Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SD
GERAKAN SPARATISME REPUBLIK MALUKU SELATAN (RMS)

Disusun Oleh :
Heri Mulyanto
S031508007

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pada masa awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia sekitar tahun
1950,Indenesia masih terikat dengan isi perjanjijian Konfrensi Meja Bundar
(KMB). Dimana bentuk Negara kita pada waktu itu adalah Republik Indonesia
Serikat (RIS) yang merupakan

bentuk belum relanya Belanda menerima

kenyataan bahwa Hindia Belanda sudah merdeka menjadi Republik Indonesia.


Pada masa transisi itu kondisi Negara masih stabil karena mobilisasi
perekonomian masih belum berjalan kemudian masih banyak rakyat di daerah
yang hidup menderita pasca perjuangan kemerdekaan. Pasca penandatanganan
KMB secara yuridis pendudukan Belanda di Indonesia sudah berakhir tetapi
banyak

orang-orang

Belanda

maupun

keturunan

Belanda

yang

masih

menginginkan Indonesia dalam bingkai Hindia Belanda. Selain itu didaerahdaerah merasa punya hak untuk menjadi daerah yang merdeka karena euphoria
kebebasan dari penjajahan selama 350 tahun. Konflik-konflik didaerah yang
menuntut kemerdekaan dari pemerintahan dipusat banyak terjadi pada waktu itu,
selain karena euphoria keberhasilan perjungan melawan penjajah hal itu juga
dikarenakan belum kuatnya rasa persatuan dan kesatuan. Masing-masing daerah
merasa punya hak untuk meredeka karena tokoh-tokoh dan rakyat setempat
selama ini sudah berjuang untuk melawan penjajah dan berhasil.
Pasca revolusi fisik kondisi Indonesia masih belum stabil, koordinasi
pemerintah pusat dan daerah belum lancar. Pemerataan kekuasaan antara pusat
dan daerah belum terlaksana, pemusatan kekuasaan di tangan Sukarno-Hatta di
Jawa masih belum banyak diterima didaerah khususnya di Maluku karena kondisi
komunikasi yang masih sangat terbatas. Disamping itu pada masa kolonial banyak
tokoh-tokoh dari Maluku yang dekat dan punya hubungan yang mesra dengan

Pejabat Belanda. Dari hal ini tokoh-tokoh Maluku merasa punya hak untuk
merdeka terlepas dari RIS, di Maluku sendiri pada waktu itu merupakan daerah
yang maju karena selama masa kolonial wilayah Maluku merupakan anak emas
pemerintah Belanda. Hal ini terbukti Hindia Belanda memiliki tentara KNIL yang
sebagian besar adalah orang-orang Maluku, persenjataan KNIL pada waktu itupun
juga lengkap dan mendapat bantuan langsung dari Belanda.
Dari penjelasan diatas maka dengan keadaan Maluku pada waktu itu sangat
memungkinkan untuk melakukan gerakan memisahkan diri dari bingkai Negara
Republik Indonesia. Rasa ketidakpuasan mulai muncul di Maluku pasca
perjanjian KMB, karena setelah kemerdekaan Indonesia akibat langsung
kemerdekaan Indonesia bagi rakyat Maluku masih belum bisa dirasakan. Padahal
selama masa kolonial rakyat Maluku merasakan kemakmuran dan memiliki
hubungan yang erat dengan tokoh-tokoh Belanda.
Munculnya Republik Maluku Selatan (RMS) adalah sebagai titik akumulasi
rasa kekecewaan dari orang Maluku terhadap pemerintahan Sukarno-Hatta di
Jawa. Kekecewaan yang diakibatkan belum meratanya pembagian kekuasaan dan
adanya konflik ideologis. Dimana pada waktu itu tokoh-tokoh Maluku merasa
lebih nyaman jika berada dalam Hindia Belanda atau Maluku memiliki
pemerintahan sendiri terbebas dari pemusatan pemerintahan RIS di Jawa. Hal ini
disinyalir dimanfaatkan oleh orang-orang yang pro Belanda untuk memerdekakan
Maluku dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kemudian setelah
daerah-daerah mulai terpecah belah maka akan semakin mudah bagi Belanda
untuk menancapkan kekuasaannya di Indonesia.
Persoalan sparatisme di Indonesia masih menjadi agenda besar pemerintah
RI sampai sekrang ini untuk dicarikan solusi penyelesain yang tepat ditengah
munculnya sparatisme didaerah-daerah. Untuk kasus RMS memang secara
sejarah telah berhasil dipadamkan dimasa lalu dengan pendekatan militer. Tetapi
dari berbagai kejadian di Maluku beberapa waktu yang lalu dimungkinkan masih
ada rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Memang sekarang ini gerakan

RMS tidak seheboh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ataupun Organisasi Papua
Merdeka (OPM), posisi dan status RMS tidak begitu mengkuatirkan. Namun
gerakan-gerakan RMS saat ini tidak mengedepankan konfrontasi langsung dan
melakukan

pemberontakan,

namun

gerakan

RMS

sekarang

ini

lebih

mengedepankan pada gerakan diplomasi dan demonstrasi untuk menarik simpati


dunia internasional mengenai perjuangan RMS khususnya di luar negeri. Tokohtokoh RMS diluar negeri khususnya di Belanda seperti Jhon Wattilete dan Wim
Sopacua masih terus berjuang meraih simpati dunia internasional di luar negeri.
Tokoh-tokoh RMS di luar negeri khususnya Belanda hampir seluruhnya adalah
warga Negara Belanda. Sejak taun 1950-an tokoh-tokoh dan pejuang RMS di
Maluku banyak yang melarikan diri ke Belanda mambangun RMS dalam
pengasingan, kemudian dilanjutkan sampai keturunan mereka yang sekarang ini.
Melihat kasus RMS yang secara sejarah telah ditumpas tahun 1950an secara
militer, meskipun demikian ternyata eksistensi RMS masih ada sampai sekarang
ini. Hal ini bisa dibuktikan dengan peringatan kelaihiran RMS setiap tahun yakni
tanggal 25 April oleh FKM (Front Kedaulatan Maluku). Berbagai upayapun
dilakuan RMS untuk menunjukkan eksistensinya seperti pada masa kerusuhan
Ambon 1999 2004, RMS kembali memakai kesempatan untuk menggalang
dukungan dengan bertindak mengatasnamakan rakyat. Beberapa aktivis RMS di
Maluku memang sudah ditangakap, tetapi keberadaan tokoh-tokoh RMS di
Belanda tidak bisa ditangkap karena merupakan orang-orang warga Negara
Belanda keturunan Maluku.
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik (NKRI) dan
berideologi Pancasila, yang salah satu silanya berbunyi Persatuan Indonesia.
Namun pada masa 1950 1959 sudah muncul gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan
sampai sekarangpun gerakan semacam itu masih ada. Gerakan Separatisme
adalah gerakan untuk memisahkan wilayah dan menciptakan suatu daerah
kedaulatan baru.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab terjadinya gerakan separatisme Republik Maluku Selatan
(RMS) ?
2. Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi gerakan separatisme
Republik Maluku Selatan (RMS) ?

KAJIAN PUSTAKA

Dalam buku Encyclopedia of Politics: The Left and the Right (Rodney P.
Carlise: 2005) separatisme mengacu pada a political movement that obtains
sovereignty and so splits a territory or group of people from another . Hal ini sama
dengan yang dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa Sparatisme
adalah suatu paham mengambil keuntungan dari pemecah-belahan dalam suatu
golongan (bangsa)
Sparatisme artinya mengasingkan diri, kelompok yang mengasingkan dirinya
dari suatu wilayah dari satu sama yang lain (Jhon M Echlos : 2005). Menurut Dewi
Fortuna Anwar, bahwa gerakan separatisme di Maluku 1950 berkaitan erat dengan
pembentukan negara. RMS lahir ketika kondisi politik pasca KMB yang
menghasilkan RIS belum stabil. Pada waktu Indonesia berada dalam bentuk federasi
atau serikat yang rentan terhadap perpecahan, negara bagian bergaris etnis yang
didukung oleh Belanda cenderung menimbulkan kecurigaan pemerintah pusat di
Jawa. Ada kecenderungan rasa kuatir di pusat bahwa dari beberapa negara bagian
akan memerdekan derahnya masing-masing sehingga persatuan bangsa tidak akan
terwujud.
Separatisme juga bisa diartikan suatu kelompok nasionalis yang mencoba
untuk melepaskan diri dari suatu negara untuk membentuk negara baru. Kebanggaan
kelompok

separatisme

adalah

etnis,

dan

bisa

juga

perang

saudara

(politik.kompasiana.com). Pengertian Separatisme menurut (Phillm. Sulu. 2014)


adalah Paham atau gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri)
Dari tinjaun pustaka diatas dapat ditarik pengertian bahwa spratisme di
Indoneisa adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan/kemerdekaan dan
memisahkan diri dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Istilah
pemberontak/ makar sering kita sebut untuk orang-orang demikian tetapi hal ini tidak

diterima oleh kelompk sparatis itu sendiri karena meraka menganggapnya kasar.
Disamping itu mereka merasa punya hak untuk berdaulat untuk menentukan nasib
atas daerah/kelompok mereka sendiri terlepas dari sistem Pemerintahan Republik
Indonesia.

PEMBAHASAN

Pemusatan kekuasaan dimasa lalu dan demikian luasnya wilayah Negara


Indonesia merupakan lahan yang subur untuk berkembangnya spratisme. Disamping
itu kondisi warga Indonesia yang heterogen secara suku, agama, ras dan bahasa
semakin dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mengadakan gerakan
pemisahan diri dari bingkai NKRI. Gerkan spratisme yang ingin membentuk Negara
dalam Negara Indonesia hakekatnya memanfaatkan kelemahan-kelemahan tersebut
diatas. Pemberantasan gerakan sparatisme dengan menggunakan pendekatan militer
tidak sepenuhnya membuahkan hasil tetapi malah menimbulkan masalah yang baru
yaitu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu cara yang efektif untuk
melemahkan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan meningkatkan kesejahteraan
rakyat di daerah secara adil dan berorientasi pada pembangunan kebangsaan dan
nasionalisme Indoneisia sehingga gerakan-gerakan sparatisme tidak akan mendapat
dukungan maupun simpati dari masyarakat.
Dari liputan pers Indonesia mengenai gerakan sparatis Indonesia (Rebekah
Sturbuck:2001), dalam Tempo dengan judul Empat Kelompok Separatisme
menuliskan bahwa ada dua variabel utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan
dari gerakan separatisme. Kedua variabel tersebut adalah kekuasaan dalam negeri
maupun luar negeri/ dukungan internasional. Kasus separatisme dapat dikelompokkan
menjadi ke dalam empat jenis yaitu :
1.

Gerakan separatis yang tidak mendapat dukungan dari pemerintah pusat maupun
dari pihak internasional.

2.

Gerakan separatis yang diberikan pilihan oleh pemerintah pusat untuk bisa
melepaskan daerahnya, tetapi pilihan tersebut mendapatkan penolakan dari
lingkungan internasional.

3.

Gerakan separatis yang mendapat penolakan dari pemerintah, tetapi mendapatkan


dukungan dari lingkungan internasional.

4.

Gerakan separatis yang muncul karena ketidakmampuan pemerintah dalam


mencegah gerakan tersebut dan adanya dukungan dari kalangan internasional
terhadap gerakan separatisme tersebut ataupun kalangan internasional tetap netral.
Dari keempat kelompok diatas yang disebutkan, kelompok yang keempat

merupakan bentuk yang sesuai untuk menjelaskan kasus separatisme RMS. Separatis
RMS merupakan gerakan separatisme yang disebabkan karena ketidakmampuan
pemerintah pusat untuk mencegah gerakan sparatisme RMS dan kalangan
Internasional bersikap netral.
A.

Sejarah Terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS)


1950an
Menurut catatan sejarah Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang
memproklamasikan kemerdekaan pada 25 April 1950 dengan maksud untuk
melepaskan diri dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS sendiri adalah buah
dari perjanjian KMB antara Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda.
Namun RMS oleh pemerintahan Sukarno-Hatta dianggap sebagai tindakan
sparatis pemberontakan terhadap kedaulatan pemerintah pusat. Pemerintahan
Sukarno-Hatta mencoba mendekati tokoh-tokoh RMS dengan misi damai untuk
tetap menjaga Maluku dalam bingkai NKRI tetapi tampaknya misi tersebut gagal.
Maka dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.A Kawilarang, pada 14
Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS.
Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon,
juga menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan
kapal-kapal pemerintah. Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas
pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri
ke Belanda. Gerakan RMS mendapat dukungan dari orang-orang Maluku pro

Belanda disamping itu RMS sendiri memiliki kekuatan bersenjata yang mumpuni
dari KNIL (tentara eks Hindia Belanda) yang pada waktu itu sebagian besar
terdiri dari orang-orang Maluku. Tokoh utama gerakan RMS adalah Dr.
Soumokil, dia adalah bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur yang kemudian
memproklamasikan kemerdekaan RMS.
Pada masa penumpasan RMS dengan pendekatan militer banyak pemimpin
RMS dan orang-orang Maluku pro Belanda yang melarikan diri dan
mengasingkan diri ke Belanda. Menurut catatan sejarah pada 1950an ada sekitar
4.000 orang Maluku Selatan dan eks KNIL beserta keluarganya yang
mengasingkan diri ke Belanda yang saat itu diyakini mengasingkan diri untuk
sementara saja. Sejak saat itu orang-orang RMS di Belanda mendirikan
pemerintahan dalam pengasingan sampai sekarang ini.
B.

RMS Pada Masa Sekarang


Setelah lebih dari 50 tahun tidak terdengar gaungnya lagi, Pemerintah RI pada
masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dibuat terkejut dengan eksistensi
RMS pada masa kini. Pada tanggal 29 April 2007 Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono berkunjung ke Maluku dan di Maluku diadakan pesta penyambutan
kenegaraan, pada acara itu juga dihadiri beberapa perwakilan dari negara asing.
Ditengah-tengah upacara penyambutan tersebut ternyata ada aktivis-aktivis RMS
yang menyusup kemudian secara tiba-tiba pada waktu upacara penyambutan
mereka mendadak mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar
dan menangkap aktivis-aktivis tersebut, dari hasil penyelidikan diperolah
informasi bahwa RMS masih eksis sampai sekarang dan mempunyai Presiden
Transisi bernama Simon Saiya. Ini adalah tanda bahwa RMS yang masih eksis di
bumi Maluku baru-baru ini.
Keberadaan RMS di luar negeri dapat diketahui pada tanggal 24 April 2008
Jhon Watilette yang merupakan menteri RMS di pengasingan Belanda yang
menyampaikan pendapat di surat kabar setempat. Dia berpendapat bahwa

mendirikan republik di Maluku merupakan sebuah mimpi di siang hari, hal ini
disampaikan menjelang hari peringatan berdirinya RMS yang diperingati setiap
25 April. Tujuan politik RMS untuk merdeka dari NKRI memang dirasa sudah
berlalu seiring berjalanya waktu dari 1950an sampai sekarang. Ditambah dengan
kurangnya donator untuk gerakan perjuangan RMS, kini hubungan RMS di luar
negeri dengan di Maluku hanya terbatas pada hal social ekonomi saja. Tetapi hal
ini tidak boleh diremehkan, karena tidak menutup kemungkinan Maluku akan
seperti Acah dan Papua yang sering dilanda kekerasan sparatisme. Pada waktu
1950an tokoh-tokoh RMS yang mengasingkan diri di Belanda terus melanjutkan
idiologi tentang keberadaan RMS sampai ke anak keturunan mereka hingga
sekarang di Belanda.
Dari hasil kesepakatan KMB 1949 di masa lalu bahwa Indonesia adalah
menganut sistem serikat, hal ini dimanfaatkan pimpinan RMS untuk memperolah
dukungan Internasional dengan memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 25 April 1950. Dalam konteks internasional sekarang gerakan RMS sudah
mulai mencari dukungan masyarakat internasional melalui jaringan internet. Tema
yang diusung untuk meraih simpatik internasional adalah masalah pelanggaran
HAM di Maluku. RMS merasa menjadi kelompok yang selalu tertindas dalam
menentukan nasib sendiri di bumi Maluku. Kelompok RMS sekarang diibaratkan
sebagai kelompok yang posisi dan kedudukanya tidak lagi mendapat dukungan
dari dunia internasional, hal ini terbukti dari pengakuan pemerintah Belanda pada
masa kini. Namun secara idiologi sparatisme RMS masih terus hidup dan
berkembang khususnya di negeri Belanda.
Dari data yang ada terdapat beberapa dokumen yang menyatakan bahwa
gerakan RMS masih aktif baik didalam negeri maupun luar negeri. Hal ini
disampaikan oleh Ketua Eksekutif Misi Rakyat Maluku, D Sahalessy dalam
suratnya kepada BJ. Habibie dan jenderal Wiranto sekitar 1998 : Bahwa
perjuangan kemerdekaan Maluku lewat proklamasi Republik Maluku Selatan itu
tidak akan merugikan hak hidup bangsa manapun juga, termasuk pemerintah

10

Belanda dan RI kutipan surat pernyataan ini meruapak materi surat resmi yang
dikirm dari kantor Pemerintahan pengasingan RMS di Belanda. Tembusan surat
tersebut dikirmkan pula ke kantor Komnas HAM di Jakarta, Kemntrian Luar
Negeri Belnda di Den Haag dan sejumlah instansi internasional. RMS di Belanda
ikut bergabung dalam UNPO (Unnational People Organization), guna
memperluas jaringanya di dunia internasional. Paling tidak ada homepage yang
diketahhui sebagai alat propaganda gerakan sparatisme RMS di dunia maya yaitu
Djangan Lupa Maluku (DJM) yang berisi naskah proklamasi RMS 25 April 1950.
Dengan penjelasan diatas status gerakan sparatisme RMS tidak bisa
digolongkan sebagai pemberontak bersenjata. Status RMS tidak bisa disamakan
dengan gerakan sparatisme GAM dan OPM yang memberontak dengan
mengangkat senjata. Keberadaan RMS bisa dikatakan antara ada dan tiada, dalam
realitanya gerakan sparatisme RMS kalah gaungnya jika dibandingkan GAM dan
OPM. Tetapi keberadaan RMS tidak bisa diabaikan begitu saja oleh pemerintah.
C.

Keberadaan RMS di Belanda


Pada masa 1950an aktivitas RMS dipadamkan dengan pendekatan militer oleh
pemerintahan Sukarno Hatta. Karena adanya penangkapan pendukung RMS
oleh TNI maka para pimpinan RMS dan pendukungnya berinisiatif untuk
mengasingkan diri ke Belanda. Kepindahan tersebut mendapatkan fasilitas dari
Belanda yang pada waktu itu mendukung perjuangan RMS, ada ribuan orang
Maluku yang memilih pindah ke negeri Belanda. Pemerintahan RMS di Belanda
tetap menjalankan semua kebijakan pemerintahan dengan para birokrat di
Maluku, hal ini membuat Presiden Sukarno menagkapi seluruh pendukung dan
aktivis RMS di Maluku. Dengan demikian pemerintahan RMS di Belanda tidak
bisa menjalin hubungan lagi dengan Maluku.
Kini kelompok RMS di negeri Belanda mengajukan tuntutan kepada
pemerintah Indonesia melalui pengadilan Den Haag, Belanda tentang pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap aktivis-aktivis

11

RMS serta menyerukan kepada pengadilan untuk menangkap Presiden SBY jika
berkunjung ke Belanda, karena secara langsung dianggap bertanggung jawab
terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di Maluku. Oleh pengadilan Den Haag
tuntutan RMS tersebut ditolak dan pengadilan berkesimpulan tidak ada
penangkapan SBY jika berkunjung ke Belanda. Akibat dari tuntutan tersebut
Presiden SBY secara mendadak memutuskan kunjungan resminya ke Belanda
atas undangan Ratu Belanda dan Perdana Menteri Belanda.
Hingga sekarang tokoh-tokoh RMS di Belanda tertap terus memperjuangkan
kepentingan RMS yang perlu mendapat perhatian dari pemerintaj Indonesia
adalah dengan terus mengadakan perundingan dengan pemerintah Belanda untuk
tidak member kesempatan/ peluang kepada kelompok sparatis RMS dalam
memperjuangkan tuntutanya.
D.

Usaha Pemerintah Indonesia


Pemerintah Indonesia harus berhati-hati dalam menyelesaikan maslah
sparatis, karena penyelesaian masalah sparatisme tidak bisa tuntas diselesaikan
dengan pendekatan militer. Karena penyelesaian dengan pendekatan militer akan
menimbulkan masalah baru yaitu kasus pelanggaran HAM. Pemerintah bisa
belajar dari penyelesain kasus spratisme di Aceh yaitu dengan memberikan ruang
kepada pengembangan Aceh oleh orang daerah Aceh sendiri. Selain itu harus ada
penyelesain berdimensi lain yang memperbaiki kehidupan local. Pengibaran
bendera RMS di depan mata SBY menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia
selama ini belum berhasil dalam menyelesaikan kasus RMS. Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan pemerintah dalam meredam akasi sparatisme RMS yatitu
antara lain :
1. Adanya kesadaran dari pihak pemerintah dan penguasa yang tak hanya sadar
bahwa sejatinya bangsa ini memang berbeda, di sini menekankan pengakuan
akan keberadaan yang satu dengan yang lainnya. Penyadaran keberagaman
adalah kunci yang sesuai untuk menghandle keberbedaan di Indonesia. Ketika

12

penyadaran ini sudah dilakukan maka terserah keberagaman itu mau


diarahkan ke mana. Konsep multikultur menekankan bahwa semua budayabudaya yang ada harus diakui sebagai budaya bangsa dengan hak dan
kewajiban yang sama.
2. Mestinya otonomi daerah mampu menjawab masalah-masalah daerah dengan
mengedepankan kearifan lokal dan sekaligus dapat memadamkan rasa
kedaerahan. Dalam hal ini, mestinya anggota Dewan Perwakilan Daerah tetap
hidup dan berada di daerah pemilihannya, sehingga juga menjadi perekat di
tingkat konstituennya.
3. Sikap pemerintah dan presiden dalam menghadapi berbagai masalah yang
menyangkut RMS bisa dilakukan dengan arif dan bijaksana. Seperti dalam
peringatan HUT RMS setiap tanggal 25 April. Dialog masih perlu dilakukan
demi kebaikan bersama, daripada penyelesaian dengan kekerasan. Karena
biasanya akan menimbulkan dampak yang tidak baik dikemudian hari.
4. Dialog dan diplomasi dengan Belanda. Pemerintah harus terus membuka
dialog dengan pemerintah Belanda, untuk tidak membuka peluang bagi
berkembangnya gerakan ini, khususnya di Belanda. Bagaimanapun gerakan
ini ada di Indonesia dan peluang berkembangnya karena kedekatan elit politik
di Maluku dengan Belanda.

13

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya gerakan RMS yaitu rasa
ketidakpuasan dengan pemerintah pusat kemudian adanya sentimen kedaerahan,
agama minoritas dan adanya campur tangan asing dalam hal ini Belanda dimasa
lalu. Kiprah dan aktivitas Republik Maluku Selatan (RMS) hampir tak pernah
terdengar lagi sekarang ini karena kalah gaungnya dibandingkan GAM dan OPM,
namun tidak di Belanda, sebagai markas RMS. Kelompok RMS secara idiologi
masih tetap hidup, meskipun secara gerakan tidaklah begitu besar gaungnya.
Pemerintah Belanda secara resmi tak mengakui keberadaan dan aktivitas RMS,
namun kegiatan-kegiatan mereka secara idiologi masih tetap berjalan.
Pemberitaan tentang gerakan dan aktivitas RMS di Indonesia muncul kembali
ketika sekelompok pemuda, mengibarkan bendera RMS di depan Presiden SBY
pada puncak acara Hari Keluarga Nasional (Harganas) XIV di Kota Ambon yang
dipusatkan di Lapangan Merdeka pada 29 Juni 2007 lalu. Beberapa pemuda saat
itu menampilkan tarian sambutan kenegaraan yang kemudian disusul dengan
pengibaran bendera RMS. Memandang hal yang demikian, status kelompok RMS
tidak serta-merta dapat dikategorikan sebagai pemberontak bersenjata.
Status RMS tidak bisa disamakan dengan kelompok separatis GAM maupun
OPM. Keberadaan RMS bisa dikatakan antara ada dan tiada. Tetapi
keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja oleh pemerintah. Dari data yang
ada, terdapat beberapa dokumen yang menyatakan bahwa gerakan RMS masih
aktif baik didalam negeri maupun diluar negeri.

14

B. SARAN
Pemerintah harus berhati-hati dalam menyelesaikan masalah mengenai
separatisme. Secara historis RMS telah berhasil ditumpas dengan mengerahkan
kekuatan moliter pada masa lalu, tetapi ternyata setalah sekian lama RMS masih
menunjukkan eksistensinya didalam maupun diluar negeri. Dengan demikian
upaya penyelesaian masalah sparatisme dengan cara menggunakan pendekatan
militer tidak sepenuhnya berhasil tetapi malah menimbulkan masalah baru
dikemudian hari yaitu masalah HAM. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan
oleh pemerintah untuk meredam aksi separatis RMS antara lain :
1. Adanya kesadaran dari pihak pengelola negara yang tak hanya sadar bahwa
sejatinya bangsa ini memang berbeda, tetapi di sini menekankan pengakuan
akan keberadaan yang satu dengan yang lainnya.
2. Memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya sehingga mampu menjawab
masalah-masalah daerah dengan mengedepankan kearifan lokal dan sekaligus
dapat memadamkan rasa kedaerahan.
3. Dialog masih perlu dilakukan demi kebaikan bersama, daripada penyelesaian
dengan kekerasan. Karena biasanya akan menimbulkan dampak yang tidak
baik dikemudian hari.
4. Dialog dan diplomasi dengan Belanda. Pemerintah harus terus membuka
dialog dengan pemerintah Belanda, untuk tidak membuka peluang bagi
berkembangnya gerakan ini, khususnya di Belanda. Bagaimanapun gerakan
ini ada di Indonesia dan peluang berkembangnya karena kedekatan elit politik
di Maluku dengan Belanda di masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

15

.
2011.
Penyebab
Perang
Maluku
Selatan.
http:
politik.kompasiana.com/2011/04/30/penyebab-perang diakses Oktober 2015

//

Dewi Fortuna Anwar dkk. 2004. Konflik Kekerasaan Internal : Tinjauan Sejarah,
Ekonomi-Politik dan Kebijakan di Asia Pasifik. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Jhon M Echlos. 2005. Kamus Besar Bahasa Inggris. Gramedia Pustaka
Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi Vol 13 No. 13 Januari 2007
Yayasan Masyarakat Sejarah Indonesiaayasan Obor Indonesia
Phillm. Sulu. 2014. Republik Maluku Selatan dalam Romantika, Kemelut dan Misteri.
Kompas Gramedia
Rodney P. Carlise. 2005. Encyclopedia of Politics: The Left and the Right, (London :
SAGE Publication. hal. 545. dari https://books.google.co.id/books?id diakses
Oktober 2015.
Rizal Kaimuddin, Suparwoto. 2013. Jurnal : Upaya Pemerintah Indonesia Dalam
Menyelesaikan Gerakan Separatis Republik Maluku Selatan (Rms) Tahun 19501964.
diakses
oktober
2015
dari
(http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/avatara/abstrak/4077/upaya-pemerintahindonesia-dalam-menyelesaikan-gerakan-separatis-republik-maluku-selatan-rmstahun-1950-1964)
Rebekah Sturbuck. 2010. Skripsi : Liputan Pers Indoenesia Tentang Gerakan
Separatisme. Universitas Muhammadiyah Malang. hal 31-32. diakses oktober
2015 dari http://www.acicis.edu.au/wp-content/uploads/2015/03/STARBUKRebekah.pdf
Soegito, AT. 2011. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Semarang: UPT
UNNES Press
Sem Touwe, H. A. Sobana Hardjasaputra, Hj. Nina H. Lubis, Susanto Zuhdi. 2013.
Jurnal Penelitian: Reaksi Kaum Nasionalis Maluku Dalam Menghadapi Rencana
Van Mook Membentuk Negara Federal,
Wasisto Raharjo Jati. 2013. Jurnal : Kearifan Lokal sebagai Resolusi Konflik
Keagamaan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Wikipedia. 2015. Republik Maluku Selatan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan, diakses oktober 2015

16

17

Anda mungkin juga menyukai