Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul
Retardasi Mental yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan
Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal dan pengadaan penyuluhan ini, khususnya kepada dr. Mutiara sebagai pembimbing
yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat yang ikut
mendukung dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi
mahasiswa kedokteran dan khususnya masyarakat umum.
Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAB I : PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
I.2. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
I.3. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Retardasi Mental..................................................................................... 3
II.2. Klasifikasi Retardasi Mental ................................................................................ 3
II.3. Etiologi Retardasi Mental .................................................................................... 9
II.4. Diagnosis Retardasi Mental ................................................................................. 12
II.5. Penatalaksanaan Retardasi Mental ....................................................................... 14
II.6. Prognosis Retardasi Mental ................................................................................. 17
II.7. Pencegahan Retardasi Mental ... 17
BAB III : PENUTUP
III.1. SIMPULAN ........................................................................................................ 18
REFERENSI
IDENTITAS
Topik
: Retardasi Mental
Sub Topik
: Mengenal lebih dalam tentang Retardasi Mental
Hari/Tanggal :
Waktu
: . s/d selesai
Sasaran
: Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan
Tempat: RS Jiwa Islam Klender
II.
III.
IV.
MATERI (TERLAMPIR)
V.
MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet
VI.
METODE
Penutup
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Waktu
5 menit
15 menit
Audience
Menjawab salam
Menjawab salam
10 menit
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Retardasi mental adalah suatu kelainan mental seumur hidup dan diperkirakan lebih dari
120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu, retardasi mental adalah
masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada mereka
yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental adalah keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan dalam selama masa perkembangan
sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif , bahasa,
motorik dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya. Tetapi pada umumnya, penyandang retardasi mental dapat mengalami
semua gangguan jiwa yang ada. Prevalensi populasi untuk terjadinya gangguan jiwa sekitar tiga
sampai empat kali lipat dari pada populasi umum atau sehat. Disamping itu juga penderita
retardasi mental mempunyai resiko yang lebih besar untuk dieksploitasikan dan diperlakukan
salah secara fisik atau seksual. Selalu adanya hendaya dalam perilaku adaptif, tetapi dalam
lingkungan sosial terlindung di mana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin
tidak tampak sama sekali pada penyandang retardasi mental ringan.
Terjadinya
retardasi
mental
dapat
disebabkan
adanya
gangguan
pada
masa
prenatal,perinatal atau postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun masyarakat yang
harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental maka pencegahan dini yang efektif
merupakan pilihan terbaik.
Pada zaman dahulu orang tidak begitu menbeda-bedakan antara deformitas fisik bawaan
seperti kerdil atau yang lain-lain dengan retardasi mental. Penderita epilepsi, psikosis, tuna rungu
dan tuna wicara sering dicampuradukkan dengan mereka yang terganggu intelektualnya. Pada
kenyataannya memang keadaan tersebut sering menyertai penderita retardasi mental sehingga
menyulitkan untuk membuat diagnosis klinis.
Prevalensi penderita retardasi mental 2,5% - 3% dari populasi. Banyak penelitian yang
melaporkan angka kejadian lebih banyak pada anak lelaki dibandingkan dengan anak perempuan
(3:2) dan insiden tertinggi pada usia 10-14 tahun. Retardasi mental tidak berhubungan dengan ras
seseorang.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan informasi mengenai retardasi
mental agar teman sejawat dan masyarakat umum khususnya dapat mengetahui dan memahami
retardasi mental dalam hal definisi, etiologi, klasifikasi, diagnosis serta terapi pada retardasi
mental.
Manfaat penulisan
Dengan adanya tulisan karya ilmiah ini dapat membantu masyarakat umum untuk
melakukan screening secara dini kepada anaknya, sehingga dapat segera dilakukan terapi jika
ada anaknya yang menunjukkan tanda-tanda yang mengarah gelaja retardasi mental serta dapat
menjadi informasi yang diharapkan dapat mencegah timbulnya gejala retardasi mental pada anak
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Menurut DSM IV retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi
intelektual yang berfungsi secara bermakna dibawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah)
yang bermula sebelum usia 18 tahun disertai adanya defisit atau hendaya fungsi adaptif. Adapun
yang dimaksud dengan fungsi adaptif adalah bagaimana seseorang dapat menjalani kehidupan
sehari-hari. Tugas ini termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dan memahami, kemampuan
menjalani kehidupan rumah tangga, berinteraksi dengan lingkungan, menggunakan waktu luang,
kemampuan merawat diri sendiri dan kemampuan akademik dasar ( membaca, menulis,
berhitung ).
Definisi retardasi mental menurut PPDGJ III adalah suatu keadaan perkembangan yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi yang kemudian
direvisi oleh Rick Heber (1961), retardasi mental adalah suatu penurunan fungsi intelektual seara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi
social. Ada tiga hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial dan masa perkembangan. Penurunan fungsi intelektual diukur
berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1SD) di bawah rata-rata.
Adaptasi sosial dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Masa perkembangan
menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 16 tahun.
II.2 Klasifkasi
Klasifikasi menurut Undang-Undang mengenai defisiensi mental di Inggris tahun 1931
dan diamandemenkan tahun 1927, dibagi dalam empat defek mental, yaitu :
A. Idiot, ialah mereka dengan defek mental yang sedemikian beratnya sehingga tidak
mampu menjaga dirinya terhadap bahaya fisik yang dijumpai sehari-hari.
B. Imbesil, ialah mereka yang dengan defek mental yang walaupun tidak separah idiot
namun tidak mampu mengurus dirinya sendiri dan jika ia masih anak, ia tidak dapat
belajar mengurus urusannya sendiri.
C. Pikiran lemah ( feeble mind ) ialah mereka yang defek mentalnya tidak seberat
imbesil namun membutuhkan perawatan, supervsi dan kelola untuk melindungi
dirinya dan orang lain; dan jika mereka masih anak, mereka tidak memperoleh
manfaat semestinya jika belajar di sekolah biasa.
D. Defek moral ialah mereka dengan defek mental yang disertai kecenderungan
bertindak kriminaldan kejahatan dan membutuhkan perawatan, supervise dan kelola
untuk melindungi orang lain.
Berdasarkan ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorder, WHO Geneva
tahun 1984 dan DSM IV, klasifikasi retardasi mental menggunakan skor IQ dalam
mengklasifikasikan tingkat retardasi mental. Konsep penghitungan IQ (Intelligence Quotient)
adalah suatu perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age (CA)
IQ = M A x 100
CA
Didapatkan 4 tingkat retardasi mental yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat.
Kode
317
318.0
318.1
318.2
Tingkat Retardasi
RM ringan
RM sedang
RM berat
RM sangat berat
Tingkat IQ
50-55 sampai 70
35-40 sampai 50-55
20-25 sampai 35-40
Dibawah 20-25
Menurut PPDGJ III, didapatkan 4 tingkat retardasi mental yaitu ringan, sedang, berat dan sangat
berat.
Kode
Tingkat Retardasi
Tingkat IQ
8
F70
F71
F72
F73
RM ringan
RM sedang
RM berat
RM sangat berat
50-69
35-49
20-34
<20
menunjukkan
retardasi mental ringan. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah
kemampuannya yang mungkin menetap sampai usia dewasa. Etiologi organik hanya dapat
diidentifikasi pada sebagian kecil pasien. Keadaan lain yang menyertainya seperti autisme,
gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
tersendiri.
Termasuk : lemah pikiran (feeble mindedness)
subnormalitas mental ringan
oligofrenia ringan
moron
Retardasi Mental Sedang
Retardasi mental sedang secara kasar setara dengan kelompok yang biasa disebut : dapat
dilatih (trainable). Kelompok ini membentuk sekitar 10% dari kelompok retardasi mental.
Penyandang retardasi mental kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman dan
penggunaan bahasa, prestasi akhir yang mereka dapat capai dalam bidang ini terbatas.
Keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik juga terlambat dan sebagian dari mereka
memerlukan pengawasan seumur hidup. Kemajuan dalam pekerjaan sekolah terbatas tetapi
sebagian dari mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca,
menulis dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat memberi kesempatan bagi mereka
untuk mengembangkan potensi mereka yang terbatas dan memperoleh beberapa keterampilan
dasar, program ini cocok untuk orang yang lambat belajar (slow learner) yang prestasinya
kurang. Semasa remaja, hubungan persaudaraan mungkin terganggu karena mereka sukar
mengenal norma-norma pergaulan lingungan. Ketika dewasa, penyandang retardasi mental
sedang biasanya mampu melakukan pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya
disusun rapi dan diawasi oleh pengawas yang terampil. Jarang ada yang dapat hidup mandiri
sepenuhnya pada masa dewasa. Namun demikian, pada umumnya mereka dapat bergerak bebas
dan aktif secara fisik dan mayoritas menunjukkan perkembangan sosial dalam kemampuan
10
mengadakan kontak, berkomunikasi dengan orang lain dan terlibat dalam aktivitas sosial yang
sederhana.
Pedoman Diagnostik ( menurut PPDGJ III)
IQ biasanya dalam rentang 35 sampai 49. Biasanya mereka menunjukkan penampilan
kemampuan yang tidak sesuai, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih dalam keterampilan
visuospasial daripada tugas-tugas yang tergantung bahasa, sedangkan yang lainnya sangat
canggung tetapi dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat
perkembangan behasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan
yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka. Ada yang tidak
pernah belajar menggunakan bahasa, meskipun mereka mungkin dapat mengerti instruksi
sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan untuk kompensasi disabilitas berbicara
mereka. Suatu etilogi organik dapat diidentifikasi pada mayoritas penyandang retardasi mental
sedang. Autisme masa kanak atau gangguan pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus
dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe pelaksanaan yang dibutuhkan.
Epilepsi, disabilitas neurologis dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan
penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang mungkin
mengidentifikasi kondisi psikiatrik lainnya, tetapi karena tingkat perkembangan bahasanya yang
terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan harus tergantung dari informasi yang diperoleh
dari orang lain yang mengenalnya. Setiap gangguan penyerta demikian, harus diberi kode
tersendiri.
Termasuk : imbesil
subnormalitas mental sedang
oligofrenia sedang
Retardasi Mental Berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam
hal gambaran klinis, penyebab organik dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama
adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau
adanya defisit neurologis. Kelompok ini membentuk 3-4% dari kelompok retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka dapat menyesuaikan diri pada kehidupan di masyarakat, bersama
11
keluarganya, jika tidak didapatkan hambatan yang menyertai yang memerlukan perawatan
khusus.
Pedoman Diagnostik (menurut PPDGJ III)
IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34
Termasuk : subnormalitas mental berat
oligofrenia berat
Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok mental sangat berat membentuk sekitar 1-2% dari kelompok retardasi mental.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam
mengerti dan menuruti instruksi atau permintaan. Pada sebagian besar penderita ini dapat
ditemukan kelainan neurologi yang mengakibatkan retardasi mentalnya. Sewaktu masa anak
mereka menunjukkan gangguan berat dalam bidang sesensorimotor, perkembangan motorik,
mengurus diri dan kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan yang
adekuat. Dan beberapa diantara mereka dapat melakukan tugas sederhana yang di supervisi dan
di lindungi.
Pedoman diagnostik ( menurut PPDGJ III )
IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter hanya
mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana. Keterampilan visuo-spasial
yang paling dasar dan mengajukan permohonan sederhana tentang memilih dan mencocokkan
mengkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penyandang
mungkin dapat sedikit ikut melaksanakan tugas rumah tangga dan praktis. Suatu etiologi organik
dapat diidentifikasikan pada sebagian besar kasus. Biasanya ada disabilitas neurologis dan fisik
lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya
dengar. Sering ada gangguan perkembangan pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya
autisme yang tidak khas ( atypical ) , terutama pada penyandang yang dapat bergerak.
Termasuk : idiot
subnormalitas mental sangat berat
oligofrenia berat
12
II.3 Etiologi
Adalah penting untuk mencari faktor penyebab terjadinya retardasi mental agar dapat
dilakukan pencegahan secara dini. Untuk mencari faktor penyebeb retardasi mental perlu riwayat
penderita yang lengkap dan riwayat kelarga untuk kemungkinan faktor genetik serta faktor
lingkungan. Riwayat penderita meliputi riwayat prenatal, kelahiran dan masa post natal. Yang
dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana dimana
anak itu berada, dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh kembang, yang meliputi kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan emosi / kasih
sayang (asih) dan kebutuhan akan stimulasi (asah).
Etiologi retardasi mental
A. Prenatal
1. Rudapaksa ; sinar x, usaha abortus
2. Encefalopati
3. Penyakit/pengaruh prenatal
Cara hidup sehari-hari seorang wanita hamil dapat menyebabkan
gangguan bagi fetus. Sebagai contoh, Fetal Alcohol Syndrome ( FAS )
mempengaruhi 1 dari 600 anak di Amerika. FAS disebabkan oleh kebiasaan
minum minuman keras pada saat kehamilan dan dapat menyebabkan retardasi
mental pada fetus. Penggunaan obat dan merokok juga dapat menyebabkan
retardasi mental pada fetus.
Infeksi pada ibu hamil juga dapat menyebabkan retardasi mental pada
fetus. Infeksi dapat menyebar ke fetus dan merusak sistem saraf termasuk otak.
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil juga dapat menyebabkan kerusakan pada
otak yang mengarah ke retardasi mental.
4. Akibat kelainan kromosom
Misal : abrasai kromosom seperti sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
Turner.
5. Kelainan metabolisme terutama yang menyebabkan kerusakan otak antara lain
fenilketonuria (PKU), Galactosemia
13
B. Perinatal
1. Rudapaksa : asfiksia neonatorum : hemoragic intrakranial
2. Prematuritas
C. Postnatal
1. Akibat penyakit otak yang nyata : neoplasma
2. Deprivasi lingkungan : kurangnya stimulus dari lingkungan karena lingkungan
psikososial ikut serta dalam pembentukan tingkah laku anak. Kemiskinan,
malnutrisi, kondisi tempat tinggal yang tidak baik dan inadekuatnya pelayanan
kesehatan dapat meningkatkan resiko terjadinya retardasi mental pada anak. Anak
yang ditelantarkan dan di siksa sering terjadi perkembangan yang tidak sempurna.
3. Ensefalopati karena infeksi post natal.
Pada anak sering terjadi infeksi serius yang dapat menyebar ke otak dan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel otak dan mengakibatkan retardasi
mental. Trauma pada masa anak juga dapat menyebabkan retardasi mental.
4. Defisiensi yodium
Defisiensi yodium menyebabkan terjadinya retardasi mental hampir 2
milyar orang di seluruh dunia terutama pada daerah yang endemik. Defisiensi
juga menyebabkan goiter, pembesaran dari kelenjar tiroid. Retardasi mental yang
disebabkan oleh defisiensi yodium biasanya adalah retardasi mental ringan.
Contoh
%
4-28%
Kelainan Genetik
14
Kelainan kromosom
Docon Syndrome
Mutasi tungggal
Tuberosis
sclerosis,
PKU,
Multifaktorial
Sindrom malformasi
Microdeletions
Malformasi Kongenital
Multi
syndrome
Pemaparan
Infeksi maternal
Teratogenik
Toxemia,insuficiensi
placenta
PERINATAL
5-13%
2-10%
Infeksi
Meningitis
Proses persalinan
Asfiksia
Hiperbilirubinemia
Lain-lain
POSTNATAL
Infeksi
Ensefalitis
Toksin
Keracunan timbal
Penyebab
post
natal
Trauma,tumor otak
lainnya
Masalah psikososial
Kemiskinan,
penyakit
psikotik
TIDAK DIKETAHUI
30-50%
1. Derajat kecacatan
2. Kepribadian orang tua masing-masing
3. kemepuan penyesuaian orang tua terhadap kehadiran anaknya
4. Hubungan suami istri dalam keluarga
5. Hubungan anak-anak lain dalam keluarga
6. Kehadiran anggota serumah yang lain dalam keluarga
7. Perkembangan intelektual anak itu sendiri
8. Faktor sosiokultural
II. 4 Diagnosis Retardasi mental
Untuk membuat diagnosis retardasi mental perlu ada rancangan yang sistematik seperti
riwayat penderita yang lengkap, pemeriksaan fisik dan neurologi, dan pemeriksaan laboratorium
sebagai penunjang. Diagnosis awal dari retardasi mental sangat penting untuk perencanaan
pengembangan anak dengan retardasi mental.
Apabila seorang anak mencurigai adanya retardasi mental, maka harus dilakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik lengkap untuk mencari penyebab retardasi mental tersebut.
Riwayat penderita yang lengkap didapatkan dengan melakkan anamnesis kepada orang tua atau
pengasuh. Anamnesis ini harus mencakup faktor resiko bagi retardasi mental.
Pemeriksaan fisik dan neurologi akan didapatkan adanya stigmata klinik (pada Sindrom
Down), hipoaktivitas, hiperaktivitas, hipotonia, tidak ada perhatian terhadap sekitarnya
(inattention) dan gangguan koordinasi. Pada retardasi mental tingkat ringn sering baru diketahui
setelah anak masuk sekolah yaitu anak mengalami kesulitan belajar, tidak ada motivasi untuk
belajar, daya tangkap/daya ingat kurang, daya konsentrasi pendek dan anak mengganggu kelas.
Apabila anak telah cukup besar, dapat dilakukan tes standar untuk inteligensia
( IQ
Test ). Tes yang biasanya dilakukan adalah Stanford-Binet Intelligence Test, the Wechesler
Intelligence Scales, the Wechesler Preschool and Primary Scale of Intelligence dan The
Kauffman Assesment Battery of Children.
Pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pada anak
retardasi mental. Saat ini banyak sekali tersedia pemeriksaan penunjang dan harganyapun pada
umunya tidaklah murah. Sebaiknya pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi dan bukan
dianggap sebagai pemeriksaan yang rutin. Tes skrining dengan ferriklorida pada urin dan
16
skrining asam amino dapat dilakukan. Pemeriksaan kromosom dilakukan pada kelainan yang
dipengaruhi oleh faktor genetik. Dengan pemeriksaan CT Scan, MRI dapat diketahui adanya
hematoma, hematoma subdural, porensefali, klasifikasi intrakranial. Adanya deposit kalsium
mungkin merupakan petunjuk adanya penyakit toksoplasmosis, sitomegalvirus, perdarahan
intrakranial lama atau penyakit lain. Pemeriksaan MRI juga dapat mengungkapkan defek migrasi
neurologik fokal perlu dipertimbangkan pemeriksaan pencitraan saraf.
Selain hal dari hal-hal di atas, diagnosa dini retardasi mental dapat juga dicurigai pada
bayi yang usianya masih muda. Hal lain yang perlu diperhatikan pada bayi adalah fakta bahwa
bayi yan retardasi mental dari sejak lahir perkembangan mentalnya akan terbelakang dalam
semua bidang, misalnya waktu dapat berdiri dan berjalan. Anak atau bayi yang retardasi mental
secara relatif lebih terbelakang perkembangannya dalam berbicara, dalam jumlah perhatian
terhadap sekitar, dalam konsentrasi, kesiagaan dan kecepatan berespons.
Patokan deteksi dini Retardasi Mental
1. Adanya faktor resiko pada ibu dan bayi
2. Kelainan neurologis pada bayi baru lahir termasuk ukuran kepala
3. Bayi dapat mengalamo kesulitan minum, relatif lebih banyak tidur
4. Bayi mengalami perlambatan dalam fase perkembangan
5. Pemeriksaan fisik
6. Screening hyperthyroid dan PKU
7. Pemeriksaan lain seperti USG, CT-Scan, EEG
17
Jangan pernah mengira bahwa seseorang dengan retardasi mental tidak dapat mendapat
keuntungan dari psikoterapi hanya karena terganggunya fungsi intelektual mereka.
Dalam pendekatan psikoanalitik atau perkembangan yang berdasarkan pendekatan,
terlihat bahwa terapi kognitif dapat memberi keuntungan dalam terapi depresi dan terapi
relaksasi dapat berguna dalam mengurangi ansietas, bahkan pada retardasi mental sedang sampai
berat.
Terapi perilaku juga efektif dalam mengatasi banyak perilaku maladaptif, terutama agresi
pada pasien dengan retardasi mental.
Terapi grup dapat menjadi bagian yang penting dalam program terapi untuk seseorang
dengan retardasi mental, terutama pada area pembentukan keahlian. Grup suportif seperti orang
tua dan saudara juga dapat membawa keuntungan. Terapi keluarga dapat membantu dan
memberikan suasana untuk edukasi, suport, dan konsolidasi atas terapi perilaku dan intervensi
lain. Adapun tujuan lain dari terapi keluarga adalah untuk untuk membantu anggota keluarga
untuk memahami perilaku anak dengan retardasi mental. Orang tua juga dapat melakukan
konsultasi untuk membantu mereka menghadapi perasaan marah atau bersalah.
Farmakoterapi
Terdapat kekurangan yang relatif pada percobaan kontrol obat yang menyangkut
seseorang dengan retardasi mental, terutama seseorang dengan dengan kelainan kognitif berat.
Sebagai hasil, seorang clinican harus memperhitungkan secara umum dari populasi umum
dengan farmakoterapi pada seseorang dengan retardasi mental.
Anti depresan. Penggunaan anti depresan pada seseorang dengan retardasi mental terlihat
berkurang. Pemikiran khusus penggunaan anti depresan termasuk pengobatan komorbiditas
yang telah dicatat sebelumnya. Anti depresan trisiklik, harus digunakan dengan pengetahuan
akan resiko menurunkan ambang kejang. Dengan resiko pada populasi umum pada 1 dari 1000
dengan seseorang yang mempunyai retardasi mental, resiko meningkat menjadi 1 dari 5.
Seseorang dengn retardasi mental dapat menurunkan level anti depresan daripada seseorang
dengan perkembangan yang normal.
18
Anti konvulsan. Data penggunaan anti konvulsan atau indikasi lain selain epilepsi adalah
terbatas. Bagaimanapun, pengalaman mengatakan bahwa pada populasi umum, beberapa anti
konvulsan dapat memperbaiki kelainan alam perasaan dan agresive impulsive. Valproat adalah
anti konvulsan yang paling banyak diteliti. Survei prevalensi terbaru memberikan arahan bahwa,
diantara semua indikasi, carbamazepine adalah anti konvulsan yang paling banyak diresepkan
untuk seseorang dengan retardasi mental. Baru-baru ini dilakukan studi perbandingan antara
gabapentin ( Neurontin ) dengan lamotrigine ( Lamictal ) pada 109 pasien dengan resistensi
terapi, epilepsi fokal dan mental retardasi. Subtek pada gabapentin dan lamotrigine
memperlihatkan reduksi pada frekuensi kejang pada hampir satu- setengah. Kedua obat samasama ditoleransi dengan baik. Kedua obat tersebut dapat memberikan harapan untuk seseorang
dengan retardasi mental dan terapi epilepsi resisten.
Anxiolitik. Meskipun benzodiazepin adalah obat yang palinh banyak diresepkan untuk terapi
ansietas pada populasi umym, terdapat perhatian saat digunakan pada konteks kelainan
perkembangan, terutama pada kemungkinan meningkatkan kebingungan, kelainan kognitif,
ketidakwaspadaan dan kesenangan paradoxical. Buspiron adalah agen serotoninergik yang telah
dilaporkan memberikan keuntungan pada seseorang dengan kelainan perkembangan. Sebuah
studi lain mengatakan bahwa buspiron juga dapat mengobati ansietas pada seseorang dengan
retardasi mental, menngarahkan bahwa agen ini seharusnya dapat mengobati populasi ini.
Neoroleptik. Anti psikotik telah lama digunakan pada seseorang dengan retardasi mental.
Neuroleptik adalah obat yang paling banyak diberikan secara bebas pada kelas psikotropik.
Seseorang dengan retardasi mental terlihat memberikan respon besar dalam perkembangan
diskinesia tardive daripada populasi umum, dengan rasio antara 18-30%. Penggunaan obat
neuroleptik atipikal pada retardasi mental memberikan pertolongan yaitu mengurangi resiko
untuk diskinesia tardive dan extra piramidal sindrome.
Psikoedukasi.
Beberapa hukum menyatakan bahwa sekolah umum harus menyediakan semua anak
dengan kekurangan. Hal ini memperlihatkan bahwa anak tersebut harus diberikan pelayanan
spesial, formal, terjadwal, dimana orang tua dan pihak sekolah berdiskusi tentang sekolah apa
19
dan jenis kegiatan apa yang paling pantas untuk anak tersebut. Program sekolah mengajarkan
kemampuan dasar seperti mandi dan makan. Sekolah juga dapat memberikan
kegiatan
ekstrakurikuler dan even-even sosial lainnya yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
anak dengan retardasi mental.
Bila dididik dengan tempo yang lambat, penderita retardasi mental yang edukabel sering
menjadi mampu untuk berdikari, seperti bekerja sebagai pekerja kasar, pekerja tangan, pembantu
rumah tangga, pekerjaan rutin sederhana di kantor atau di pabrik, seperti bagian perakitan pada
ban berjalan. Hasil lebih baik apabila suasananya di atur dengan ketat dari pada suasana yang
bebas fleksibel.
Penderita retardasi mental ringan dapat diajarkan kecakapan sehingga ia dapat bergabung
dengan kelompok normal.
Bagi penderita retardasi mental berat dibutuhkan latihan dalam higieni/kebersihan dasar
dan mengurus diri dan dalam mengontrol tingkah laku mutilasi diri yaitu mencederai diri sendiri.
Saat ini terdapat program stimulasi dini untuk bayi dan balita. Manfaat dari program ini
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, namun banyak yang mendapat kesan bahwa mungkin ada
manfaatnya, anak menjadi lebih bedikari dan mantap. Modifikasi perilaku, latihan-latihan dapat
diberikan untuk toilet ( buang air kecil dan besar ), makan dan berpakaian sendiri, menghindari
tindakan mencederai diri sendiri dan sifat mengamuk (temper tantrum)
Anak perlu bergaul dan kontak pada anak lain serta belajar bergaul, menunggu giliran,
melihat kepada orang yang berbicara padanya dan memahamibahwa orang tua dapat marah dan
mengambil tindakan tegas bila ia tetap membandel.
Bagi anak usia remaja atau menginjak dewasa, konseling juga diperlukan untuk
memberitahukan mengenai keadaannya, implikasinya bagi kehidupannya, kemungkinan
berumah tangga serta masa depannya.
20
3. Pada retardasi mental berat diberikan latihan memakai baju, makan, kebersihan diri, dan
menambah ketahanan terhadap hal sosial tidak diinginkan
4. Latihan sosial lebih baik daripada latihan edukasi agar oasien dapat diterima di
masyarakat dan merasa berguna.
II.6 Prognosis Retardasi Mental
Prognosis pada seseorang dengan retardasi ringan sampai sedang biasanya adalah baik.
Tetapi mereka tetap membutuhkan pendidikan, komunitas, sosial dan suport dari pihak keluarga.
BAB III
SIMPULAN
21
Retardasi mental menurut DSM IV adalah merupakan gangguan yang ditandai oleh
fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata ( IQ kira-kira 70 atau lebih
rendah ) yang bermula sebelum 18 yahun disertai defisit atau hendaya fungsi adaptif ( fungsi
adaptif adalah kemampuan individu tersebut secara efektif menghadapi kebutuhan untuk
berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya ).
Anak dengan
retardasi
dalam semua
area
perkembangan, motorik, bahasa, dan kelakuan adaptif. Gangguan sensorik, kesulitan bicara,
disabilitas motorik, dan kejang pada umunya diasosiasikan dengan retardasi mental.
Retardasi mental bisa didapatkan dari faktor genetik, familial dan faktor yang
berhubungan dengan kelahiran janin dan dari faktor yang di dapat / lingkungan. Faktor genetik
termasuk inborn errors of metabolism dan sindrom Down. Contoh faktor yang berhubungan
dengan janin dan kelahiran adalah sindrom fetal alkohol, infeksi maternal, retardasi pertumbuhan
intrauterin, asfiksia, prematuritas, hiperbilirubinemia dan perdarahanintra ventricular. Faktor
familial termasuk intelegensi keluarga yang rendah / akibat lingkungan. Kondisi yang didapat
seperti pada meningitis, keracunan timbal dan cedera otak akibat trauma.
Sekitar 10% dari anak dengan retardasi mental ( biasanya yang menderita retardasi
mental sedang dan berat ) dapat di identifikasikan pada masa bayi karena adanya keterlambatan
perkembangan yang signifikan. Sedangkan sisa nya dapat teridentifikasikan setelah anak masuk
sekolah. Sebagian besar anak dengan retardasi mental mempunyai riwayat perkembangan yang
normal pada 2 tahun pertama kemudian disertai dengan penurunan kemampuan di kemudian
hari. Tes secara individu dengan hati-hati dibutuhkan untuk membedakan anak retardasi mental
yang autistik atau hanya mempunyai gangguan sensorik.
Tujuan utama penanganan medis adalah untuk mengenal lebih dini anak yang
berpotensial retardasi mental, contohnya : selama anak di rumah sakit karena premature /
meningitis / gangguan metabolik. Anak yang didiagnosa retardasi mental harus diikutsrtakan
dalam edukasi dan program rehabilitasi untuk memaksimalkan fungsi mereka. Penanganan
secara serentak terhadap masalah fisik, emosional dan tingkah laku harus dilakukan. Tergantung
dari keparahan kondisi anak, program edukasi yang spesial dan program terapi fisik yang
mungkin dibutuhkan. Anak dengan retardasi mental berat biasanya memerlukan perawatan
secara kontinu.
22
REFERENSI
23
Departemen Psikiatri FKUI. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: 2015.
Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ-III cetakan
kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya Jakarta : 2013.
24