Anda di halaman 1dari 17

Hipotesis

Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari 2


penggalan kata, yaitu hypo yang artinya di
bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi
hipotesis yang kemudian cara menulisnya
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus
diuji. Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan
apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis
berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti,
memberi arah kerja, dan mempermudah dalam
penyusunan laporan penelitian.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.


Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di
antaranya:
Pertama

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:

1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk


hubungan antara variabel penyebab dan
variabel akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa
akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh
penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak
ada penyebab lain yang bisa menimbulkan
akibat tersebut.

Syarat-syarat Hipotesis
Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya
persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat
tetapi jelas.
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan
adanya hubungan antara dua atau lebih
variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori
yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil
penelitian yang relevan.

Jenis-jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan
hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis ini
menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan kata
lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol
atau nihil. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai


Hipotesis yang baik :
a. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa
variable

b. Hipotesis harus Dapat Diuji


c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu
pengetahuan
d. Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana.

Menguji hipotesis
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data
empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan
dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi
empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah
kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus
menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau
menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti
cenderung untuk menerima atau membenarkan
hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau
perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif
yang diolah menurut ketentuan statistik dapat
ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang
peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan
harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk
mencari kebenaran.

Cara merumuskan
Hipotesis
Hipotesis

Hipotesis

Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian.
2. Mengarahkan dan menyiapkan pola pikir peneliti kepada kondisi
fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja
dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting
dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan
fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang
ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari peneliti.
3. Kerangka analisis yang digunakan peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih peneliti.

Macam-Macam Pengujian Hipotesis


Dalam Sugiyono (2008:228-232) terdapat tiga macam bentuk pengujian
hipotesis. Adapun jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada
bunyi kalimat hipotesis. Berikut 3 macam bentuk pengujian hipotesis
tersebut:
a. Uji Dua Pihak (Two Tail Test)
Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi sama
dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi tidak sama dengan
(Ho = ; Ha ).
b. Uji Pihak Kiri
Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih
besar atau sama dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi lebih
kecil (Ho ; Ha <).
c. Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih
kecil atau sama dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi lebih
besar (Ho ; Ha >).

Pertanyaan Penelitian

Syarat Pertanyaan Penelitian


Pada hakikatnya pertanyaan penelitian
dirumuskan dengan melihat kesenjangan
yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive)
dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan
apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan
apa yang dicapai (what is achieved)

Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi


peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1) Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2) Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah,

3)
4)
5)
6)
7)

seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi,


partisipasi, dan evaluasi/tes,
Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan
penelitian terdahulu (state of the arts),
Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi
pengembangan ilmu pengetahuan,
Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat
terjadi,
Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera,
tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan
kemampuan peneliti.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu


melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu.
Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa
pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
1) Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,
2) Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta

atau gejala yang akan diteliti,


3) Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar
peristiwa tersebut,
4) Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang
berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
5) Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi
pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat
secara luas di masa yang akan datang.

Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian


seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107)
setidaknya membaginya menjadi tiga macam pertanyaan, yaitu:
1) Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau

gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan


kata tanya apa. Lazimnya diajukan untuk
pertanyaan penelitian kualitatif.
2) Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau
fenomena secara mendalam), dengan menggunakan
kata tanya bagaimana. Lazimnya diajukan untuk
pertanyaan penelitian kualitatif.
Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang
terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan
mengajukan pertanyaan apa ada hubungan
atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y).
Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.

Contoh untuk masing-masing pertanyaan


penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang

dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan


sekolah yang dipimpinnya?
2. Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model
kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut
dalam upaya memajukan sekolah?
3. Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana
pengaruh model kepemimpinan otoriter
terhadap kepatuhan staf?

Anda mungkin juga menyukai