Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

LANDASAN TEORI
2.1

Pengembangan Produk
Kegiatan merancang dan mengembangkan produk, baik yang berupa jasa
maupun barang, tidak terlepas dari konsep pemasaran yang bertujuan memenuhi
kebutuhan yang memuaskan pelanggan (Nasution, 2005). Pengembangan produk
yang berhasil juga membutuhkan proses yang direncanakan

dengan

baik

dan

matang (Cagan & Vogel, 2002).

2.1.1 Aspek-Aspek Pembentuk Produk


Karena produk tidak sekedar merupakan output suatu proses produksi,
maka kita dapat memerinci aspek-aspek pembentuk produk menjadi seperti
berikut:
Kemampuan Untuk Digunakan
Aspek Fungsional

Utama

Komponen-komponen
Kinerja dari desain komponen

Pendukung

Penjualan
Produk

Aspek Pelayanan

Pengiriman
Garansi

Aspek Harga
Gambar 2.1 Aspek-Aspek Pembentuk Produk
(Sumber : Pengumpulan Data)
Ketiga aspek tersebut harus diamati dengan cermat oleh produsen dalam
upayanya memenuhi keinginan konsumen, selain untuk memenangkan persaingan
dengan produsen lain (Nasution, 2005).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pengembangan Produk


Dalam konteks persaingan antar produsen, kita bisa mengidentifikasi
faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya kegiatan perancangan dan
pengembangan produk (Nasution, 2005). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Faktor eksternal, antara lain :
1. Munculnya produk-produk sejenis dengan berbagai kelebihannya.
2. Munculnya produk-produk baru yang dapat menggantikan produk lama
(produk substitusi).
3. Pergeseran keinginan konsumen dan kebosanan terhadap produk-produk
lama.
4. Siklus hidup produk yang cenderung memendek pada masa modern ini.
b. Faktor Internal, yang merupakan keinginan manajemen untuk :
1. Memperbaiki kinerja produk.
2. Melakukan diversifikasi produk.
3. Mempertahankan segmen dan pangsa pasar baru.
4. Memanfaatkan sumber daya manusia (karyawan, tenaga ahli) yang
kemampuan semakin bertambah karena proses pembelajaran yang telah
dialaminya.
5. Menjaga kelangsungan hidup (keuntungan, financial) perusahaan.

2.1.3 Product Development Process


Proses adalah suatu tahapan yang dilakukan dalam langkah-langkah merubah
sebuah set dari input menjadi set output (Karl T.Ultich, 2008). Banyak orang yang
familiar dengan ide dari Physical proses , yang sebagian besar lebih banyak
digunakan dalam industri makanan dan merakit automobile , product development
process adalah tahapan dari langkah atau aktivitas dimana perusahaan menerapkan
desain dan komersialisasi produk. Banyak dari langkah dan kegiatan yang ada
berpendidikan dan berorganisasi daripada individual . beberapa organisasi
menerapkan dan mengikuti peraturan yang detail dan tepat dari process

development, sementara yang lainya belum tentu dapat mendeskripsikan proses.


Sebuah development process yang baik akan sangat berguna untuk beberapa hal :
1. Quality Assurance: sebuah process development yang memfokuskan pada fase
pengembangan proyek agar lolos dan checkpoint dalam perjalanan .
2. Coordination: sebuah sirkulasi dari pengembangan proses bekerja sebagai
master plan yang menentukan tugas dari tiap orang yang bersangkutan dengan
tim pengembang
3. Planning : process development yang sesuai tonggak untuk menyelesaikan
setiap tahap fase
4. Management: process development adalah patokan untuk meningkatkan
performa development yang sedang berjalan
5. Improvement : dokumentasi dan ringkasan yang sedang berlangsung dari
process development organisasi dan hasilnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kesempatan untuk berkembang.

Salah satu cara untuk memikirkan process development adalah dengan


pembuatan awal alternative product secara luas dan selanjutnya dilakukan
penyempitan alternatif agar meningkatkan spesifikasi dari produk sampai produk
dapat diproduksi secara baik dan dan berulang kali oleh sistem produksi (Karl
T.Ultich, 2008).
Cara berikutnya untuk memikirkan process development adalah system
information processing. Proses dimulai dengan input seperti objektif perusahaan ,
product platform dan sistem produksi. Proses selesai ketika semua informasi yang
dibutuhkan untuk menjalankan sebuah produksi dan penjualan telah terpenuhi.
Cara lainnya untuk memikirkan process development adalah sistem
manajemen resiko , pada tahap awal dari sebuah process development , berbagai
macam resiko dapat dikenali dan diprioritaskan, sehingga dalam proses berjalan
resiko dapat dikurangi dan elemen dari ketidakpastian dapat dikurangi dan sebuah
fungsi dari produk dapat divalidasi.

6 langkah dari generic development process adalah


1. Planning
Aktivitas ini umumnya dinamakan fase nol karena mendahului dari
persetujuan dari sebuah proyek dan peluncuran dari sebuah process
development product , fase ini dimulai

dengan kesempatan identifikasi

disesuaikan oleh strategi perusahaan dan termasuk perkembangan dari


teknologi.
2. Development konsep
Dalam fase ini kebutuhan dari pasar akan diidentifikasi , konsep produk
alternatif dibuat dan dievaluasi dan satu atau dua konsep akan dipilih untuk
dikembangkan lebih lanjut dan dicoba.
3. Sistem level desain
fase ini termasuk definisi dari arsitektur produk , kerusakan produk ke sub
sistem dan komponen dan desain utama untuk komponen utama. Rencana awal
untuk sistem produksi dan perakitan akhir biasanya ditentukan saat fase ini.
4. Detail design
Fase ini meliputi spesifikasi lengkap dari geometry , material , dan
toleransi dari semua bagian unik pada produk dan mengidentifikasi semua
bagian standar yang harus dibeli dari supplier.
5. Testing dan refinement
Fase ini meliputi pembuatan dan evaluasi dari beberapa preproduksi dari
sebuah produk.
6. Production ramp up
Dalam fase ini produk dibuat menggunakan sistem produksi yang
diinginkan , kegunaan dari ramp up adalah untuk melatih pekerja dan
menyelesaikan beberapa masalah yang tersisa selama masa produksi.
7. Concept development : the front end process
Karena fase konsep development dari proses development meminta
kordinasi pada setiap fungsi dari pada yang lain, banyak dari metode intergratif
development di konsentrasikan di front end proses ini (Karl T.Ultich, 2008).
Konsep development proses termasuk pada kegiatan berikut:

10

1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengerti kebutuhan dan keinginan
pelanggan agar dapat secara efektif berkomunikasi kepada tim pengembang.
2. Menetukan spesifikasi target
Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan spesifikasi secara detail
bagaimana sebuah produk harus dibuat dan digunakan.
3. Generasi konsep
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengeksplorasi konsep dari sebuah produk
untuk mengenali kebutuhan pelanggan.
4. Pemilihan konsep
Kegiatan ini bertujuan untuk memilih berbagai konsep produk dan
menganalisa serta mengeliminasi konsep untuk menentukan konsep yang paling
menjanjikan.
5. Percobaan konsep
Kegiatan ini bertujuan untuk menguji apakah keinginan pelanggan telah
terpenuhi, memenuhi keinginan pasar terhadap produk serta hal-hal yang harus
dipenuhi secara mendadak untuk perkembangan ke depannya.
6. Menentukan spesifikasi akhir
Spesifikasi yang ditentukan diawal dikaji ulang untuk menentukan
spesifikasi akhir setelah pertimbangan dari konsep yang dipilih dan diuji.
7. Perencanaan proyek
Di dalam aktivitas akhir pada konsep development , tim pengembang
merancang sebuah jadwal development , untuk menentukan strategi agar
meminimalisasi waktu development dan mengidentifikasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
8. Analisa ekonomi
Tim dengan bantuan grup finansial analis , membuat sebuah model
ekonomi untuk produk baru , produk ini digunakan untuk memastikan
kelanjutan dari rata-rata sebuah program development.
9. Mematok produk kompetitor

11

Mengerti sebuah produk dari kompetitor merupakan hal penting dalam


kesuksesan penempatan suatu produk dan dapat memberikan banyak ide untuk
produk dan proses desain produk.
10. Maket dan model
Setiap tahap dari konsep development pasti melibatkan sebuah model dan
maket yang berfungsi untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah produk
akan berguna.

2.2

Quality Function Deployment


Dalam konteks pemuasan kebutuhan pelanggan maka kita mengenal konsep
Quality

Function

Deployment

(QFD)

(Nasution,

2005).

Konsep

QFD

dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi


benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dengan jalan
membentuk tingkat kualitas yang diperlukan dan dengan kesesuaian yang
maksimum, pada setiap tahap pengembangan produk.
Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut
dari produk atau service (Jono, 2006). Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan
ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk
atau pelayanannya. Tiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan
dengan kepentingan relatif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan
pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini
biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numerik tiap atribut
sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah
untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur atributatribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan
dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey
atau penarikan suara (Polls).
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk
sedini mungkin. Proses QFD terdiri dari satu atau lebih matriks-matriks kualitas. Matriks
pertama dinamai House of Quality (HOQ). Matriks HOQ tersebut terdiri dari beberapa

12

matriks-matriks yang digabungkan yang masing-masing matriks berisi informasi yang


saling berhubungan antara satu matriks dengan matriks lainnya (Astuti, 2004).
Penerapan QFD dapat mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya
desain sebesar 60% secara bersamaan dengan kualitas desain yang tetap
dipertahankan dan ditingkatkannya. QFD berperan besar dalam meningkatkan
kerja sama tim interfungsional yang terdiri dari anggota-anggota departemen
pemasaran, riset dan pengembangan, pemanufakturan, dan penjualan untuk
berfokus pada pengembangan produk. Selain itu ada manfaat yang dapat diperoleh
dari QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui
perbaikan kualitas dan produktivitasnya secara berkesinambungan. Manfaatmanfaat tersebut antara lain adalah fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi
pada kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi.

2.2.1 Tahapan Implementasi QFD


Implementasi QFD mempunyai beberapa fase, di mana seluruh kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing fase dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek
(Nasution, 2005). Secara garis besar implemenasi QFD terdiri dari 3 fase utama
yang sebelumnya didahului oleh fase perencanaan dan persiapan. Ketiga fase
utama tersebut adalah :
1. Tahap pengumpulan suara pelanggan, Voice of customer (VOC)
2. Tahap penyusunan rumah kualitas, House of Quality (HOQ)
3. Tahap analisis dan interpretasi

2.2.3 Tahapan Perencanaan dan Persiapan


Fase

ini

merupakan

tahap

persiapan

dalam

melakukan

dan

mengimplementasikan QFD (Nasution, 2005). Topik kuncinya meliputi hal-hal


sebagai berikut:
1. Menetapkan dukungan yang bersifat organisasi :
a. Dukungan manajemen
b. Dukungan fungsional
c. Dukungan teknikal QFD

13

2. Menentukan tujuan-tujuan :
QFD memberikan serangkaian keuntungan yang mungkin diperoleh bagi
tim yang telibat. Berikut ini keuntungan yang mungkin diberikan :
a. Dapat mengerti kebutuhan dan keinginan pelanggan
b. Menentukan tujuan-tujuan kualitas dan bisnis untuk produk atau jasa
tersebut.
c. Menghasilkan urutan dari kemampuan produk.
d. Mengembangkan visi tim secara umum dari suatu produk atau jasa.
e. Mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi tentang proyek
ini secara ringkas (dalam bentuk Rumah Kualitas)
f. Meminimalisasi risiko pengulangan di tengah proyek

Keuntungan ini

didapat dari tersedianya informasi terbaru di tengah pengembangan produk


yang dapat ditambahkan dari Rumah Kualitas atau matriks QFD lainnya.
g. Mempercepat perancangan produk. Walaupun QFD tampak menghabiskan
waktu, sebagian besar kelompok menemukan bahwa perencanaan produk
menjadi lebih cepat, lebih lengkap, dan lebih efisien jika menggunakan
struktur rumah kualitas.
3. Memutuskan siapa pelanggan yang sebenarnya dituju :
a. Definisi yang jelas tentang pelanggan.
b. Mengidentifikasi semua pelanggan yang mungkin dengan affinity diagram.
c. Identifikasi pelanggan kunci.
d. Memutuskan horizon waktunya.
e. Memutuskan cakupan produk.
f. Memutuskan tim dan hubungannya dengan organisasi.
g. Membuat jadwal pelaksanaan QFD
Dalam membuat jadwal untuk implementasi QFD, ada beberapa hal yang
perlu diingat, yaitu bahwa QFD membutuhkan waktu, QFD dapat dipersingkat,
dan QFD harus berupa aktivitas yang dapat diatur seperti halnya suatu proyek.

2.2.3 Mengumpulkan Suara Pelanggan

14

Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan
yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan ketrampilan mendengarkan
(Nasution, 2005). Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai
atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan
ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk
atau servicenya. Setiap atribut mempunyai beberapa data numerik yang berkaitan
dengan kepentingan relative atribut bagi pelanggan, dan tingkat performansi
kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Kita
biasanya menyebut atribut ini sebagai data kualitatif dan informasi numerik tiap
atribut sebagai data kuantitatif seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Data Kualitatif dan Kuantitatif HOQ


(Sumber : Arman Hakim (2005))

Prosedur umum dalam memperoleh suara pelanggan adalah :


1. Menentukan atribut-atribut pelanggan dan kemudian
2. Mengukur atribut-atribut (data kuantitatif)
Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi
dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survey penarikan suara
customer.

15

2.3

Rumah Kualitas (House Of Quality)


Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk diawali
dengan pembentukan matriks perencanaan produk, atau sering disebut sebagai
House of Quality (HOQ) (Nasution, 2005). Gambar di bawah menunjukan bentuk
umum matriks perencanaan produk atau rumah kualitas. Dalam gambar di bawah
ini digunakan symbol A hingga F yang menunjukan urutan pengisian bagianbagian dari matriks perencanaan produk tersebut.

Gambar 2.3 House Of Quality


(Sumber : Arman Hakim. (2005) )
Bagian A :
Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan/keinginan pelanggan (Customer
Needs and Benefits).
Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara
hierarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingat yang paling tinggi.
Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan (voice of the
customer) melalui interview/wawancara dan kemudian disusun secara hierarki.
Kegagalan dalam memaksimumkan keterlibatan pelanggan dalam fase ini, sering
menimbulkan salah pengertian antara pelanggan dan tim pengembang. Ketika tim
pengembang produk tidak mengerti keinginan pelanggan dengan baik, maka

16

aktifitas perencanaan produk akan mengalami kesulitan, sehingga perencanaan


produk berjalan lambat.
Bagian B :
Planning matrix merupakan bagian kedua dari HOQ dan disebut sebagai
tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap
data riset pasar. Penetapan sasaran/tujuan merupakan gabungan antara prioritasprioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini merupakan tahap penting dalam
perencanaan produk.
Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting :
1. Data kuantitatif pasar, yang menunjukan hubungan antara tingkat kepentingan
kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelangga dengan
perusahaan dan tingkat persaingan.
2. Penetapan tujuan/sasaran untuk produk/jasa baru.
3. Perhitungan tingkat ranking keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Satu alas an untuk mengisi Planning Matrix segera setelah Customer
Needs/Benefits selesai adalah karena Customer Needs merupakan prioritas, tim
QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan
pelanggan yang tertinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan QFD. Jika Planning Matrix ditunda sampai
beberapa waktu setelah bagian Relationship terisi, maka tim tidak akan dapat
membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui Customer Need mana yang
paling penting bagi mereka. Tetapi beberapa praktisi mengerjakan Technical
Responses dan bahkan merupakan Relationship sebelum mengerjakan Planning
Matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lelbih familiar dengan kebutuhan
pelanggan.
Bagian C :
Bagian ketiga dari HOQ adalah Technical Response, merupakan gambaran
produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan
dari Customer Needs dibagian pertama HOQ. Terdapat beberapa informasi yang
didapat di technical response, alternatife yang paling umum adalah :
1. Top level solution independent measurement or metrics,

17

2. Product or service requirement,


3. Product or service features or capabilities.
Informasi apapun yang dipilih, disebut sebagai Substitute Quality
Characteristic (SQC). Jika Customer Needs/Benefits mewakili suara pelanggan
maka SQC mewakili suatu pengembang.
Dengan menempatkan kedua suara tersebut di kiri dan atas matriks maka
dapat dievaluasi hubungan keduanya secara sistematis, diikuti dengan proses
diagram pohon. Proses Hierarki memberikan beberapa kebebasan kepada tim
untuk menyusun analisis mereka pada tingkat tinggi atau rendah dengan detail
pemilihan tingkat hieraki primer, sekunder, atau tersier.
Bagian D :
Bagian keempat HOQ adalah relationship, merupakan bagian terbesar dari
matriks dan menjadi bagian besar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan
metode matriks prioritas. Untuk setiap sel dalam relationship, tim memberikan
nilai yang menunjukan keberadaannya terhadap SQC dihubungkan dengan
customer needs. Nilai ini menunjukkan kepuasan pelanggan.
Bagian E :
Bagian kelima dari HOQ adalah Technical Correlations, matriks yang
bentuknya menyerupai atap. Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD
dalam menentukan disain yang mengalami bottlenect dan menentukan kunci
komunikasi di antara para disainer. Selain itu juga menunjukkan korelasi antara
persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknik lain yang
terdapat dalam matriks C.
Bagian F
Bagian ini berisi 3 jenis data, yaitu :
1. Technical Responses Priorities, urutan tingkat kepentingan persyaratan teknis.
2. Competitive Technical Benchmarks, informasi hasil perbandingan kinerja
persyaratan teknik produk yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja
produk pesaing.
3. Target Technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru
yang akan dikembangkan.

18

Diagram

berikut

menunjukkan

satu

kemungkinan

konfigurasi

atas

sekumpulan matriks yang saling berhubungan dan juga menggambarkan sebuah


teknik QFD standar untuk membawa informasi dari satu matriks ke matriks
lainnya. Diagram tersebut dimulai dari HOQ.
Sebagian besar proses QFD, tim QFD member prioritas Whats melalui
pembuatan sekumpulan pertimbangan yang didasarkan pada data riset pasar.
Terdapat pertimbangan yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat banyak
teknik yang berbeda untuk menentukan prioritas tersebut. Prioritas atau
pembobolan ditempatkan di sebelah kiri matriks.

2.3

Design For Manufacturing (DFM)


Design For Manufacturing

merupakan kepentingan umum yang secara

langsung menginformasikan biaya-biaya manufaktur (Render, 2005). Biaya


manufaktur merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan ekonomis dari
produk. Keberhasilan ekonomis didapat dari selisih keuntungan dari penjualan
tiap produk dan berapa unit yang bisa dijual oleh. Keuntungan dapat dihitung dari
selisih antara harga jual produk dari pabrik dengan biaya pembuatan produk.
Banyaknya jumlah produk yang terjual dan harga jual produk dipengaruhi oleh
kualitas produksi serta kualitas produk itu sendiri. DFM merupakan salah satu
metode untuk mencapai target. Penggunaan DFM yang efektif akan menekan
biaya-biaya manufaktur tanpa membuat kualitas dari produk berkurang
DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe termasuk diantaranya :
1. Sketsa, gambar, spesifikasi produk, dan alternatif-alternatif rancangan.
2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan.
3. Perkiraan biaya manufacturing, volume produksi, dan waktu peluncuran
produk.

2.3.1 Struktur Produk


Struktur produk merupakan cara komponen-komponen bergabung ke dalam
suatu produk selama proses manufacturing. Dalam struktur produk, komponenkomponen utama bergabung menjadi satu dengan komponen tambahan sehingga

19

terdapat hubungan antar komponen-komponen tersebut dalam suatu perakitan yang


disusun berdasarkan level atau tingkatan (Achmad Fazri, 2012).

Gambar 2.4 Contoh Struktur Produk Dengan Cara Pemetaan Explosion


(Sumber : Render (2005) )

2.3.2 Bill of Material(BOM)


Bill of material (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu
bergabung kedalam suatu produk selama proses manufacturing (Gasperz, 2004).
Salah satu macam BOM adalah explosion yang merupakan BOM yang dimulai
berdasarkan urutan dari produk jadi sampai dengan level paling bawah dari
komponen pembentuknya. BOM jenis ini menunjukkan komponen pembentuk
suatu produk dari level teratas (Achmad Fazri, 2012).

Tabel 2.1 Bentuk Table BOM


No Level

Description

Code

Quantity

Note

(Sumber : Render (2005))


Biaya Manufakturing dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam
tiga kategori :
1. Biaya komponen
Biaya komponen adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau
membeli komponen yang akan digunakan untuk membuat suatu produk.

20

Komponen biasanya dibeli dari pemasok. Komponen yang dibuat berdasarkan


rancangan pembuat berasal dari material mentah, seperti plastik, lembaran baja,
batangan besi. Beberapa komponen dibuat di pabrik sendiri, sementara yang
lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.
2. Biaya Perakitan
Biaya perakitan adalah biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses
perakitan yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Biaya yang
dikeluarkan biasanya adalah biaya tenaga kerja perakit atau mesin yang
digunakan untuk merakit komponen.

2.3.3 Assembly Chart


Diagram Perakitan (Assembly Chart) yaitu sebuah grafik sebagai jalan untuk
menerangkan bagaimana komponen mengalir menjadi sub perakitan dan akhirnya
menjadi produk jadi (Irawan, 2007). Assembly Chart (APC) merupakan peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen
berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Peta proses
perakitan menyajikan gambaran perakitan antara komponen-komponen tanpa
menggambarkan bagaimana komponen-komponen tersebut terbentuk sebelum
dirakit (Achmad Fazri, 2012).

2.4

Break Even Point


Selain model profit ditampilkan di sini, pengambil keputusan sering tertarik
pada break even point (BEP). BEP adalah suatu cara atau suatu teknik yang
digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada
volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang
bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba (Barry
Render, 2010).

Anda mungkin juga menyukai