme-endokrin : penurunan libido, gangguan menstruasi; Saluran cerna : peningkatan
atau penurunan selera makan, penurunan salivasi, penurunan/peningkatan berat badan, mulut
kering (xerostomia).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

65

Obat Anti-Insomnia
Sinonimnya adalah hipnotik, somnifacient, atau hipnotika. Obat acuannya adalah
fenobarbital.
a. Penggolongan Obat Anti Insomnia

Mekanisme Kerja

Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang berperan dalam
memperantarai proses tidur.
b. Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom insomnia. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Membutuhkan waktu > jam untuk tertidur atau tidur kembali setelah bangun
sehingga siklus tidur tidak utuh dan menimbulkan keluhan gangguan kesehatan
Hendaya dalm kehidupan fungsi sehari-hari

c. Interaksi Obat
Obat anti insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) dapat menyebabkan potensial efek
supresi SSP yang dapat menyebabkan oversedation dan respiratory failure.
Obat gol. Benzodiazepine tidak menginduce hepatic microsomal enzymnes atau
produce protein binding displacement sehingga jarang menimbulkan interkasi obat atau
dengan kondisi medik tertentu.
Overdosis jarang menimbulkan kematian tetapi bila disertai alkohol atau CNS
depressants lain, resiko kematian menjadi meningkat.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

66

d. Kontra Indikasi
Sleep apnoe syndrome
Congestive heart failure
Chronic respiratory disease
Wanita hamil dan menyusui: Benzodiazepine menimbulkan efek teratogenik.
e. Efek Samping
Supresi SSP pada saat tidur
Rebound Phenomen
Penggunaan lama obat anti insomnia gol. Benzodiazepine dapat meyebabkan
disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan ganas

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

67

Obat Anti-Obsesif-Kompulsif
Dalam membicarakan obat anti obsesi kompulsi yang menjadi acuan adalah klomipramin.
Obat anti obsesi kompulsi dapat digolongkan menjadi:
Obat anti obsesi kompulsi trisiklik, contoh klomipramin.
Obat anti obsesi kompulsi SSRI, contoh sertralin, paroksin, fluvoxamine, fluoxetine,
citalopram
a. Penggolongan Obat Anti Obsesif-Kompulsif

b. Mekanisme Kerja
Sindrom Obsesif kom pulsif berkaitan dengan hipersensitivitas dari serotonergic
reeceptors di SSP. Mekanisme kerja obat anti obsesif kompulsif adalah sebagai serotonin
reuptake

blockers

(menghambat

reuptake

neurotransmitter

serotonin)

sehingga

hipersensitivitas tersebut berkurang.


c. Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom Obsesif kompulsif. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala-gejala obsesif
kompilsif yang memiliki ciri-ciri:
Diketahui/disadari sebagai pikiran, bayangan atau impuls dari diri individu sendiri
Pikiran, bayangan atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan.
Melaksanakan tindakan sesuai pikiran, bayangan atau impuls tersebutdi atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas)
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

68

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan /dielakan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
d. Interaksi Obat
Clomipramine + Haloperidol/Phenotiazine dapat mengurangi kecepatan ekskresi dari
Clomipramine, sehingga kadar dalam plasma meningkat, sebagai akibatnya terjadi
potensiasi efek samping antikolinergik.
Obat anti obsesif kompulsif Trisiklik/ SSRI + CNS Depressants (alkohol, opioida,dll)
menyebabkan potensiasi efek sedasi dan penekanan terhadap pusat pernapasan.
Obat anti obsesif kompulsif Trisiklik/ SSRI + Obat simpatomimetik (derifat amfetamin)
dapat membahayakan kondisi jantung.
Obat anti obsesif kompulsif Trisiklik/ SSRI + MAOI, tidak boleh diberikan bersamaan,
dapat terjadi Serotonin Malignant Syndrome
Pemberian bersama obat anti obsesif kompulsif SSRI dan Trisklik, umumnya
meningkatkan kadar Trisiklik dalam plasma sehingga mudah terjadi gejala overdosis
(intoksikasi trisiklik).
e. Kontra Indikasi
Sangat tidak dianjurkan penggunaan obat anti obsesif kompulsif pada wanita hamil dan
menyusui
Sangat hati-hati pada penderita usia lanjut atau penderita dengan penyakit organik yang
sulit menerima efek samping obat (penyakit

jantung, pembesaran prostat,

glaukoma,dll).
f. Efek Samping
Efek samping obat anti obsesif kompulsif, sama seperti obat antidepresi Trisiklik, dapat
berupa:
Efek anti-histaminergik (sedasi, mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, dll);
Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, penglihatan kabut,
konstipasi, dll);
Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik);
Efek neurotoksis (tremor halus, kejangepileptik,agitasi, insomnia).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

69

Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), umumnya dapat
ditoleransi oleh penderita dan akan menghilang dalam waktu sekitar 3 minggu bila tetap
diberikan dalam dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala: eksitasi SSP,
hipertensi,

hiperpireksia,

konvulsi,

toxic

confusion

state

(confusion,

delirium,

disorientasi).

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

70

Obat Anti-Panik
Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan adalah imipramin.
a. Penggolongan Obat Anti Panik

b. Mekanisme Kerja
Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari serotonic reseptor di SSP.
Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin pada celah
sinaptik antar neuron.
c. Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom panik. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Selama paling sedikit satu bulan, mengalami beberapa kali serangan anxietas berat
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Serangan anxietas tersebut terjadi pada keadaan-keadaan sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya
o Serangan anxietas tersebut tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang
dapat diduga sebelumnya.
o Terdapat keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara
serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

71

komplikasi

anxietas

antisipatorik,

yaitu

anxietas

yang

terjadi

setelah

membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).


Gejala-gejala tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa Agorafobia (anxietas yang terjadi
dalam hubungannya dengan tempat atau situasi: banyak orang/keramaian, tempat
umum, bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri).
d. Interaksi Obat
Obat anti panik Trisiklik (Imipramine/clomipramine) + Haloperidol/Phenotiazine dapat
mengurangi kecepatan ekskresi dari Trisiklik, sehingga kadar dalam plasma meningkat,
sebagai akibatnya dapat terjadi potensiasi efek samping antikolinergik.
Obat anti panik Trisiklik + CNS Depressant dapat menyebabkan potensiasi efek sedasi
dan penekanan terhadap pusat pernapasan.
Obat anti panik Trisiklik/SSRI + Obat simpatomimetik (derivat amfetamin) dapat
membahayakan kondisi jantung.
Obat anti panik Trisiklik/SSRI + MAOI, tidak boleh diberikan bersamaan, dapat terjadi
Serotonin Malignant Syndrome
Pemberian bersama obat anti panik SSRI dan Trisklik, umumnya meningkatkan kadar
Trisiklik dalam plasma sehingga mudah terjadi gejala overdosis (intoksikasi trisiklik).
e. Kontra Indikasi: Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan obat anti
panik.
f. Efek Samping
Efek samping obat anti panik golongan Trisiklik, dapat berupa:
Efek anti-histaminergik (sedasi, mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, dll);
Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, penglihatan kabut,
konstipasi, dll);
Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik);
Efek neurotoksis (tremor halus, kejangepileptik, agitasi, insomnia).

Nb (dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K):


Alprazolam memiliki onset yang cepat, Fluoksetin memiliki onset yang lambat;
Setralin cukup aman untuk pasien lanjut.
arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

72

IMIPRAMIN
25 mg

Fungsi:
Antidepresi dan anti mania
Dosis:
Anak : oral : Enuresis : 6 thn: Dosis awal : 25 mg menjelang tidur malam, bila tidak tampak
respon memuaskan setelah satu minggu, tingkatkan dosis 25 mg/hari, tidak lebih dari 2.5
mg/kg/hari atau 50 mg menjelang tidur malam (umur 6-12 thn) atau 75 mg menjelang tidur
malam (umur 12 tahun).
Remaja : Depresi : dosis awal 25-50 mg/hari, ditingkatkan bertahap sampai dosis maksimum
100 mg/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi.
Dewasa : Depresi : Rawat jalan : dosis awal 75 mg/hari, dapat ditingkatkan secara bertahap
hingga 150 mg/hari. Dapat diberikan dalam dosis terbagi atau dosis tunggal menjelang tidur,
dengan dosis maksimum 200 mg/hari. Pasien rawat inap : dosis awal 100-150 mg/hari, dapat
ditingkatkan secara bertahap sampai 200 mg/hari. Bila tidak ada respon setelah 2 minggu,
dosis dapat ditingkatkan 250-300 mg/hari. Dapat diberikan dalam dosis terbagi atau dosis
tunggal menjelang tidur, dengan dosis maksimum 300 mg/hari. Lansia : Depresi : dosis awal
25-50 mg menjelang tidur malam, dapat ditingkatkan tiap 3 hari untuk pasien rawat inap dan
tiap minggu untuk pasien rawat jalan sesuai dengan batas toleransi pasien. Dosis maksimum
100 mg/hari.
Farmakologi
Antidepresan Tricyclicdibenzazepine dengan mekanisme kerja mirip dengan amitriptilin
(menghambat pengambilan kembali noeadrenalin di SSP) memiliki antimuskarinik yang
sedang.
Kontra Indikasi
Hipersensitifitas imipramine (dapat terjadi reaksi silang/cross reactivity dengan golongan
dibenzodiazepine) atau komponen lain dlm formulasi, digunakan bersama MAOI (dalam 14
hari), pasien pada fase akut tahap pemulihan AMI, hamil.

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

73

Efek Samping
Aritmia, gagal jantung kongesti, perubahan EKG, blok jantung, hipertensi, MI, hipotensi
ortostatik, palpitasi, stroke, takikardi, kecemasan, bingung, disorientasi, pusing, mengantuk,
lelah, halusinasi, sakit kepala, hypomania, insomnia, mimpi buruk, psikosis, lemes,
bangkitan. alopecia, gatal, petechiae, sensitif dengan cahaya, purpura, kemerahan pada kulit,
urticaria, pembesaran payudara, eksresi ASI berlebih, perkembangan kelenjar susu pada pria
(gynecomastia), ;peningkatan atau penurunan gula darah, peningkatan atau penurunan libido,
SIADH, kram perut, anoreksia, lidah berwarna hitam, konstipasi, diare, gangguan epigastrik,
ileus, mual, radang mukosa mulut, muntah, peningkatan/penurunan berat badan, mulut
kering,

impotensi,

pembesaran

testis,

retensi

urin,

agranulositosis,

eusinofilia,

trombositopenia, neuropati perifer, tingling, tremor, lemah, pandangan kabur, gangguan


akomodasi mata, dilatasi pupil, tinitus, keringat berlebih, jatuh, hipersensitivitas (demam
karena obat, udem).

Interaksi Obat
Menghambat sitrokrom P450 subtipe CYP1A2, 2C19, 2E1 (lemah), 2D6 (sedang).
Meningkatkan efek : bila digunakan dengan MAOI, hipertermia, hipertensi, takikardi,
bingung, seizure, kematian (serotonin syndrome) pernah dilaporkan terjadi. Serotonin
syndrome pernah dilaporkan pada penggunaan bersama ritonavir (jarang). Penggunaan
lithium bersama TCA dapat meningkatkan resiko neurotoksisitas. Inhibitor CYP2C19
(delavirdine, fluconazole, fluvoxamine, gemfibrozil, isoniazide, omeprazole, ticlopidine)
meningkatkan efek imipramine. Imipramine meningkatkan efek amfetamine, antikolinergik,
depresan SSP (golongan sedatif, hipnotik atau ethanol), chlorpromamide, tolazamide, dan
warfarin.

Inhibitor

CYP2D6

(chlorpromazine,

delavirdine,

fluoxetine,

miconazole,

paroxetine, pergolide, quinidine, quinine, ritonavir, ropinirole) meningkatkan efek


imipramine. Phenotiazine dapat meningkatkan kadar TCA dan TCA dapat meningkatkan
kadar Phenotiazine.1 Pressor response pada pemberian ephinephrine, norephinephrine, dan
phenilephrine dengan rute intravena meningkat pada pasien yg menggunakan TCA .
Kombinasi TCA dengan agonis Beta atau obat yang memperpanjang QTc (meliputi
quinidine, procainamide, disopyramide, cisapride, moxifloxacin) memiliki kecenderungan
menimbulkan aritmia jantung. Menurunkan efek : Inducer CYP2C19 (aminogluthetimide,
carbamazepine, fenitoin, dan rifampicin) dapat menurunkan efek imipramine. Imipramine
menghambat respon antihipertensif terhadap bethanidine, clonidine, debrisoquin, guanadrel,

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

74

guanethidine, guanabenz, dan guanfacine. Cholestyramine dan cholestipol mengikat TCA dan
mengurangi absorpsinya, monitoring perubahan respon.
Pengaruh Menyusui
Tidak direkomendasikan untuk digunakan saat menyusui
Bentuk Sediaan
Kapsul : bentuk pamoat, tablet: bentuk HCL.
Peringatan
Dapat meningkatkan keinginan bunuh diri orang dewasa dan perilaku pada anak.
Mekanisme Aksi
Secara tradisional dipercaya meningkatkan konsentrasi serotonin dan norpeinephrine pada
synaps dengan menghambat pengambilan kembali oleh presynap. Penambahan reseptor baru
dengan desensitisasi adenyl cyclase, menurunkan reseptor beta adrenergik dan reseptor
serotonin

arif_yudho@yahoo.com | Diktat Ilmu Kesehatan Jiwa 2014

75

Anda mungkin juga menyukai