Anda di halaman 1dari 12

Ditulis oleh Istimewa

Kamis, 18 Desember 2008 05:18


A. Kandungan Asap Rokok
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan
partikel.komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen
sianida, amoniak, oksida dari nitrogen, dan senyawa hidrokarbon. Adapun
komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Asap yang dihembuskan para perokok dapat di bagi atas asap utama dan asap
samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh
perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke
udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Terdapat 4000
jenis bahan kimia dalam rokok, dan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih banyak didapatkan
pada asap samping. Misalnya karbon monoksida, 5 kali lipat lebih banyak
ditemukan pada asap samping daripada asap utama , benzopiren 3 kali, dan
ammonia 50 kali. Bahan bahan ini dapat bertahan di ruangan berjam jam lamanya.
B. Penyakit Akibat Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan
dan jaringan paru-paru.
Akibat perubahan anatomi saluran pernapasan tersebut, pada perokok akan timbul
perubahan fungsi paru-paru. Merokok juga merupakan penyebab timbulnya
penyakit obstruksi paru menahun, termasuk emfisema (pembengkakan paru-paru),
bronkitis kronis. Dan asma.
Merokok menjadi pemicu utama penyebab penyakit kanker paru-paru. Hubungan
tersebut telah diteliti dan akhirnya secara tegas memang bahwa rokok sebagai
penyebab utama kanker paru-paru. Dibandingkan dengan bukan seorang perokok,
kemungkinan timbulnya kenker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lipat.
Gangguan yang ditimbulkan akibat merokok antara lain sebagai berikut.
1. Jantung Koroner
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung
koroner. Merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan pembuluh

darah perifer.

2. Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak sehingga pecah banyak
dikaitkan dengan kegiatan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi
pada perokok dibandingkan bukan perokok
3. Memudahkan Terjangkit AIDS
Dalam penelitian yang banyak dilakukan di amerika serikat dan inggris, didapatkan
kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV.
Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada
kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Ternyata merokok menurunkan
kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terkena AIDS.
4. Gangguan Fisiologis
Nikotin menyebabkan ketagihan. Selain itu, nikotin juga merangsang pelepasan
andrenalin, meningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.
Nikotin juga dapat mengaktifkan trombositsehingga terjadi adhesi (penempelan)
trombosit ke dalam pembuluh darah.
Karbon monoksida melarutkan hemoglobin, sehingga persediaan opksigen untuk
jaringan tubuh menurun. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,
mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis
(pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). CO membuat darah mengental dan
mudah menggumpal.

Hubungan Merokok
1- 2003

Pada Tahun 1950 yang lalu, hanya sekitar 300.000 kematian per tahunnya akibat
kebiasaan merokok. Angka ini melonjak menjadi 1 juta kematian di tahun 1965,
1,5 juta di tahun 1975 dan 3 juta kematian setahunnya di tahun 1990-an.
Dari 3 juta kematian itu, 2 juta terjadi di negara-negara maju dan 1juta sisanya
(33,3%) di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Bila pola ini terus
berlanjut, maka pada tahun 2000 kelak akan ada 3,5 juta kematian akibat rokok

setiap tahunnya, yang 1,1 juta di anataranya di negara-negara berkembang.


Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis
penyakit dari berbagai alat tubuh manusia. Penyakit-penyakit ini antara lain kanker
paru, penyakit paur obstruktif kronik dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu
kanker mulut, esophagus, faring, laring, pancreas, kandung kencing, penyakit
pembuluh darah, dan ulkus peptikum.
Rokok terbuat dari tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana Tabacum L.
Tembakau dipergunakan sebagai bahan untuk sigaret, cerutu, tembakau untuk pipa
serta pemakaian oral. Rokok yang terbakar merupakan suatu pabrik kimia yang
menghasilkan lebih kurang 2000 komponen akibat berbagai proses yang terjadi.
Komponen ini dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
Komponen gas ialah bagian yang dapat melewati filter antara lain: CO, CO2,
oksida-oksida nitrogen, ammonia, gas-gas N-nitrosamine, hydrogen sianida,
sianogen, senyawa-senyawa belerang, aldehid, dan keton.
Komponen padat ialah bagian yang tertinggal pada filter berupa nikotin dan
tar.
Diantara zat kimia itu yang terpenting dan sudah ada kaitannya dengan penyakit
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
Tar
Tar sebagai getah tembakau adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis
hidrokarbon aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang
dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada saluran napas, menyebabkan
bronchitis, kanker nasofaring dan kanker paru.
Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier,
bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31% nikotin
berbentuk bukan ion dan dapat melalui membran sel. Asap rokok pada umumnya
bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak
dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipi hanya terjadi
sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok.
Pada perokok yang menggunakan pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa,
asap rokok bersifat basa dengan pH 8,5 dan nikotin pada umumnya tidak dalam
bentuk ion dan dapat diabsorpsi dengan baik melalui mulut.
Nikotin juga berpengaruh terhadap pembuluh darah yakni merusak endotel
pembuluh darah dan terhadap trombosit dengan meningkatkan agregasi trombosit.
Nikotin diduga sebagai penyebab ketagihan merokok.
Karbon monoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat
terhadap hemoglobin pada sel darah merah, sehingga membentuk karboksi
hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian.

Tobacco Manufactures and Importers Association of Singapore (TMIAS) pada tahun


1983 telah mengukur kadar tar dan nikotin dari berbagai merek sigaret.
Terlihat pada table di samping berbagai merek rokok Indonesia termasuk dalam
kelompok yang mengandung kadar tar dan nikotin tinggi.

Mekanisme Patofisiologi Merokok


Asap yang dihembuskan pada saat merokok dibedakan atas: asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke).
Asap utama merupakan bagian asap tembakau yang dihirup langsung oleh
perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebabkan
oleh udara bebas dan dapat dihirup oleh orang lain yang berada di ruangan yang
sama, dikenal sebagai perokok pasif.
Rokok dan Kesehatan
Akibat buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan menurut salah satu penelitian
kohort prospektif oleh Doll & Hill di Inggris tahun 1951, yang berlangsung hingga
tahun 1990-an. Penelitian melibatkan 34.439 dokter sebagai responden, sepuluh
ribu responden tersebut telah meninggal dunia dalam periode 20 tahun pertama
penelitian (1951-1971). Sementara 10.000 orang lainnya meninggal dalam 20
tahun kedua (1971-1991) sejak penelitian itu sampai tahun 1990 ada sekitar 50
juta orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok. Sedangkan dari tahun 1995
sampai tahun 2000 mendatang diperkirakan akan ada setidaknya 15 juta orang
yang meninggal akibat kebiasaan merokok. Doll dan Hill melaporkan penyakit yang
disebabkan oleh merokok: kanker paru, kanker esofagus, kanker saluran napas
lainnya, bronchitis kronik dan emfisema, penyakit jantung paru.
Weir dan Dunn melaporkan hasil penelitian terhadap 68.153 laki-laki dan
mendapatkan risiko yang lebih tinggi pada perokok untuk mendapatkan kanker
paru, kanker mulut, kanker laring, kanker esophagus. Penyakit lain yang
berhubungan dengan merokok ialah ulkus peptikum, emfisema, aneurisma,
arteriosclerosis.
Kebiasaan merokok akan memeprcepat penurunan faal paru. Penurunan volume
ekspirasi paksa detik 1 (VEP 1), pertahun adalah 28,7 ml, 38,4 ml dari 41,7 ml
masing-masing untuk non perokok, bekas perokok dan perokok aktif. Kebiasaan
merokok mempengaruhi terjadinya penyakit paru akibat kerja seperti fibrosis paru
akibat paparan aluminium, paparan radon, polimer FUME fever. Pengaruh asap
rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu tambang. Penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh buruk debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

Remaja Merokok, Salah Lingkungan?

RISET tentang perilaku merokok pada remaja menunjukkan rata-rata remaja


wanita mulai merokok pada usia 15 tahun. Lingkungan dan keluarga
perokok turut memicunya.
Lebih dari sepertiga penduduk Indonesia merokok. Hal ini
menempatkan Indonesia pada posisi ketiga negara perokok terbanyak
di dunia setelah China dan India. Kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian pada 2007 tersebut menunjukkan rokok seolah telah
menjadi bagian dari "gaya hidup" masyarakat.
Lebih ironis lagi karena gaya hidup ini telah merambah usia muda,
yakni remaja tanggung usia belasan.
Belum lama ini, Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS),
mengumumkan hasil studi terkini tentang perilaku merokok di
kalangan remaja putri dan wanita muda di Indonesia. Riset ini
meliputi survei terhadap 3.040 siswi SMP (usia 13-15 tahun) dan SMA
(usia 16-19 tahun), serta mahasiswi (usia 20-25 tahun) di Jakarta dan
Sumatera Barat. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif
(dengan kuesioner) dan kualitatif (dengan focus group discussion/
FGD).
Dari penelitian yang dilakukan selama kurun waktu OktoberDesember 2007 tersebut terungkap bahwa ratarata remaja putri mulai
merokok pada usia 15 tahun. Sekitar 20,33 persen remaja putri juga
mengaku pernah merokok meski hanya satu isapan.
Beragam alasan dikemukakan terkait dorongan untuk merokok. Di
antaranya untuk bersantai, tertantang untuk melakukan hal yang
dilakukan pria, kebiasaan dalam kelompok pertemanan, dan agar
dapat diterima dalam sebuah kelompok. Sebanyak 53,19 persen wanita
juga percaya bahwa merokok dapat membantu menurunkan berat
badan. Namun, di antara beberapa alasan tersebut, motif
meringankan ketegangan dan stres menempati urutan tertinggi, yakni
sekitar 54,59 persen.
"Rupanya ?mitos' bahwa merokok dapat melepaskan ketegangan
sudah telanjur lekat dalam benak mereka," ujar koordinator riset dari
KuIS, Anti Hadi.
Sesuatu akan lebih mudah digapai bila ada peluang atau kesempatan.
Demikian halnya keterpaparan terhadap rokok akan lebih tinggi jika
lingkungan mendukung terhadap budaya merokok. Masih dari hasil

penelitian yang sama, sekitar 34,75 persen remaja putri usia 13-15
tahun mengaku mudah mengakses rokok.
"Dari hasil FGD juga diketahui bahwa mayoritas mereka mulai
merokok karena diajak teman. Biasanya mereka merokok di acara
kumpul- kumpul atau saat nongkrong. Namun hal ini juga tergantung
kelonggaran aturan dan kontrol di rumah masing-masing," papar
Anti.
Fakta tentang kuatnya pengaruh lingkungan dalam menciptakan
"budaya" merokok juga terungkap dalam sejumlah penelitian di luar
negeri. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr Alison B Albers dan
timnya dari Boston University School of Public Health, Amerika,
mengungkapkan, remaja yang tinggal dalam keluarga yang tanpa
larangan merokok biasanya cenderung menganggap merokok sebagai
hal lazim. Mereka juga lebih mudah menerima keberadaan perokok
dewasa, tanpa merasa terganggu.
Temuan lainnya, remaja yang tinggal dengan keluarga yang tidak
merokok dan tidak ada aturan larangan merokok cenderung lebih
berani mencoba merokok di dalam rumah ketimbang mereka yang
tinggal dalam keluarga yang menerapkan larangan merokok. Dengan
kata lain, larangan merokok di dalam rumah dapat membantu remaja
membangun sikap anti-merokok dan mencegah rasa ingin mencoba.
Sebaliknya, apabila ada salah seorang anggota keluarga yang
merokok, akan menjadi faktor penentu utama remaja menjadi
perokok.
"Larangan merokok dalam rumah dapat menurunkan kemungkinan
remaja untuk mulai mencoba rokok, tapi hanya di dalam rumah yang
tidak terdapat perokok," ujar Albers.
Selama periode 2001- 2002, Albers bersama timnya mencoba meneliti
sikap antimerokok pada 3.834 partisipan remaja berusia 12-17 tahun.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut menyarankan adanya
larangan merokok dalam rumah sebagai kekuatan potensial dalam
membentuk aturan anti-merokok.
Kapanlagi.com - Film-Film Hollywood harus turut bertanggung jawab atas
meningkatnya jumlah perokok usia muda, menurut penelitian para ilmuwan di California.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh University of San Fransisco, hampir 80% film
Hollywood dibuat untuk ditonton oleh para penonton remaja.

Film tersebut menayangkan karakter-karakter yang berpotensi sebagai pemicu timbulnya


kebiasaan merokok, sehingga diyakini bahwa sebagian remaja Amerika Serikat mencoba
rokok untuk meniru 'gaya' dari para 'jagoan' idamannya.
Seorang peneliti, Stanton Glantz menyebutkan, "Ilmu yang mempelajari mengenai hal
itu sangat pasti. Akting merokok dalam sebuah film akan memberi efek substansial, yang
beresiko bahwa pada akhirnya anak-anak akan kecanduan terhadap nikotin."
Seorang juru bicara untuk Motion Picture Association, Amerika Serikat, mengatakan,
"Tiap orang sependapat dengan hal itu.. Yakni bahwa industri perfilman seharusnya tak
menyajikan adegan merokok, yang bisa memicu kebiasaan buruk tersebut." (cmc/bun)
7 Penyakit paling mematikan dan paling membunuh di dunia ini saya copy paste dari
berbagai artikel, karena saya bukan dokter atau orang yang paham tentang
penyakit. Artikel ini cuma mengingatkan tentang pentingnya mewaspadai ancaman
penyakit yang hidup bersama di sekitar kita.

7 Penyakit Paling Mematikan Di Dunia


Kanker
Setiap orang mempunyai sel kanker di dalam tubuh. Sel-sel kanker ini tidak terlihat
dalam tes standard hingga mereka berkembang biak menjadi bermilyar milyar.
Ketika dokter mengatakan kepada pasien kanker bahwa tidak ada lagi sel kanker di
tubuh mereka setelah perawatan, itu berarti bahwa tes yang dilakukan tidak mampu
mendeteksi sel kanker karena sel kanker tersebut tidak sampai pada jumlah yang
dapat diprediksi.

JAKARTA - Penyakit kanker merupakan salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan
manusia di negara maju dan sedang berkembang. Di negara maju, kanker menjadi
penyebab kedua kematian.
Di Indonesia, kanker menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian utama.
Sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker tiap tahunnya.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterbitkan pada 2007 menyebutkan,
sebanyak 7,6 juta jiwa meninggal pada 2005 dan 84 juta orang lainnya akan mati dalam
jangka waktu 10 tahun ke depan, jika tidak ada tindakan nyata untuk menanggulangi
penyakit ini.
Dalam laporan tersebut, 70 persen kematian akibat kanker terjadi di negara-negara
berpendapatan rendah atau miskin.
Laporan WHO yang dilansir 2004 mengungkapkan, kanker telah menyebabkan kematian

7,1 juta orang pada 2003 dan diperkirakan jumlah kasusnya akan meningkat 50 persen
dalam 20 tahun mendatang.
Menurut WHO, prevalensi kanker tertinggi dialami kaum pria. Di sebagian besar negara
rata-rata terdapat satu sampai sepuluh kasus dalam 100.000 orang. Di India malah lebih
tinggi lagi, yakni mencapai 12,6 kasus per 100.000 penduduk.
Di negara maju, penyakit kanker sudah masuk kategori epidemik sedangkan di negara
sedang berkembang kondisinya meningkat sangat tajam. Diperkirakan 43 persen
kematian karena kanker disebabkan pengaruh rokok, diet yang tidak sehat dan infeksi.
Ketua Program Studi Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rainy Umbas,
Senin (14/5), di Jakarta, mengatakan, sampai saat ini secara umum tidak diketahui
penyebab kanker secara pasti. "Kita tidak tahu apa yang menyebabkan kanker tetapi kita
hanya menegtahi faktor risiko yang menyebabkan kanker, seperti gaya hidup. Gaya hidup
yang mungkin menyebabkan kanker adalah merokok, makanan tinggi lemak dan
obesitas," paparnya.
Dia menjelaskan, kanker disebabkan sel-sel yang berkembang secara berlebihan dan
tidak mengikuti pola sel yang lain. Sel kanker mempunyai ciri dapat memperbanyak diri
secara berlebihan (berpoliferase), berdiferensisi (menjadi pembuluh darah) dan daya
tahan sel (kemampuan untuk tetap hidup dan tidak mati sehingga muncul benjolan).
Kanker menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Sepanjang 2005, 13
persen dari 58 juta kematian atau 7,6 juta orang meninggal dunia akibat kanker. Jika
melihat dari lokasi, 70 persen di antaranya terjadi di negara-negara miskin dan sedang
berkembang.
Di Indonesia, kanker menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian utama.
Sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker tiap tahunnya.
Tembakau menjadi pemicu peningkatan resiko kanker terbesar terutama di negara
berkembang, seperti Cina dan India. Kedua negara ini 40 persen penduduknya
adalah perokok. Di Indonesia ancaman akibat rokok juga sangat besar karena
semakin banyaknya orang merokok dan begitu banyaknya produsen rokok di negara
ini. Jumlah perokok di Indonesia menempati peringkat pertama di kawasan ASEAN,
yakni 46,16 persen dari perkiraan total jumlah perokok di kawasan ini pada tahun
2007 sebanyak 125, 8 juta orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diagnosa kanker di seluruh
dunia diperkirakan akan menemukan 12 juta penderita dalam tahun ini. Sedang
kematian akibat kanker secara global akan mencapai tujuh juta.Tren penyakit ini
akan meningkat dua kali lipat dan lebih mematikan pada tahun 2030.kemungkinan
75 juta penderita bakal menghuni dunia ini.
Setiap tahun kasus dan kematian karena kanker meningkat satu persen. Angka ini
akan meningkat lebih tajam khususnya di Negara Cina, Rusia dan India. Artinya,
kasus kanker akan seperti 'jamur di musim hujan' dengan mencapai 27 juta
penderita di tahun 2030, dengan angka kematian 17 juta orang.

Kanker merupakan penyebab utama kedua kematian orang dewasa di belahan Barat,
dan merupakan salah satu penyebab utama kematian anak-anak akibat penyakit
yang berumur antara 1 hingga 14 tahun. Meskipun demikian, penyakit ini jarang
menyerang orang muda. Di Inggris Raya, kanker menyerang kira-kira 1 dari antara
650 anak-anak.
Laju kematian sesuai umur per 100.000 jumlah penduduk dari semua penderita
kanker laki-laki adalah 246,5 di Hungaria (salah satu yang tertinggi), sedangkan di
Meksiko laju ini hanya mencapai 83,5 (salah satu yang terendah). Bagi wanita,
lajunya adalah 139,8 di Denmark dan 62,3 di Mauritius. Laju bagi Inggris dan Wales
adalah 179,2 bagi laki-laki dan 125,7 bagi wanita; di Amerika Serikat, laju ini adalah
164,4 bagi laki-laki dan 110,6 bagi wanita. Untuk bentuk kanker tertentu, perbedaan
laju antar negara dapat mencapai 40 kali lipat. Penelitian terhadap populasi yang
bermigrasi dari satu wilayah geografis ke yang lainnya memperlihatkan bahwa
perbedaan ini adalah sebagai akibat dari perbedaan gaya hidup, dan bukan karena
faktor etnis. Hal ini konsisten dengan temuan lainnya yang memperlihatkan bahwa
kebanyakan kanker terutama berhubungan dengan penyebab yang berasal dari
lingkungan dan bukan diakibatkan faktor keturunan, meskipun keduanya dapat
saling berinteraksi.
Kanker yang paling banyak menimbulkan korban di Eropa dan Amerika Serikat
adalah kanker paru-paru, usus besar (kolorektal), payudara, prostat, dan perut. Jika
digabungkan, setengah dari seluruh jumlah kematian akibat kanker disebabkan
kanker jenis ini. Mereka sekaligus, bersama-sama dengan kanker kulit, merupakan
jenis kanker yang paling umum menyerang manusia. Kanker kulit adalah kanker
pertama atau kedua yang paling umum di banyak negara Barat seperti Amerika
Serikat, Australia, dan Inggris Raya. Untung saja kanker kulit, kecuali melanoma
maligna (jenis yang paling jarang tetapi yang paling hebat), jarang berakibat fatal.
Jantung
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah istilah bagi serangkaian gangguan yang
menyerang jantung dan pembukuh darah, termasuk penyakit jantung koroner
(CHD), penyakit serebrovaskular, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit
vaskular perifer (PVD).
Definisi CVD juga menyangkut penyakit lain seperti rheumatic heart disease
(kerusakan jantung akibat rematik) dan penyakit jantung congenital (kerusakan
bentuk struktur jantung sejak lahir). CVD berhubungan dengan kondisi seperti
serangan jantung (MI), angina dan stroke.
Pada penyakit CHD dalam arteri koroner yang menyuplai darah ke jantung
mengalami penyempitan dan beberapa kasus aliran darah terblokir.
Hal ini menyebabkan darah tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung.
Apabila oksigen tidak dapat disalurkan dengan baik ke otot-otot jantung, jantung
akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh,
akibatnya orang tersebut akan meninggal.
Diperkirakan 17 juta orang meninggal setiap tahun akibat CVD. Satu kematian
terjadi akibat CVD setiap dua detik, satu orang meninggal dalam setiap lima detik
akibat serangan jantung. Dari 17,5 juta kematian akibat CVD yang terjadi pada

tahun 2005, sekitar 7,6 juta diantaranya terjadi karena penyakit jantung koroner dan
5,7 juta karena stroke.
Dari sekitar 10 juta orang di seluruh dunia yang selamat dari stroke setiap tahunnya,
lebih dari 5 juta diantaranya mengalami cacat permanen sehingga membebani
keluarga dan masyarakat. Kematian global akibat CVD diperkirakan mencapai sekitar
25 juta pada tahun 2020.
AIDS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga khusus untuk menanggulangi AIDS
dari PBB (UNAIDS), melaporkan estimasi jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh
dunia pada tahun 1990 adalah 7,8 juta dan pada akhir Desember 2007 mencapai
33,2 juta, dimana 90% berasal dari negara berkembang. Estimasi jumlah kematian
yang disebabkan oleh HIV/AIDS mencapai 2,1 juta orang, dimana 76% terjadi di
wilayah Sub Sahara Afrika yang merupakan penyebab kematian utama di wilayah
tersebut. Sedangkan jumlah infeksi baru HIV/AIDS adalah 2,5 juta dan 68% terjadi
di Sub Sahara Afrika.
Benua Asia diindikasikan memiliki laju infeksi HIV tertinggi di dunia, sedangkan
Afrika tengah mengalami perluasan dampak buruk HIV/AIDS di berbagai sektor
pembangunan ( Beni, 2004). Prevalensi HIV tertinggi terdapat di wilayah Asia
Tenggara dengan tren epidemik yang bervariasi di setiap negara. Tren epidemik di
Kamboja, Myanmar dan Thailand menunjukkan penurunan, sedangkan di Indonesia
dan Vietnam malah semakin meningkat. Secara keseluruhan estimasi jumlah orang
yang mengidap HIV/ AIDS pada akhir 2007 di Asia adalah 4,9 juta orang, termasuk
440.000 orang yang merupakan kasus baru dan mencapai 300.000 orang meninggal
karena AIDS
Kini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 40 juta orang mengidap HIV/AIDS.
Sekitar 75% yang tertular HIV/AIDS berada di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Lebih
dari 20 juta jiwa telah meninggal karena AIDS. Jumlah itu bukanlah jumlah yang
kecil. Pada peringatan Hari AIDS sedunia tanggal 1 Desember 2003, WHO dan
UNAIDS telah memberi warning. Kedua organisasi dunia itu memberi peringatan
bahaya kepada 3 negara di Asia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi
HIV. Bahkan bisa dikatakan ketiga negara tersebut berada dalam posisi serius.
Berdasarkan laporan WHO dan UNAIDS ketiga negara itu adalah China, India, dan
Indonesia. Apalagi ketiga negara itu memiliki populasi penduduk besar di dunia.
Diabetes
Bisa dimaklumi jika banyak orang khawatir dengan penyakit Diabetes. Karena
penyakit tersebut telah menjadi penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia.
WHO melaporkan, jumlah kematian akibat penyakit tersebut di seluruh dunia adalah
3,2 juta orang per tahun. Itu artinya, setiap menit, 6 orang meninggal dunia akibat
diabetes.
Diabetes melitus adalah kondisi ketika tubuh tak bisa mengendalikan kadar gula
dalam darah (glukosa), yang normalnya 60-120 mg/dl. Glukosa merupakan hasil
penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian menjadi sumber energi. Tapi, pada
penderita DM, kadar glukosa ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan.
Mengapa pengaturan glukosa ini tak terkendali? Penyebabnya, karena terjadi

gangguan pada kelenjar pankreas. Pada pankreas terdapat sel kecil khusus yang
dinamakan sel beta atau dikenal juga sebagai pulau-pulau Langerhans, yang
menghasilkan hormon insulin. Hormon inilah yang menjadi kunci pengatur
pengiriman glukosa ke seluruh tubuh.
Penyakit diabetes melitus (DM) atau akrab disebut kencing manis khususnya tipe 2
yang bukan faktor keturunan kini tak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga
anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes pada anak sulit dideteksi, sehingga
tidak bisa dicegah sejak dini.
Tingginya jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia diakibatkan pola
makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat.
TB (Tuberculosis)
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri bernama mycobacterium tuberculosis. Gejalagejala penderita TB diantaranya batuk-batuk, sakit dada, nafas pendek, hilang nafsu
makan, berat badan turun, demam, kedinginan, dan kelelahan. Objek TB biasanya
anak-anak dan orang yang lemah sistem kekebalan tubuhnya.Transmisi bakteri
tuberculosis biasanya melalui inhalasi, misalnya penularan dengan dahak penderita
TB, dan lewat kulit. Beberapa diagnosa kasus TB diantaranya tes tuberculin di kulit,
identifikasi bakteria di sputum (dahak), dan rontgen paru-paru.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,
menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25%
dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan
95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB
lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO).
WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993
karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.
Vector Borne
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dan lalat (vector borne) yaitu Malaria, telah
membunuh lebih dari 1.2 juta orang, kebanyakan pada anak-anak di Afrika dibawah
umur 5 tahun. Kemudian DBD (Demam Berdarah Dengue) menjadi penyakit yang
tercepat pertumbuhannya di dunia,
Jumlah kematian akibat demam berdarah di Indonesia sudah melebihi 400 orang dan
berjangkit di hampir semua propinsi. Sedangkan lebih dari 28.000 orang terkena
penyakit itu. Demikian dikemukakan jurubicara Departemen Kesehatan, Mariani
Reksoprojo. Pemerintah menyediakan dana 50 milyar Rupiah untuk menanggulangi
penyakit tsb. Demam berdarah timbul pada setiap musim hujan
Sistem irigasi dan buruknya sanitasi, suplai air, kondisi rumah dan penanganan
sampah, penebangan hutan dan hilangnya biodiversity, menjadi pemicu utama.
Hepatitis
Virus hepatitis A

Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat
buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah
yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui
darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat
yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik
heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama
proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus
hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B
berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C
ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum
bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan
yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita
hepatitis C.
Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki resiko tinggi
terhadap virus ini adalah pecandu obat.
Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang
hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
Virus hepatitis G

Anda mungkin juga menyukai