Disusun Oleh:
Dimas Prianggoro
Emille
Kholid Arief
Muhammad Rifky
Rafif Zuhdi Widyanto
Sahril Sidiq Abdulloh
Widodo Agung Nugroho
Kelas
XI IPA 2
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis berjudul Perhitungan Umur Fosil dengan Radioaktivitas di Jawa
Barat dan Sekitarnya yang disusun oleh :
1. Dimas Prianggoro
2. Emille
3. Kholid Arief
4. Muhammad Rifky
5. Rafif Zuhdi Widyanto
6. Sahril Sidiq, dan
7. Widodo Agung
Dengan pembimbing utama ibu Nur Pamungkas, S.Si telah dibaca dan di
verifikasi oleh pihak sekolah.
Diberikan di : Bekasi
Tanggal :
Guru Pembimbing 1
Guru Pembimbing 2
NIP: 194705052006042038
NIP:
Mengetahui
Kepala SMAN 13 Bekasi
Sofian, S.Pd
NIP: 19560411983031006
MOTTO
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat dan ridha-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ilmiah fisika ini dengan baik dan maksimal.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan sekolah
sebagai bagian dari penilaian kenaikan kelas XII serta mencoba untuk
menyampaikan kepada pembaca sekalian mengenai cara menghitung fosil yang
selama ini hanya kita kenal sebagai bagian dari masa lalu (part of the past).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada wali kelas kami, Ibu Enik
Supriati, S.Pd dan guru fisika kami, Ibu Nur Pamungkas, S.Si yang ikut memberi
dorongan dan arahan kepada kami dalam pembuatan karya tulis ini serta kepada
pihak sekolah dan pihak Museum Geologi, Bandung yang juga ikut memberi andil
terhadap suksesnya pembuatan karya tulis ini. Ucapan terima kasih tak terhingga
juga diberikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis
ini baik saat proses pengumpulan data, pengolahan hingga finishing yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Pembuatan karya tulis ini masihlah jauh dari sempurna, maka dari itu kami
menerima segala kritik dan masukan yang membangun sebagai koreksi kami
untuk perbaikan karya tulis ini kedepan.
Sebagai penutup, kami tentunya berharap agar karya tulis ini tidak hanya sekedar
untuk dibaca melainkan untuk dipahami isinya dan mampu memberikan sedikit
manfaat bagi pengetahuan dan wawasan ilmu pembaca sekalian.
iii
DAFTAR ISI
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
2.1.1
Radioaktivitas.....................................................................................5
2.1.2
2.1.3
2.2
3.2
iv
3.2.1
3.2.2
Kesimpulan ..............................................................................................17
4.2
Saran ........................................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Prasejarah di kompleks situs Batujaya, Karawang ............. 6
Gambar 3.1 Fosil-Fosil Kayu yang terdapat di daerah Sajira, Banten .................. 12
Gambar 3.2 Fosil Tengkorak Kepala Kerbau Purba (Bubalus paleo kerabau) yang
ditemukan di Sukadami, Kab. Bekasi .............................................. 13
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu paruh berbagai radiosotop dan radiasi yang dipancarkan (Tipler,
1998). ...................................................................................................... 8
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
menghitungnya.
Penelitian tentang umur fosil sebenarnya sudah lama terjadi. Mulai dengan
cara sederhana yakni dengan merekonstruksi awal masa pra-sejarah hingga
menggunakan radioaktivitas saat ini. Hal ini tidaklah lepas dari perkembangan
zaman serta ditemukannya berbagai penemuan yang mendukung.
Membahas masalah fosil tentu tidak akan ada habisnya. Namun jika kita
mempelajari cara menghitung umur fosil, maka kita akan dapat memperkirakan
sendiri dari zaman manakah fosil tersebut berasal.
Maka dari itu, melalui makalah ini, kami mencoba untuk menggali secara
jelas dan memberikan informasi mengenai cara perhitungan ini dengan baik dan
akurat.
1.2
Rumusan Masalah
Berbagai permasalahan yang mengiringi pembahasan perhitungan umur
1.3
1.4
Tujuan Penulisan
Dalam membuat karya tulis ini, tentulah kami memiliki tujuan yang ingin
1.5
Manfaat Penulisan
Pembuatan karya tulis dengan tema berjudul Menghitung Umur Fosil
penulisan ini, diharapkan mampu mendorong minat membaca siswa SMA Negeri
13 yang menurut kami dirasa masih agak kurang.
1.6
Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka
mengenai fosil dan radioaktivitas. Selain itu, tim penulis juga memperoleh
beberapa data maupun referensi dari internet.
1.7
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini, tentulah ada sistematika dalam
Halaman Pengesahan
Motto
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstract
Intisari
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
1.4 Tujuan Penulisan
1.5 Manfaat Penulisan
1.6 Metode Pengumpulan Data
1.7 Sistematika Penulisan
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Teori Pendukung Penulisan
2.2 Batasan Masalah
Bab 3 Pembahasan
3.1 Fosil di Indonesia & Jawa Barat
3.2 Radioaktivitas
3.3 Kaitan Radioaktivitas dan Cara Menghitung Fosil
3.4 Penerapan Perhitungan
Bab 4 Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Referensi Internet
Lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
2.1.1
Radioaktivitas
Radioaktivitas adalah peluruhan atau penyusunan ulang struktur-
struktur internal secara spontan. Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk
dan menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga
sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Radioaktivitas pertama kali
ditemukan pada tahun 1896 oleh fisikawan Perancis Henri Becquerel (1852-1908)
ketika sedang bekerja dengan material fosforen (King & Regev, 1997).
Radioaktivitas di Indonesia diterapkan dalam berbagai hal seperti untuk
kesehatan dan lainnya. Lembaga di Indonesia yang mengatur tentang hal ini
adalah Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN) yang mengurusi masalah pengembangan, penelitian dan
pengawasan nuklir di Indonesia.
2.1.2
berkurang setengah dari aktivitas semula. Waktu paro juga dapat didefinisikan
sebagai selang waktu yang dibutuhkan agar setengah dari inti radioaktif yang ada
meluruh (Tipler, 1998), Untuk menghitungnya digunakan rumus :
Keterangan:
1 = [
ln 2
0,693
]= [
]
In : Logaritma Natural
: tetapan peluruhan (S-1)
= ( ) 0
Dengan
= 1
2
1 1/2
1 1
= ( )
0
=( ) 2
2
0
2
1
2
ln (
) 1
2
ln ( )
] 1
=[
2
(0,693)
Keterangan:
t: umur fosil,
T1/2: waktu paro (dalam fosil dikenal T1/2 Carbon-14 = 5730 tahun.
Tabel 3.1 Waktu paruh berbagai radiosotop dan radiasi yang dipancarkan (Tipler,
1998).
Radioisotop
Kr-94
1,4 detik
Rn-222
3,8 hari
I-131
8 hari
Co-60
5,2 tahun
H-3
12,3 tahun
C-14
5730 tahun
U-238
Rb-87
49 miliar tahun
2.1.3
Detektor Radiasi
Sinar radioaktif sangatlah berbahaya dan tidak dapat dilihat sehingga
diperlukan alat untuk mendeteksi adanya sinar radioaktif. Alat inilah yang
kemudian disebut detektor radiasi (Tipler, 1998). Berikut ini adalah beberapa jenis
detektor radiasi serta fungsinya:
Film Fotografis
Film fotografis digunakan untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui
intensitas partikel radioaktif. Bacquerel telah menggunakannya ketika ia
secara tidak sengaja menemukan radioaktivitas alami dari uranium (baca
subbab 3.3). Disini Bacquerel menemukan sinar radioaktif yang telah
menghitamkan film.
Detektor lainnya
Selain ketiga detektor umum diatas, ternyata masih terdapat beberapa
macam detektor radiasi lainnya seperti:
1. Kamar gelembung (bubble chamber)
2.2
Batasan Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini, pembahasan penerapan radioaktivitas
dalam kaitannya dengan perhitungan umur fosil akan dibahas dengan terperinci,
sementara lainnya akan ditambahkan sebagai penjelasan/ informasi terhadap
pembahasan diatas
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan sejarahnya di masa lalu.
Hal ini tak terlepas dari kehidupan pra-sejarah bangsa Indonesia. Fosil adalah
bukti adanya kehidupan sebelum zaman sejarah dimulai. Hal ini terlihat dari fosilfosil yang tertata rapi di museum tersebut. Jawa Barat sendiri adalah bagian dari
wilayah yang memiliki keragaman fosilnya. Sejarah alam Jawa Barat sendiri
dimulai bersamaan dengan terbentuknya Paparan Sunda pada zaman Plestosen
(sekitar 3 -10 juta tahun yang lalu) (Danasasmita, 1984) menjadikan Jawa Barat
kaya akan fosil-fosil hewan purba yang ditemukan di beberapa jalur yang dilalui
hewan purba untuk bermigrasi akibat peristiwa alam yang terjadi. Beberapa fosil
hewan purba yang sudah ditemukan di Jawa Barat terdapat di Kota Bekasi (fosil
tanduk kepala kerbau) dan Kabupaten Ciamis (fosil rahang dan tulang kaki
stegodon, fosil taring kuda nil, fosil tulang kaki banteng).
Sejarah budaya Jawa Barat yang dimulai sejak masa prasejarah, 2 juta
hingga 2000 juta tahun yang lalu, menjadi lebih khas dengan ditemukannya fosil
Pithecanthropus erectus beserta peralatan hidup nomadennya berupa kapak
perimbas di Tasikmalaya dan Ciamis (Asmar, 1975). Peninggalan sejarah budaya
Jawa Barat lainnya yang menunjukkan perkembangan dari pola hidup nomaden
menjadi pola hidup menetap adalah kubur peti batu di Kuningan serta punden
berundak situs Gunung Padang di Cianjur.
Di Museum Geologi, terungkap bahwa Indonesia kaya akan fosil. Tak
hanya fosil manusia saja namun juga fosil tumbuhan (kayu) maupun hewan. Di
Indonesia, banyak juga terdapat fosil kayu sebagai harta terpendam yang masih
banyak belum di gali. Karakteristik fosil ini adalah unik, keras, dingin,
bercahaya,warna-warni dan berusia jutaan tahun. Lokasi-lokasi fosil kayu banyak
11
terdapat di beberapa titik di Jawa Barat, yaitu di daerah Banten, Sukabumi, dan
Tasikmalaya.
Di Banten, terdapat fosil kayu yang berasal dari batang pohon yang
tertimbun karena proses sedimentasi selama jutaan tahun di dalam tanah.
Kawasan yang memiliki banyak timbunan fosil kayu tersebut berada di daerah
Sajira, Kabupaten Lebak Banten.
12
Gambar 3.3 Fosil Tengkorak Kepala Kerbau Purba (Bubalus paleo kerabau) yang
ditemukan di Sukadami, Kab. Bekasi
Fosil hewan lainnya adalah fosil ruas tulang belakang ikan paus purba
yang ditemukan di daerah Surade, Sukabumi. Dimana paus purba tersebut
diperkirakan hidup sekitar 8 juta tahun yang lalu.
Benar sajalah bahwa Indonesia khususnya Jawa Barat kaya akan fosil
makhluk hidup. Namun dalam memperkirakan umur dari makhluk tersebut hidup
dibutuhkan sebuah metode dalam penentuan umur tersebut. Saat ini telah
ditemukan metode perhitungan yang lebih ilmiah dan akurat yakni dengan
radioaktivitas. Bagaimanakah Radioaktivitas berkembang di Jawa Barat. Mari kita
lihat berikut ini.
13
3.2
3.2.1
14
perubahan yang terjadi akan memungkinkan untuk mengetahui umur apa saja
yang berasal dari tanaman hidup atau hewan.
Menghitung dengan metode perhitungan pembusukan yang digunakan
Libby melibatkan perhitungan radioaktivitas oleh karbon padat dengan
menggunakan pencacah Geiger yang telah dimodifikasi. Libby awalnya menguji
metode radiokarbon pada sampel yang beberapa tanggalnya diketahui,
kebanyakan adalah benda-benda prasejarah Mesir. Melalui perhiyungan ini,
sebuah kayu dari makam Firaun Djoser (3 Dinasti) mereka ketahui adalah sekitar
4700 tahun. Sejak paruh karbon 14 itu diperkirakan sekitar 5.700-an tahun ia
diharapkan untuk menemukan sekitar setengah dari 14 konsentrasi karbon seperti
yang akan ditemukan di alam.
Tes-tes lain dilakukan pada sampel kayu tanggal lingkaran pohon dengan
menggunakan metode dating (dendrochronology) menunjukkan bahwa karbon 14
adalah sah bahwa waktu paruh karbon 14 sekitar 5730 tahun.
Dengan cara menggunakan radioaktif C-14 yang dikenal dengan istilah
'Carbon-14 Dating', caranya dengan membandingkan jumlah Carbon-14 yang ada
di dalam fosil tersebut dengan kandungan C-14 di makhluk hidup, kemudian
menghitungnya dengan menggunakan rumus waktu paro (BSNP, 2006)
3.2.2
Penerapan Perhitungan
Penerapan perhitungan umur fosil ini dapat dilihat pada ilustrasi beriku.
Dalam penelitian kami di Museum Geologi terdapat fosil batuan yang semula
mengandung U238 sehingga dapat ditentukan umurnya dengan menghitung kadar
Pb206 pada batuan yang tersisa (sekarang). U238 akan berhenti meluruh jika telah
terbentuk Pb206.
238
92
4
0
206
82 + 8 2 + 6 1
Jadi setiap 238 gram U238 setelah berhenti meluruh akan menghasilkan 206 gram
Pb206. Waktu paruh U238 adalah 4,5 x 109 tahun. Setelah 4,5 x 109 tahun, 1 gram
U238 akan menghasilkan ( x 1= 0,5) gram U238 dan ( x 206238 = 0,43) gram
15
Pb206. Jika dimisalkan sedikit sampel batuan tersebut mengandung 1 gram U238
dan 0,76 gram Pb206, maka:
236
0,693
0,693
) ln
1,88
1
= 4,099 109
ln
10
0,693
50 0,693
=
ln
=
50
5730
10 5730
5730
50
ln = 13.307, 47
0,693
10
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Jawa Barat adalah bagian dari wilayah di Indonesia yang memiliki
keragaman fosilnya. Sejarah alam Jawa Barat sendiri dimulai bersamaan dengan
terbentuknya Paparan Sunda pada zaman Plestosen yang menjadikan Jawa Barat
juga kaya akan fosil-fosil hewan purba yang ditemukan di beberapa jalur yang
dilalui hewan purba untuk bermigrasi akibat peristiwa alam yang terjadi.
Fosil-fosil di Jawa Barat menggambarkan bagian hidup dari makhluk
hidup di Jawa Barat era pra-sejarah yang didalamnya merupakan salah satu contoh
aplikasi radioaktivitas. Hal ini diaplikasikan pada kandungan Karbon C-14 yang
terkandung dalam setiap makhluk hidup. Saat hidup, makhluk hidup menyerap
dan mengeluarkan karbon C-14 sehingga persentase karbon C-14 dalam tubuh
selalu tetap. Begitu mereka mati, ia berhenti memproduksi karbon baru sehingga
persentase karbon C-14 berkurang karena inti C-14 meluruh dengan
memancarkan sinar beta. Perbandingan carbon-12 dengan carbon-14 di saat
kematian sama untuk setiap mahluk hidup, namun carbon-14 meluruh dan tidak
tergantikan. Peluruhan carbon-14 memiliki waktu paruh 5.730 tahun, sementara
jumlah carbon-12 tetap dalam sampel.
Dengan melihat perbandingan carbon-12 dengan carbon-14 pada sampel
dan membandingkannya dengan perbandingan dalam organisme hidup, adalah
mungkin menentukan usia mahluk yang dulunya hidup ini dengan cukup teliti.
Teknik inilah yang kemudian dikenal sebagai penentuan umur dengan radioaktif
(radioactive dating). Teknik ini banyak digunakan oleh ahli antropologi sehingga
mereka dapat mengetahui umur fosil dalam periode sampai 40000 tahun dengan
akurat.
Pengembangan perhitungan ini di Jawa Barat perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan keakurasian data umur fosil yang ditemukan. Jawa Barat sebagai
17
bagian
dari
daerah
dengan
sejarahnya
yang
panjang
tentu
perlu
4.2
Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan sedikit saran kepada
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20