Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Makassar didirikan oleh Pimpinan
Wilayah Muhamadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara sebagai hasil karya
Panitia Pendiri yang dibentuk pada Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan
dan Tenggara ke 24 di Kabupaten Watan Soppeng pada tanggal 5 september
1962, dengan Fakultas Ilmu Penelitian. Pada tahun 1966-1967, Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan menempati gedung Sekolah China yang
pada tahun 1966.
Setelah melalui beberapa tahap persiapan di tingkat Universitas seperti,
penandatanganan MOU kerja sama dengan Fakultas Kedokteran UNHAS dan
Rumah sakit Syekh Yusuf Gowa, maka pada tahun 2007 proposal pendirian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNISMUH diusulkan ke DIKTI
jakarta. Dari hasil usulan tersebut maka pada tanggal 16-17 Mei 2008 oleh
tim KKI (konsil kedokteran Indonesia) melakukan visitasi ke Universitas
Muhamadiyah
untuk
melihat
kelayakan
pembukaan
program
studi.
Alhamdullilah dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT, pada tanggal 29
juli 2008 keluarlah izin operasional dari Dirjen Dikti Program Studi
Kedokteran dengan No.2422/D/T/2008.
Program kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Unismuh merupakan suatu bentuk pendidikan profesi dokter
untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di puskesmas, dengan adaya
program ini dapat diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam
melakukan identifikasi masalah, analisis dan penyelesaian masalah serta
penerapan ilmu dan tekhnologi khususnya dibidang kesehatan masyarakat.
Kegiatan kepaniteraan klinik IKM merupakan salah satu langkah yang di
tempuh untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman sesuai
disiplin ilmu yang dimiliki, dengan adanya kegiatan ini diharapkan adanya
hubungan timbal balik antara dokter muda dengan institusi setempat dalam
B. Rumusan Masalah
Bagaimana angka morbiditas penyakit Deman Berdarah Dengue di RW 01
kelurahan Paropo tiap tahunnya?
C. Tujuan Tutorial Klinik
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui program program kerja Puskesmas Toddopuli.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menurunkan angka morbilitas penyakit DBD di RW 01
Kelurahan Paropo.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit DBD.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang
diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi
perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat
menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif.
2. Bagi Puskesmas
Dengan mengetahui peningkatan kasus demam berdarah di Puskesmas
Toddopuli, diharapkan puskesmas dapat menindaklanjuti masalah tersebut.
3. Bagi Dokter Muda
Dokter muda dapat menimbah pelajaran praktis klinis lapangan dan
membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang
sesunguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi
kompetisi pasca pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus famili
Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4
melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Serotipe virus dengue
(DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) secara antigenik sangat mirip satu
dengan lainnya, tetapi tidak dapat menghasilkan proteksi silang yang lengkap
setelah terinfeksi oleh salah satu tipe. Keempat serotipe virus dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
B. Epidemiologi
Di Indonesia, pertama sekali dijumpai di Surabaya pada tahun 1968 dan
kemudian disusul dengan daerah-daerah yang lain. Jumlah penderita
menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ketahun, dan penyakit ini
banyak terjadi di kota-kota yang padat penduduknya. Akan tetapi dalam tahun
tahun terakhir ini, penyakit ini juga berjangkit di daerah pedesaan.
Berdasarkan penelitian di Indonesia dari tahun 1968-1995 kelompok umur
yang paling sering terkena ialah 5 14 tahun walaupun saat ini makin banyak
kelompok umur lebih tua menderita DBD. Saat ini jumlah kasus masih tetap
tinggi rata-rata 10-25/100.000 penduduk, namun angka kematian telah
menurun bermakna < 2%.
C. Cara Penularan
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui
gigitan. Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ
targetnya seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi
sel-sel darah putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi
dalam darah. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik
4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap
virus yang ada di darah manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan
organ lain yang selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.
Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap
ditularkan kembali kepada manusia lainnya. Periode ini disebut masa tunas
ekstrinsik yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak
dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya.
D. Ciri - Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit DBD
Ciri-ciri
nyamuk
Aedes
Aegypti
berikut
ini
terbang
rata-rata
hingga
14
hari
ketinggian
dan
mampu
100
hidup
meter.
2-3
bulan.
pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada
saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar
hematokrit, jumlah trombosit. Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari
ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai
hari ke 3 demam.
Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan
terjadinya gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT,
APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat
dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin. Hasil laboratoris
berikut yang merupakan faktor resiko terjadinya DSS: Peningkatan
hematokrit >20%, platelet <40000/mm3, aPTT >44 detik, PT >14 detik, TT >
16 detik. Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah albumin,
SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik
melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi
molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas
adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga
laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12 minggu), serta biaya
yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang dipilih
adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik virus
melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction (RTPCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih
cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif
mahal serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan
timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan
adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti
dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat
sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer,
IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat
terdeteksi mulai hari ke 2.
Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah
pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural
protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi
virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur mengenai
berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan
mencatat dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar
tinggi sejak hari pertama sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer
Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan
antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan
tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji
dini terbaik untuk pelayanan primer.
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus
kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama
pada hemitoraks dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan USG. Pemeriksaan laboratorium yang sering ditemukan
pada
pasien
DHF
adalah
trombositopenia
(<
100.000/ul)
dan
dijumpai
pada
hari
ke
3-8
sejak
timbulnya
demam.
dan
trombositopeni,
dan
banyak
diantaranya
penderita
CSF
(Colony Stimulating
Factor)
akan
merangsang
neutrophil, oleh pengaruh ICAM 1 Neutrophil yang telah terangsang oleh CSF
akan mudah mengadakan adhesi. Neutrophil yang beradhesi dengan endothel
akan mengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding endothel lisis dan
akibatnya endothel terbuka. Neutrophil juga membawa superoksid yang termasuk
dalam radikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi pada mitochondria dan
siklus GMPs. Akibatnya endothel menjadi nekrosis, sehingga terjadi kerusakan
endothel pembuluh darah yang mengakibatkan terjadi gangguan vaskuler
sehingga terjadi syok. Antigen yang bermuatan MHC I akan diekspresikan
dipermukaan virus sehingga dikenali oleh limfosit T CD8+, limfosit T akan
teraktivasi yang bersifat sitolitik, sehingga semua sel mengandung virus
dihancurkan dan juga mensekresi IFN gama dan TNF alpha.
d. Patogenesis
baik
komponen
perantara
maupun
komponen
struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam
sel. Proses perkembangan biakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Semua
flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan
cross reaction atau reaksi silang pada uji serologis, hal ini menyebabkan
diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi
diantara ke empat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotip virus DEN
menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak ada
cross protektif terhadap serotip virus yang lain. Secara in vitro antibodi
terhadap virus DEN mempunyai 4 fungsi biologis: netralisasi virus; sitolisis
komplemen; Antibody Dependent Cell-mediated Cytotoxity (ADCC) dan
Antibody Dependent Enhancement.
Virion dari virus DEN ekstraseluler terdiri atas protein C (capsid), M
(membran) dan E (envelope), sedang virus intraseluler mempunyai protein premembran atau pre-M. Glikoprotein E merupakan epitop penting karena : mampu
membangkitkan antibodi spesifik untuk proses netralisasi, mempunyai aktifitas
hemaglutinin, berperan dalam proses absorbsi pada permukaan sel, (reseptor
binding), mempunyai fungsi biologis antara lain untuk fusi membran dan
perakitan virion. Antibodi memiliki aktifitas netralisasi dan mengenali protein E
yang berperan sebagai epitop yang memiliki serotip spesifik, serotipe-cross
reaktif atau flavivirus-cross reaktif. Antibodi netralisasi ini memberikan proteksi
terhadap infeksi virus DEN. Antibodi monoclonal terhadap NS1 dari komplemen
virus DEN dan antibodi poliklonal yang ditimbulkan dari imunisasi dengan NS1
mengakibatkan lisis sel yang terinfeksi virus DEN. Antibodi terhadap virus DEN
secara in vivo dapat berperan pada dua hal yang berbeda :
a. Antibodi netralisasi atau neutralizing antibodies memiliki serotip
spesifik yang dapat mencegah infeksi virus.
b. Antibodi non netralising serotipe memiliki peran cross-reaktif dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS.
Penegakan Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 2009, diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal ini terpenuhi:
a.
Klinis
Gejala klinis yang harus ada yaitu :
1.
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung
2.
3.
4.
b.
a.
b.
c.
Derajat 1 : Demam
disertai
gejala tidak khas dan satu-satunya
Demam
tinggi mendadak,
terus menerus 2-7 hari,
(+)-
manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.
ISPA atas (-)
Derajat 2 : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdaran lain.
Derajat 3 : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
syok (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
lemah, tekanan naditanda
menurun
(-)
(+)
muntah terus menerus
sianosis di sekitar mulut
kejang kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
TORNIQUET
Derajat 4 : Syok berat,
nadi
tidak dapat dirabaUJI
dan
tekanan darah
kesadaran
menurun
muntah darah
berak
hitam
KEDARURATAN
tidak terukur.
I.
J.
(+)
(-)
Diagnosis Banding
DBD
Periksa
ISK
trombosit
Rawat jalan*
Malaria
Faringitis
Parasetamol
Penatalaksanaan
Trombosit
Trombosit
Prinsip pengobatan
meliputi: atasi segera
< 100.000
100.000 hipovolemi, lanjutkan
Kontrol tiap hari
penggantian cairan yang masih terus keluar dari pembuluh darah sampai
selamademam
hilang
Rawat jalan*
Minum banyak
1,5-2 l/hari,
parasetamol,
kontrol tiap hari
sampai demam
turun
Klinis membaik
Trombosit turun
Ht tidak naik
Trombosit baik
BAGAN II
TATALAKSANA TDBD DERAJAT I DAN DERAJAT II TANPA PENINGKATAN
HEMATOKRIT / Ht < 42 vol%
Ht tidak naik
BAGAN III
TATALAKSANA TDBD DERAJAT II DENGAN PENINGKATAN Ht 20% / Ht
42 vol%
Infus : RL/RD/RA 6-7 ml/kgBB/jam
PULANG (lihat kriteria
pulang)
Perbaikan
Tidak ada
perbaikan
Tidak gelisah
Gelisah
Nadi kuat
Distress pernapasan
PULANG (Lihat
kriteria pulang)
Distres pernafasan/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1
RL/RA/NaCl 0,9% 10ml/kgBB/jam
ml/kgBB/jam
O2 2-4 l/menit
Hb, Ht, trombosit, lekosit
AGD-elektrolit
Ureum, kreatinin
Atas indikasi
EVALUASI
TERATASI****
TIDAK TERATASI
Kristaloid 5 ml/kgBB/jam
pemeriksaan
(setiap 6 jam)
Kristaloid
3 ml/kgBB/jam
24-48 jam setelah syok
teratasi, tanda vital/Ht
stabil, diuresis cukup
INFUS STOP
Ht turun
Koloid 20 ml/kgBB
EVALUASI
TERATASI****
TIDAK TERATASI
Pertimbangkan
pemakaian inotropik dan
koloid HES BM
100.000-300.000 kD
K.
Komplikasi
1.
Perdarahan gastrointestinal masif,
2.
Ensepalopati,
3.
Edema paru dan efusi pleura.
L.
Prognosis
Tergantung dari beberapa faktor seperti, lama dan beratnya
renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya penanganan; ada tidaknya
rekuren syok yang terjadi terutama dalam 6 jam pertama pemberian infus
dimulai, panas selama renjatan, tanda-tanda serebral.
mengeringkan
tempat-tempat
yang
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI
Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan
pengembangan dari Puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli Raya No.96
dan dipimpin oleh drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu Puskesmas
Toddupuli merupakan PUSTU (puskesmas pembantu) dari Puskesmas Batua,
dan akhirnya sekitar 6 November 2013 Pustu Puskesmas Batua ini dijadikan
puskesmas yang dinamakan Puskesmas Toddopuli.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Todupulli sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Panaikang
b. Sebelah Barat : Kecamatan Pandang/Karampuang
c. Sebelah Timur : Kecamatan Tello Baru Batua
d. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/Borong
Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan pelayanan kepada
pasien
rawat jalan
dengan pegawai
berjumlah
dengan
melakukan
kegiatan-kegiatan
diantaranya
imunisasi,
B. Keadaan Demografi
1. Luas wilayah
2. Jumlah KK
3. Jumlah penduduk
a. Laki-laki
b. Perempuan
: 1.170.138 M3
: 3.594 KK
: 16.271 orang (BPS, 2014)
: 7.944 orang
: 8.327 orang
c. Teratai IV Jl.Babusalam
d. Teratai V Jl.Batua Raya
e. Teratai VI kompleks Paropo Indah
f. Teratai VII A
g. Teratai VII B
h. Teratai IX, Meranti
4. Posbindu, di RW III
5. Jumlah Sarana Olahraga
a. Lapangan tenis lokasi BLKI
b. Lapangan Bulu tangkis lokasi dirgantara
c. Lapangan bola basket lokasi filadelvia
C. Struktur Organisasi Puskesmas Tuddopuli
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TUDDOPULI
1. Kepala Puskesmas
: drg. Hj. Yayi Manggarsari, M,Kes.
2. Kepala Sub.bagian tata usaha
: Hj.Kurniati M, S.Sos
a. Umum
: Syarifuddin , AMK
b. Kepegawaian
: Rina Kasrini,AMK
A. Abd. Gafur, S.KM
c. Perlengkapan
: Sumiati, AMK
d. Keuangan
: Ariati, S.Kep, Ners
3. Unit Pelayanan Teknis Fungsional :
a. Upaya Kesehatan Masyarakat
1) Upaya Kesehatan Wajib
a) Promosi Kesehatan
: Sangkala, S.KM, M.Kes
b) Kesehatan Lingkungan
: Zainuddin, S.KM
c) KIA dan KB
: Ratih Puspita Ratu, Amd, Keb
d) Upaya Per.Gizi Masyarakat : Nurhaedah
e) Upaya P2M/PTM
: Nurmawati T, S.Kep.Ns
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Upaya Kesehatan UKS
: Syadriana Djafar, AMKG
b) Upaya Kesehatan Usila
: Rina Kasrini, AMK
c) Perawatan Kesehatan Masy : Ariati, S.Kep, Ners
d) Upaya Kesehatan Kerja
: A. Abd. Gafur, SKM
e) Upaya Kesehatan Gimul
: drg. Nursyamsi
f) Upaya Kesehatan Olahraga : A.Abd. Gafur, SKM
g) Upaya Kesehatan Mata
: Sumiati, AMK
h) Upaya Kesehatan Telinga
: dr.Hj. Adriani Latif, MM
i) Upaya kes.Tradisional/Pem.Batra : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt
b. Upaya Kesehatan Perseorangan
Rawat Jalan
1) Kartu
: Hj. Siti Aminah
2) Poli Umum
: dr. Hj. Adriani L,MM
dr. Syamsul Chandra
3) Polik TB dan Kusta : Nurmawati T, S.Kep.Ns
4) Poli Gigi
: drg.Nursyamsi
5) Tindakan/UGD
: Nurmawati T, S.Kep.Ns
6) Laboraturium
7) Kamar Obat
BAB IV
HASIL SURVEI
Tabel IV.1
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Kasus
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Jul
Apr
Juni
Mar
Mei
Feb
Jumlah
Jan
Tabel IV.2
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Jul
Apr
Juni
Mar
Mei
Feb
Jumlah
Jan
Kasus
Tabel IV.3
Tabel Distribusi Kasus DBD Di Puskesmas Toddopuli
Okt
Nop
Des
sept
Agust
Jul
Apr
Juni
Mar
Mei
Feb
Jumlah
Jan
Kasus
Grafik IV.1
Perbandingan Jumlah Kejadian Kasus DBD
kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengenyahkan demam
berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggal.
TUJUAN
KEGIATAN
Deteksi Dini
Penderita DBD
LOKASI
WAKTU
BIAYA
Puskesmas
Tiap
Rp. 500.000
Minggu
PELAKSAN
A
Pengelola P2
DBD
Mengetahui
DBD
Penyelidiakan Epidemiologi (PE)
Luas Penularan
Wilayah
Tiap
PKM
terjadi
DBD &
Kasus
Surveylans
Penyakit DBD
Pengelola
Mencegah
Wilayah
Tiap
Rp. 1.000.000 /
Petugas
terjadinya
PKM
terjadi
fogging
Penyemprotan
Rp. 500.000/
Sanitarian +
penularan lebih
luas dan KLB
4
Rp. 1.500.000
DBD
Mengetahui
kasus
- Fogging di daerah potensi KLB
sesuai hasil PE
Survey jentik
Wil PKM
Musim
KET
daerah2 potensi
Hujan
kali
DBD
5
Menghentikan
DBD
Abatesasi
Wil PKM
rantai
6
penularan DBD
Mencegah
Kerja Bakti dan Jumat Bersih
berkembangnya
jentik nyamuk
DBD
Pengelola
Musim
Rp. 500.000/
Sanitarian +
Hujan
kali
Pengelola
Wilayah
Tiap
Rp. 100.000/
DBD
Petugas +
PKM
Jumat
kali
Masyarakat