Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi
dibanggakan. Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini
sering kita dengar berita ditelevisi maupun radio yang disebabkan oleh
kenakalan remaja diantaranya tawuran, pemerkosaan yang dilakukan oleh
pelajar, pemakaian narkoba, dan lain-lain. Kehidupan remaja pada masa kini
mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus
bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Sungguh sangat di sayangkan para remaja saat ini dengan mudah
melakukan perubahan social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa
adanya filter. Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu
dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang
memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini
disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral
terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program
televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak
menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan,
hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena
program tersebut banyak diminati publik, khususnya remaja. Sehingga dapat
memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak stasiun TV yaitu misalnya berupa
banyaknya iklan yang masuk.
Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di
kota besar yang sarat akan dunia gemerlap (dugem). Seperti tayangan remaja
dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim
alias kurang bahan / sexy, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi

dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapanucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang
seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja
yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian kenakalan remaja
2. Mengetahui tentang kenakalan remaja yakni pencurian
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil rumusan
masalah yakni: Bagaimana cara mengatasi permasalahan pada dunia pergaulan
remaja yang nerkaitan dengan perihal pencurian ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kenakalan Remaja


Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga
perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut
kenakalan. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan
bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang
bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang
berlaku dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan
remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma
hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar
dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai
pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama
dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut
bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran,
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus
pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM,
mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,


pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto,
1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas
tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya Rules of
Sociological Method dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal
karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku
dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam
masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada
sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang
dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja
meninggalkan keresahan pada masyarakat.
B. Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh
individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya.
Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan
pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus
dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya
dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu
keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992)
keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas
dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya
rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan
hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan
kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya,
dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi
social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika

berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya


terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
C. Landasan Teori Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Cultural
determinism: Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski )
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, juga segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu
generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia

generasi yang bersangkutan


Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah

lakunya
Kebudayaan

mencangkup

aturan-aturan

yang

berisikan

kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan


ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan
yang diizinkan
Kepribadian dan Kebudayaan

Pengertian masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan


pengertian kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari
masyarakat tersebut. Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan
perwujudan atau abstraksi perilaku manusia. Kepribadian menunjukan perilaku
manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya karena
kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang
individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau tanggapan
manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada kesiapannya di dalam
memberikan jawab dan tanggapan.
Menurut Theodore M. Newcomb, yaitu bahwa kepribadian merupakan
organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang terhadap perilaku.
D. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
akibat terjadinya perubahan social. Memang banyak perubahan pada diri
seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya
merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan
keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh
remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu
dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan
suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak

tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa


pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi
dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)
yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1. Follicle-Stimulating Hormone (FSH);
2. Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua
hormone tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak
lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang

anak.

Anak

perempuan

akan

mendapat

menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya


sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti
payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon
testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara
cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka

pada dunia remaja.


Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of
formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalahmasalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan

masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas


berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga
mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan

pemikiran mereka sendiri.


Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanyatanyamengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.
Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya:
politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak
lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut
yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja
mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai
melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini

diketahui dan dipercayainya


Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil
penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed
Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke
sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan

beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing)


yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban
pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan ehari-hari di
rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau
masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan
remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai
sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan
tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang
lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja
mulai

dihadapkan

menyesuaikan

dengan

impian

dan

realita

dan

angan-angan

tantangan
mereka

untuk
dengan

kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka


serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak
memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif
sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum
biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka
panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa
yang

lebih

berhati-hati,

lebih

percaya-diri,

dan

mampu

bertanggung-jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang


terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan kemungkinan perilaku yang bisa terjadi
pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang
resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang
mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti

penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social


yang berganti ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya
seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan
Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah
bermacam macam dan berhubungan dengan dinamika fobia
balik ( conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap,
perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika
kelompok seperti tekanan teman sebaya.
E. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada
usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH
adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu
kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang
dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan
sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu
untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan
bagi sosial.
F. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku nakal remaja biasa disebabkan oleh faktor dari remaja itu
sendiri (internal) maupun dari luar (eksternal)
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh
remaja sendiri. Faktor intern ini jika mendapatkan contoh-contoh
yang kurang mendidik dari tayangan televisi akan menimbulkan
niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan pada isi
program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah

10

pergaulan remaja di zaman sekarang yang makin berani


mengedepankan nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai dengan
adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan meniru tersebut
dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam
lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan
norma agar dipandang oleh teman-temannya dan masyarakat
sebagai remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman.
Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar
menonton acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang
masih dalam tahap pubertas. Sehingga rasa ingin tahu untuk
mencontoh berbagai tayangan tersebutyang dinilai kurang
memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja membuat
mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul
dengan meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya
pengontrolan diri yang dikarenakan emosi jiwa remaja yang
masih labil.
2. Faktor Ekstern
adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini
dapat disebut sebagai faktor lingkungan yang memberikan contoh
atau teladan negatif serta didukung pula oleh lingkungan yang
memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh
trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan edeganadegan yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan halhal yang menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat ini.
sepertinya media televisi telah memaksa remaja untuk larut
dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah memang
begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah
banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat

11

mereka seleksi mana yang layak dan yang tidak layak untuk
ditiru.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang
memang menyediakan pergaulan buruk. Maka memberikan
dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut dalam hal-hal
negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan
teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para
remaja mencari perhatian didunia luar. Mereka cenderung
melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan pergaulannya.
Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana baik dan
buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya
yang

melakukan

hal

keliru

tersebut.

Hingga

akhirnya

ketergantungan dan mereka terus melakukannya berulang kali


seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang tak bisa
lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan
kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan tersebut akan
menciptakan orang-orang yang hedonis.

G. Masalah-Masalah Remaja
Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson,
1963). Suatu kelompok anak berumur 11 tahun adalah betul-betul homogen.
Bagaimanapun juga, 6 tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal,
yang lain menjadi siswa teladan, beberapa menjadi ahli matematika, ada yang
pemain drama, dan yang lain lagi ahli mesin. Pengalaman di rumah dan di
sekolah sebelum remaja, berperan penting dalam menentukan remaja sebagai
individu. Demikian juga pengalaman di SMP dan SMA berperan penting dalam
membantu siswa-siswa melalui masa-masa sulit untuk sebagian besar mereka.

12

Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi


(Blos, 1989). Untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani
dengan sukses, tetapi untuk beberapa remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal
atau delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi
rendah. Biasanya mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya
anak nakal atau juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang
kompleks, yang berarti suatu sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Para
peneliti melihat banyak kemungkinan penyebab kenakalan remaja. Sedangkan
para ahli sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja adalah suatu
penyesuaian diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang
tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil penelitian Robbin (1986)
berpendapat, kenakalan remaja akibat adanya masalah neurobiological,
sehingga menimbulkan genetik yang tidak normal. Ahli lain berpendapat
kenakalan remaja merupakan produk dari konstitusi defektif mental dan emosiemosi mental. Mental dan emosi anak remaja belum matang, masih labil, dan
rusak akibat proses condition sering lingkungan yang buruk.
Gangguan emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja.
Mereka mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan
sampai pikiran bunuh din i atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987). Banyak
anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum
minuman keras, kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan
yang serius. Pendidik-pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas
harus sensitif terhadap fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami
masa-masa sulit dan gangguan emosional merupakan hal yang umum. Oleh
karena itu, guru hendaknya mencoba mengetahui bahwa anak-anak remaja bisa
mengalami

depresi,

putus

harapan,

tingkah

laku

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan, dan semua ini membutuhkan bantuan. Di sini peranan


konselor dan psikolog amat penting.

13

H. Kenakalan Remaja tentang Pencurian


1. Pengertian Mencuri
Menurut bahasa, mencuri
mengambil

sesuatu

yang

(sariqah)

adalah

miliknya

secara

bukan

sembunyi-sembunyi. Adapun menurut istilah, mencuri


adalah mengambil harta yang terjaga dan mengeluarkan
dari

tempat

penyimpanannya

tanpa

ada

kerancuan

(syubhat) di dalamnya dan dilakukan secara sembunyisembunyi.


Sedangkan dalam bukunya Fiqh Sunnah, Sayyid
Sabiq berpendapat bahwa yang dimaksud mencuri
adalah mengambil barang orang lain secara sembunyisembunyi. Mencuri adalah mengambil harta milik orang
lain

dengan

tidak

sepengetahuan

hak

untuk

pemilikinya.

dimilikinya

Kemudian

ada

tanpa
juga

pengertian umum mencuri berarti mengambil sesuatu


barang secara sembunyi-sembunyi, baik yang melakukan
itu anak kecil atau orang dewasa, baik yang dicuri itu
sedikit atau banyak, dan barang yang dicuri itu disimpan
ditempat yang wajar untuk menyimpan atau tidak.
Dari beberapa pendapat di atas, maka yang di
maksud mencuri adalah mengambil harta orang lain
yang terjaga atau tidak dari tempat penyimpanannya,
dengan cara sembunyi-sembunyi dan harta tersebut tidak
syubhat. Mencuri hukumnya adalah haram. Di dalam
hadist

dikatakan

bahwa

mencuri

merupakan

tanda

hilangnya iman seseorang.


2. Syarat dan Had Mencuri
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai mencuri
apabila memenuhi syarat-syarat dibawah ini :

14

Orang yang mencuri adalah mukalaf, yaitu

sudah baligh dan berakal.


Pencurian
itu
dilakukan

sembunyi-sembunyi.
Orang yang mencuri

dengan

cara

sekali

tidak

sama

mempunyai andil memiliki terhadap barang

yang dicuri.
Barang yang dicuri adalah benar-benar milik

orang lain.
Barang yang dicuri mencapai jumlah nisab.
Barang yang dicuri berada di tempat

penyimpanan atau di tempat yang layak.


Apabila suatu perbuatan tidak memenuhi syarat
diatas

maka

suatu perbuatan

tersebut

tidak

dapat

dikatakan sebagai mencuri, dan juga tidak dapat dijatuhi


had mencuri. Had mencuri atau hukuman didunia bagi
pencuri menurut pandangan Islam adalah potong tangan.
3. Dampak Negatif Perbuatan Mencuri
Terdapat hukum sebab akibat yang selalu mengikuti
suatu

perbuatan

yang

dilakukan,

tnpa

terkecuali

perbuatan tercela mencuri. Dampak negatif perbuatan


mencuri tidak hanya bagi pelaku pencurian, tetapi juga
bagi korban dan masyarakat. Dampak negatif mencuri
adalah sebagai berikut:
a) Bagi pelaku
Mengalami kegelisahan batin, pelaku
pencurian akan selaludikejar-kejar rasa
bersalah dan takut jika perbuatanya

terbongkar.
Mendapat hukuman, apabila tertangkap,
seorang

15

pencuri

akan

mendapatkan

hukuman sesuai undang-undang yang

berlaku.
Mencemarkan nama baik pribadi dan
keluarga, seseorang yang telah terbukti
mencuri nama baik dirinya dan keluarga

akan tercemar di mata masyarakat.


Merusak keimanan, seseorang yang
mencuri berarti telah rusak imanya. Jika
ia mati sebelum bertobat maka ia akan

mendapat azab yang pedih.


b) Bagi korban dan masyarakat
Menimbulkan kerugian dan kekecewaan,
peristiwa

pencurian

merugikan

dan

akan

sangat

menimbulkan

kekecewaan bagi korbanya


Menimbulkan
ketakutan,

peristiwa

pencurian menimbulkan rasa takut bagi


korban dan masyarakat karena mereka

merasa harta bendanya terancam


Munculnya hukum rimba, perbuatan
pencurian merupakan perbuatan yang
mengabaikan nilai-nilai hukum. Apabila
terus

berlanjut

akan

memunculkan

hukum rimba dimana yang kuat akan


memangsa yang lemah.

I. Cara Menghentikan Kebiasaan Mencuri pada Remaja


Ada beberapa hal yang melibatkan remaja dalam kasus pencurian,
misalnya mencuri uang orang tua, perlengkapan atau barang-barang dari
sekolah, atau bahkan melakukan pencurian di toko. Tergantung dari apa yang

16

dicuri, ada sanksi hukum yang dikaitkan dengan tindakan pencurian. Akan
tetapi, terlepas dari nilai barang curiannya, pencurian selalu menimbulkan aib,
rasa malu dan bersalah, baik pada remaja yang bersangkutan dan orang tuanya
jika pencurian ini terungkap. Ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil
untuk menghentikan kebiasaan mencuri pada anak remaja, agar ia tidak akan
sampai terjerat dalam masalah yang serius.
Menghukum Atas Perbuatan Mencuri
Jelaskan akibat dari perbuatan mencuri. Anda mungkin pernah
mendapati anak Anda mencuri uang dari dompet Anda, atau
menemukan barang-barang curian pada tas anak Anda. Jika anak
Anda baru pertama kali melakukan pencurian dan belum pernah
dituntut atas perbuatannya, penting bagi Anda untuk segera
mendiskusikan tentang perbuatannya. Jelaskan padanya bahwa
mencuri atau mengambil barang milik orang lain adalah
perbuatan ilegal dan dapat membuat seseorang mendapatkan
hukuman (semisal, hukuman penjara). Jangan menganggap
remeh situasi atau mencoba bercanda dengan mengatakan bahwa
tidak apa-apa jika ia mau mencuri selama hal tersebut tidak
diketahui orang lain. Utarakan secara jelas dan tegas akibatakibat dari perbuatan mencuri tersebut yang berpotensi mengubah
kehidupan anak Anda.
Gunakan istilah hukum untuk menjelaskan hukuman yang
berkaitan dengan kasus pencurian (semisal, mencuri barang milik
orang lain, seperti dompet atau sepeda) atau kasus pencurian
yang lebih besar (semisal, mencuri dengan niat untuk
menghilangkan atau menggelapkan uang milik orang lain, seperti
mencuri dompet atau menulis cek palsu). Nilai dari barang curian
akan menentukan tingkat pencurian, apakah termasuk ke dalam
kasus pencurian besar atau sekadar bentuk perilaku yang tidak

17

baik. Akan tetapi, terlepas dari tingkat pencuriannya, anak Anda


dapat dikenakan hukuman denda yang tinggi atau bahkan harus
menjalani hukuman penjara selama beberapa bulan atau tahun
jika ia tertangkap basah melakukan pencurian.
Tunjukkan pada anak Anda akibat dari perbuatan mencuri.
Cara lain yang dapat Anda gunakan adalah menunjukkan (dan
bukan sekadar memberi tahu) anak Anda apa yang dapat terjadi
jika ia sampai tertangkap melakukan pencurian. Jika anak Anda
tertangkap mencuri uang atau barang-barang milik Anda,
beberapa orang tua menyarankan untuk menghubungi polisi dan
meminta polisi berpura-pura menangkap anak Anda. Petugas
polisi mungkin akan memborgol tangan anak Anda dan
membawanya ke mobil polisi. Di dalam mobil, petugas polisi
akan menjelaskan mengenai hukuman terkait tindak pencurian
dan bagaimana hukuman tersebut dapat memengaruhi masa
depan anak Anda. Langkah ini mungkin merupakan taktik yang
ekstrem, dan hanya boleh diambil jika anak Anda mencuri barang
langsung dari Anda karena Anda lah yang akan menentukan
apakah Anda akan menuntut anak Anda atau tidak. Akan tetapi,
taktik ini dapat membuat anak Anda takut dan jera untuk
melakukan pencurian lagi.
Terapkan hukuman yang membutuhkan tindakan positif dari
anak Anda.
Daripada menerapkan hukuman fisik atau mempermalukan anak
Anda yang dapat membuat anak Anda semakin marah dan
menyimpan dendam, cobalah berfokus pada pembuatan jenis
hukuman yang mengharuskan anak Anda untuk membayar
kesalahannya dengan tindakan positif. Hukuman-hukuman
seperti itu dapat menunjukkan pada anak Anda bahwa perbuatan
mencuri dapat memengaruhi hubungannya dengan orang-orang di

18

sekitarnya, dan memungkinkan ia untuk mempelajari nilai


kejujuran. Sebagai contoh, jika Anda pernah menangkap basah
anak Anda mencuri uang dari dompet, cobalah hukumlah ia
dengan memintanya membayar semua uang yang sudah ia curi.
Hukuman ini mungkin memakan waktu cukup lama, karena ia
mungkin

perlu

mendapatkan

pekerjaan

atau

melakukan

pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk mendapatkan uang. Akan


tetapi, ia akan belajar bahwa ada akibat atas perbuatannya,
mendapatkan rasa tanggung jawab yang lebih besar dengan
bekerja, dan memahami bahwa mencuri merupakan tindakan
yang buruk. Hukuman lain yang dapat Anda lakukan adalah
dengan menyuruh anak Anda menebus kesalahannya dengan
melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti membersihkan
rumah atau memasak untuk makan malam selama satu bulan.
Dengan begini, ia akan melakukan hal-hal positif sebagai bentuk
penebusan kesalahannya.
Mencegah Anak Anda Melakukan Pencurian di Kemudian

Hari
Tanyakan pada anak Anda mengapa ia ingin mencuri. Anak Anda
mungkin terdorong untuk mencuri karena ada masalah-masalah
lain. Dengan mengenali akar permasalahannya, Anda dapat
mencegah anak Anda untuk melakukan pencurian lagi. Remaja
cenderung melakukan pencurian karena didorong oleh beberapa
alasan, di antaranya:
Tekanan dari lingkungan sekitarnya dapat menjadi
dorongan terbesar untuk melakukan pencurian. Anak Anda
mungkin menginginkan ponsel pintar terbaru atau sepatu
baru yang keren dan merasa bahwa satu-satunya cara
untuk mendapatkannya adalah dengan mencurinya dari

19

orang lain, atau mencuri uang Anda sehingga ia dapat


membeli apa yang ia inginkan. Salah satu bagian terbesar
dari masa remaja adalah mencoba menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, dan anak Anda mungkin tertekan
karena merasa harus memiliki barang-barang tertentu agar

ia dapat berbaur dengan teman-temannya di sekolah.


Kebutuhan akan perhatian juga dapat menjadi alasan lain
mengapa anak Anda melakukan pencurian. Daripada sama
sekali tidak mendapat perhatian, anak Anda mungkin
merasa bahwa lebih baik mendapat perhatian dari orang
lain, terutama pihak berwajib. Ia mungkin mencuri karena
ia tahu bahwa ia akan mendapat perhatian dan, pada

akhirnya, Anda akan memperhatikannya.


Rasa malu atau kekhawatiran terkait barang-barang
tertentu, seperti kondom, tampon (produk kewanitaan),
alat kontrasepsi, atau test pack (alat uji kehamilan), dapat
mendorong anak Anda untuk mencuri barang-barang
tersebut. Anak Anda mungkin merasa terlalu malu untuk
pergi ke apotek atau meminta uang pada Anda untuk
membeli barang-barang tersebut, sehingga ia merasa
bahwa satu-satunya jalan yang dapat ia ambil adalah

dengan mencurinya.
Ketegangan dan keasyikan tersendiri saat melakukan
perbuatan buruk juga dapat mendorong anak Anda untuk
melakukan pencurian. Sering kali, remaja menyukai
ketegangan saat melakukan sesuatu yang buruk dan ikut
serta dalam perbuatan-perbuatan berisiko. Hampir semua
remaja tertarik pada hal-hal yang di luar batas dan
dianggap salah. Dilihat dari fenomena ini, tindak

20

pencurian mungkin menjadi salah satu cara yang mereka


gunakan untuk mendorong batasan-batasan norma dan
mencoba seberapa jauh mereka dapat bertindak di luar
batas.
Sediakan sumber penghasilan alternatif untuk anak Anda.
Jika anak Anda mencuri karena mereka merasa tidak mampu
membeli barang-barang seperti yang dimiliki teman-temannya,
doronglah anak Anda untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu
di luar jam sekolahnya atau mengambil pekerjaan-pekerjaan
ringan lainnya untuk menambah uang saku. Dengan begini, Anda
membantu anak Anda belajar mengenai tanggun jawab dan
pengelolaan

uang,

serta

memungkinkan

ia

mendapatkan

kebebasan untuk membeli apa yang ia inginkan daripada harus


mencurinya. Sarankan anak Anda untuk membuat anggaran
keuangan dan belajar mengatur keuangannya agar ia dapat
mengembangkan kebiasaan mengelola uang dengan baik.
Dorong anak Anda untuk terlibat dalam aktivitas
ekstrakurikuler yang baik.
Dukung anak Anda untuk memfokuskan dirinya dalam
mengembangkan kemampuan dan bakatnya bersama orang lain
dalam cara yang produktif, seperti bergabung dengan tim
olahraga atau klub tertentu di sekolahnya. Dengan begini, anak
Anda akan berinteraksi dengan teman-temannya yang lebih
tertarik dalam hal-hal lain (dalam hal ini, minatnya), selain halhal material atau barang-barang terkini yang dirasa harus
dimiliki.
Luangkan waktu bersama anak Anda.
Tindak pencurian dapat dianggap sebagai bentuk pencarian
perhatian yang anak Anda lakukan. Jangan abaikan hal tersebut.
Sebaliknya, cobalah luangkan waktu bersama anak Anda secara
berkala. Tunjukkan pada anak Anda bahwa Anda peduli padanya

21

dan apa yang ia minati dengan mencoba mengajaknya melakukan


aktivitas yang Anda berdua sukai. Anda juga dapat menonton
pertunjukan musik yang anak Anda sukai bersama. Saat Anda
meluangkan waktu untuk mengobrol dan mendekatkan diri
dengan anak Anda, Anda mungkin dapat mencoba membicarakan
mengenai kontrasepsi dan kondom jika Anda tahu bahwa rasa
malu atau takut untuk membeli barang-barang tersebut adalah
alasannya untuk mencuri. Biarkan anak Anda bertanya mengenai
beberapa pertanyaan spesifik dan sediakan barang-barang
tersebut

agar

anak

Anda

tidak

merasa

malu

saat

ia

mendapatkannya. Jika seks menjadi penyebab perilaku mencuri,


cobalah berdiskusi mengenai seks dengan anak Anda.
Cobalah bicara pada konselor atau terapis keluarga jika
anak Anda tetap melakukan pencurian.
Jika anak Anda tertangkap melakukan pencurian lagi, mungkin
sudah saatnya Anda menghubungi konselor atau terapis keluarga.
Beberapa remaja mencuri karena adanya masalah yang lebih
mendalam yang, untuk menyelesaikannya, membutuhkan bantuan
terapis baik secara individu ataupun bersama keluarganya. Jangan
biarkan mencuri menjadi kebiasaan bagi anak Anda, karena hal
tersebut dapat memicu munculnya akibat-akibat yang lebih serius
dan penurunan moral anak Anda. Beberapa remaja menderita
kleptomania, gangguan kompulsif yang cukup langka yang
membuat penderitanya merasa cemas atau gugup jika tidak
mencuri sesuatu dan akhirnya merasa lega atau tenang setelah
mencuri. Bicaralah dengan dokter atau terapis Anda jika Anda
mencurigai bahwa anak Anda menderita gangguan ini.

22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mencuri adalah suatu tindakan mengambil harta yang
terjaga dan mengeluarkan dari tempat penyimpanannya tanpa
ada kerancuan (syubhat) di dalamnya dan dilakukan secara
sembunyi-sembunyi.
Dalam perbuatan pencurian juga pasti juga memiliki
dampak negatif, baik itu bagi pelaku pencuri maupun korban
pencurian tersebut. Dampak bagi pelaku pencuri misalnya
adalah mengalami kegelisahan dalam batin, akan mendapat
hukuman yang tegas dan yang sesuai dengan perbuatannya,
mencemarkan nama baik sendiri maupun keluarganya, dan
sudah pasti akan makin merusak ke-iman-an orang tersebut.
Sedangkan

dampak

terhadap

korban

pencurian

adalah

mengalami kerugian dan kekecewaan, mengalami ketakutan


setelah mengalami peristiwa tersebut, dan menimbulkan ketidaktenangan terhadap harta yang ia miliki. Bentuk hukuman
yang pantas dalam Islam bagi pencuri adalah potong tangan .
Adapun syarat-syarat untuk melakukan hukuman potong
tangan yaitu seorang pelaku pencuri adalah adalah orang
dewasa dan tidak gila, pencuri adalah bukan orang tuanya
( Keluraga ) yang masih mukhrim, barang yang dicuri bukan
barang syubhat, barang yang dicuri adalah baranga yang tidak

23

haram, barang yang dicuri di tempat penyimpanan, dan


dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
B. Saran
Untuk

memutus

rantai pencurian dan menyadarkan

kepada pelaku pencuri agar tidak lagi mencuri sesuai ajaran


dalam agama kami yakni Islam adalah potong tangan. Karena
mengingat hukuman yang begitu berat jika mereka melakukan
perbuatan tersebut, maka diharap ini akan membuat jera.

DAFTAR PUSTAKA
http://antathedreamer.blogspot.co.id/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html
http://zkamiye.blogspot.co.id/2013/06/contoh-makalah-tentang-mencuri-dalam.html
http://id.wikihow.com/Menghentikan-Kebiasaan-Mencuri-pada-Remaja

24

Anda mungkin juga menyukai