Disusun Oleh :
Nanang Itsnaini Kafidhul Aziz
dengan
adanya
manifestasi
perdarahan,
yang
bertendensi
Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
ii.
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu
nyamuk
aedes
aegypti,
nyamuk
aedes
albopictus,
aedes
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
3. PATOFISIOLOGI
Infeksi Virus Dengue
Perbanyak diri di
hepar
Terbentuk komplek antigen-antibodi
Hepatomegali
Mual-
Muntah
PGE2 Hipotalamus
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Melepaskan histamin
Peningkatan suhu
tubuh
Kebocoran plasma
Hipovolemia
Renjatan hipovolemi dan hipotensi
Kerusakan
endotel
pembuluh
darah
Ke ekstravaskuler
Trombositopenia
Merangsang
dan
Mengaktivasi
faktor
pembekuan
Intoleransi activity
Perdarahan
Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan
Asidosis Metabolik
Kematian
Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat
pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
(Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
iii.
Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan
akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
iv.
Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
Derajat I
2.
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan
Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah
seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20
mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan
sistolik dibawah 80 mmHg.
4.
Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat (WHO 1997):
a.
Derajat I
b.
Derajat II
perdarahan lain.
c.
Derajat III
Derajat IV
Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
b.
c.
Pembesaran hepar.
d.
2. Laboratorium:
a. Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih
dari 20%.
8. DIAGNOSA BANDING
1.
Dengan renjatan
1. Demam tipoid
2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
vi.
Dengan perdarahan
1. Leukimia
2. Anemia aplastik
vii.
Dengan kejang
1. Ensefalitis
2. meningitis
9. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit
menular laibn didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus,
aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif
terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada
vektornya. (Soemarmo, 1998 ; 56)
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)
1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor
pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita
veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Menurut Rezeki S, 1998 : 22,
Grade I dan II
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
surface cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
2.
Terapi cairan
a. infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk
anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit,
air bauh susu secukupnya
b. Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.
c. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
10
b.
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan. Apabila satu jam setelah pemberian
cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi,
tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
11
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Umur:
DHF
merupakan
penyakit
daerah
tropik
yang
sering
b.
Aedes albapictus.
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2
+ 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4
tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah
rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur
2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada
usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110
cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
1)
Perkembangan
psikososial
Perkembangan psikosexsual (
Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan
Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
3)
Perkembangan
kognitif
5)
6)
7)
9)
10)
Bermain
jenis
assosiative
BBSekarang
100%
BBideal
Perpisahan
1) Protes : pergi, menendang, menangis
2) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
3) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
b.
c.
Perlukaan
tubuh
konkrit
tentang
penyebab sakit.
d.
DIAGNOSA KEPERAWATAN,
TUJUAN,
KRITERIA HASIL,
3.
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera
laporkan jika terjadi perdarahan
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
4.
b.
c.
d.
e.
5.
f.
g.
b.
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat
timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera
melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung(epistaksis),
berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis).
c.
d.
e.
f.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas
Airlangga. Surabaya.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya