Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

TERHADAP PENGETAHUAN KEBERSIHAN ORGAN


REPRODUKSI SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
DENGAN RETARDASI MENTAL

SKRIPSI

Oleh:
Ghina Maula Fida
G1D009072

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan atau
kesarjanaan lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.

Purwokerto, Februari 2014

Ghina Maula Fida


G1D009072

ii

iii

PRAKATA

Untaian puji syukur terindah peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan
Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Remaja Putri dengan
Retardasi Mental dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memenuhi derajat
Sarjana Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan IlmuIlmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Penelitian ini telah dibuat sebaik-baiknya oleh peneliti. Akan tetapi,
peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan di masa yang
akan datang.
Penelitian ini selesai dibuat atas dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Warsinah, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
2. Dr. Saryono, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

iv

3. Yunita Sari, MHS.Ph.D selaku Ketua Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman.
4. Dian Ramawati, M.Kep.Ns sebagai pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Rahmi Setiyani, MN selaku pembimbing II yang juga telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis.
6. Ns. Lutfatul Latifah, M.Kep., Sp.Mat selaku penguji I yang telah berkenan
memberikan pengarahan demi kesempurnaan usulan penelitian ini.
7. Kedua orang tua dan adik peneliti, atas motivasi kasih sayang, dan doa dalam
penyusunan karya tulis ilmiah.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 masyarakat Kampus Jurusan
Keperawatan

FKIK

UNSOED;

Dosen,

Karyawan,

dan

Mahasiswa

Keperawatan 2010, 2011, 2012, 2013.


9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini ini.
Peneliti hanya mampu berdoa semoga kebaikan hati dari semua pihak
yang telah membantu, mendapat pahala dan balasan yang lebih baik dari Tuhan
Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, Sebaik-baiknya Pemberi Balasan.
Amin. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, Februari 2014

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sholawat
dan salam tercurahkan pada baginda Rasullullah SAW, puji syukur telah
memberikan penulis kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa. Rahmat,
kasih dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih
kepada pihak yang selalu mendukung dan memotivasi penulis selama penyusunan
karya tulis ini.

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta dan penulis hormati Ibuku (Ibu
Masyitoh) dan Bapakku (Bapak Mohammad Masnun), yang selalu
mendoakan, mensupport dari kejauhan serta dengan sabar menunggu penulis
menjadi sarjana.

2. Ketiga adik penulis, Linda, Azki, Daffa, support, doa dan kasih sayang yang
selalu tercurahkan

3. Pembimbing I Ibu Dian, terimakasih tak terhingga atas bimbingan yang sangat
berperan penting dalam penyusunan karya ini. Ibu Rahmi selaku pembimbing
II terima kasih atas banyak waktu untuk membimbing, Ibu Lut selaku penguji
yang telah memberikan banyak saran dan masukkan dalam karya tulis ini.

4. Pahlawan tanpa tanda jasa, guru-guru SD, guru-guru MTs NH dan guru-guru
MAN Model Ciwaringin Cirebon. Seluruh dosen Jurusan Keperawatan
Unsoed, tempat penulis menimba ilmu hingga menjadi sarjana.

5. Teman-teman keperawatan 2009 yang selama 4 tahun bersama-sama mengejar


impian

6. Untuk semua orang yang telah mengajari, memotivasi serta mendukung


penulis dalam penyusunan karya tulis ini.
Jangan menyerah atas impianmu. Impian memberimu tujuan hidup. Sukses
atau gagalnya hidupmu tergantung dari caramu melihatnya. Jangan rusak
hidupmu dengan cara pandang yang salah Ghina MF-

vi

RIWAYAT HIDUP

NAMA

: Ghina Maula Fida

Alamat

: Ds. Cipeujeuh kulon rt/rw 03/05, Lemahabang,


Cirebon. Jawa barat, 45183

Tempat, tanggal lahir

: Cirebon, 25 Januari 1991

Email

: ghilzava.25@gmail.com

Riwayat Pendidikan

:
1. SD N 1 Cipeujeuh Kulon
2. MTs Nurul Huda Munjul
3. MA N Model Ciwaringin Cirebon
4. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan


Universitas Jenderal Soedirman Tahun
Angkatan 2009

vii

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP PENGETAHUAN KEBERSIHAN ORGAN
REPRODUKSI SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
DENGAN RETARDASI MENTAL
ABSTRAK
Ghina Maula Fida1, Dian Ramawati2, Rahmi Setiyani2
1

Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan FKIK Unsoed Purwokerto


2
Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan FKIK Unsoed Purwokerto

Latar belakang: Kebersihan organ reproduksi sangat penting bagi wanita.


Namun demikian, keterbatasan kognitif yang dialami remaja putri dengan
retardasi mental seringkali mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan
perawatan kebersihan diri terutama organ reproduksi saat menstruasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan kebersihan organ reproduksi saat menstruasi
pada remaja putri dengan retardasi mental.
Metode: Penelitian ini bersifat pre experimental: (pretest-posttest without control
grup design). Populasi adalah remaja putri dengan retardasi mental di SLB
Kuncup Mas Banyumas yang sudah menstruasi. Sampel terdiri dari 9 remaja
retardasi mental. Pendidikan kesehatan diberikan 2 kali masing-masing selama 15
menit. Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
kebersihan organ reproduksi dianalisis dengan uji-t.
Hasil: Responden berusia antara 13-18 tahun dengan kelas antara 3 SD sampai
dengan kelas 7. Rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan pretest adalah 3,56 dan skor post test adalah 6,22. Rata-rata skor
keterampilan setelah pendidikan kesehatan mencapai 7.56. Uji t menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre dan post test (p=0,000)
Kesimpulan: Pemberian pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap pengetahuan tentang kebersihan reproduksi saat menstruasi
pada remaja dengan retardasi mental.
Kata kunci: remaja putri, retardasi mental, menstruasi, kebersihan organ
reproduksi, pengetahuan, pendidikan kesehatan.

viii

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON


REPRODUCTIVE ORGANS CLEANLINESS KNOLWEDGE
DURING MENSTRUATION AMONG ADOLESCENT WITH
MENTAL RETARDATION
ABSTRACT
Ghina Maula Fida1, Dian Ramawati2, Rahmi Setiyani2
1
2

Nursing Student of FKIK Unsoed Purwokerto


Nursing Lecturer of FKIK Unsoed Purwokerto

Background: Hygiene is important for women's reproductive organs. However,


cognitive limitations experienced by teenager girls with mental retardation often
affect their ability to carry out personal hygiene care, especially reproductive
organs hygiene during menstruation
Objective: This research aim to examine the effect of health education on
knowlege of reproductive organs hygiene knowledge during menstruation among
teenagers girl with mental retardation.
Method: This research used a pre experimental design (pretest-posttest without
control grup design). Population in this research is adolescent with mental
retardation at SLB Kuncup Mas Banyumas who have been experiencing
menstruation. A total of 9 adolescents with mental reterdation was participated in
this study. Health education was given twice each for 15 minutes. The effect of
health education on the knowlege of reproductive organs hygiene is analyzed
using t-test.
Result: Respondents aged between 13-18 years are on the 3rd to 7th grade. Mean
of cognitive score before and after treatment (health education) were 3.56 and
6.22 respectively. Mean of psychomotor score was 7.56. T-test showed that there
were significant differences in pre and post test scores (p = 0.000)
Summary: Health education has a significant effect on reproduction organs
hygiene knowledge during menstruation among teenagers girl with mental
retardation.
Keywords: teenagers, mental retardation, menstruation, reproduction organ
hygiene, health education.

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii
PRAKATA .......................................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 8
E. Keaslian Penelitian ........................................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................................................. 13
1. Remaja .................................................................................................................. 14
2. Remaja Putri dengan Retardasi Mental .................................................................. 15
3. Proses Menstruasi .................................................................................................. 17
x

a. Pengertian ....................................................................................................... 17
b. Fisiologi Menstruasi........................................................................................ 18
c. Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi ........................................................ 20
d. Tanda dan Gejala ............................................................................................ 21
4. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatian Saat Menstruasi ................................................. 21
5. Konsep Kebersihan Daerah Kewanitaan (Vulva Hygiene) .................................... 22
a. Pengertian ....................................................................................................... 22
b. Tujuan Kebersihan Alat Kelamin ................................................................... 22
6. Prosedur Pelaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi .......................................... 22
7. Pengertian Pengetahuan .......................................................................................... 23
a. Tingkat Pengetahuan ...................................................................................... 24
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................................... 25
8. Pendidikan Kesehatan ............................................................................................. 26
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................................................... 26
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan......................................................................... 26
c. Media Pemberian Pendidikan Kesehatan ....................................................... 27
B. Kerangka Teori.............................................................................................................. 31
C. Kerangka Konsep .......................................................................................................... 32
D. Hipotesis ....................................................................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................................... 33
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................................... 34

xi

D. Variabel Penelitian ........................................................................................................ 35


E. Definisi Operasional...................................................................................................... 36
F. Sumber Data ................................................................................................................. 38
G. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
H. Instrumen Penelitian...................................................................................................... 40
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 40
J. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................................... 41
K. Etika Penelitian ............................................................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................................. 45
1. Karakteristik Responden ....................................................................................... 45
2. Pengetahuan Remaja Putri Dengan Retardasi Mental Tentang Kegiatan
Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Saat Menstruasi Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan ........................................................................... 46
3. Pengetahuan Dan Keterampian Remaja Putri Dengan Teradasi Mental
Tentang Kegiatan Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Saat Mentruasi
Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan .............................................................. 47
4. Pengaruh

Pemberian

Pendidikan

Kesehatan

Terhadap

Kegiatan

Kebersihan Organ Reproduksi Dengan Skor Observasi Setelah Diberikan


Pendidikan Kesehtan .............................................................................................. 48
B. Pembahasan .................................................................................................................. 49
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................................. 55

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan .................................................................................................................. 56
2. Saran .............................................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

2.1 Definisi operasional variabel......................................................................................... 37


4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur anak dan kelas .......................................... 46
4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental tentang
kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi sebelum
diberikan pendidikan kesehatan ................................................................................... 46
4.3 Pengetahuan dan keterampilan remaja putri dengan retardasi mental tentang
kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi setelah
diberikan pendidikan kesehatan ................................................................................... 47
4.4 Distribusi frekuensi hasil observasi keterampilan remaja putri dengan retardasi
mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi
setelah diberikan pendidikan kesehatan ....................................................................... 47

xiv

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1.1 Proses Menstruasi ......................................................................................................... 19


2.1 Kerangka Teori.............................................................................................................. 31
2.2 Kerangka Konsep .......................................................................................................... 32

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Keperawatan
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Permohonan Menjadi Asisten Penelitian
Lampiran 7. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian
Lampiran 8. Lembar Satuan Acara Pembelajaran
Lampiran 9. Materi Pendidikan Kesehatan Pada Remaja Purti Retardasi Mental
Lampiran 10. Lembar Kuesioner Pre Test dan Post Test
Lampiran 11. Lembar Observasi atau Redemonstrasi Responden
Lampiran 12. Tabulasi Hasil Data Penelitian
Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 14. Hasil Uji T-test
Lampiran 15. Blangko Bimbingan Skripsi

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hambatan perkembangan yang dialami oleh seorang anak antara lain
adalah Retardasi Mental (RM) atau Intelectual Disability. Lumbanotobing
(2001) berpendapat bahwa retardasi mental adalah suatu perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan
(impairment) keterampilan atau kecakapan (skill) selama masa perkembangan
sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Depdiknas (2003) menambahkan
retardasi mental merupakan kecacatan yang sering terjadi pada anak. Anak
retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan dalam
perilaku adaptif di bawah usianya sehingga anak yang mengalami retardasi
mental kurang mampu mengembangkan keterampilan dan kebiasaankebiasaan yang dimiliki anak seusianya.
Anak dengan retardasi mental merupakan anak dengan keterbatasan
intelektual dan perilaku adaptif dimana keterbatasan intelektual ini
mempengaruhi kemampuan perilaku sehari-hari. Sekirar 450 juta orang
menderita gangguan mental atau retardasi mental menurut hitungan yang
diberikan WHO (World Health Report, 2004). Di Amerika Serikat, setiap
tahun dilahirkan sekitar 3000-5000 anak penyandang retardasi mental. Di
Swedia diperkirakan 0,3% anak yang berusia 5-16 tahun merupakan
penyandang retardasi mental yang berat dan 0,4% retardasi mental ringan

(Pusat Data dan Informasi Kesehatan Sosial, 2012).


Penderita retardasi mental di Indonesia diperkirakan 1-3%, yang
terdapat di kota dan di desa, dikalangan atas dan rakyat jelata, dalam keluarga
terpelajar dan keluarga dengan pendidikan yang rendah, baik dalam keluarga
kaya maupun miskin. Retardasi mental banyak ditemukan pada anak yang
berusia 5-6 tahun, dan puncaknya pada golongan remaja umur 15 tahun
Maramis (2008).
Data statistik di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa sekitar 13% penduduk menderita retardasi mental (Maulina, & Sutatminingsih 2005).
Data penyandang cacat diperoleh dari Kemsos (2009) mencatat bahwa jumlah
penyandang retardasi mental sebesar 15,41%. Hal ini menunjukkan pula
bahwa penyandang retardasi mental termasuk jumlah kecacatan yang paling
banyak dialami setelah cacat kaki (Pusat data dan Informasi Kesehatan Sosial,
2012).
Data yang diperoleh peneliti dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Banyumas tahun 2010 jumlah siswa retardasi mental di Sekolah Luar Biasa di
Kabupaten Banyumas didapat bahwa sebanyak 376 anak, dengan jumlah 208
lakilaki dan 168 perempuan. Jumlah tersebut belum termasuk yang belum
disekolahkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) sehingga diperkirakan masih
banyak penderita retardasi mental wilayah Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Banyumas, remaja
putri dengan retardasi mental pada saat menstruasi sebagian sudah mandiri

dalam melakukan kebersihan diri, akan tetapi remaja putri usia 15 tahun atau
bahkan usia 19 tahun yang sedang menstruasi atau sudah mengalami
menstruasi dan pada saat menstruasi terkadang lupa waktunya penggantian
pembalut dikarenakan faktor kecerdasan yang di bawah ratarata dan daya
ingatnya yang kurang. Kemampuan perawatan diri remaja putri dengan
retardasi mental pada saat menstruasi sebagian besar masih tergantung atau
belum mandiri.
Endaryati (2009) menyatakan bagi remaja putri normal tidak perlu ada
bantuan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan perawatan diri.
Bagi remaja putri dengan retardasi mental dalam perkembangannya akan
mengalami keterlambatan dalam melakukan tugastugas kehidupan, bahkan
sampai dewasapun mereka belum dapat merawat dirinya sendiri dengan
sempurna. Adelia (2012) mengatakan sebagai makhluk individu dan sosial,
remaja dengan retardasi mental mempunyai hasrat untuk memenuhi segala
kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, akan tetapi upaya
individu tersebut lebih sering mengalami hambatan atau kegagalan yang
berarti karena kesulitan melakukan penyesuaian diri dan memenuhi tuntutan.
Remaja putri dengan retardasi mental membutuhkan pengetahuan
terkait kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi, (Ratna dalam Muin,
dkk 2013) menyatakan bahwa alat reproduksi merupakan salah satu organ
tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus, terutama saat
menstruasi meliputi waktu pergantian pembalut, cara membersihkan area
vagina yang benar, untuk mencegah dampak terjadinya faktor resiko infeksi

pada area vagina.


Informasi mengenai kebersihan diri saat menstruasi sangat penting
diberikan pada remaja putri, khususnya remaja putri dengan retardasi mental
supaya terhindar dari infeksi pada alat reproduksi. Hal ini didukung oleh
penelitian Hastuti (2012) tentang pengetahuan remaja kesehatan reproduksi,
menemukan bahwa pengetahuan dasar remaja tentang kesehatan reproduksi
tidak memadai. Tingkat pengetahuan yang rendah disebabkan sumber
informasi utama tentang pengetahuan dasar kesehatan reproduksi adalah tidak
mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup tentang kesehatan reproduksi.
Menstruasi adalah proses alamiah pada perempuan yang terjadi karena
perdarahan yang teratur dari rahim sebagai tanda bahwa organ reproduksi
telah berfungsi matang. Saat mentruasi perawatan organorgan reproduksi
sangatlah penting terutama kebersihan daerah kewanitaan. Sebuah pendapat
(2013) menyatakan bahwa menjaga kebersihan reproduksi pada wanita sangat
penting, hal tersebut hendaknya harus sudah dikenalkan kepada anak ketika
menginjak usia remaja yakni ketika menstruasi pertama kali. Dengan
demikian sistem reproduksi bisa terjaga dengan baik.
Kusmiran (2011) menyatakan bahwa menstruasi atau haid adalah
kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini terjadi karena
lepasnya lapisan endometrium uterus. Rochmayunita (2010) juga menyatakan
bahwa menstruasi adalah peristiwa perdarahan periodik dan siklik (bulanan)
dari rahim disertai pelepasan selaput lendir rahim (endometrium) melalui
vagina pada wanita. Quint & Ann (2008) menyatakan masalah yang sering

terjadi pada remja putri dengan retardasi mental yang sedang menstruasi
adalah mereka tidak sadar bahwa pembalut yang digunakan sudah tidak
mampu menampung darah menstruasi pada akhirnya menembus keluar
pakaian yang dikenakan.
Hal ini mengakibatkan remaja putri tersebut menjadi pusat perhatian
teman-temannya, dan menjadi bahan olok-olokan atau ejekan temantemannya. Dampak dari ketidakmampuan atau kurang pengetahuan ramaja
putri dengan retardasi mental tentang cara menjaga kebersihan organ
reproduksi saat menstruasi antara lain remaja putri tersebut merasa malu,
takut, citra dirinya turun dan rendah diri. Akibat lain dari ketidaktepatan
penggantian pembalut mengakibatkan kelembaban pada area vagina,
menyebabkan ketidaknyamanan, gatalgatal pada area vagina dan dapat
menyebabkan infeksi, atau mengganggu kesehatan reproduksi.
Faktor yang menyebabkan anak retardasi mental kurang merawat
kebersihan dirinya adalah kemampuan kecerdasan yang terhambat, sehingga
mempengaruhi kemampuan dalam menjaga dan merawat kebersihan dirinya.
Beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi kemandirian remaja dengan
retardasi mental dalam penelitian Ramawati (2011) terbagi dalam faktor
internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari usia, kemampuan kognitif,
kondisi fisik, dan gender (jenis kelamin, faktor pertumbuhan, faktor
perkembangan) sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan
faktor keluarga atau orang tua. Orang tua yang menganggap anaknya yang
mengalami retrdasi mental tidak bisa melakukan banyak hal sehingga

orangtua membantu semua aktivitas anaknya yang mengakibatkan anak


tersebut menjadi tidak mandiri (Adelia, 2012).
Hal ini membutuhkan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak
seperti keluarga, guru sekolah atau tenaga kesehatan untuk dapat
mengembangkan kemampuan anak dengan retardasi mental dalam melakukan
perawatan diri (Ramawati, 2011). American Association on Intellectual and
Developmental Disabilities (AAID) juga menyarankan dukungan sosial
penting untuk tahap perkembangan individu penyandang retardasi mental,
karena dukungan sosial dapat meningkatkan fungsi adaptif
membantunya mandiri, keterampilan bermasyarakat

individu,

yang baik, dan

meningkatkan kesehatan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
kemampuan merawat kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada
remaja putri yang mengalami retardasi mental di SLB Kuncup Mas
Banyumas.
B. Perumusan Masalah
Kebersihan organ reproduksi sangat penting bagi setiap wanita. Begitu
pun bagi remaja putri yang masih memiliki sedikit pengetahuan tentang
pendidikan kesehatan organ reproduksinya. Terlebih lagi bagi remaja putri
dengan retardasi mental yang membutuhkan perhatian lebih.
Pendidikan kesehatan adalah salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-

hari, termasuk kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi.


Keberhasilan pemberian pendidikan kesehatan dapat tercapai bila terdapat
kesesuaian antara materi yang diberikan dengan tingkat kemampuan kognitif
peserta didik, serta cara pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan.
Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi adakah pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kebersihan
organ reproduksi saat menstruasi pada remaja putri dengan retardasi mental?.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kebersihan organ
reproduksi saat menstruasi pada remaja putri dengan retardasi mental.
b. Tujuan Khusus
1.

Mengetahui karakteristik remaja retardasi mental, meliputi usia dan


kelas siswa remaja putri retardasi mental.

2.

Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri dengan retardasi


mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat
menstruasi sebelum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan

3.

Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri dengan retardasi


mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat
menstruasi setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah literatur atau sumber bacaan untuk mengetahui
kemampuan perawatan diri remaja putri dengan retardasi mental pada
saat menstruasi.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Remaja Putri Dengan Retardasi Mental
Remaja putri dengan retardasi mental dapat memperoleh pengetahuan
tentang cara melakukan perawatan diri selama menstruasi.
b. Bagi Orang Tua
Memberikan informasi kepada orang tua untuk lebih memperhatikan
kebersihan organ reproduksi putrinya yang berkebutuhan khusus
(retardasi mental) pada saat menstruasi.
c. Bagi Lembaga Pendidikan (SLB)
Sebagai referensi pengembangan pembelajaran bina diri di sekolah.
d. Bagi Jurusan Keperawatan FKIK Unsoed
Dapat dijadikan referensi dan materi dalam pembelajaran pengenalan
anak dengan kebutuhan khusus
e. Bagi Peneliti
Peneliti

dapat

belajar

melakukan

penelitian ilmiah

dengan

menggunakan tahapan proses ilmiah. Selain itu peneliti mendapatkan


pengalaman tentang pemberian pendidikan kesehatan pada remaja
putri dengan retardasi mental dan orang tua.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi
remaja terhadap tingkat pengetahuan kebersihan organ reproduksi saat
memstruasi pada remaja retardasi mental belum pernah diteliti, akan tetapi
terdapat penelitian serupa yang pernah dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang berhubungan dengan reproduksi remaja adalah
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja Perempuan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta,
yang

dilakukan

oleh

Wardani

(2010).

Penelitian

tersebut

menggunakan metode quasi-experimental dengan desain survey dan


analisis. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah
paparan penyuluhan, sedangkan variabel terikat (dependent) penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan
penyuluhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja perempuan SMP
(b=1.6; CI 95% 0,7 s.d. 2,5). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Wardani (2010) adalah pada penelitian tersebut mengenai
tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan secara
umum, sedangkan penelitian ini tentang tingkat pengetahuan
kebersihan organ reprduksi remaja putri dengan retardasi mental.
2. Penelitian lain yang juga berfokus pada masalah seksualitas remaja
juga pernah dilakukan oleh Pangesti, dkk (2009) dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja Terhadap Kesiapan Remaja Putri Dalam Menghadapi


Menstruasi Di SDN 1 dan SDN 2 Karangklesem Purwokerto. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode
quasi experiment. Variabel bebas (independent) dalam penelitian
tersebut adalah pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi
remaja, dan variabel terikat (dependent) dalam penelitian tersebut
yaitu kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian
pendidikan kesehatan terhadap kesiapan fisik dan psikologis pada
kelompok perlakuan (p=0,000), tidak ada pengaruh yang signifikan
pada kelompok kontrol (p=0,225), dan tidak dapat perbedaan
pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol (p=0,093). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Pangesti, dkk (2009) adalah pada penelitian tersebut mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan reporduksi remaja
terhadap kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi,
sedangkan penelitian ini tentang tingkat pengetahuan kebersihan organ
reprduksi remaja putri dengan retardasi mental. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangesti (2009) terdapat
persamaan pada variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan, perbedaan
terdapat pada variabel terikat yaitu pengetahuan kebersihan organ
reproduksi, sedangkan variabel terikat pada penelitian Pangesti (2009)

10

kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi dengan mengunakan


metode quasi experiment.
3. Penelitian lain yang berfokus pada masalah kebersihan daerah
kewanitaan (organ reproduksi) pernah dilakukan oleh Martini (2012)
dengan judul Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas X Tentang
Kebersihan

Daerah

Kewanitaan

Saat

Menstruasi

Di

SMA

Muhammadiyah 1 Sragen 2012. Berdasarkan hasil penelitian tersebut


menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas X di SMA
Muhammadiyah 1 Sragen mempunyai pengetahuan cukup (80%)
tentang kebersihan daerah kewanitaan saat menstruasi. Dari

hasil

penelitian terhadap 30 siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 1


Sragen diperoleh hasil 2 siswi (6,67%) dalam kategori baik, 24 siswi
(80%) dalam kategori cukup, 4 siswi (13,33%) dalam kategori kurang.
Bentuk pelayanan kesehatan yang diharapkan remaja adalah materi
tentang pubertas, penyakit kelamin, alat kontrasepsi dan aborsi.
Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kuantitatif
dengan rancangan systematic random sampling. Penelitian yang
dilakukan oleh Martini (2012) memiliki persamaan dengan penelitian
ini berupa pengetahuan tentang kebersihan daerah kewanitaan,
perbedannya yaitu pada penelitian tersebut hanya menggunakan satu
variabel saja dan memiliki perbedaan pada metode pengambilan
sampel. Sampel pada penelitian ini adalah remaja putri dengan
retardasi mental, sedangkan sampel pada penelitian Martini (2012)

11

sampel yang digunakan remaja putri normal. Metode yang digunakan


deskriptif kuantitatif dengan rancangan systematic random sampling
dan pada penelitian ini menggunakan metode pre-experimental.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Buku

manual

AAMR

(American

Association

on

Mental

Retardation) tahun 2002 (dalam Wehmeyer 2003) menjelaskan retardasi


mental sebagai cacat atau ketidakmampuan yang ditandai dengan keterbatasan
yang signifikan baik dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang
dituangkan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis
penderita. Cacat ini muncul sebelum usia 18 tahun.
Landasan teori dalam penelitian ini mencakup tentang remaja putri
dengan retardasi mental saat menstruasi, kebersihan organ reproduksi dan
pendidikan kesehatan. Menurut Faradz (2004) remaja yang mengalami cacat
mental mempunyai lebih banyak tantangan dalam pencapaian pubertas
dibanding remaja yang memiliki kesempurnaan anggota tubuh. Quint & Anna
(2008) menambahkan pubertas dan menstruasi adalah masalah yang sulit bagi
remaja penyandang cacat dan keluarga mereka juga. Kirkham, et all (2013)
juga menambahkan perdarahan yang tidak teratur, perubahan suasana hati,
dan masalah dengan kebersihan sering menyulitkan keseimbangan dalam
kehidupan remaja putri khususnya dengan retardasi mental. Sementara Elis
(2004), pubertas merupakan suatu tahap perkembangan yang sangat penting
bagi wanita. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis,
morfhologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari
anakanak menjadi dewasa.

13

1. Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12
sampai 24 tahun. Sedangkan batasan usia menurut Depkes RI adalah
antara 1019 tahun dan belum kawin (Sari, Santoso & Sayono, 2010).
Efendi dkk (2009) menjelaskan remaja yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin aketdolescere yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja). Ali dan Asrori (2010)
menambahkan remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di
antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,
perilaku, kognitif, biologis dan emosi.
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa
topan badai dan stress (Storm and Stress) (Fawziah, dkk, 2013).
Remaja memerlukan dukungan, perhatian, pengertian serta dorongan
untuk bisa menentukan kepribadian dan membantu menjelaskan
perubahan perubahan yang akan dialaminya sebagaimana organorgan
reproduksi mencapai kematangan.
a. Tumbuh Kembang Remaja
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2010) membedakan tumbuh
kembang remaja bedasarkan usia:

14

1) Masa remaja awal, 1013 tahun


Menurut Soetjiningsih (2004) pada masa ini merupakan tahap
remaja awal atau permulaan, remaja sudah mulai ada tampak
perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang.
2) Masa remaja tengah, 1416 tahun
Masih menurut Soetjiningsih (2004) pada masa remaja
menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik
secara penuh, yaitu anak laki laki sudah mengalami mimpi
basah sedangkan anak perempuan sudah haid.
3) Masa remaja akhir, 1719 tahun
Pada masa akhir remaja sudah mengalami perkembangan fisik
secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah
mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah
mulai

mengembangkannnya

dalam

bentuk

pacaran

(Soetjingingsih, 2004).
b. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan anatara lain: mulai
menstruasi, payudara dan pantat membesar, indung telur membesar,
kulit

dan

rambut

berminyak

dan

tumbuh

jerawat,

vagina

mengeluarkan cairan, mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina,


tubuh bertambah tinggi.
2. Remaja Putri Dengan Retardasi Mental
Perkembangan remaja, ada suatu masa yang disebut dengan
pubertas. Masa pubertas inilah yang merupakan inti seorang anak telah

15

memasuki masa remaja. Masa ini ditandai dengan berkembangnya organ


organ reproduksi. Masa pubertas diawali dengan perkembangan seks
sekunder remaja yaitu tumbuhnya rambut di beberapa bagian tubuh
sampai remaja putri mengalami haid atau menstruasi pertama yang di
sebut dengan menarche (Chomaria, 2008). Ambardini (2008) mengatakan
pada masa ini terjadi perubahanperubahan pada remaja karena pengaruh
hormonal. Chomaria (2008) mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia
ini tidak ada yang sama persis, selalu ada perbedaan, demikian juga
dengan proses perkembangan seorang anak menjadi remaja. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan ataupun faktor lingkungan.
Faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga, status gizi, dan lain-lain.
Menurut WHO dalam World Health Report (2004) seperlima dari remaja
yang berusia dibawah 18 tahun mengalami masalah perkembangan,
emosional atau perilaku, satu dari delapan remaja mengalami gangguan
mental.
Remaja juga membutuhkan informasi seksual praktisi berkenaan
dengan perkembangan anatomi, fisik dan konsepsi. Sering kali, sedikit
bimbingan antisipasif telah menawarkan orang tua untuk mempersiapkan
anak untuk kematangan fisik dan seksual. Perawat dapat membantu dalam
area ini dengan memberi orang tua informasi tentang pendidikan seksual
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Sebagai contoh,
remaja putri membutuhkan penjelasan sederhana tentang menstruasi dan
pengajaran kebersihan diri selama siklus menstruasi (Wong, 2009).

16

3. Proses Menstruasi
a. Pengertian
Sari dkk (2010) menyatakan menstruasi merupakan hal yang wajar
dialami pada perempuan. Menstruasi adalah tanda dimana perempuan
sudah beranjak dewasa. Menstruasi atau haid merupakan perdarahan
yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah
berfungsi matang. Menarche adalah menstruasi yang pertama kali
biasanya pada usia 12 sampai 16 tahun (Kusmiran, 2011). Jangka waktu
dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya
disebut siklus menstruasi. Ratarata panjang siklus menstruasi 28 hari,
tetapi masih dianggap normal apabila berlangsung 2135 hari. Siklus
menstruasi dibagi 2 tahap, yaitu tahap praovulasi (dari hari pertama
menstruasi sampai saat ovulasi) dan tahap pascaovulasi (dari saat ovulasi
sampai menstruasi berikutnya) (Ambardini, 2008).
Haid terjadi karena sel telur yang dilepaskan oleh ovarium tidak
dibuahi. Darah haid yang dikeluarkan melalui vagina merupakan darah
campuran yang terdiri atas darah 5080%, hasil campuran dari
peluruhan lapisan endometrium uteri (Hendrik, 2006). Ciri khas darah
haid berwarna agak kecoklatan sampai dengan merah segar dan kadangkadang mengandung bagian endometrium yang menggumpal (Badriyah,
2004).
b. Fisiologi Menstruasi
Kusmiran (2011) menjelaskan fisiologi menstruasi, sebagai berikut:

17

1) Stadium Menstruasi
Stadium berlangsung selama 37 hari, pada saat itu selaput rahim
dilepaskan sehingga timbul perdarahan.
2) Stadium Proliferasi
Fase berlangsung pada 79 hari. Dimulai sejak berhentinya
menstruasi sampai hari ke-14. Pertumbuhan dimulai dari desidua
fungsionalis yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari
indung telur (ovulasi). Fase poliferasi berakhir sekitar 9 hari, atau
sampai ke 14 dari siklus 28 hari.
3) Fase Ovulasi atau fase Luteal
Fase ini ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel
ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang
akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan
berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk
menghasilkan

hormone

progesteron yang berfungsi

untuk

mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh


darah.
4) Stadium Sekresi
Stadium sekresi atau stadium pasca ovulasi ditandai dengan
korpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah
menjadi korpus albicans yang berfungsi untuk menghambat
sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif
18

mensekresikan FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron


maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering dan robek, terjadilah fase
pendarahan atau menstruasi.

Sumber:
http://bebas.vlsm.org/v13/Sponsor/_SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0106%20Bio%202-12g3.htm
Gambar 1.1 proses menstruasi
c. Faktor yang mempengaruhi menstruasi
Faktor yang mempengaruhi menstruasi menurut Kusmiran (2011)
yaitu:

19

1) Faktor Hormon
Hormon yang mempengaruhi terjadinya menstruasi pada
seorang wanita yaitu: Follicle Stimulating Hormone (FSH),
Estrogen, Luteinizing Hormone (LH), progesteron.
2) Faktor enzim
Enzim Hidrolitik yang terdapat dalam endometrium
merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang
mengganggi metabolisme sehingga, mengakibatkan regenerasi
endometrium dan perdarahan.
3) Faktor vaskuler
Saat

fase

poliferasi,

vaskulerisasi dalam lapisan

terjadi

pembentukan

sistem

fungsional endometrium. Pada

pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, venavena, dan hubungan diantara keduanya.
4) Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2.
Dengan adanya desintegrasi endometrium. Prostaglandin terlepas
dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor
untuk membatasi perdarahan pada saat menstruasi.
d. Tanda Dan Gejala Menstruasi
Menurut Fakhri et all (2012) beberapa tanda dan gejala yang dapat
terjadi pada saat masa mentruasi, yaitu: payudara lebih sensitif jika
disentuh, dismenore atau nyeri pada uterus, sakit punggung, perubahan

20

emosional atau gangguan mood, perubahan suasana hati, mudah lelah


serta timbul jerawat.
4. Halhal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menstruasi
Hermana & Sulistyowati (2009) mengatakan halhal yang perlu
diperhatikan oleh remaja wanita saat menstruasi, antara lain:
a. Membersihkan daerah kewanitaan untuk mencegah kuman dari anus
masuk ke saluran vagina atau saluran reproduksi.
b. Mengunakan pembalut bersih. Jika banyak darah yang keluar segera
berganti pembalut yang baru. Pembalut yang terlalu lama dipakai
dapat menjadi lembab dan mudah ditumbuhi bakteri dan jamur, oleh
karena itu, perlu sering berganti pembalut.
c. Menggunakan celana yang cukup longgar dan tidak terlalu ketat
supaya tidak menyebabkan lecet dan iritasi pada kulit.
d. Mengenakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun agar mudah
menyerap keringat. Sehingga area genital tidak lembab karena dapat
menjadi tempat tumbuhnya jamur dan bakteri.
e. Sering minum air putih atau jus buah-buahan. Banyak mengkonsumsi
makanan dan sayuran yang mengandung zat besi, misalnya ikan, hati
ayam, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
5. Konsep Kebersihan Daerah Kewanitaan (Vulva Hygiene)
a. Pengertian
Kebersihan daerah kewanitaan (Vulva Hygiene) merupakan
menjaga kebersihan vagina dengan membilas bagian-bagian tersebut

21

dangan air dan sabun setelah buang air kecil atau buang air besar.
Vulva Hygiene adalah memelihara kebersihan alat kelamin luar
perempuan agar terhindar dari bakteri yang menyababkan infeksi
(Hidayat, 2009).
b. Tujuan kebersihan alat kelamin (Vulva hygiene)
Menurut Hidayat (2009), tujuan dilakukan vulva hygiene adalah
mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan
perineum dan vulva.
6. Prosedur pelaksanaan vulva hygiene saat menstruasi
Menurut Hidayat (2009), prosedur pelaksanaan vulva hygiene saat
menstruasi :
a. Membersihkan bagian luar organ seksual dengan air bersih setiap
buang air kecil atau pun air besar membasuh dari arah depan ke
belakang.
b. Menggunakan air hangat yang bersih untuk membersihkan organ
reproduksi.
c. Mengganti celana dalam sehari dua kali, memakai pakaian dalam
berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
d. Segera mungkin mengganti pembalut dan celana dalam jika merasa
tidak nyaman atau mulai terasa lembab teruatama pada hari hari
yang banyak mengeluarkan darah (hari pertama sampai ketiga), ini
dikarenakan darah bisa menjadi media yang sesuai untuk kuman
berkembang biak.

22

Pendidikan atau pengajaran tentang vulva higiene (kebersihan


organ reproduksi) saat menstruasi juga menjadi pokok bahasan dalam
pembelajaran di SLB. Pihak SLB memberikan kegiatan untuk remaja
retardasi mental yang sudah menstruasi, kegiatan tersebut dinamakan
PMDS (Pendidikan Merawat Diri Sendiri). Kegiatan yang diberikan oleh
sekolah antara lain meliputi cara menggosok gigi, mandi, berhias, makan,
serta cara merawat diri pada saat menstruasi. Nadesul (2008) berpendapat
terlambat mengganti pembalut, seperti pembalut yang basah karena darah,
menyebabkan lembab, terasa tidak nyaman dan gatal-gatal. Mamduha
(2011) menambahkan dengan kebiasaan aturan mencebok dari arah
belakang (dubur) ke arah depan (vagina) berpotensi mengandung bibit
penyakit datang ke sekitar organ kemaluan dan bisa terjadi infeksi saluran
kemih.
7. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari ranah tahu setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui
panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan perabaan (Notoatmodjo, 2003). Tetapi sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior) (Efendi dkk 2009).

23

a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup menurut Efendi dkk (2009) dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:
1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari dan merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehensive), diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
sebenarnya (real) atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada

24

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan

kata

kerja:

menggambarkan,

membedakan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


5) Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Contohnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dan sebagainya
terhadap suatu teori.
6) Evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri. Contohnya: dapat
membandingkan, menanggapi, menafsirkan, dan sebagainya.
b.

Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman, tingkat
pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya.

8. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut Langevelt (dalam Maulana, 2009), pendidikan
kesehatan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang dilakukan pada anak untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa
ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan

25

emosional. Sementara menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan


secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pengertian tersebut mengandung
tiga unsur pendidikan yang meliputi input ( sasaran dan pelaku
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan), dan output (perilaku
yang diharapkan).
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah
perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan (WHO 1945
dalam Maulana 2007). Tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci
sebagai berikut.
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
Pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara cara
hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari hari
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tjuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Memanfaatkan sarana pelayanan
yang ada, saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana
kesehatan yang ada dengan semestinya.

26

c. Media Pemberian Pendidikan Kesehatan


Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan
kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu
dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Manfaat alat peraga adalah sebagai berikut:
1) Menimbulkan minat sasaran
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
5) Memudahkan penyampaikan informasi
6) Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
7) Menurut penelitian, organ yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan adalah mata. pengetahuan manusia 75%-87%
diperoleh atau disalurkan melalui mata.
8) Mendorong kegiatan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat
pengertian yang lebih baik
9) Membantu

menegakkan

pengertian

yang

diperoleh,

yaitu

pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih


lama tersimpan dalam ingatan.
Sedangkan macam macam alat bantu antara lain:
1) Alat bantu lihat (Visual Aids)

27

Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata


(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat
ini ada 2 bentuk: Alat yang diproyeksikan, misalnya slide,
film, film strip, dan sebagainya. Alat-alat yang tidak
diproyeksikan: dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
Dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar
pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau
pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan
sebagainya.
3) Media elektronik
Jenis jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai
media pendidikan kesehatan, antara lain adalah sebagai berikut:
Televisi. Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi
berbentuk pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas
cermat. Radio. Bentuk penyampaian informasi di radio dapat
berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, dan radio
spot. Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video.
Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan
informasi kesehatan (Maulana, 2007).

28

4) Alat peraga
Cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat
peraga, termasuk perlu dipertimbangkan faktor sasaran
pendidikan. Maulana (2007) menyatakan ada beberapa contoh
alat peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan di
berbagai tempat, misalnya: Leaflet, model buku bergambar,
benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran,
dan sebagainya dapat dijadikan media atau alat untuk
memberikan pendidikan kesehatan. Papan tulis, flipchart,
poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung,
boneka dan sebagainya dapat dijadikan media atau alat untuk
pendidikan kesehatan di kantorkantor dan sekolahsekolah.
Poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka wayang, dan
sebagainya untuk media atau alat untuk pendidikan kesehatan
di masyarakat umum.
Prinsip alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap orang diterima atau ditangkap melalui pancaindra. Menurut
penelitian para ahli, pancaindra yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (75%-87%), sedangkan 13% - 25%
pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya
(Maulana, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga
sangat berpengaruh untuk pendidikan kesehatan, terutama pada remaja

29

putri dengan retardasi mental. Hubungan Pendidikan Kesehatan Terhadap


Peningkatan Pengetahuan
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat.
kelompok atau individu, dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut
masyarakat atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Adanya peningkatan pengetahuan merupakan
indikator

pendidikan

kesehatan

yang

dilakukan,

pada

akhirnya

pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.


Adanya pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi
kognitif, sikap, dan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di
samping masukan atau input sendiri, juga dipengaruhi oleh materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu
atau peraga yang digunakan dalam proses pendidikan. Agar dicapai suatu
hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara
harmonis (Notoatmodjo, 2007).

30

B. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari
topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam
tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono, 2011).
Remaja putri dengan
retardasi mental

Kebersihan organ
reproduksi

Proses Menstruasi

Pemberian
pendidikan kesehatan

Pengetahuan tentang
kebersihan organ
reproduksi

Gambar 2.1 Kerangka Teori. WHO (2004), Ahira (2010), Hidayat (2009),
Makhfudli & Efendi (2009), Maulana (2009).

31

C. Kerangka Konsep
Pre

Perlakuan

Pengetahuan
remaja
putri
dengan
retardasi mental

Pendidikan
Kesehatan
tentang cara menjaga
kebersihan
organ
reproduksi

Post

Pengetahuan
tentang
kebersihan organ
reproduksi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


D. Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian

sebagai

terjemahan dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Hipotesis


merupakan prediksi hasil penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar
variabel. Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka dapat
ditetapkan hipotesa penelitian:
Ha: ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada remaja putri dengan
retardasi mental.

32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pre experimental with one grup
pre and posttest without control grup design. Pengukuran variabel penelitian
dilakukan sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang
kebersihan organ reproduksi. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah
perlakuan (Saryono, 2008). Penelitian dilakukan bertujuan mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kebersihan organ
reproduksi saat menstruasi pada remaja putri dengan retardasi mental.
Gambaran skema penelitian adalah sebagai berikut:
O1

(X)

O2

Keterangan:
O1

Hasil pengukuran pengetahuan kebersihan organ reproduksi


saat menstruasi pada remaja putri dengan retardasi mental,
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.

Intervensi pendidikan kesehatan

33

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada selama bulan Januari berlokasi di SLB
Kuncup Mas Banyumas. Lokasi ini dipilih karena populasi remaja putri
dengan retardasi mental di SLB tersebut lebih banyak atau mencapai
populasi yang diharapkan peneliti, dibandingkan dengan SLB yang lainnya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Saryono (2008) menyatakan populasi merupakan keseluruhan
sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi dalam
penelitian dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan lain lain.
Populasi dapat dibedakan menjadi populasi target dan populasi terjangkau
atau populasi sumber. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang
mengalami retardasi mental yang bersekolah di SLB Kuncup Mas
Banyumas sebanyak 36 remaja putri retardasi mental yang termasuk ke
dalam inklusi dan eksklusi.
2. Sampel penelitian
Saryono (2011) menjelaskan populasi yang akan diteliti terkadang
jumlahnya sangat banyak, tempatnya sangat luas dan berasal dari strata
atau tingkatan yang berbeda. Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan,
maka penentuan sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria
tertentu yang ditetapkan.
Purposive

sampling

adalah

metode

pengambilan

sampel

berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu. Teknik dilakukan atas

34

pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya, tenaga, sehingga tidak


mengambil sampel dalam jumlah besar dan jarak yang jauh (Saryono,
2011). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Usia remaja putri retardasi mental 1320 tahun
2. Bisa membaca dan menulis
3. Sudah menstruasi atau mencapai pubertas
4. Bersedia dijadikan responden
b. Kriteria ekslusi
1. Remaja putri retardasi mental yang sakit berat (dirawat di Rumah
Sakit)
2. Tuna ganda
Sampel yang direncanakan dalam penelitian ini yang memenuhi
keritera inklusi adalah 18 remaja putri retardasi mental yang sudah
menstruasi di SLB Kuncup Mas Banyumas. Namun demikian jumlah
sampel yang didapat hanya 10 anak karena orangtua dari 8 anak menolak
dijadikan sebagai responden. Saat kegiatan penelitian, sampel kembali
mengalami pengurangan sebanyak 1 anak, dikarenakan anak tersebut
menolak diberikan pendidikan kesehatan. Total jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 9 anak remaja putri dengan retardasi mental.
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain

35

(Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas (independent variable) adalah variabel


yang menstimulasi variabel target, variabel terikat (dependent variable)
merupakan variabel yang dipengaruhi dan menjadi akibat dari variabel
bebas dan variabel pengganggu atau perantara (confounding) (Saryono,
2011). Penelitian ini terdapat 2 jenis variabel, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel bebas

(Independent variabel)

adalah variabel yang

merangsang atau menstimulasi variabel target (Saryono, 2011).


Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pendidikan kesehatan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang timbul akibat dari efek
penelitian (Saryono, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu pengetahuan kebersihan reproduksi.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam
penelitian.

36

Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel


No
1

Definisi
Cara
Skala
Hasil ukur
Operasional
Ukur
Ukur
Pendidikan
Pemberian
kesehatan
pengetahuan
tentang
kebersihan
organ
reproduksi saat
menstruasi
diberikan
melalui
pendidikan
kesehatan
selama
10
menit
dan
demonstrasi
menggunakan
alat
peraga
selama 5 menit
Pengetahuan
Pengetahuan
Kuesioner Skor
total
Rasio
kebersihan
tentang
pengetahuan 0organ
kebersihan
8. Jawaban :
reproduksi
organ
Salah = 0
reproduksi
Benar = 1
meliputi
kebersihan
vagina,
pencegahan
infeksi,
cara
melakukan
vulva hygien
Usia remaja Usia
remaja
Usia dalam
putri dengan putri
yang Kuesioner tahun
Rasio
retardasi
sudah
mental
mengalami
menstruasi dan
bersekolah di
SLB,
sejak
dilahirkan
hingga
saat
pengambilan
data
Variabel

37

F. Sumber Data
1. Data Sekunder
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari data yang tercatat di
sekolah mengenai remaja putri yang menjadi responden, meliputi usia dan
tingkat pendidikan atau kelas.
2. Data Primer
Data sekunder diperoleh melalui kuesioner yang digunakan dalam
penelitian, meliputi pengetahuan tentang menjaga kebersihan organ
reproduksi pada remaja putri dengan retardasi mental.
G. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Permohonan izin dari pihak jurusan keperawatan untuk melakukan
studi pendahuluan, peneliti meminta izin kepada kepala sekolah SLB
yang menjadi sasaran penelitian.
b. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan mendukung
penelitian.
c. Peneliti membuat proposal penelitian yang dilanjutkan dengan
pengujian proposal penelitian.
d. Melaksanakan revisi proposal penelitian sebelum melaksanakan
penelitian

yang

kemudian

dikonsultasikan

kembali

kepada

pembimbing I dan II .
e. Meminta permohonan izin penelitian dengan menyerahkan surat izin
penelitian kepada Kepala Sekolah SLB.

38

f. Melaksanakan penelitian di SLB Kuncup Mas Banyumas.


2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengundang siswi remaja putri retardasi mental untuk hadir pada hari
dan waktu yang sudah ditetapkan oleh peneliti.
b. Siswi yang hadir memenuhi undangan peneliti akan dikumpulkan
dalam satu kelas.
c. Mengucapkan salam pembukaan, perkenalan peneliti dan asisten
penelitian, menjelaskan tujuan penelitian selama 5 menit.
d. Melakukan pretest pada remaja putri dengan retardasi mental selama
15 menit. Peneliti dibantu oleh asisten peneliti mendampingi
responden untuk membantu membacakan kuesioner.
e. Melakukan pendidikan kesehatan pada remaja putri dengan retardasi
mental selama 15 menit. Pendidikan kesehatan yang dilakukan terbagi
menjadi dua sesi, sesi 1 selama 10 menit digunakan untuk pemberian
materi dan sesi 2 selama 5 menit adalah untuk demonstrasi cara
membersihkan perineum dan mengganti pembalut saat menstruasi.
f. Melakukan pendidikan kesehatan dengan materi yang sama pada hari
kedua selama 15 menit dan meminta responden untuk melakukan
redemonstrasi selama 5 menit.
g. Melakukan post test dengan remaja retardasi mental selama 5 menit.
h. Mengucapkan salam perpisahan selama 5 menit.

39

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik
(cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono,
2011). Instrumen yang digunakan peneliti adalah wawancara dengan
kuesioner.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
atau kuesioner tertutup atau berstruktur dengan pilihan jawaban yang terbatas.
Menurut Hidayat (2008), angket tertutup atau berstruktur adalah angket atau
kuesioner tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga responden hanya
tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah disediakan.
Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan yang telah disediakan
jawabannya dengan skala yang bertingkat. Responden diminta untuk memilih
salah satu pilihan di antara jawaban. Bila responden menjawab benar, akan
mendapatkan skor 1 dan bila menjawab salah akan mendapatkan skor 0. Total
jumlah skor adalah 08.
Kuesioner yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti mengacu pada
teori prosedur pelaksanaan vulva hygiene saat menstruasi (Hidayat, 2009).
Terdiri dari 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban terbatas (a, b dan c).
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat itu
benar - benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Validitas
berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan

40

kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur skala data (Isgiyanto, 2009).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (konten)
yang mewakili semua aspek sebagai kerangka konsep (Isgiyanto, 2009).
Pengukuran validitas lembar observasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat ketepatan dan kecermatan alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Notoadmodjo, 2003). Pengukuran validitas pada
penelitian ini dilakukan melalui persetujuan dari ahli yang terlibat, dalam
hal ini adalah pembimbing dan guru SLB. Angket karakteristik
responden dalam penelitian ini, akan digunakan pada responden yaitu
remaja putri dengan retardasi mental.
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono,
2008). Perlu diperhatikan bahwa reliabel belum tentu akurat (Nursalam,
2008). Uji reliabilitas yang sering digunakan adalah uji reliabilitas Alpha
Chronbach, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas
secara statistik karena hanya dilakukan uji reliabilitas konten untuk
kuesioner yang digunakan.
J. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Edit data
Edit data yaitu dilakukan dengan memeriksa data yang telah dikumpul
melalui kuesioner dan lemba hasil pemeriksaan. Hal ini diperlukan di

41

lapangan untuk meneliti kembali apakah isian dalam lembar


pertanyaan sudah cukup baik untuk diproses dan dilaksanakan di
lapangan, sehingga bila terdapat kekurangan segera dilengkapi.
b. Pengkodean
Masing-masing variabel penelitian diberi kode berupa angka yang
selanjutnya

dimasukkan

dalam

lembaran

tabel

kerja

untuk

memudahkan entri di komputer.


c. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan meringkas jawaban dari kuesioner
menjadi satu tabel induk yang memuat semua jawaban responden.
Jawaban responden dikumpulkan dalam bentuk kode-kode yang
disepakati untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya.
d. Aplikasi data atau pengujian data
Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan bantuan komputer (Budiarto,
2003).
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
ukuran tendensi sentral, atau grafik. Pada penelitian ini tujuan
digunakan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik sampel
yaitu usia.

42

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono,
2011). Uji t test digunakan untuk suatu gejala yaitu sebelum dan
sesudah dengan skala data lebih rendah setingkat skala ordinal
misalnya

pengetahuan,

skor

nilainya.

Penelitian

ini

peneliti

menggunakan uji t dependen atau berpasangan, uji t berpasangan


digunakan bila responden diukur dua kali atau diteliti dua kali,
penelitian ini sering disebut pre dan post (Hastono, 2007).
Sebelum dilakukan uji t peneliti melakukan uji normalitas
terlebih dahulu dengan menggunakan uji shapiro-wilk, menurut
Dahlan (2008) jumlah sampel kecil <50 atau =50 menggunakan uji
shapiro-wilk. Hasil uji normalitas pada menelitian ini terdisribusi
normal (p > 0,005).
K. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Informed consent adalah merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Dalam penelitian ini lembar
persetujuan diberikan sebelum penelitian kepada orang tua responden.
Lembar ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian,
sehingga orang tua responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Pada saat kegiatan penelitian 8 anak orangtuanya menolak untuk dijadikan
responden, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak

43

orangtua responden dan responden


2. Anonimity
Anonimity

digunakan

untuk

menjaga

kerahasiaan,

peneliti

tidak

mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan


kode pengganti nama responden.
3. Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu.
4. Beneficience
Remaja putri dengan retardasi mental dalam penelitian ini mendapatkan
manfaat berupa pengetahuan pendidikan tentang kebersihan organ
reproduksi atau cara merawat organ reproduksi saat menstruasi, dalam
penelitian ini dibawah pengawasan guru SLB Kuncup Mas Banyumas.
Peneliti dapat memastikan tidak ada dampak merugikan dalam penelitian
ini.
5. Maleficience
Prosedur penelitian ini tidak membahayakan responden baik secara fisik
maupun mental. Responden mendapatkan pengetahuan tentang kebersihan
organ reproduksi saat menstruasi (Budiarto, 2003).

44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan kebersihan organ reproduksi saat menstruasi pada
remaja putri dengan retardasi mental di SLB Kuncup Mas Banyumas telah
dilaksanakan selama 2 hari yang dimulai pada tanggal 27 Januari 2014 dan
berakhir pada tanggal 29 Januari 2014. Jumlah responden pada penelitian ini
berjumlah 9 anak.
Pendidikan kesehatan diberikan kepada anak dengan waktu selama
15 menit untuk setiap kali pertemuan, dilakukan sebanyak 2 hari pertemuan.
Penilaian pengetahuan kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dilakukan
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) responden diberikan pendidikan
kesehatan organ reproduksi saat menstruasi.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa
sebagian besar berumur 13 (33,3%) Responden yang berusia 14 dan 16
tahun masing-masing sebanyak 2 anak (22,2%). Sementara itu, gambaran
karakteristik responden berdasarkan kelas menunjukkan bahwa sebagian
besar responden adalah kelas 3 SD yakni sebanyak 5 anak (55,6%).
Karakteristik responden berdasarkan umur anak dan kelas adalah
sebagai berikut.

45

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur


dan kelas (n=9)
Karakteristik

frekuensi

3
2
1
2
1

33,3
22,2
11,1
22,2
11.1

5
1
1
1
1

55,6
11,1
11,1
11,1
11,1

Usia
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
18 tahun
Kelas
3 SD
4 SD
5 SD
6 SD
7 SD

2. Pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental tentang kegiatan


menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi sebelum diberikan
pendidikan kesehatan.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri dengan retardasi
mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat
menstruasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan (n=9)
Skor Pengetahuan
f
%
1
2
3
4
5

1
1
2
2
3

11,1
11,1
22,2
22,2
33,3

Hasil penelitian mendapatkan bahwa skor pengetahuan sebelum


dilakukan pemberian pendidikan kesehatan mencapai antara rentang 1-5,
dengan skor tertinggi didapatkan oleh 3 anak (33,3%). Tidak ada anak
yang mencapai nilai 6-8 atau nilai maksimum. Rata-rata skor sebelum

46

pemberian pendidikan kesehatan mencapai 3,67.


3. Pengetahuan dan ketrampilan remaja putri dengan retardasi mental tentang
kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi setelah
diberikan pendidikan kesehatan.
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri dengan
retardasi mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi
saat menstruasi setelah diberikan pendidikan kesehatan (n=9)
Skor Pengetahuan

5
6
7
8

3
3
1
2

33,3
33,3
11,1
22,2

Hasil penelitian mendapatkan bahwa skor pengetahuan setelah


dilakukan pemberian pendidikan kesehatan mencapai antara rentang 5-8,
dengan skor tertinggi didapatkan oleh 2 anak (22,2%). Tidak ada anak
yang mencapai nilai 1-4 atau nilai minimun. Rata-rata skor setelah
pemberian pendidikan kesehatan mencapai 6,22.
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi hasil observasi ketrampilan remaja putri
dengan retardasi mental tentang kegiatan menjaga kebersihan organ
reproduksi saat menstruasi setelah diberikan pendidikan kesehatan (n=9).
Skor Observasi

6
8

2
7

22,2
77,8

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai


skor observasi tertinggi setelah dilakukan redemonstrasi yaitu sebanyak 7
anak (77,8%) dan skor terendah sebanyak 2 anak (22,2%). Rentang skor

47

observasi adalah 4-8.


4. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Kebersihan Organ Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja Putri
dengan Retardasi Mental
Hasil

perbandingan

skor

pengetahuan

sebelum

diberikan

pendidikan kesehatan dengan skor pengetahuan setelah diberikan


pendidikan kesehatan tersaji pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil uji perbedaan pengetahuan remaja putri dengan retardasi
mental sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Rerata
Posttest
Pretest

3,56
6,22

Selisih
Rerata
2,66

Std.
Deviation
1,424
2,693

P Value
0,000

Tabel diatas menunjukkan hasil rata-rata pengetahuan sebelum


diberikan pendidikan kesehatan sebesar 3,56 dan rata-rata pengetahuan
setelah

diberikan

pendidikan

kesehatan

adalah

6,22.

Rata-rata

pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental mengalami kenaikan


dengan selisih 2,66.
Hasil analisis data dengan membandingkan pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dengan pengetahuan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan tingkat kesalahan () = 0,05,
diperoleh nilai t sebesar 4,896 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena
nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 (0,001<0.05) maka Ha diterima dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan

48

kesehatan terhadap pengetahuan kebersihan organ reproduksi saat


menstruasi pada remaja putri dengan retardasi mental di SLB Kuncup
Mas Banyumas.
B. Pembahasan
a. Analisis Univariat
1. Karakteristik responden
Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 13 sampai
18 tahun yang sudah mengalami menstruasi. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Kusmiran (2011) yang menyebutkan bahwa menstruasi
yang pertama kali biasanya terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun.
Variasi usia terjadinya menstruasi dapat dipengaruhi oleh adanya
perbedaan gizi dan lingkungan. Walaupun terdapat variasi dalam usia
saat terjadinya perubahan-perubahan selama pubertas (masa awal
remaja), seperti variasi usia terjadinya

menstruasi, setiap remaja

mengikuti sekuen atau urutan yang sama dalam pertumbuhannya


(Soetjiningsih, 2007).
Remaja putri retardasi mental memiliki kematangan reproduksi
yang sama dengan remaja putri normal. Namun demikian, menurut
Endaryati (2009) hal yang membedakan adalah remaja putri dengan
retardasi

mental

dalam

perkembangannya

akan

mengalami

keterlambatan dalam melakukan tugastugas kehidupan, bahkan


sampai dewasapun mereka belum dapat merawat dirinya sendiri
dengan sempurna. Sedangkan remaja putri normal dapat melakukan

49

kegiatan kebersihan organ reproduksi secara mandiri.


Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan atau
kelas menunjukkan bahwa mayoritas responden kelas 3 SD (55,6%)
yang berusia 14 sampai 18 tahun. Pada umumnya usia sekolah dasar
kelas 3 SD untuk anak normal antara usia 9 sampai 10 tahun.
Perbedaan tersebut dikarenakan keterbatasan kognitif yang di bawah
rata-rata. Lombanotobing (2001) berpendapat bahwa retardasi mental
adalah suatu perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
ditandai oleh adanya kelemahan (impairment) keterampilan atau
kecakapan (skill) selama masa perkembangan. Hal tersebut akan
berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Faktor kognitif yang di bawah
rata-rata menjadi penyebab masih ada anak dengan retardasi mental
yang berada di kelas3 SD berusia 14-18 tahun.
2. Pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental tentang kegiatan
menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi sebelum
diberikan pendidikan kesehatan
Hasil pre test atau sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata 3,56 dengan nilai minimum 1 dan
maksimum 5, sedangkan nilai paling banyak adalah 3. Nilai
maksimum yang bisa didapatkan jika responden dapat menjawab
seluruh pertanyaan dengan benar adalah 8. Remaja putri dengan
retardasi mental sebelum dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata

50

belum mengetahui tentang tujuan menjaga kebersihan organ


reproduksi saat menstruasi dan kapan waktunya untuk mengganti
pembalut. Namun demikian, sebagian besar remaja putri retardasi
mental sudah mengetahui kemana arah tangan kiri untuk mencebok
dengan benar dan menjaga kesehatan tubuh, seperti mandi 2 kali
sehari.

3. Pengetahuan dan ketrampilan remaja putri dengan retardasi mental


tentang kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Hasil post test atau setelah dilakukan pendidikan kesehatan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata 6,22 dengan nilai minimun 5 dan
maksimum 8, sedangkan nilai paling banyak adalah 6. Setelah
diberikan pendidikan kesehatan remaja putri dengan retardasi mental 7
dari 9 anak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, tentang tujuan
menjaga kesersihan organ reproduksi saat menstruasi dan waktu
pergantian pembalut.
Hasil observasi keterampilan yang dilakukan responden
diperoleh 77,8 sedangkan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
hasil yang diperoleh 2,22 dari total keseluruhan 100%, hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan pada remaja
putri dengan retardasi mental. Hasil dari keterampilan 7 anak mampu
melakukan keterampilan dengan benar, seperti memasang pembalut,

51

melepas pembalut, membungkus dan membuang pembalut ke tempat


sampah. Sedangkan 2 anak masih membutuhkan bantuan peneliti.
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Kebersihan Organ Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja Putri dengan
Retardasi Mental
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan
kesehatan

tentang

kebersihan

organ

reproduksi

saat

menstruasi

memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan


remaja putri dengan retardasi mental. Hal ini didukung pula oleh
penelitian yang serupa seperti yang dilakukan oleh Wardani (2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap
pemberian pendidikan kesehatan reproduksi, remaja siswi SMP yang
diberikan pendidikan kesehatan rata-rata mendapatkan 1,6 poin lebih
tinggi daripada remaja yang tidak diberikan pendidikan kesehatan.
Remaja putri retardasi mental yang memiliki keterbatasan kognitif
di bawah rata-rata setelah diberikan pendidikan kesehatan mampu
melakukan kegiatan seperti memasang pembalut, melepas pembalut
membungkus dan membuang pembalut. Hal tersebut karena metode dan
media yang digunakan mudah diterima oleh remaja putri dengan retardasi
mental. Penelitian ini melakukan kombinasi pendidikan kesehatan dengan
cara demonstrasi menggunakan alat peraga atau panthom, dikombinasikan
dengan hiburan video edukasi anak-anak seperti video upin ipin tentang
cara menggosok gigi. Setelah peneliti melakukan ceramah dan

52

demonstrasi, responden meredemonstrasikan ulang yang sudah dilakukan


oleh peneliti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007)
yang menyatakan bahwa penyampaian informasi dipengaruhi oleh metode
dan media yang digunakan yang mana metode dan media penyampaian
informasi dapat memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan. Ini dapat dilihat dari hasil analisis penelitian di atas yang
menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan organ reproduksi atau
kesehatan reproduksi, hal ini membuktikan bahwa metode pendidikan
kesehatan efektif berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan remaja
dengan retardasi mental.
Notoatmodjo (2007) juga menyatakan peningkatan pengetahuan
merupakan indikator pendidikan kesehatan yang dilakukan, pada akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
Adanya pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi
kognitif, sikap, dan perilaku sasaran.
Adapun mengenai beberapa faktor yang mampu mempengaruhi
pendidikan kesehatan (dalam penelitian ini berupa pemberian pendidikan
kesehatan).

Notoatmodjo

(2003)

berpendapat

bahwa,

informasi

pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat


ditimbulkan oleh adanya komunikasi, sosial, maupun pelatihan.
Komunikasi yang terjalin akan memberikan beberapa faktor meliputi

53

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya. Sosial


yang mempengaruhi pendidikan kesehatan meliputi ketersediaan fasilitas,
sedangkan pelatihan akan memberikan pengaruh terhadap sikap dan
perilaku. Faktor-faktor tersebut nantinya akan mampu mempengaruhi
perilaku seseorang sehingga akan memberikan kontribusi pada perubahan
status kesehatan ke arah yang optimal, sebagaimana diharapkan.
Adanya pendidikan kesehatan seperti yang dilakukan pada
penelitian ini diharapkan mempunyai efek jangka panjang yang dimulai
dari perubahan pengetahuan pada kesehatan reproduksi perempuan
sehingga mampu mencapai tingkat kesehatan reproduksi yang optimal
dan tidak adanya penyimpangan terhadap penggunaan organ reprodusi
tersebut.
Penelitian ini memiliki kelebihan, yaitu jika ditinjau dari
desainnya berupa pre-experimental with one grup pre and posttest
without control grup design, dapat diketahui perbedaan tingkat
pengetahuan kesbersihan organ reproduksi pada remaja siswa sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Selain itu pada penelitian ini
menggunakan metode ceramah lengkap dengan power point dan
menggunakan media alat peraga atau panthom reproduksi, sehingga
penyampaian yang diberikan peneliti mudah di terima.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak tercapainya jumlah
sampel yang sesuai dengan penghitungan besar sampel, penghitungan besar

54

sampel adalah 18 anak sedangkan keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak


9 anak. Selain itu penelitian ini juga tidak membandingkan pengetahuan
dengan kelompok yang tidak diberi pendidikan kesehatan, atau tidak
menggunakan kelompok kontrol.
Penelitian ini hanya terbatas pada pengukuran perubahan pengetahuan
saja, sehingga belum tentu tingkat pengetahuan yang meningkat ini diikuti
oleh peningkatan sikap yang lebih baik. Hal tersebut sebagaimana yang
dijelaskan pada hasil penelitian dari Haryato dalam Pratiwi (2009) bahwa
tingkat pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum
menerima pendidikan kesehatan masih kurang, setelah menerima pendidikan
kesehatan terdapat peningkatan pengetahuan tetapi tidak mempunyai
pengaruh terhadap sikap siswa.

55

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Karakteristik remaja putri dengan retardasi mental di SLB Kuncup Mas
Banyumas tahun 2013 sebagian besar memiliki umur 13 tahun (33,3) dan
merupakan siswi kelas 3 SD yaitu sebanyak 5 anak (55,6%).
2. Rerata skor pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan 3,56, mayoritas mendapatkan skor
tertinggi 5 atau 33,3%.
3. Rerata skor pengetahuan remaja putri dengan retardasi mental setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan nilai 6,22 mayoritas skor
pengetahuan tertinggi 8 sebanyak 2 anak (22,2). Sedangkan skor 5 dan 6
masing-masing 3 anak (33,3%).
4. Skor hasil kegiatan atau observasi putri dengan retardasi mental mencapai
77,8% yang ditunjukan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih
kecil dari () = 0,05 dengan selisih rerata 2,66.
B. Saran
1. Orang tua Remaja retardasi mental
Orantua diharapkan mampu menjaga pengetahuan tersebut dengan selalu
memperhatikan sikap dan perilaku remaja putri dengan retardasi mental
dalam melakukan kebersihan organ reproduksi secara mandiri terutama
pada saat menstruasi.

56

2. Lembaga Sekolah Luar Biasa


Sekolah diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pendidikan dan
pengajaran tentang kebersihan organ reproduksi dan

pemberian

pendidikan kesehatan kepada anak retardasi metal tentang topik lainnya


secara berkala.
3. Untuk Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan hasil penelitian ini memberikan informasi
dan referensi tentang cara meningkatkan pengetahuan kepada anak
retardasi mental, yaitu melalu pendidikan kesehatan yang diberikan
dilakukan tidak hanya satu kali dan di kombinasikan. Pendidikan
kesehatan yang diberikan sebaiknya dikombinasikan dengan demonstrasiredemonstrasi sehingga pengetahuan yang diberikan dapat bermanfaat
bagi anak dengan retardasi mental, khusus pada remaja putri dengan
retardasi mental.
4. Penelitian selanjutnya
Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan
kelompok kontrol jumlah sampel yang lebih banyak, dan mencakup sikap
dan perilaku remaja retardasi mental setelah diberikan pendidikan
kesehatan.

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Keperawatan

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan ke-

No.
Kegiatan
1

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Pelaksanaanpenelitian

Penyusunanhasil

Seminar hasil

10

11

12

Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden


PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Ibu/Bapak.........
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Ghina Maula Fida

NIM

: G1D009072
Adalah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan akan mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh
Pemberian Pendidikan

Kesehatan

Terhadap

Pengetahuan

Kebersihan Organ

Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Dengan Retardasi Mental. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pengetahuan kebersihan organ
reproduksi pada remaja putri dengan retardasi mental.
Sehubungan hal tersebut, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan anak
Ibu/Bapak dapat berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.Semua data atau
informasi akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika bersedia menjadi responden, mohon untuk menandatangani pernyataan
kesediaan menjadi responden
Atas perhatian dan partisipasi Ibu/Bapak saya ucapkan terimakasih.

Lampiran5.Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan serta tujuan dari penelitian ini, saya
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama orang tua :..................................
Nama anak

: ..................................

Usiaanak

: ..................................

Alamat

:..................................

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian berjudul Pengaruh


Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kebersihan Organ Reproduksi
Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Dengan Retardasi Mental yang dilakukan oleh
Ghina Maula Fida mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Purwokerto, Januari 2014


Orang tua

Lampiran 6. Permohonan Menjadi Asisten Penelitian


PERMOHONAN MENJADI ASISTEN
Kepada Yth.
Saudari ..............
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas Jenderal
Soedirman Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan:
Nama : Ghina Maula Fida
NIM

: G1D009072

Akan mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Kebersihan Organ Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja
Putri Dengan Retardasi Mental.Untuk maksud tersebut, saya akan mengumpulkan data
dari saudari.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Puwokerto, Januari

(Ghina Maula Fida)

2014

Lampiran 7. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian


PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI ASISTEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

NIM

Fakultas/jurusan

Setelah mendapatkan penjelasan, dengan ini menyatakan bersedia dan


berperan serta dalam penelitian tentang Pengaruh Pemberian Pendidikan
Kesehatan

Terhadap

Pengetahuan

Kebersihan

Organ

Reproduksi

Saat

Menstruasi Pada Remaja Putri Dengan Retardasi Mental. yang dilakukan oleh
Ghina Maula Fida.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto, Januari 2014

Lampiran 8. Lembar Satuan Acara Pembelajaran


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Meteri

: Kesehatan Kebersihan Reproduksi Remaja

Sasaran

: Remaja Putri Dengan Retardasi Mental

Pokok Bahasan

: Kesehatan Reproduksi Remaja

Sub pokok bahasan

: Kebersihan Organ Reproduksi

Hari/tanggal

Waktu

: 45 menit

Pengajar

: Ghina Maula Fida

Deskripsi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau
suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman
I. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan remaja putri dengan retardasi
mental mampu melakukan kegiatan menjaga kebersihan organ reproduksi saat
menstruasi.
II. Tujuan Instruksiopnal Khusus (TIK)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan reproduksi remaja putri dengan retardasi
mental mampu:
a. Menyebutkan manfaat kebersihan tubuh

b. Menyebutkan cara-cara menjaga kebersihan tubuh


c. Menyebutkan cara menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi
d. Meredemonstrasikan atau melakukan redemonstrasi cara mengganti dan
membuang pembalut saat menstruasi
III. Metode
a) Ceramah
b) Demonstrasi dan redemonstrasi
IV. Materi
Terlampir
V. Media
a) Power point
b) Alat peraga (boneka/pantom untuk alat reproduksi wanita, pembalut, handuk
kecil, celana dalam, kertas koran bekas, kantong plastik/kresek)
VI.
No

Kegiatan Belajar Mengajar


Tahap
Pembukaan

Waktu
5
menit

Kegiatan
Pengajar

Peserta didik

1.Mengucapkan

1.Menjawab salam

salam

2.Mendengarkan

2.Memperkenalkan
1

diri
3.Menjelaskan

3.Mendengarkan
danmenanggapihal-hal yang

TIU

penting

dan TIK

Kegiatan

15

Inti

menit

1. Melakukan pre
test

1. Responden di bantu peneliti


atau asisten peneliti
2. Respondendiminta
memasangpembalut,
menggantidanmembuangny

a ketempatsampah

Pelaksanaan

15

Pendidikan

menit

Kesehatan

1. Menjelaskan
materi tentang

Menyimak dengan baik, di


dampingi asisten peneliti

menjaga
kebersihan organ
reproduksi

2. Demonstrasicara
memberikan
perineum
danmenggantipe
mbalutsaatmenstr
uasi
Post Test

Meminta responden

Meredemonstrasi/mereview

menit

meredemonstrasikan

kembali

cara memasang,

pembalut

mengganti dan

membuang pembalut

cara

memasang

sampai

dengan

membuang pembalut
Penutup
5

Peneliti dan asisten

Menanggapi dan mengucapkan

menit

peneliti

salam perpisahan.

mengucapkan salam
perpisahan

Lampiran 9. Materi Pendidikan Kesehatan Pada Remaja Purti Retardasi Mental


MATERI
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kebersihan Organ
Reproduksi Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Dengan Retardasi Mental

A. Kebersihan diri/badan
Kebersihan adalah penting bagi tubuh. Kebersihan adalah hal yang sangat
diutamakan bagi kesehatan tubuh. Jika tubuh kita kotor, maka kuman penyakit akan
mudah bersarang di tubuh. Salah satu penyakit yang sering diderita tubuh apabila tubuh
tidak bersih adalah penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap atau kutu air. Maka dari itu
penting bagi kita untuk menjaga kebersihan tubuh.
B. Cara menjaga kebersihan diri
Salah satu cara untuk menjaga kebersihan badan adalah dengan mandi, rajin
menggosok gigi, mengganti baju minimal sehari sekali dan cuci baju dengan detergen
atau sabun cuci. Menjaga kebersihan alat kelamin atau daerah kewanitaan juga sangat
penting, menghindari gatal-gatal pada daerah kewanitaan akibat kuman yang bersarang
juga menghindari berbagai penyakit terutama jika kita sedang menstruasi, membutuhkan
perhatian khusus untuk daerah kewanitaan kita.
C. Apa itu menstruasi?
Menstruasi adalah tanda dimana perempuan sudah beranjak dewasa. Menstruasi
atau haid merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang.

D. Hal yang perlu diperhatian saat menstuasi


1. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun mandi biasa
2. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari teruatama pada hari pertama-ke tiga.
3. Mengganti pembalut sekurangnya dua kali sehari (saat mandi pagi dan sore hari) pada
menstruasi hari ke empat dan seteruasnya.
4. Mengganti pembalut yang sudah kotor atau penuh dengan di bungkus rapih lalu di
buang ketempat sampah. Pembalut dari kain apabila sudah kotor sebaiknya di cuci
dengnan sabun atau deterjen hingga bersih dan di jemur sehingga dapat di gunakan
kembali.
E. Cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan saat menstruasi
1. Tujuan:
a. Mencegah terjadinya infeksi pada daerah kewanitaan
b. Meningkatkan rasa nyaman
2. Cara merawat kebersihan daerah kewanitaan:
a. Menggunakan air yang bersih (air kran, air sumur)
b. Menggunakan sabun untuk membersihkan bagian luar dengan cara membasuh
dari depan kebelakang dan membilasnya dengan air bersih
c. Mengganti celana dalam minimal sehari dua kali dan memakai pakaian dalam
yang menyerap keringat.
3. Cara mengganti pembalut dan membuang pembalut:
a. Membuka celana dalam dan lihat apakah darah menstruasi sudah memenuhi
pembalut/pembalut sudah penuh dengan darah menstruasi.
b. Melepas pemblut dari calana dalam, kemudian gulung pembalut dan bungkus
dengan kertas koran bekas dan masukkan ke dalam kresek. Tutup dengan rapat
lalu buang ke tempat sampah.

c. Ganti dengan pembalut yang masih bersih:


a) siapkan celana dalam bersih
b) buka bungkus pembalut dan perekat pembalutnya
c) tempelkan bagian perekat pada celana dalam yang sudah di siapkan
d) pakai celana dalam beserta pembalutnya yang sudah di siapkan dan masih
bersih.
e) Segera mungkin mengganti pembalut dan celana dalam jika sudah terasa
penuh atau basah

Referensi:
Ambarwati, E. R. (2010). Menarche dan asuhan kebidanan nifas. Jakarta: Mitra Cendikia.
Hidayat, A, A. (2009). Konsep personal hygiene. Jakarta: Salemba Medika.

Lampiran 10. Lembar Kuesioner Pre Test dan Post Test

LEMBAR PRE TEST DAN POST TEST


PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN KEBERSIHAN ORGAN REPRODUKSI SAAT HAID PADA
REMAJA PUTRI DENGAN RETARDASI MENTAL

Kode Responden

Usia

Kelas

1. Apa yang kamu lakukan setelah buang air kecil?


a. Membersihkan dengan air atau cewok (mencebok)
b. Membersihkan dengan handuk
c. Tidak dibersihkan
2. Apa yang kamu gunakan untuk cewok (mencebok)?
a. Air yang bersih saja
b. Air yang bersih dengan menggunakan sabun
c. Handuk saja tidak menggunakan air
3. Berapa kali kamu mengganti pembalut jika sedang haid pada hari 1-3 haid?
a. Sesuka hati
b. Satu kali sehari
c. Empat kali sehari
4. Dari arah mana tangan kiri kamu saat cewok (mencebok) ?
a. Dari arah depan ke belakang

b. Dari belakang kebelakang


c. Sesuka hati
5. Berapa kali kamu harus mengganti katok (celana dalam) setiap hari?
a. 1 kali sehari
b. 2 kali sehari
c. 2 hari sekali
6. Apa tujuan menjaga kebersihan saat haid?
a. Agar tidak sakit perut
b. Mencegah penyakit pada alat kelamin perempuan
c. Agar tidak ngantuk
7. Kapan kamu mengganti pembalut dan katok saat haid?
a. Saat terasa basah atau penuh
b. Saat mau main dengan teman
c. Saat mau tidur di malam hari saja
8. Kenapa kita harus mengganti katok (celana dalam) sehari dua kali?
a. Supaya tidak gatal
b. Supaya cantik
c. Suka-suka aja

Lampiran 11. Lembar Observasi/Redemonstrasi Responden

LEMBAR OBSERVASI/REDEMONSTRASI

Kode Responden

Usia

Kelas

Cara Memasang, Mengganti dan


Membuang Pembalut

Keterangan
Benar

1. Memasang pembalut pada katok


2. Mengganti pembalut yang basah
dengan yang kering
3. Membungkus pembalut dengan kertas
koran atau pelastik
4. Membuang pembalut ditempat sampah
Skor:

Salah

Lampiran 15. Blangko Bimbingan Skripsi

Anda mungkin juga menyukai