1 PENGERTIAN
Autism disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi,
mengalami kesulitan menggunakan bahasa , berperilaku berulang-ulang,serta bereaksi tidak
biasa terhadap rangsangan sekitarnya. (dr.leo keanner,1938)
Autism bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana
terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap
sekitar, sehingga autism seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autism tidak termasuk golongan penyakit jadi tetatepi suatu kumpulan gejala kelainan
perilaku dan kemajuian perkembangan. Dengan kata lain,pada anak autism terjadi kelainan
emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
Autism terjadi sejak usia muda,biasanya sekitar 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja.
2 PENYEBAB
Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan mungkin adanya kelainan
dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya ringan penyakit.(faisal,2003)
Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
a. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat didalam
otak anak autis. Selain itu,ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga
emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter menentukan obat yang lebih
tepat. Obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis psikotropika,yang bekerja pada susunan
saraf pusat.
b. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis. Tahun 1997,seorang
pasien autis,Parker Beck,mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk. Ternyata,ia
kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan sekretin,Beck sembuh dan mengalami
kemajuan luar biasa. Kasus ini memicu penelitian-penelitian yang mengaruh pada gangguan
c.
metabolisme pencernaan.
Peradangan dinding usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah anak autis yang
memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian besar anak. Dr.
Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal inggris,menduga peradangan tersebut disebabkan
virus,mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak imunisasi
MMR (measles,mumps,rubella) karena diduga menjadi biang keladi autis pada anak.
d. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika
terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak muncul,meski anak membawa gen
autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.
e. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan
logam berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga,kemampuan sekresi logam berat dari
tubuh terganggu secara genetik.
3 TANDA DAN GEJALA
Kelompok kelainan perilaku yang hampir selalu ditemukan pada autisme,antara lain :
a. Mengalami kesulitan untuk menjalin pergaulan yang rapat
b. Sangat kurang menggunakan bahasa
c. Sangat lemah kemampuan berkomunikasi
d. Kelainan lain :
Sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Anaka akan bereaksi secara emosional kadang
a.
b.
c.
d.
4 KLASIFIKASI
Autisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena kelainan sudah
timbul sebelum lahir.
b. Autisme reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-ulang dan kadangkadang disertai kejang-kejang
c. Autisme yang timbul kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman
baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
a. Menyendiri
- Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
- bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya
-
bertambah lanjut.
menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat sesuatu,melakukannya berulang-
ulang
- Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
b. Kelompok anak autisme yang pasif
- Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan kelompok.
Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat biasa
berbicarannya.
- Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang tepat
- Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
- Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
c. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan cepat bisa
-
dimengerti
Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.
5 PENATALAKSANAAN
Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme,antara lain (faisal,2003)
a. Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang wajar
b. Pengasuh dan orangtua harus diajari cara menghadapi anak autisme untuk mengurangi perlakuan
yang tidak wajar.
c. Pengobatan yang dilakuakan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan sejalan
d.
sekitarnya
e. Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan,tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini,terpadu,
dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi,bahkan dihilangkan sehingga anak bisa
bergaul secara normal,tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat ,berkarya, bahkan membina
keluarga. Berikut ini beberapa jenis terapi bagi anak autis :
a) Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi,memperbaiki
respon terhadap lingkungan,dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang. Dalam kasus
ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
b) Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.
Terapi ini dilakuak berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh,seperti gangguan
pencernaan,alergi,daya tahan tubuh rentan,dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi
tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
c) Terapi wicara
Umumnya,terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan
bicara dan kesulitan bahasa.
d) Terapi perilaku
Terapi inibertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya
dengam perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang
baik,antara
lain
gerak-geriknya
kasar
dan
kurang
luwes.
a.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Terapi
okupasi
akan
Keterbatasan Kongnitif.
e.
Pemeriksaan fisik
Terdapat Ekolalia.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif dapat mengkomunikasikan kebutuhannya
(keinginan akan makan, tidur, kenyamanan, dsb).
Intervensi :
a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yg terdiri atas 1 hingga 3
kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. Minta anak untuk melihat kepada anda ketika
anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya dengan cermat.
b. Gunakan irama, musik dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi sampai
anak dapat memahami bahasa.
c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan perasaannya
yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dalam pernyataan yang
singkat dan jelas.
e. Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi.
2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
Intervensi :
a. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di
rumah sakit
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering. Dekati anak dengan sikap
lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan lakukan dengan kalimat yang jelas dan
sederhana. Apabila dibutuhkan, demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
c. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan
d.
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja, Bony. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor
http://luci-fransisca.blogspot.com/2011/06/askep-pada-anak-autis.
htmlhttp://www.scribd.com/doc/39800209/Askep-Autisme-pada-anak
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper maupun
para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GANGGUAN AUTISME. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada
seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya
penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan
mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada
reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial
(pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner,
seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun
1943 berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan
berhubungan
dengan
orang
lain,
mengisolasi
diri,
perilaku
yang
tidak
biasa
Autis dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat kaya miskin, di desa dikota,
berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Sekalipun
demikian anak-anak di negara maju pada umumnya memiliki kesempatan terdiagnosis lebih
awal sehingga memungkinkan tatalaksana yang lebih dini dengan hasil yang lebih baik.
Jumlah anak yang terkena autis makin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan
ini mencapai 40% sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9
kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir
dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut
di atas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius
dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat
disebutkan autis terjadi pada 60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang
mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka
kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autis.
Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang
terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta,
hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan
jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang.
Berdasarkan hal diatas, maka kami sebagai penulis tertarik untuk lebih memahami
konsep anak dengan autisme, dimana konsep ini saling terkait satu sama lain. Semoga Askep
ini dapat membantu para orang tua, masyarakat umum dan khusnya kami (mahasiswa
keperawatan) dalam memahami anak dengan autisme, sehingga kami harapkan kedua anak
dengan kondisi ini dapat diperlakukan dengan baik.
B. Tujuan
a.
Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan autism.
b. Tujuan Khusus
a)
Mahasiswa memahami pengertian Autisme.
b)
Mahasiswa memahami etiologi dan manifestasi klinik autisme
c)
Mahasiswa memahami cara mengetahui autis pada anak.
d) Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak
dengan autisme
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Defenisi
Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia
dua setengah
adalah
gangguan
perkembangan
yang
umumnya
menimpa
anak-
anak.Gangguan ini membuat anak tidak mampu berinteraksi sosial dan seolah-olah hidup
dalam dunianya sendiri. (Aizid, Rizem. 2011)
Autisme merupakan
yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang koqnitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan interaksi social.
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari autisme belum diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan
karena pola asuh yang salah.
Menurut penelitian para ahli menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab
neurobiologist yang sangat
interaksi factor genetic dan lingkungan seperti pengaruh negative selama masa perkembangan
otak.
Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negative selama masa perkembangan
otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan
logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan,
gangguan imunologis,gangguan absorpsi-protein tertentu akibat kelainan di usus.
3. Klasifikasi
Jenis persepsi
Autisme persepsi meupakan autism yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya
rangsangan dari luar, baik kecil maupun kuat dapat menimbulkan kecemasan.
Jenis reaksi
Autisme reaktif yaitu dengan gejala penderita membuat gerakan-gerakan tertentu
berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada usia 6-7 tahun, memiliki sifat
4. Pathway
b.
Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain,yang sering disebut
makan
atau
duduk
di
pangkuan
Seolah tidak mengerti cara bermain, bermainnya sangat monoton, dan melakukan gerakan
juga aneh.
Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil-mobilan secara terus-menerus untuk
d.
a. Tidak ada atau kurangnya rasa empati (misalnya, ketika melihat anak menangis, si anak tidak
merasa kasihan ia bahkan merasa terganggu, sehingga anak sedang menangis akan didatangi
dan dipukulinya).
b. Tertawa-tawa sendiri serta menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata
c. Sering mengamuk tidak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan,
bahkan dapat menjadi agresif dan destruktif.
5.Gangguan dalam persepsi sensori, meliputi:
a. Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
b. Bila mendengar suara keras,langsung menutup mata.
c. Tidak menyukai rabaan atau pelukan; bila digendong, cenderung merosot untuk melepaskan
diri dari pelukan.
d. Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu. (Aizid, Rizem. 2011)
Kesiapan belajar
Kontak mata jika disuruh dan mengikuti perintah sederhana, seperti tutup pintu dan duduk.
Keterampilan motorik kasar
Bermain bola dan mengayuh sepeda roda tiga.
Keterampilan motorik halus
Menyalin garis, mewarnai, dan menggunakan gunting.
Imitasi non verbal
Tepuk tangan, menunjuk bagian tubuh, dan mengikuti gerakan atau mimik mulut.
Imitasi verbal
Mengeluarkan suara secara spontan, meniru suku-suku kata, dan meniru penekanan atau tinggi
rendah dalam suatu kalimat
Pembicaraan sederhana yang berguna
Menjawab pertanyaan-pertanyaan paling tidak satu kata, meminta sesuatu dengan satu kata
atau lebih.
7. Penatalaksanaan
Autisme merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable) namun bisa
diterapi (treatable), maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun ada
gejala-gejala yang dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya dapat
berbaur dengan anak-anak lain secara normal.
Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :
a. Terapi Medikamentosa
Terapi ini dilakukan dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki
komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan,menghilangkan perilaku aneh serta
diulang-ulang.Obat-obat yang ada di Indonesia adalah dari jenis anti-depresan selektive
serotonin
reuptake
inhibitor
(SSRI)
dan
benzodiazepin,
seperti
fluoxetine
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian
suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti
gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.
c. Terapi wicara
Umumnya, terapi
keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif
verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak
autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan
anak.
d. Psikoterapi
Terapi khusus bagi anak autisme yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran
aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang
memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi
anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.
e. Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autisme
kurang baik, antara lain gerak-geriknya
kasar
diobati.Carilah dokter yang dapat memahami penyakit anak dan jangan fanatik pada satu dokter
karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Hal yang juga sangat membantu
orang tua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orang tua anak autis. Usahakan
bergabung dalam parents support group.Selain untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi
pengalaman, informasi, dan pengetahuan.Orang tua juga harus bertindak sebagai manager
saat terapi dilakukan, misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancara
terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersam tim, juga mampu memutuskan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, terapisan, dan pengobatan anak.
h. Spesifikasi diet bagi anak autis
1.
Bahan makanan yang mengandung luten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung
terigu, atau maizena, oat, barley, dan lainlain. Produk olahan yang mengandung gluten antara
lain kecap, roti, cookies atau biskuit, mie, sereal, donat, pie.
2. Bahan makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan. Produk
olahan yang mengandung kasein antara lain keju, es krim, yougurt, biskuit, margarin.
3. Bahan makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG. Selain itu,sebagian besar anak
autisme juga sensitif terhadap bumbu makanan tertentu seperti ketumbar, merica, jahe,
cengkeh.
4. Bahan pemanis dan pewarna buatan seperti permen, saos tomat, minuman kemasan.
5. Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, makanan olahan atau makanan
yang dijual di supermarket.
6. Makanan siap saji
7. Minuman berkarbonasi atau sooftdrink
8. Buah-buahan tertentu seperti anggur, pir, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat, almond, cherry,
strawberry, melon, mangga yang terlalu manis, ketimun.
9.
Jenis air tertentu, seperti air ledeng, air sumur. Oleh karena itu tetap dianjurkan bagi anak
autisme untuk mengkonsumsi air mineral
10. Kurma, jagung, santan, minyyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapi
11. Gelatin, mayones, mustard, cuka
12. Ebi, kornet, dendeng, ham, telur asin, ikan asin, daging kambing. Oleh karena itu, ikan dan
daging ayam masih menjadi prioritas makanan bagi anak autisme.
13. Kentang goreng, rempeyek
14. Semua jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yang direkomendasikan dokter atau terapis
15. Madu dengan campuran gula
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kaji riwayat kehamilan ibu,nutrisi saat hamil dan terjadi ganguan pada saat hamil atau tidak.
Kaji riwayat partum dan post partum
Uji perkembangan
Psikososial
3. Intervensi Keperawatan
a. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasi
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana,konkret; bayi dengan efektif dapat mengomunikasikan kebutuhannya
(keinginan akan makan, kenyamanan, dan sebagainya).
INTERVENSI
Ketika
RASIONAL
berkomunikasi
terdiri
kata,dan
atas
ulangi
satu
hingga
perintah
sesuai
yg
diperlukan.
autistic
mungkin
tidak
mampu
Gunakan
irama,music,dan
sampai
anak
dapat batasannya
memahami bahasa.
sehingga
mendorongnya
Bantu anak mengenali hubungan antara Memahami konsep penyebab dan efek
sebab akibat dengan cara menyebutkan
perasaannya
yang
khusus
membantu
anak
membangun
mereka.
mengekspresikan
kebutuhan
serta
perasaannya.
Ketika
berkomunikasi
anak,bedakan
kenyataan
dengan membedakan
antara
realitas
dan
Sentuh
dan
gendong
bayi,
b. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang,serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
INTERVENSI
Sediakan
RASIONAL
lingkungan
kondusif
terhadap
perubahan
yang
singkat
sikap
lembut
dan
anak
sering
mudah
tua,dapat
membantu
anak
menerima intervensi.
Gunakan restrain fisik selama prosedur Restrain fisik dapat mencegah anak
ketika
membutuhkannya,
untuk dari
tindakan
mencederai
diri
perilaku
yang
tidak
terlalu
membahayakan.
Gunakan teknik modifikasi perilaku yang
anak
dan
mencegah
episode
kekerasan.
Ketika
anak
tanyakan
berperilaku
apakah
ia
perasaan
stress
ke kamar mandi
sesuatu
RASIONAL
orang
mengekspresikan
tua
perasaan
untuk Membiarkan
dan mengekspresikan
kekhawatiran mereka.
orang
tua
perasaan
dan
anak
membantu
mereka
Kelompok
jika diperlukan.
orang
tua
menderita
pendukung
dari
autis
anak
untuk
lain
yang
berbagi
DAFTAR PUSTAKA
Speer,Kathleen morgan.rencana asuhan keperawatan pediatric.2007.EGC:Jakarta
AUTISME
AUTISME
A. PENGERTIAN
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin,
R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30
bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin,
R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock
dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan
perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta
penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
B.EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C.ETIOLOGI
Penyebab Autisme diantaranya
a.Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
b.Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau
alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas,
serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
c.Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya
mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan
orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan
nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata
terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa
juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
E.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu
dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi
potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan
berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus
namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b.Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c.Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
d.Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
e.Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f.Kontak mata minimal atau tidak ada.
g.Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas
terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya
respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
h.Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
i.Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal,
bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk
berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j.Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
k.Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.