2. Mekanisme dan Tata Hubungan Kerja Antar Lembaga dalam Pelaksanaan UPSUS
PAJALE di Kabupaten Sleman
Berdasarkan pada Permentan Nomor 131/Permentan/OT.140/12/2014 tentang
Mekanisme dan Hubungan Kerja antar Lembaga yang membidangi pertanian dalam
mendukung peningkatan produksi pangan strategis nasional. Program Swasembada Padi,
Jagung dan Kedelai melalui UPSUS PAJALE didukung oleh semua elemen bangsa, baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, pendidikan tinggi, kelembagaan penyuluh, kelembagaan
petani maupun petani sendiri sebagai pengelola sekaligus pelaku usaha pertanian. Pola
mekanisme dan hubungan tata kerja UPSUS PAJALE 2015 dari tingkat pusat hingga tingkat
kecamatan dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Mekanisme dan Tata Hubungan Kerja Antar Lembaga dalam Pelaksanaan UPSUS
PAJALE 2015
(Sumber: Modul Pendampingan UPSUS PAJALE 2015)
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui pengawalan dan pendampingan UPSUS
PAJALE dilaksanakan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Pelaksanaan
UPSUS PAJALE di Kabupaten Sleman menjadi kewenangan Dinas Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan. Secara khusus UPSUS PAJALE di Kabupaten Sleman digerakkan oleh Bidang
Tanaman Pangan Hortikultura dan Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Bidang
Tanaman Pangan Hortikultura dan Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan secara langsung
berkoordinasi dengan UPT BP3K Wilayah I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII. UPT BP3K
menjadi induk PPL dan THL-TBPP dalam melaksanakan tugas penyuluhan.
Pelaksanaan UPSUS PAJALE secara nasional melibatkan Babinsa, hal ini terjadi
dikarenakan TNI Angkatan Darat telah menjalin kerjasama dengan Menteri Pertanian. Alur
koordinasi TNI AD yang terlibat dalam pelaksanaan UPSUS PAJALE dilaksanakan dari
Kodam, Korem, Kodim, dan Koramil. Koramil merupakan induk dari Babinsa, Babinsa yang
berada di Koramil memiliki tugas untuk melakukan pendampingan dan pengawalan sesuai
dengan wilayah kerja masing-masing yang sudah ditetapkan.
Irigasi tersier merupakan hal penting untuk direhabilitasi dikarenakan berhubungan langsung
dengan lahan pertanian.
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier bertujuan untuk menjamin ketersediaan pasokan
air yang diperlukan untuk tanaman padi, jagung, dan kedelai. Pemerintah memberi bantuan
dana pembangunan irigasi tersier untuk meningkatkan pasokan irigasi sampai ke sawah
diharapkan bisa meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi dan luasan areal padi yang terairi.
Pemerintah memberikan paket bantuan RJIT kepada 120 kelompok tani yang ada
tersebar di 14 kecamatan. Paket bantuan tersebut diberikan kepada masing-masing kelompok
tani sebesar Rp. 25.000.000 dalam bentuk tunai untuk dibelanjakan material bangunan,
kelompok tani dapat mencairkan dana bantuan RJIT dalam tiga tahapan yaitu 50%, 30%, dan
20%. Total anggaran RJIT yang dikeluarkan pemerintah mencapai Rp.3.000.000.000. Setiap
paket bantuan tersebut digunakan untuk membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi
sepanjang 200 meter. Pembangunan maupun rehabilitasi tersebut dikerjakan oleh petani yang
tergabung dalam kelompok tani tersebut. Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan
(bottom up planning) sehingga menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging).Adanya
bantuan tersebut diharapkan dapat memperlancar distribusi dan memenuhi pasokan air untuk
lahan pertanian seluas 3000 ha. Lokasi kegiatan rehabilitasi RJIT di Kabupaten Sleman dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Lokasi Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier APBN-P 2015
Persentase
Persentase
Kecamatan Jumlah Kelompok Penerima
Luasan (Ha)
(%)
(%)
Moyudan
17
14,17
425
14,17
Minggir
11
9,17
275
9,17
Seyegan
8
6,67
200
6,67
Godean
12
10,00
300
10,00
Gamping
11
9,17
275
9,17
Mlati
4
3,33
100
3,33
Berbah
9
7,50
225
7,50
Kalasan
2
1,67
50
1,67
Ngemplak
15
12,50
375
12,50
Ngaglik
8
6,67
200
6,67
Sleman
5
4,17
125
4,17
Tempel
7
5,83
175
5,83
Pakem
3
2,50
75
2,50
Cangkringan
8
6,67
200
6,67
100,00
100,00
Total
120
3000
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, 2015 (diolah)
kecamatan, petani diharapkan dapat menentukan waktu tanam terbaik dan sekaligus
menetapkan varietas yang sesuai, dan pemupukan yang rasional.
Realisasi penggunaan KATAM di lapangan berjalan tidak sesuai harapan. Petani
mayoritas berusia diatas 50 tahun sehingga sulit untuk menerima informasi mengenai
KATAM meskipun sudah dilakukan sosialisasi. Petani di lapangan mengandalkan pranata
mangsa sebagai pedoman musim tanam maupun musim panen.
Kegiatan
1
Penetapan kelompok tani pelaksana GP-PTT
2
Koordinasi dengan instansi terkait
3
Koordinasi dengan penyedia saprodi
4
Sosialisasi ke kelompok tani
5
Penyusunan RUK
6
Pembukaan rekening dan Pencairan dana
7
Belanja saprodi
8
Tanam
9
Pemeliharan
10 Panen
11 Monitoring
12 Pelaporan
13 Evaluasi
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
2 3
4 5
Bulan
6 7 8 9
10 11 12
Pemerintah memberikan paket bantuan dalam bentuk uang kepada kelompok tani
pelaksana. Bantuan yang diberikan kepada kelompok tani berupa uang tunai sebesar Rp.
2.900.000 yang kemudian dapat dicairkan untuk pembelian saprodi dan operasional kegiatan
GP-PTT. Pencairan dapat dilakukan setelah dilakukan penandatangan slip penarikan dengan
mengetahui Kepala Bidang Kabupaten Sleman dan ketua kelompok tani. Rincian paket bantuan
GP-PTT setiap hektar sawah dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 Paket Bantuan Program GP-PTT Padi Per Kelompok Tani Per Hektar
No
Jenis Bantuan
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Benih
25 kg
9.000
225.000
2
Pupuk urea
200 kg
1.800
360.000
3
Pupuk NPK
300 kg
2.300
690.000
Pupuk Organik
1400 kg
5.00
700.000
3
Pestisida
2 liter
150.000
300.000
4
Sosialisasi
4 kali
56.250
225.000
5
Bantuan tanam
1 kali
400.000
400.000
Jumlah
2.900.000
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Pelaksanaan GP-PTT Padi memberikan penekanan dengan aplikasi sistem legowo
adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per
hektar. Penerapan tanam jajar legowo bertujuan untuk meningkatkan populasi pertanaman dan
menjaga kelancaran sirkulasi sinar matahari serta tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.
Penerapan sistem tanam legowo menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun
dalam baris; 12.5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan atau 25 cm x
12.5 cm x 50 cm. Penggunaan jarak tanam rapat dihindari dikarenakan akan menyebabkan
jarak dalam baris sangat sempit. Penjelasan terkait sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 sebagai
berikut:
1. Sistem Tanam Legowo 2:1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha
sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola
tanam tegel 25 cm x 25 cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini,
seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.
mampu meningkatkan
populasi tanaman dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel 25
cm x 25 cm.
Kegiatan lain dalam UPSUS PAJALE antara lain Perluasan Areal Tanam (PAT) Jagung
dan Kedelai, Peningkatan Optimasi Lahan (POL), serta Pembuatan Demplot/Demfarm.
Perluasan Areal Tanam Jagung dapat dilaksanakan dengan pemberian paket bantuan saprodi
kepada petani supaya mau menanam jagung. Peningkatan optimasi lahan dilakukan dengan
pemberian pupuk organik dan pupuk berimbang. Selain itu terdapat pembuatan demplot
dibeberapa lokasi strategis dengan tujuan untuk menggugah petani untuk mengadopsi inovasi
dan teknologi baru yang dikembangkan oleh BPTP maupun perguruan tinggi.
Tabel 6 Target dan Realisasi Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Tahun 2015
Komoditas
Padi*
Jagung
Kedelai
Target (ton)
270.540
31.806
829
Realisasi (ton)
317.935
37.221
209
Capaian (%)
117,52
117,02
25,21
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, 2016
Ket
: * (Produksi padi sawah dan padi ladang)
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui produksi padi 317.935 ton/GKG dengan
produktivitas padi berada pada angka 64,05 ku/ha. Luas panen jagung mencapai 5.023 ha yang
berhasil memproduksi jagung 37,221 ton/pipilan kering. Kedelai memiliki luasan panen 138
ha dan produksinya mencapai 209 ton. Perkembangan produksi maupun produktivitas tanaman
kedelai di Kabupaten Sleman secara umum masih dibawah target yang telah ditentukan. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemauan petani dalam bercocok tanam kedelai dan
masih rendahnya harga kedelai di pasar.
Tabel 7 Angka Ramalan II Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Tahun 2015
Komoditas
No
Uraian
Padi
Padi Ladang
Jagung
1
Produktivitas (ku/Ha)
64,25
38,37
73,66
2
Produksi (ton)
317.935
1.865
37.221
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, 2016
Kedelai
15,14
209
Menilik data produksi tanaman padi, jagung, dan kedelai di Kabupaten Sleman Tahun
2014 dan 2015, Terjadi peningkatan produktivitas padi dan kedelai, produktivitas padi tahun
2014 sebesar 60,43 ku/ha menjadi 64,25 ku/ha. Produktivitas kedelai pada tahun 2014 hanya
14,6 ku/ha mengalami sedikit kenaikan yakni 0,54 ku/ha pada tahun 2015. Produksi padi dan
jagung pada tahun 2015 mengalami kenaikan, terjadi kenaikan produksi padi sebesar 3.179 ton
sedangkan komoditas jagung meningkat 4.581 ton. Rincian produktivitas, dan produksi padi,
jagung, dan kedelai pada tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8. Produktivitas, dan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai Kabupaten Sleman Tahun
2014-2015
Komoditas
No
Uraian
Padi
Jagung
Kedelai
2014
2015
2014
2015
2014 2015
1
Produktivitas (Ku/Ha)
60,43
64,25
77,66
73,66
14,6 15,14
2
Produksi (Ton)
312.891 317.935 32.640 37.221
384
209
Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman 2016 dan BPS DIY
2014 (diolah)
5.1 Padi
Pada tahun 2015 Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman
memiliki target produksi padi sebesar 270.540 ton. Realisasi produksi mencapai 317.935 ton
(angka sementara) atau mencapai 117,52 %. Kenaikan produksi tersebut dipengaruhi oleh
beberpa faktor yaitu:
a. Adanya Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP PTT) Padi yang
diterapkan pada 2.500 ha dengan menggunakan dana APBN.
b. Penerapan teknologi budidaya dengan sistem tajarwo 2:1 dan 4:1
c. Ketersediaan air tercukupi sepanjang musim
d. Ketersediaan benih bermutu atau berlabel yang diproduksi oleh penangkar benih lokal
e. Ketersediaan pupuk bersubsidi untuk musim tanam 2015
f. Adanya bantuan benih padi 125 ton, pupuk urea 250 ton, dan pupuk NPK 250 ton untuk
luasan 5.000 ha
g. Peran PPL yang senantiasa memberikan pendampingan dan motivasi kepada petani
Organisme Pengganggu Tanaman merupakan faktor penghambat dalam program
peningkatan produksi Padi di Kabupaten Sleman. Permasalahan OPT timbul pada saat
pelaksanaan program tersebut. OPT mampu dikendalikan di Wilayah kegiatan GP-PTT Padi
sehingga tidak sampai menimbulkan penurunan produktivitas padi secara signifikan. Dalam
rangka menjaga produktivitas dan produksi Padi di Kabupaten Sleman maka akan dilaksanakan
beberapa strategi, strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penyuluh melakukan pemantauan, pendampingan, motivasi, dan bimbingan kepada
kelompok tani secara berkelanjutan.
b. Antisipasi serangan OPT
5.2 Jagung
Realisasi produksi jagung mencapai 37.221 ton (angka sementara), realisasi ini melebihi
target sebelumnya yakni 31.806 ton atau mencapai 117,02%. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pencapaian target antara lain:
a. Adanya Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Jagung yang
diterapkan pada 500 ha dengan menggunakan dana APBN.
b. Penerapan teknologi budidaya
c. Ketersediaan air tercukupi sepanjang musim
d. Ketersediaan benih bermutu atau berlabel yang diproduksi oleh penangkar benih lokal
e. Ketersediaan pupuk bersubsidi untuk musim tanam 2015
f. Peran PPL yang senantiasa memberikan pendampingan dan motivasi kepada petani
Pelaksanaan program peningkatan produksi jagung masih terdapat permasalahan.
Permasalah yang timbul ialah beberapa petani melakukan panen jagung untuk hijauan makanan
ternak. Kebiasaan tersebut tentu saja berdampak terhadap produksi jagung di Kabupaten
Sleman. Melihat kejadian tersebut maka kedepannya penyuluh harus meningkatkan
pemantauan, pendampingan, motivasi, dan bimbingan kepada kelompok tani secara
berkelanjutan.
5.3 Kedelai
Produksi kedelai Kabupaten Sleman mencapai 209 ton. Realisasi produksi jagung hanya
mencapai 25,21% dari target awak yakni 829 ton. Hasil yang tidak menggembirakan ini
dikarenakan beberapa hal:
a. Terlambatnya tanam kedelai yang dikarenakan wilayah sentra kedelai di Prambanan
mendapatkan bantuan GP-PTT Padi dan musim panen padi terjadi pada Bulan Juni
akhir hingga Bulan Juli. Petani tidak berani menanam kedelai setelah Bulan Juli
dikarenakan tingkat kegagalan diperkirakan sangat tinggi.
b. Benih kedelai harus di datangkan dari Kabupaten Grobogan dan masa dormansi benih
yang pendek sehingga tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
c. Harga jual kedelai yang rendah sehingga sedikit petani yang berminat menanam kedelai
Melihat kondisi tersebut maka Seksi Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Sleman
menerapkan dua strategi yaitu melakukan pemantauan, pendampingan, motivasi, dan
bimbingan kepada kelompok tani secara berkelanjutan serta memberikan memotivasi
kelompok tani di luar Kecamatan Prambanan untuk menanam kedelai.