i.
PENDAHULUAN
Makalah ini menitikberatkan pada pengertian wayang yang mengacu pada seni
ii.
PEMBAHASAN
Seni gerak dalam pertunjukan wayang sring disebut dengan sabetan. Sabetan
(puppet movement) berasal dari kata sabet, yang artinya pengembat, sebat; disabet
berarti diembat, disekat, dibingkah; disabeti berarti dibelasah; nyabet artinya
menjatuhkan kartu, melakukan wayang kulit; dan sabet dalam krama inggil berarti
pedang (Prawiroatmojo, 1981:155).
Pengertian sabetan, nyabet yang diacu yakni melakukan wayang kulit
menggerakkan,
menjalankan,
memainkan
boneka
wayang.
Gerak
wayang
besar dan sedang; kedelai sedang suaranya besar dan sedang; kedelai mendongak
suaranya kecil dan sedang; mata thelengan, thelengan menunduk, suaranya tengah
dan sedang; thelengan sedang, suaranya tengah dan sedang; thelengan mendongak,
suaranya kecil dan berat (Sulardi, 1953:8).
Dalam udanagara pun disebutkan sikap dan tingkah laku tokoh wayang.
Tokoh wayang berbicara sesuai dengan tabiat atau watak dasar yang dimilikinya. Di
samping itu, tokoh wayang mempunyai etika dalam bersikap dan berperilaku
terhadap tokoh yang lainnya di dalam pertunjukan wayang. Sikap dan perilaku suatu
tokoh wayang tampak ketika ia bertutur kata dengan tokoh yang lain, siapa diajak
berbicara dan dalam situasi apa.
Dalam pertunjukan wayang terdapat gerak dimana tokoh wayang melakukan
perang. Perang memerlukan ruang besar (berjalan, berlari, menendang, bergulingguling, memukul, masuk bumi dan ke dalam air, dan terbang. Gerak wayang pada
waktu perang didasarkan pada wewaton (norma). Terdapat beberapa jenis perang,
yakni: perang ampyak, perang sekelompok prajurit atau ampyak secara bersamasama membereskan rintangan atau jalan rusak digambarkan dengan gunungan
yang ada dihadapannya ketika menjaga keamanan perbatasan; perang gagal,
perang dua kelompok prajurit, salah satu dari mereka menyimpang jalan; perang
kembang, perang antara bambangan atau ksatria dengan raksasa Cakil yang
memerlukan teknik kembangan (variasi gerak); dan perang brubuh, peperangan
antara dua kelompok yang saling mengamuk atau perang amuk-amukan. Normanorma (wewaton) gerak yang digunakan dalam masing-masing perang berbeda-beda.
Gerak wayang ditentukan pula pada keadaan fisik suatu tokoh. Gerak tokoh
wayang yang sakit dan yang sehat tentu berbeda. Tokoh wayang yang cacat tubuh,
seperti Gareng yang pincang, gerak ketika berjalan harus menunjukkan orang
pincang. Di samping itu, cacat fisik tokoh wayang jangkahan (posisi kaki melangkah)
dan bokongan (kain ksatria mengalami stilisasi menyerupai pantat), memiliki
perbedaan dalam gerak.
Wanda
Wanda pada seni kriya wayang (kulit maupun kayu) yakni
pengejawantahan wujud dari prejengan dan karakter dasar pada
kondisi mental dan lingkungan tertentu. Wanda merupakan manifestasi
suaranya yang khas, dengan iringan suara gendhing yang memadai dan
membawa kita ke alam lain yang indah dan agung (1988:67).
Seseorang yang menonton dari balik kelir, sebetulnya lebih dapat
merasakan suasana batin masing-masing tokoh.
iii.
KESIMPULAN
Seni gerak dalam pertunjukan wayang disebut juga dengan sabetan
(puppet movement).
pengertian luas yang berarti semua gerakan wayang, baik makhluk hidup
maupun mati, dan pengertian sempit, yakni peperangan atau fighting
DAFTAR ACUAN
o Darmoko, 2004. Seni Gerak dalam Pertunjukan Wayang Tinjauan
Estetika dalam Makara, Sosial Humaniora, Volume 8 No. 2, 83
89. Depok: Universitas Indonesia.
o Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika: Estetika
Instrumental. Denpasar: STSI.
o Guritno, Pandam. 1988. Wayang Kepribadian Indonesia dan
Pancasila. Jakarta: UI Press.
o Guritno, Haryono H. 1989. Wanda Sebagai Watak Dasar Kondisi
Mental dan Lingkungan dalam Gatra: Majalah Warta Wayang.
No.19.I. Jakarta: Senawangi.
DAFTAR KAMUS
o