Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA KLIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anugrahani Kadanti Arifah


Arif Candra Prasetyo
Bangkit Andhi Kurniawan
Dian Woro Palupi
Maivi Wantiska
Rukmana Yoga Persada

(2520142578)
(2520142579)
(2520142582)
(2520142585)
(2520142600)
(2520142609)

Kelas: 2D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah
kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi
pada anak sampai lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional
adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian
asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian
asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang
kami bahas ini adalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
defisit keperawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes 2000).
Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh
lingkungan dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok
maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia
harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu
beradaptasi (Susilowati, 2005).
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada
beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas
Sumber Daya Manusia dalam mengawasi emosional, kemudian aspek
sosial yakni kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa
seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari
450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa.
Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental emosional
seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11, 6 % dari populasi
orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih

150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental emosional.


(Sunaryo, 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan
perawatan diri secara maksimal.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c. Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
d. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting
sendiri.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Defisit Perawatan Diri
1. Pengertian

Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).
2. Klasifikasi
a. Kurang perawatan diri: Mandi/kebersihan
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias
c. Kurang perawatan diri: Makan
d. Kurang perawatan diri: Toileting
3. Etiologi
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut (Depkes: 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1) Faktor Prediposisi
a) Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b) Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien
tidak mampu melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan
jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d) Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2) Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognitif atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59),
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a) Body Image: Gambaran individu terhadap dirinya


sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial: Pada anak-anak selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi: Personal hygiene memerlukan
alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan: Pengetahuan personal hygiene sangat
penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan.
e) Budaya: Di sebagian masyarakat jika individu sakit
tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang: Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g) Kondisi fisik atau psikis: Pada keadaan tertentu/sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang.

2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan,
saling bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma
tertentu. Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar
informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat
memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila
kelompok ini di desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan
perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan
sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut
sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang
ditandai dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim,
dan menimbulkan distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari. Terapi menggunakan aktivitas dalam kelompok ini
disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi
aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting
diterapkan dalam penanganan pasien gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada
sekelompok pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas
tertentu untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama
pelaksanan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk.
Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60120 menit (Budi Ana Keliat, 2007).

BAB III
ISI
A. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok
1. Klien
a. Karakteristik/ kriteria klien
1) Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan
perawatan diri: defisit perawatan diri.
2) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak
mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan
tenang.
3) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang
tidak dalam keadaan sakit, terinfus dan terpasang alat medis
lainnya.
4) Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
b. Proses seleksi
1) Mengumpulkan data klien
2) Menganalisis data klien
3) Obsevasi di ruangan klien
4) Menentukan klien
c. Data Klien
1) Tn.A
2) Tn.B
3) Ny.C
2. Pengorganisasian
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
1) Hari, Tanggal
: Selasa, 03 Juni 2016.
2) Waktu
: Pukul 10.00 WIB s.d selesai
3) Tempat
: Ruang Kelas

b. Tim Terapis dan Tugasnya


1) Leader
: Arif Candra Prasetyo
2) Co. Leader : Dian Woro Palupi
3) Fasilitator 1 : Bangkit Andhi Kurniawan
4) Fasilitator 2 : Anugrahani Kadanti Arifah
5) Fasilitator 3 : Rukmana Yoga Persada
6) Observer : Maivi Wantiska
c. Uraian Tugas Pelaksana
1) Leader
Tugas:
a) Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
b) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya
therapy.
c) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d) Memimpin diskusi kelompok.
2) Co. Leader
Tugas:
a) Membuka acara.
b) Mendampingi Leader.
c) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
e) Menutup acara diskusi.
3) Fasilitator
Tugas:
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya therapy.
4) Observator
Tugas:
a) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada
format yang tersedia).
b) Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai
persiapan, proses, hingga penutupan.
d. Setting Tempat
Terapis dengan klien duduk bersama membentuk persegi
panjang, Ruang nyaman dan tenang.
Denah :

MEJA

Keterangan :
: Leader dan Co-Leader
: Fasilitator
: Klien
: Observator
3. Antisipasi Masalah
a. Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan.
b. Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah terapis.
c. Buatlah kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk dispilin selama
proses berjalannya TAK dengan tidak meninggalkan tempat
pelaksaan sesuai dengan kontrak waktu.
4. Proses Pelaksanaan
Sesi I:
Memperkenalkan diri, Manfaat Perawatan Diri dan
Menjaga Kebersihan Diri.
a. Tujuan
1) Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan:
nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
2) Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
3) Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
4) Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri
b. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi
Aktivitas Kelompok ini adalah:
1) Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan
perawatan diri: defisit perawatan diri
2) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak
mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan
tenang.
3) Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
c. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah:
Berikut adalah nama-nama klien yang mengikuti pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok yakni:

1) Tn.A
2) Tn.B
3) Ny.C
d. Alat
1) Name tag
2) Sound/speaker
3) Tape recorder
4) Bola kecil
5) Buku catatan dan pulpen
6) Jadwal kegiatan klien
e. Metode dan Media
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan Tanya jawab
3) Simulasi
f. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan
diri.
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Terapis dan klien memakai papan nama
b) Evaluasi/Validasi
Menanyakan kepada klien apakah sudah pernah terlibat
dalam TAK
c) Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan
-

diri.
Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan
menyebutkan manfaat perawatan diri dan cara menjaga
kebersihan diri serta akibat apabila tidak melakukan

perawatan diri.
Menjelaskan aturan main berikut.
Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan

kelompok harus meminta izin kepada terapis.


Lama kegiatan 20 30 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3) Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape


recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan
dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat
tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang
bola menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri,cara
menjaga kebersihan diri,dan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri .
b) Ulangi poin kedua dan ketiga sampai semua anggota
kelompok mendapat giliran.
c) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan member tepuk tangan.
4) Terminasi
a) Evaluasi
-

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti

TAK
- Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
- Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan
-

sehari-hari.
Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk
menerapkan cara yang telah dipelajari dalam perawatan

diri.
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dan
manfaat perawatan diri pada jadwal kegiatan harian

klien.
c) Kontrak yang akan datang
- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok dan tata cara makan dan minum
-

yang baik.
Menyepakati waktu dan tempat.

5) Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,


khususnya pada tahap kerja yang menilai kemampuan klien
melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK sesi 1,
dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara
verbal dan nonverbal, kemampuan klien menyebutkan
manfaat pentingnya keperawatan diri, cara menjaga
kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan
diri dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
a) Kemampuan verbal
No:

Aspek yang Dinilai

1.

Menyebutkan Nama Lengkap

2.

Menyebutkan nama panggilan

3.

Menyebutkan asal

4.

Menyebutkan hobi

Nama Klien

Jumlah

Daftar Pustaka
1. (DjingleFirna) https://www.scribd.com/doc/283682460/Proposal-Terapiaktivitas-kelompok-defisit-perawatan-diri (Diakses pada tanggal 28 Mei
2016, pukul 14.15 WIB)
2. (Mirza Rizz) https://www.scribd.com/doc/245886455/PROPOSAL-TAKDefisit-Perawatan-Diri (Diakses pada tanggal 28 Mei 2016, pukul 14.15
WIB)

3. (Radinsam) http://blognyasiradinsam.blogspot.co.id/2013/12/proposaltakterapi-aktivitas-kelompok.html (Diakses pada tanggal 28 Mei


2016,pukul 14.35 WIB)

Anda mungkin juga menyukai