GEGER KALIJODO
A
Sejarah Singkat Pemikiran
Kebangsaan Indonesia
GEGER KALIJODO
mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nation. Suparlan (1979) menjelaskan mengenai
suku-suku bangsa yang ada di Indonesia
sebagai berikut:
Suku-suku bangsa di Indonesia, telah ada sejak
sebelum tercetusnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang menandai keberadaan bangsa Indonesia. Masing-masing suku bangsa menempati
wilayah yang secara turun-temurun mereka akui
sebagai wilayah tempat sumber-sumber kehidupan
mereka yang menjadi haknya dan yang mana hak
tersebut diakui oleh suku bangsa lainnya.
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
10
B
Berbagai Problem
Menjadi Indonesia
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
dan modern.
Kasus Medan, menurut Bruner, seperti
dikutip Suparlan, berbeda dengan Bandung. Di
Medan tidak terdapat kultur dominan. Orang
Jawa, sekalipun secara kuantitas mayoritas,
bukan merupakan kelompok dominan, karena
mereka berada pada posisi kelas menengah ke
bawah, sehingga tidak mempunyai kekuatan
sosial, ekonomi, dan politik. Dengan tidak
adanya kultur dominan di Medan, Bruner
menggambarkan, masing-masing suku bangsa
menciptakan keteraturan sosial dalam
lingkungan masyarakat suku bangsanya.
Sedangkan di tempat-tempat umum mereka
cenderung saling berkompetisi dengan
mengaktifkan masing-masing suku bangsa
sebagai instrumen untuk menggalang
solidaritas sosial.
Seperti halnya Medan, di Jakarta tidak
terdapat kultur lokal yang dominan. Etnik
Betawi yang merupakan penduduk asli Jakarta
bukan merupakan kultur dominan. Sebaliknya,
kultur Betawi menghadapi serangan dari
berbagai etnik pendatang, sehingga sering
dikatakan, kultur Betawi terancam mengalami
kepunahan. Karena itu, tidak mengherankan
jika MT Arifin seperti dikutip dalam penelitian
Indonesian Institute for Civil Society (INCIS),
mengkhawatirkan beberapa kelompok etnik di
Jakarta akan mengaktifkan solidaritas etnik.
14
GEGER KALIJODO
Indonesia.
Penelitian INCIS, seperti berbagai
penelitian tentang masalah kebangsaan di Indonesia, memang tidak ditujukan untuk melihat
konflik antaretnik dalam skala mikro. Seperti
interaksi antar komunitas di lingkungan yang
semakin sempit di Jakarta, serta bagaimana
pertarungan antarkelompok memperebutkan
sumber daya, menjadi pemicu terjadinya konflik
sosial.
Jakarta dihuni oleh berbagai kelompok
etnik yang datang dari berbagai penjuru Indonesia. Karena itu, Jakarta merupakan miniatur
yang menggambarkan hubungan antaretnik.
Selain itu, berbagai kelompok etnik yang ada
di Jakarta secara teoritis akan lebih kosmopolit
serta memiliki keterikatan yang lebih tinggi
terhadap nation Indonesia. Karena itu, berbagai
kelompok etnik di Jakarta dapat menjadi tolok
ukur bagi keberadaan berbagai kelompok etnik
di daerah lain.
Keberadaan suku bangsa di berbagai
wilayah di Jakarta, jika ditelusuri sejarahnya,
setua dengan keberadaan kota Jakarta itu
sendiri. Namun, secara administratif,
pengelompokan masyarakat berdasarkan suku
bangsa, baru dilakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Ditandai dengan keberadaan
kampung-kampung yang didasarkan oleh
kesamaan daerah asal, misalnya Kampung
16
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
22
23
GEGER KALIJODO
A
Kalijodo
dari Masa ke Masa
GEGER KALIJODO
Tionghoa di Indonesia dalam kurun waktu 19181951, dengan menonjolkan peranan mereka
dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dengan novelnya tersebut Remy Sylado
seperti ingin membantah pandangan stereotip
yang menyebutkan, bahwa keturunan Tionghoa
tidak memiliki andil dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia.11
Kemasyuran Kalijodo
sebagai tempat mencari Pada awalnya, oleh
cinta sesaat, tak lekang oleh petugas piket yang
waktu. Di era setelah menerima laporan
kemerdekaan, di tahun 1950- tersebut, dianggap
an, tempat ini masih dikenal kasus biasa, lantaran
sebagai kawasan pinggir Bar Cempaka, tempat
kali, tempat orang mencari Sari disekap memang
pasangan. Bahkan sampai dikenal sebagai
abad ke-21, Kalijodo selain tempat pelacuran.
menjadi tempat perjudian Namun, setelah saya
ilegal, juga berkembang membaca laporan
sebagai tempat prostitusi liar. tersebut, saya
Dari sini pernah terungkap, katakan bahwa kasus
untuk pertama kali praktek ini kasus serius,
perdagangan wanita oleh tentang PENJUALAN
Polsek Metro Penjaringan, WANITA ....
pada September tahun 2001.
Praktek penjualan wanita terungkap setelah
salah seorang korban, sebut saja Sari, 22 tahun
(bukan nama sebenarnya), melarikan diri dari
sebuah bar, di jalan Kepanduan, kawasan Gang
27
GEGER KALIJODO
29
GEGER KALIJODO
B
Gang, Ghetto,
dan Preman Kalijodo
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
34
C
Matinya Seorang Jagoan
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
akan habis!
Rupanya kata-kata itu mengena, tensi
amarah Bedul sedikit mereda. Sambil
menurunkan senjata, Bedul sempat
mengucapkan, Saya tahu Bapak Kapolsek, tapi
saya minta Bapak jangan ambil senjata saya,
katanya. Setelah itu ia pun ngeloyor
meninggalkan tempat kejadian.
Sehari kemudian media massa pun ramai
menuliskan kejadian itu. Harian Kompas yang
walaupun terlambat satu hari, paling lengkap
menuliskan kejadian tersebut dengan judul,
Tukang Ojek Dibunuh di Kalijodo. Kompas
dalam awal tulisan melukiskan, keributan terjadi
di tempat perjudian dan sentra lokalisasi wanita
tuna susila (WTS) Kalijodo.
Sedangkan cerita penodongan ditulis
harian Kompas sebagai berikut:
Bahkan, menurut seorang saksi mata yang tidak
mau disebutkan namanya, Bedul malam itu sempat
menodongkan pistolnya ke Kepala Polsek Metro
Penjaringan, mungkin karena tidak mengenal
Kepala Polsek Penjaringan dan kebetulan Kepala
Polseknya tidak mengenakan seragam. Namun,
setelah berdialog akhirnya Kepala Polsek bisa
meredakan suasana, ungkap saksi yang enggan
disebut namanya.17
pimpinan di Polda,
Rupanya kata-kata itu
seputar penodongan itu.
mengena, tensi amarah
Saya katakan, saya lebih
Bedul sedikit mereda.
mementingkan
Sambil menurunkan
peredaman keadaan
senjata, Bedul sempat
ketimbang menangkap
mengucapkan, Saya
Bedul saat itu juga.
tahu Bapak Kapolsek,
Suasana saat itu
tapi saya minta Bapak
memang
sangat
jangan ambil senjata
emosional, juga setelah
saya, ....
kejadian.
Kedua
kelompok yang sebelumnya pernah bertikai,
sama-sama menyiagakan para pengikutnya.
Kawasan Kalijodo selama ini dikuasai oleh dua
kelompok geng yang menguasai lahan-lahan,
tempat perjudian berdasarkan sistem
kekerabatan. Kelompok pertama adalah
kelompok Bedul berasal dari Makassar dan
kelompok kedua Asman bukan nama
sebenarnya berasal dari Mandar.
Jalal, merupakan anggota kelompok Anak
Macan, sebuah organisasi preman yang
diorganisir oleh Asman. Sedangkan Udin adalah
keponakan dari kelompok pesaing Asman,
Bedul. Pembunuhan Udin kami prediksikan
dapat memantik perkelahian besar, antardua
kelompok yang memang sudah lama berseteru.
Prediksi ini didasari oleh keberadaan
kelompok Mandar di bawah pimpinan Asman
yang sudah memiliki organisasi yang rapi.
41
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
dikendalikan.
Tindakan cepat bukan tanpa alasan.
Beberapa kasus kerusuhan di berbagai daerah
seperti kerusuhan di Tasikmalaya akhir tahun
1996, Sanggauledo, Kalimatan Barat, dan
Ketapang, Jakarta Pusat yang menjalar sampai
ke Ambon, Maluku 1999-2002. Peristiwa itu
berawal dari penganiayaan biasa yang
terlambat ditangani.
Kasus ini dengan cepat berubah menjadi
perkelahian antarkelompok, muncul provokasiprovokasi dari kelompok tertentu yang ingin
mengail di air keruh. Sehingga masalah yang
pada awalnya sederhana bisa menjadi runyam.
Bagi aparat keamanan, khususnya polisi, yang
tidak menginginkan kasus ini menjadi besar,
tentu akan lebih mudah mematikan api rokok
ketimbang memadamkan kebakaran besar.
Bukankah ada nasihat bijak dari filsuf
Tiongkok, Lao Tze, Selesaikan soal ketika
masih kecil. Siapa yang mahir mengatasi soal
kecil, tidak akan terpaksa mengurus soal besar.
Yang bangga karena mengurus soal besar,
sebenarnya telah alpa mengurus soal kecil, kata
filsof ini.19
Saya tidak ingin Kalijodo menjadi arena
pertentangan antaretnis. Pelajaran mahal telah
kita dapatkan dari kasus bentrokan antara
kelompok preman yang menjaga tempat hiburan
dan perjudian bola tangkas di Ketapang, Jakarta
46
GEGER KALIJODO
dengan tanah.
Sementara satu kelompok yang kalah
perang terusir pulang ke kampung
halamannya, membawa dendam-dendam
kebencian dengan etnis tertentu. Lebih
berbahaya lagi jika dendam itu diperlebar tak
hanya kepada etnis Serang, tetapi kepada orang Jawa di Sulawesi Selatan. Jika itu terjadi,
sungguh sulit di-bayangkan, masalahnya
menjadi sangat runyam dam sulit diselesaikan.
Karena itulah kecepatan untuk menuntaskan
masalah menjadi sangat penting. Kecepatan
inilah kunci utama yang akan menutup
kemungkinan munculnya provokasi-provokasi
dari luar, mencegah desas-desus yang
berpotensi memperkeruh keadaan.
Polsek sebagai bagian organisasi
kepolisian, yang berada di garis depan,
berhadapan langsung dengan masyarakat,
memang memiliki kewenangan otonom,
sehingga bisa bertindak cepat untuk
menyelesaikan kasus-kasus kriminal di
lingkungan yang menjadi kewenangannya.
Tulisan para pakar di media massa banyak
memberi inspirasi untuk bertindak cepat dalam
kasus-kasus kriminal yang berpotensi menjadi
kerusuhan sosial dalam skala yang luas. Dalam
satu tulisannya, sosiolog Parakitri Simbolon
memberikan penjelasan:
Dulu penjajah tahu urgensi bertindak cepat dan
48
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
58
GEGER KALIJODO
60
A
Awal Penanganan
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
66
B
Menemukan
Akar Permasalahan
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
lagi.
Lantas mengapa perkelahian antar
kelompok judi bisa terjadi? Seperti yang saya
uraikan di atas, persaingan yang tajam antara
penguasa lapak-lapak judi inilah yang paling
dominan menimbulkan keribuatan antar
kelompok. Jika salah satu di antaranya lebih
ramai dikunjungi penjudi, maka lapak yang sepi
akan kekurangan omset pemasukan. Hal inilah
yang membuat anak-anak muda yang iri hati
membuat onar.
Perjudian di Kalijodo sering dianggap
perjudian kelas teri, padahal sebenarnya omset
judi di sini cukup besar. Beberapa informasi
menyebutkan bahwa perputaran uang dari meja
judi dalam setiap harinya mencapai 500 juta rupiah. Uang 100 ribu rupiah di lapak judi Kalijodo
tidak ada artinya. Orang sekali main bisa pasang
10 jutaan. Memang gila-gilaan. Tapi sebenarnya
perjudian ilegal bukan hanya di Kalijodo. Di
tempat lain di Jakarta, juga ada pusat perjudian,
akan tetapi tak membuat keributan, ujar seorang
warga.26
Para bandar judi dan para pemainnya
memang kebanyakan berasal dari kelompok
masyarakat Tionghoa. Sedikit, atau bahkan bisa
dikatakan jarang, pemain judi dari kalangan
pribumi. Namun, para pemilik lapak inilah yang
menyediakan tempat untuk disewakan, bahkan
juga jasa pengamanan sampai mengantar
74
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
merebak, memang sempat tersiar kabar di media massa, bahwa ada oknum polisi yang
menjadi backing yang memiliki lapak judi di
Kalijodo. Ternyata, informasi itu memang akurat.
Ada oknum polisi berpangkat brigadir polisi
(sersan) yang membuka kapling judi di sana.
Menurut informasi, pada awalnya ia hanya
keluyuran saja, lalu menjadikan Kalijodo sebagai
daerah pantauannya. Namun dengan motifasi
ekonomi untuk mencari keuntungan, ia membuka
lapak judi. Lapak judi yang ia bangun berada
persis di antara lapak milik Bedul, Asman, dan
Roni. Belakangan saya ketahui bahwa dari
tempat itulah keributan sering berawal. Lapak
oknum tadi, seharusnya menjadi buffer zone,
kawasan penyanggah atau garis demarkasi,
yang menjadi pembatas antarkelompok,
sehingga konflik dapat dikendalikan.
Atas tindakannya itulah oknum polisi
tersebut kemudian dimutasikan. Dia memang
bukan anggota Polsek Penjaringan, jadi bukan
anak buah saya. Memang ada yang menyebut,
bahwa dia bekerja baik. Tetapi, jika dia memang
bekerja dengan baik, mengendap di kawasan
itu, menggali informasi di daerah tersebut, maka
setiap kejadian kecil seharusnya bisa dimonitor
olehnya. Apalagi dia bekerja di wilayah saya,
maka sudah seharusnya lapor kepada saya
sejak awal mula saya menjadi kapolsek. Tetapi
hal itu tidak dia lakukan. Kalau ada
78
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
bajaj se-Jakarta.
Saat itulah saya perintahkan Komandan
Satpam untuk mengumpulkan uang, langsung
dari dompet anggotanya. Saya ingin
menunjukkan kepada para sopir bajaj bahwa
para satpam itu, juga orang kecil yang hanya
memiliki uang recehan. Kasus ini pun kemudian
selesai, tanpa menimbulkan keributan yang
berarti.
Bagi saya, mencegah keributan, lebih baik
dari pada menjadi pemadam kebakaran.
Lebih baik mengeluarkan uang 3 juta untuk
mencegah keributan ketimbang harus
membayarnya lebih mahal jika sudah terjadi ribut
massal, tawuran antarwarga. Karena jika itu
sudah terjadi tawuran, untuk meredakannya kami
harus mendatangkan pasukan dari Polda Metro
Jaya. Bantuan yang diberikan tentu saja tidak
gratis, kami dari polsek harus mengeluarkan
uang untuk pasukan yang berjaga, uang saku,
uang rokok, apalagi jika mereka harus
ditempatkan selama berhari-hari.
Tidak itu saja, dalam keadaan siaga satu,
seluruh anggota polsek harus standby, itu
sebabnya kami semua tidak bisa tidur nyenyak.
Mungkin uang yang dikeluarkan sama juga, yaitu
3 juta. Tetapi banyak pekerjaan yang tidak perlu
dilakukan pada masa damai. Hal itu tidak bisa
kami lakukan jika terjadi kerusuhan massal.
Dampak lain, anggota kami yang jumlahnya
85
GEGER KALIJODO
86
C
Memadamkan
Sumber Api
GEGER KALIJODO
dibasmi, katanya.
Apa yang disampaikan Matulessy terbukti
pada hampir 10 tahun kemudian. Persaingan
antar pemilik lapak judi, menjadi dasar
perkelahian antar kelompok pada tahun 2002.
Hal tersebut seperti dituliskan sebagai judul
harian Kompas, 17 Februari 2002. Perjudian,
Pemicu Perkelahian dan Pembakaran Kalijodo.
Tulisan kompas tersebut didasari oleh
keterangan dari warga sekitar yang sebenarnya
mengalami keresahan sebagai akibat
pertarungan antardua kelompok tersebut.
Namun, keresahan ini juga seringkali tersamar,
karena dalam situasi damai, warga sekitar juga
mengambil keuntungan dari ramainya
pengunjung lapak-lapak judi. Mereka bisa
menjual berbagai keperluan, seperti makanan,
minuman, rokok, dll yang menjadi kebutuhan
para petaruh yang bisa berjudi hingga sehari
penuh.
Di sisi lain, keresahan warga mampu
direkam media massa. Bahkan media langsung
menunjuk perjudian sebagai biang keladi
perselisihan kelompok itu, seperti ditulis
sebagai berikut, Dulu ketika di sini cuma
menjadi tempat hiburan lelaki hidung belang,
tidak pernah ada perkelahian sampai bakarbakaran seperti ini. Bakar-bakaran baru terjadi
belakangan sejak perjudian menjamur, kata
warga seperti dikutip media massa.
89
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
95
GEGER KALIJODO
***
96
D
Perdamaian,
Membunuh Jati Diri Kesukuan
GEGER KALIJODO
Kasus Kalijodo
Contoh Impunitas y
ang Bisa
yang
Membakar J
akar
ta
Jakar
akarta
BUKAN main! Dengan omzet sedikitnya Rp 500 juta setiap malam, aparat
pemerintah daerah dan keamanan, cuma menganggap kasus di Kalijodo,
Jakarta Utara, sebuah pertentangan antarpreman yang secara kebetulan pula
berbeda antar etnis. Dalam kegiatan itu terlibat sedikitnya 1.000 preman sebagai
penjaga keamanan, lima sampai seribu pemain judi, ratusan penjaja makanan
dan minuman. Dan sepertinya tidak lepas dari kegiatan judi, setiap malam
Kalijodo diramaikan sedikitnya 700 wanita tuna susila (WTS) yang menerima
tamu dengan tarif Rp 50.000 di kamar-kamar yang pengap dan panas. Dan
semua itu sudah berlangsung aman tanpa gangguan selama puluhan tahun.
Memang, seandainya tidak terjadi kerusuhan antarpreman dalam bentuk
bakar-bakaran rumah, 22 Februari 2002 dini hari itu, perjudian dan pelacuran
ilegal di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, agaknya akan berjalan terus
hingga akhir zaman. Tetapi, karena kekerasan fisik yang dipertontonkan para
preman selain ratusan rumah terbakar dan seorang anggota polisi matanya
ditembus anak panah aparat pemda dan keamanan terpaksa turun tangan.
Namun justru itulah satu soal besar yang dipertanyakan masyarakat, mengapa
selama puluhan tahun itu Kalijodo dibiarkan dikuasai oleh orang-orang dan
secara terang-terangan melakukan pelanggaran.
Perjudian di Kalijodo tidak ditutup-tutupi. Digelar begitu saja di alam terbuka
dengan berbagai jenis permainan judi. Seperti besar-kecil , bola setan, dan
rolet. Pelacuran juga sama. Bedanya, pada jam kerja. Menurut sejumlah
warga yang ditemui Kompas dalam tiga hari pengamatan pada minggu terakhir
Februari, permainan judi mulai dibuka sekitar pukul 11.00 dan berlangsung
hingga pagi. Sementara pelacuran berlangsung 24 jam penuh.
***
Kalijodo bukanlah daerah terpencil. Diapit dua jalan besar, Tubagus Angke
dan Teluk Gong, Kalijodo yang dialiri dua sungai itu, Banjir Kanal dan Kali
Angke adalah salah satu kawasan yang padat penduduk dan ramai lalu
lintasnya. Berbaur di situ, kegiatan ilegal dan usaha-usaha produktif, seperti
pabrik bihun, sandal, dan pakaian jadi.
Sehingga kalau aparat pemerintah daerah dan keamanan berdalih, mereka
tidak pernah tahu apa yang telah terjadi di situ, sungguh suatu pernyataan
yang amat munafik. Agaknya jawaban Nazar karyawan pabrik sandal, yang
ditanya mengapa perjudian dan pelacuran berlangsung aman saja selama ini
bisa menjelaskan duduk soal. Bahkan, setiap hari ada mobil patroli polisi
datang ke sini, katanya. Artinya, dia mau menjelaskan, tidak mungkin polisi
tidak tahu.
Untuk apa? Nazar tidak mau menjawab karena memang dia tidak tahu.
Tetapi, setiap kali datang, salah seorang penumpang dari mobil patroli itu
98
turun, menemui seseorang dan kemudian pergi lagi. Kawasan itu juga lama
dikenal sebagai ATM Nasional untuk menggambarkan betapa banyak oknum
aparat yang mendapat keuntungan dari keberadaannya. Dan itu sudah
berlangsung puluhan tahun. Mungkin orangnya saja yang berbeda.
Lembaganya tetap sama. Semisal yang dipergunjingkan warga Kalijodo
tentang seorang oknum polisi anggota Polres Jakarta Barat berpangkat Brigadir
Polisi Kepala (Bripka). Warga mengatakan selama 16 tahun terakhir dialah
yang selalu datang mengutip uang bulanan. Dari setiap lapak perjudian dan
pelacuran sebesar Rp 2 Juta.
Oleh karena sudah sedemikian lama, warga mengatakan mereka lalu
mengenalnya. Apalagi oknum polisi itu datang tidak sembunyi-sembunyi. Kepala
Polda Metro Jaya Inspektur Jendaral Makbul Padmanagara yang diminta
konfirmasinya, mengatakan, secara langsung dia tidak mengenal oknum polisi
tersebut. Tetapi katanya, bagi dirinya setiap anggota polisi yang
menyalahgunakan tugas dan wewenangnya pasti ditindak tegas.
Oleh karena itu, dia akan menyelidiki kebenaran tuduhan terhadap adanya
seorang Bripka yang selalu mengutip uang bulanan di Kalijodo itu. Kepada
Makbul Padmanagara juga diminta konfirmasinya tentang Bripka Budi Sasongko
yang disebut-sebut juga membagi-bagikan uang pungutan tersebut antara lain
kepada Kapolres Jakarta Barat.
Sementara Kepala Polsek Penjaringan Ajun Komisaris Krishna Murti yang
ditanya soal uang pungutan tersebut, mengatakan dirinya dan anggotanya
tidak pernah menerima uang dari kegiatan ilegal di Kalijodo. Polsek Penjaringan
berada di bawah Polres Jakarta Barat. Dalam kasus perjudian dan pelacuran di
Kalijodo, ikhwal perjudian terbesar berada di wilayah hukum Polres Jakarta
Barat. Di wilayah hukum Polres Jakarta Utara, ikhwal pelacurannya justru
terbesar. Artinya lagi, Kalijodo, sebagian berada di wilayah hukum Jakarta
Utara dan sebagian lagi di Jakarta Barat.
Cuma, kata Krishna Murti, dia tidak menolak kemungkinan pelanggaran
yang terjadi di Kalijodo itu dimanfaatkan oleh oknumoknum. Termasuk oknum
wartawan, yang menerima uang mingguan atau bulanan.
***
MAIN Bakar! itulah ciri yang selalu dipertontonkan para pelaku tindak
kekerasan setiap kali terjadi perang antargeng di Kalijodo. Peristiwa 22 Februari
dini hari itu, bukanlah yang pertama. Sebelumnya, skalanya memang kecil,
hanya satu dua rumah. Agaknya karena jumlah rumah yang terbakar kali ini
mencapai ratusan, barulah aparat pemerintah daerah dan keamanan tampak
peduli.
Itupun sebatas membongkar semua bangunan yang setiap orang tahu
jelas melanggar peraturan karena didirikan di atas bantaran dan tanggul Banjir
Kanal dan Kali Angke yang masih berlangsung hingga Kamis (28/2). Dengan
tindakan itu, aparat berharap, Kalijodo bersih dari pelanggaran-pelanggaran
lainnya, yakni perjudian dan pelacuran. Pelanggaran tanpa pernah atau memang
tidak bisa ditindak.
99
GEGER KALIJODO
101
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
110
E
Usaha Membuka
Kembali Perjudian
GEGER KALIJODO
partai politik.
Namun dalam pembicaraan, ternyata
mereka membawa misi dari Kalijodo untuk bisa
membuka kembali tempat perjudian. Tidak
hanya berbekal hubungan pertemanan dengan
petinggi di mabes, mereka pun berani menyebut
tokoh petinggi partai politik yang sedang
berkuasa yang sudah memberikan izin untuk bisa
membuka kembali arena perjudian.
Alasannya, untuk membina warga di sana.
Selain itu, alasan lain menyangkut periuk nasi,
karena sudah banyak yang nganggur setelah
penutupan Kalijodo. Karena itulah mereka
meminta dengan hormat agar kapolsek
mengizinkan agar Kalijodo dibuka. Apalagi
mereka beralasan bahwa perjudian yang
berada di wilayah Tambora, Jakarta Barat juga
dibuka.
Menanggapi arah pembicaraan mereka,
saya katakan berterima kasih telah menghadap
kepada saya. Soal Kalijodo, langsung saya
katakan, Kalian bohong kalau alasan perut
warga, Kalijodo minta dibuka kembali, kata
saya. Soal perjudian adalah soal keuntungan
pribadi, sehingga sampai kapan pun, selama
saya menjadi Kapolsek Penjaringan perjudian
di Kalijodo tidak akan saya buka.
Selain menggunakan oknum yayasan
yang pernah terlibat dalam perdamaian dan
anggota partai, mereka juga menggunakan
112
GEGER KALIJODO
Penandatanganan nota perdamaian dua kelompok yang bertikai (Dok. Polsek Penjaringan)
115
GEGER KALIJODO
116
F
Dampak Penutupan
Lokasi Judi
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
120
G
Kalijodo
Potret Kemiskinan Kota
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
133
GEGER KALIJODO
134
135
GEGER KALIJODO
136
A
Masa Berdarah
di Muara Baru
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
148
149
GEGER KALIJODO
150
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
dan masuk ke wilayah Muara Baru tak terpantau, hal itu diakui juga oleh Ketua RW 17, A.
Rahman. Meski pihak kelurahan tak mau
mendata pendatang baru. Jumlah penduduk di
kawasan itu hanya dimiliki oleh pengurus RW,
yang didapat dari masing-masing pengurus RT.
Data di tingkat RT inilah satu-satunya catatan
yang bisa dipakai untuk menghitung jumlah
warga di sana.
Kehidupan warga Muara Baru sangat
terkait dengan keberadaan Pelabuhan Samudra
Jakarta, yang diperluas dengan melakukan
reklamasi seluas 100 Ha pada tahun 1984. Tak
jauh dari pelabuhan, berlangsung pembangunan
Waduk Pluit, lantaran banyak lahan kosong di
sekitar proyek, maka para pekerja melirik lahan
kosong itu sebagai tempat tinggal mereka.
Hampir 75 persen warga Muara Baru
adalah pengontrak dan bekerja sebagai buruh
di pabrik-pabrik di sekitar Pelabuhan Muara
Baru. Selain itu banyaknya nelayan asal Losari,
Cirebon dan Surabaya yang berdatangan
untuk menjual hasil tangkapannya. Rata-rata
mereka membeli lahan kosong itu untuk
ditempati selama menjual hasil tangkapannya,
lama-kelamaan keluarga dan istri dibawa untuk
tinggal di Muara Baru.
Penduduk Muara Baru didominasi berbagai
suku bangsa, seperti suku Bugis, Makasar,
Serang Banten, dan Indramayu, Cirebon yang
156
GEGER KALIJODO
Penyerahan senjata olehwarga kepada Kapolres Jakarta Utara, simbol penyelesaian konflik (Foto : KOMPAS)
159
GEGER KALIJODO
160
A
Pola Menetap
Warga Muara Baru
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
lainnya.
Badrun yang asal Indramayu dan
Muhamadin asal Bugis yang beristrikan Sutinah
asal Tegal dengan empat anaknya yang tinggal
di RT 10, keluarga Erwin yang kakeknya
Saepudin adalah nelayan dan keterampilannya
melaut, sewaktu datang ke kawasan itu, hampir
semua membawa keluarganya dengan modal
uang, pengetahuan yang memadai serta tujuan
relasi di Muara Baru.
Kakek yang menggalang warga Indramayu
untuk datang ke Muara Baru dan termasuk tokoh
Indramayu di sini. Sebagai nelayan kakek
datang dari Indramayu dan mempunyai modal
serta menjual ikan hasil tangkapannya di pasar
ikan, sekarang masih berdagang di Muara Baru.
Dengan itu kakek bisa membeli tanah dan
mendirikan rumah, termasuk menyekolahkan
anak-anaknya di sini, ujar Badrun.
Sedangkan keluarga Muhamadin atau biasa
disapa Madin mengatakan, pada tahun 1960 dia
datang ke Muara Baru, tanpa modal dan tujuan
menetap maupun relasi. Bapak empat anak ini
sampai sekarang menarik becak dari awal tahun
1970 sampai becaknya dijual dan sekarang
hanya menyewa kepada kawannya.50 Dari
Bugis saya datang, karena di sini banyak
perkampungan Bugis, saya akhirnya bergaul dan
dulu bekerja sebagai buruh bongkar muat di
kapal. Lama-lama jadi tukang becak sampai
165
GEGER KALIJODO
166
B
Kelompok Etnis
di Muara Baru
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
187
GEGER KALIJODO
188
189
GEGER KALIJODO
190
Interaksi antarkomunitas suku dalam batasbatas sempit, terjadi melalui blok-blok wilayah
setingkat rukun tetangga, bahkan terkadang
batasan itu kabur, karena ada pembauran. Hal
ini membuat dinamika sosial yang unik di
kampung Muara Baru. Atribut serta jati diri suku
bangsa yang berbeda-beda dengan sendirinya
menimbulkan pergeseran terhadap budaya asal
mereka dari daerah asal. Pergeseran budaya
itu terjadi akibat hubungan kemasyarakatan yang
meliputi bidang agama (bercampurnya
keragaman tradisi lama), sosial (ketetanggan),
ekonomi (hubungan buruh-juragan, pelanggan
dan pembeli) dan politik (organisasi massa dan
partai politik).
Pengaruh masing-masing budaya ini makin
191
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
diberikan
bersifat
ketat.
Pada
perkembangannya, yang terjadi di dalam
masyarakat Muara Baru, pendidikan agama
terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua
secara ketat tersebut mempengaruhi pola
mendidik orang tua suku bangsa lainnya.
Orang tua dari suku bangsa lain yang tinggal
di Muara Baru pun mendidik anaknya dalam
bidang agama secara ketat. Hal itu mereka
lakukan karena menurut mereka, memang
pendidikan agama bagi anak-anak sangatlah
penting sebagai pondasi nilai moral, ahlak, dan
pengetahuan agama. Sehingga anak-anak
mereka, dimasukkan ke lembaga-lembaga
pendidikan informal, seperti pengajian-pengajian
atau ke sekolah Madrasah.
Sedangkan pengaruh kebudayaan suku
bangsa terhadap kehidupan kemasyarakatan,
khususnya di bidang politik dapat terlihat bahwa
kebanyakan warga masih menganut budaya
politik berdasarkan pola patron-klien. Dalam
urusan politik, kecenderungan masing-masing
suku bangsa yang ada di Muara Baru sangat
terpaku pada tokoh atau panutan masyarakat.
Atau dengan kata lain, secara streotip dapat
digambarkan kalau masing-masing suku
bangsa ini terlihat kecenderungan tersendiri
dalam memilih suatu partai politik dalam Pemilu
1999.
Adanya budaya patron-klien yang dibawa
197
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
202
A
Hubungan Antar
Suku Bangsa
GEGER KALIJODO
204
B
Dalam Kehidupan
Sehari-hari
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
210
C
Hubungan
di Tempat Umum
GEGER KALIJODO
213
GEGER KALIJODO
D
Pola Kepemimpinan
di Muara Baru
GEGER KALIJODO
Nama Kandidat
Umar Husein
Mulyoto
M. Nasir Mile
Abdul Rachim
Daeng Sapo
Mustamin
Hadi S.
Jumlah Pemilih
1.023 suara
527 suara
407 suara
396 suara
210 suara
107 suara
91 suara
2.893 suara
531 suara
3.424 suara
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
224
227
GEGER KALIJODO
226
A
Konvensi Sosial
di Muara Baru
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
asumsi lain, yaitu pemupukan modal (capital accumulation), penciptaan kekayaan (the creation
of wealth), dan ekspansionisme.
Dapat penulis jelaskan beberapa konvensi
antara pelele dengan pelanggan yang berlaku
di Pasar Muara Baru sebagai berikut:
Ketetapan Pelele Muara Baru yang menjadi
perantara pelele daerah lain. Adanya pelele atau
pedagang di Muara Baru yang menjadi perantara
tetap oleh pelele daerah lain dalam jual-beli ikan
tampak pada pelele bandeng, tenggiri, dan udang.
Seperti apa yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya, pelele H. Astaria dari Serang
menguasai perdagangan ikan bandeng. H. Astaria
menjadi perantara tetap dari pelele asal Lamongan,
Jawa Timur, H. Seger. Kemampuan dari H. Astaria
tidak diragukan oleh H. Seger, ini dapat dilihat dari
kepercayaannya, karena dalam setiap harinya H.
Seger mampu mengirim ikan bandeng hampir 100
ton. Kepercayaan itu terbentuk karena keduanya
telah menjalin hubungan yang lama dan sudah
menjadi kesepakatan pelele lain, bahwa pelele akan
mengambil ikan bandeng dari H. Astaria.
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
237
GEGER KALIJODO
B
Pranata-pranata Sosial
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
242
C
Keteraturan Sosial
Yang Dicapai
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
247
GEGER KALIJODO
D
Peran Warga Biasa
GEGER KALIJODO
E
Peran Tokoh Masyarakat
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
F
Peran Pamswakarsa
GEGER KALIJODO
258
G
Peran Pemerintah Lokal
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
265
GEGER KALIJODO
H
Peran Polisi
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
273
GEGER KALIJODO
274
277
GEGER KALIJODO
276
Membandingkan Kalijodo
dan Muara Baru
GEGER KALIJODO
Perkelahian massal, yang berlangsung berharihari, biasanya baru berhenti setelah aksi bakarbakaran lapak-lapak judi yang berdiri di
sepanjang bantaran kali.
Di kawasan padat penghuni ini pula, lahir
jagoan-jagoan yang menguasai tanah-tanah tak
bertuan. Di bantaran kali mereka membangun
gubuk-gubuk liar. Di sini hidup para jagoan
menyewakan tempat-tempat tersebut kepada
para bandot sebutan untuk para bandar
judi untuk beroperasi. Kisah dua jagoan, yang
secara kebetulan berbeda suku bangsa, yang
bersaing memperbanyak jumlah petaruh,
berujung pada perseteruan yang berlarut-larut.
Apalagi, perseteruan itu memiliki akar sejarah
yang panjang di awal tahun 1990-an.
Cerita tutur yang hidup di kedua komunitas,
tentang kehebatan kelompok masing-masing,
menjadi ilalang kering. Hanya persoalan sepele,
keributan antar kelompok pemuda yang mabukmabukan bisa menjadi perkelahian massal yang
berkepanjangan.
Kedua kelompok memperbesar jumlah
kelompoknya seiring dengan semakin
meningkatnya, jumlah petaruh yang ikut perjudian.
Judi, bagi sebagian masyarakat kita dianggap
sebagai sarana membuang sial, sementara bagi
kelompok lain menjadi lahan mencari
penghidupan. Terutama bagi kelompok
penyewa lahan dan lapak.
278
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
287
GEGER KALIJODO
288
Catatan Kaki
1
Lihat Mohammad Yamin : Naskah Persiapan Undangundang Dasar 1945 Jilid II Tahun 1960. Hal 114-115.
2
ibid, 120.
3
Lihat Penelitian Indonesian Institute for Civil Society (INCIS),
2001
4
Sihbudi (ed), 2001.
5
op cit, INCIS.
6
Lihat Parsudi Suparlan : Diktat Antropologi Perkotaan.
7
Idham Azis dalam penelitiannya memberikan definisi
tentang preman. Pada awalnya kata preman berasal dari
kata dalam bahasa Belanda Vrije Man yang berarti orang
bebas. Ceritera tentang organisasi preman berasal dari
Medan. Ketika penjajah Belanda masih bercokol di Medan
sejumlah pemuda selalu mengusik para tuan kebon
dengan menantang para centengnya berkelahi, merusak
tanaman, tembakau, kelapa dan sawit. Serta membela
para buruh kontrak yang disiksa para centeng.
8
Jenderal (Purn) Drs. Kunarto, Merenungi Kiprah Polri
Menghadapi Gelora Anarkhi II, hal 77-81)
9
Menurut berita Belanda yang ditulis oleh J.H. van Linschoten,
pada tahun 1596, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan
satu-satunya pelabuhan di Jakarta yang ramai didatangi
oleh pedagang India, Cina, dan Portugis. Perdagangan
lada adalah perdagangan utama, dengan jumlah besar
melebihi perdagangan di India atau Malabar. (Lihat, Adolf
Heuken SJ, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, Jilid II,
Cipta Loka Caraka, Jakarta 2000)
10
Sedangkan kelima Afdeling lainnya adalah Afdeling
Meester Cornelis (sebutan sekarang Jatinegara), Afdeling
Tangerang, Afdeling Buitenzorg (sebutan untuk kota Bogor),
dan Afdeling Karawang. (Sejarah Jakarta dalam Karya Jaya,
Kenang-kenangan Lima Kepala Daerah Jakarta, 19451966, Pemda DKI Jakarta, 1977)
11
Lengkapnya baca Novel Cau-Bau-Kan, karya Remy Sylado,
Gramedia.
12
Suara Pembaruan, 28 September 2001.
13
Antropolog Koentajaraningrat menyebutkan di Indonesia
hidup sekitar 300 kelompok etnik. Dari sekian banyak
289
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
292
Daftar Pustaka
Buku:
-Barth, Frederik, Kelompok Etnik dan
Batasannya, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 1988.
-Bayley, David H, Police For The Future,
Edisi Indonesia, Polisi Masa Depan, Jakarta,
Penerbit Cipta Manunggal, 1998.
-Berry, David, The Principles of Sociology,
Edisi Bahas Indonesia Pokok-Pokok Pikiran
Dalam Sosiologi, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1995.
-Brouwer, MAW, Studi Budaya Dasar,
Bandung, Penerbit Alumni, 1986.
-Budihardjo, Eko, Lingkungan Binaan dan
Tata Ruang Kota, Yogyakarta, Andi 1997.
-Creswell, John W, Research Design Qualitative Approaches, California, Copyright by
Sage Publications Inc, 1994.
-Dieter Evers, Hans & Rudiger Korff,
Urbanisme di Asia tenggara, Makna dan
kekuasaan dalam Ruang-ruang Sosial,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2002.
-Dirdjosisworo, Soedjono, Dr, SH, Ruang
Lingkup Kriminologi, Bandung, Remaja Karya,
1986.
-Earl, Babbie, The Practice of Sosial Research, Wadsworth Publishing Company, 1992.
-Finlay, Mark & Zvekic Ugljesa, Alternative
293
GEGER KALIJODO
GEGER KALIJODO
296
Media Massa
Kompas
Media Indonesia
Suara Pembaruan
297
GEGER KALIJODO
INDEKS
Aceh 11, 15
Airud 63
Algadari 15
Ambon ix, xiv, 15, 17, 19,
21, 22, 46, 47
Anderson xi
Arab 17
Aria Natadiningrat 49,
51
Arifin MT 14
Asman 41, 43, 44
Astaria 230
Bachtiar 3,9
Badik 36, 37, 62
Balkan x
Bandar 74, 278
Banten xv, 47, 48, 51
Bar 18, 27, 28
Barth 147
Bati 145, 146
Bedul 38, 40, 41, 39, 43,
52, 53, 54
Culik 48, 49
Daeng 36, 55, 69
Dayak ix, xii
Djalil 167, 168
Ernest Renan 6, 7
Erwin 163, 164
Evers 125
Fisher 103
Fitri 184, 185
FPI 20, 43
Gang Kambing 27, 35, 77
Getho 31, 33, 34
Gus Dur 64, 84
HSNI 198, 199
Idham Azis 42
Incis 14, 15, 16
Indramayu 151, 165, 186,
187
Irian Jaya 11
Jagoan 35, 55
Jakarta xv, xvi, xviii, xx, 14,
15, 16, 17, 18, 21, 22, 28,
29, 32, 42, 44, 46, 47
Jalal 35, 36, 37, 38, 45, 51
Kalijodo xv, xvi, xviii, xx, 22,
25, 26, 27, 31, 33, 34, 35,
37, 38, 40, 41, 43, 46, 47
Kamilong 56, 57, 58
Kapolsek 28, 40, 44, 54,
53, 76
298
Kapuk 83, 84
Karawang 12
Ketapang 19, 21, 46
Kohn 7
Kramatjati 87
Krishna xvii, xx, xxi, xxiii,
NU 64, 198
Otto Baur 7
Parno 128
Parsudi xvii, 3, 4, 13
PBB 8
PDIP 200
Pejagalan xv, 22, 28, 35
Pekalongan 29
Penjaringan xv, xviii, xx,
xxiv
Kupang 12, 21
Lamongan 232
Lao Tze 46
Leang 55, 56, 88
Lewis 126, 127, 132
Linton 131
Madura ix, xii, 151
Makasar xii, xxii, 21, 22,
31, 33, 37, 41, 47
Makbul xviii
Mami 28, 29
Mamiri 141, 142
Mandar xv, xxii, 22, 31, 33,
38, 41, 47, 51
Mangga Besar 26
Mattulesy 88, 89
Medan 13, 14
Melayu ix, 5, 17
Muara Baru xv, xvi, xx, xxi,
xxii, xxiii, 22
Muhammadin 165
Mukri 178
Mutalib 252, 253, 255
299
GEGER KALIJODO
Smith 229
Sri 128, 129
Stodard 7
Suding 137, 138
Sulaiman 169
Sunda 25
Sylado 26
Tambora 64
Tangerang 57
Tasikmalaya xii, 12, 29,
46
300
301