Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL (KKO)

Daftar kata kerja operasional yang digunakan untuk merumuskan Standar


Kompetensi dan Kompetensi Dasar:
Standar Kompetensi
Medefnisikan
Menerapkan
Mengkonstruksikan
Mengidentifikasi
Mengenal
Menyelesaikan
Menyusun

Kompetensi Dasar
Menunjukan
Membaca
Menghitung
Menggambarkan
Melafalkan
Mengucapkan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menceritakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasi) dapat digunakan untuk
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Perbedaannya adalah pada
cakupan, Standar Kompetensi mempunyai cakupan lebih luas dibandingkan
Kompetensi Dasar.
2. Satu standar Kompetensi dapat dijabarkan menjadi 3 s.d. 6 atau lebih
Kompetensi Dasar.
3. Satu Kompetensi Dasar selanjutnya di terjemahkan atau dijabarkan menjadi
minimal 3 indikator.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar belum memuat indicator.

Contoh daftar kata kerja operasional untuk ranah kognitif:

Daftar kata kerja operasional pada ranah Psikomotor


PENIRUAN
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengkonstrusikan

MANIPULASI
Mengoreksi
Mendemonstrasik
an
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasi
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampuran

ARTIKULASI
Mengalihkan

PENGALAMIAH
AN
Mengalihkan

Menggantikan
Memutar
Mengirim
memindahkan
mendorong
Menarik
memproduksi
Mencampur
Memngoperasikan
Memngemas
Membungkus

Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakn
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Mensketsa
Melonggarkan
Menimbang

Daftar kata kerja operasional pada ranah Afektif

Pengukuran Ranah Psikomotor


Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan (Arikunto, 2002:182).
Contoh Instrumen untuk mengamati ketrampilan praktek memasak (dalam skala lima)
No
1
2
3
4
5
6
7

Ketrampilan
Ketrampilan menyiapkan alat
Ketekunan dalam bekerja
Pemanfaatan waktu secara efektif
Kemampuan bekerja sama
Memperhatikan keselamatan kerja
Memperhatikan kebersihan
Hasil masakan enak/sedap

Adaptasi dari Arikunto, 2002: 183

Pedoman Pengamatan Afektif

Keterangan

Rata-rata

Jml

Penilaian hasil
kerja

Ketepatan waktu
dalam
menyelesaikan
pekerjaan

Nama Siswa

Kedisiplinan

No

Kerjasama
dengan teman
dalam diskusi

Aspek yang dinilai

Catatan:
Aspek yang dinilai dalam setiap pengamatan dapat berbeda-beda.
Tergantung desain yang disiapkan oleh Guru
Jumlah aspek yang dinilai dalam setiap pengamatan dapat berbeda-beda.
Yang tertulis di atas hanya contoh saja.
Keterangan :
Amat Baik (A)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (K)
Taksonomi BLOOM

=
=
=
=

4
3
2
1

Taksonomi Bloom pada awalnya adalah merupakan gagasan dari Benjamin Bloom
berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hierarki. Tujuan
penyajian kedalam bentuk system klasifikasi hierarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisi
hasil perubahan kognisi pada diri siswa sebagai hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi
Bloom hanya memasukkan perubahan-perubahan mental yang dapat terukur dan teramati.
B.S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok
pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional ( educational
objectives ). Pada tahun 1956 terbitlah karya Taxonomy of Educational Objective Cognitive
Domain.
Tujuan Pedidikan dibagi kedalam 3 domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berfikir.
Biggs dan Collis menyatakan bahwa pendekatan kognitif yang di kembangkan adalah
memandang manusia dalam eksistensinya sebagai subyek yang secara bebas dan aktif
dapat mengolah, mengkoordinasi, mengkombinasi stimulasi atau informasi yang masuk
sehingga dapat memahami maknanya. (Akhmad Sudrajat: 2008)
Taksonomi Bloom yang dimaksud terdiri atas:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan menekankan pada proses mental dalam mengingat dan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat
sesuai dengan apa yang mereka peroleh sebelumnya. Informasi-informasi yang
dimaksud di sini berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminology dan
peristilahan, fakta-fakta, keterampilan, dan prinsip-prinsip.
Sub-sub kategori utama dari pengetahuan adalah:
a) Pengetahuan peristilahan
Siswa dituntut mengenali dan akrab dengan bahasa matematika, yaitu
sedemikian banyak istilah dan simbol yang terdapat dalam tulisan cepat
yang digunakan oleh para matematikawan untuk maksud komunikasi.
Sebagai contoh, definisi peristilahan yang bersifat teknis seperti elemen
himpunan, variabel, relasi, fungsi dsb.
b) Pengetahuan fakta-fakta spesifik
Obyek ini menurut siswa mengingat rumus dan hubungan-hubungan.
Misalnya, kemampua untuk mengutip persamaan umum elips atau rumus
keliling ingkaran bisa mengidentifikasikan perilaku ini.
c) Pengetahuan tentang cara-cara dan alat-alat bantu untuk menangani faktafakta spesifik.
Sub-kategori ini mencakup pengetahuan aturan-atutan (konvensi),
misalnya bahwa huruf-huruf besar dipakai untuk mendeskripsikan
bangun-bangun geometris, dan pengetahuan tentang klasifikasi-klasifikasi
dan kategori-kategori, misalnya tentang ya-tidaknya suatu bilangan
adalah anggota dari suatu system bilangan tertentu.

d) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip generalisasi-generalisasi

Kategori ini pertama menuntut siswa untuk mengingat abstarksiabstraksi matematika yang membantu untuk mendeskripsikan,
menjelaska atau memprediksi fenomena, dan yang kedua untuk
mengenali atau mengingat prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi,
atau ilustri-ilustri spesifik tentangnya, yang perlu dalam suatu masalah
khusus. Pengetahuan tentang teorema-teorema matematis dan prinsipprinsip logika yang fundamental berada dalam sub-kategori ini.
Berikut ini merupakan contoh di mana yang menjadi obyektif adalah
pengetahuan.
Pada akhir masa belajar dalam mata pelajaran matematika itu siswa
harus dapat:
1) Menyatakan definisi suatu sudut lancip
2) Menyatakan teorema Pythagoras untuk suatu bidang segitiga siku-siku
3) Mengenal simetri rotasi dan translasi bangun-bangun dalam ruang
4) Mengingat bahwa isi suatu prisma adalah sepertiga luas alas dikalikan
tinggi tegak lurusnya
Contoh soal-soal yang menguji pengetahuan:
1) Suatu sentimeter kubik adalah ukuran untuk..
a. Panjang
b. Luas
c. Isi
d. Berat
2) Manakah berikut yang merupakan kuadrat suatu bilangan bulat.
a. 71
b. 91
c.121
d. 141
Kategori pengetahuan tidak bisa diabaikan untuk semua kategori yang
lebih tinggi, sebab semakin banyak pengetahuan yang dimiliki siswa
swmakin mungkin dia berhasil di tingkat-tingkat ini. Bagaimanapun,
kategori ini tidak boleh mendominasi dalam daftar obyektif-obyektif
manapun saat mengorbankan kemampuan-kemampuan lebih tinggi yang
penting dan menantang. Alasan untuk ini adalah:
a) Konsentrasi pada pengetahuan mengabaikan proses-proses yang tidak
akan bias dikuasai lewat penghafalan fakta-fakta
b) Pengetahuan mewakili suatu performansi matematis tingkat rendah.
Bagaimana perkembangan pengetahuan merupakan hasil belajar
yang penting dan semua kategori yang lain memintanya sebagai

prasyarat. Lebih lanjut, pengetahuan mudah dievaluasi dengan soal-soal


obyektif.
Obyektif ini meliputi penggunaan algoritma seperti skil-skil manipulatif
dan kemampuan untuk dapat menampilkan komputasi langsung dan
lugas, penyederhanaan dan solusi-solusi yang serupa dengan contohcontoh yang para siswa telah saksikan di ruang kelas, meskipun berbeda
rinciannya. Pertanyaan disini misalnya tidak adanya keputusan yang
diperlukan tentang bagaimana mendekati solusi, hanya penggunaan
suatu teknik yang telah dipelajari, atau bahwa suatu aturan mesti diingat
kembali dan selanjutnya digunakan suatu tekhnik yang langsung, yang
mana adalah juga suatu tekhnik yang telah pernah diajarkan.
Berikut ini adalah beberapa contoh dimana obyektifnya adalah teknik.
Pada akhir program pelajaran para siswa harus dapat:
a) Mencari himpunan-himpunan penyelesaian untuk persamaan dan
pertidaksamaan linear yang berderajat satu dalam satu variabel
b) Membuat kontstruksi-konstruksi geometris baku dengan memakai
penggaris, busur derajat, jangka, dsb. Misalnya, segitiga, segiempat,
dsb.
c) Menyelesaikan suatu rumus untuk satu variabel yang lainnya.
Contoh soal yang menguji teknik:
a)

Pada solusi dari system persamaan-persamaan


2x + y = 7
x 4y = 4
nilai y =.

b) Jika p = LW dan jika p = 12 dan L = 3, maka Wadalah sama


dengan.
c) Jika x = 2, y = -1, z = -3 maka y3 z3 + 3xyz sama dengan.
2) Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah tingkat yang paling rendah dalam aspek kognisi
yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu.
Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika
bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
Perilaku-perilaku komprehensi dibagi ke dalam tiga jenis yang bersifat
hierarkis:
a) Translasi
Ini adalah proses intelektual mengubah gagasan-gagasan dalam
suatu komunikasi ke dalam bentuk-bentuk yang sejajar. Siswa dimintakan
untuk mengubah dari satu bahasa lain atau dari satu bentuk simbolis ke
satu yang lainnya, misalnya saat sebuahpernyataan verbal tentang suatu
hubungan diterjemahkan kedalam pernyataan grafik untuk hubungan itu.

Contoh obyektif dimana kategorinya adalah translasi. Pada akhir program


pelajaran siswa harus dapat:
1) Mengubah presentase ke dalam bentuk pecahan
Ubahlah bentuk presentase berikut kedalam bentuk pecahan: 20%;
50%; 75%!
2) Mengubah decimal menjadi pecahan dan sebaliknya
Ubahlah decimal berikut ke dalam pecahan biasa: 0,25; 0,75; 0,5!
Ubahlah pecahan berikut ke dalam bentuk decimal:

1 1
, !
3 2

b) Interpretasi
Perilaku yang esensial dalam intrepetasi adalah identifikasi dan
komprehensi gagasan-gagasan utama yang termuat dalam suatu
komunikasi juga dalam suatu pemahaman atas kesaling terhubungan
gagasan-gagasan itu. Ini melibatkan penjabaran atau perangkuman
komunikasi itu didalam soal-soal para siswa dihadapkan dengan suatu
komunikasi, misalnya grafik atau tabel data, dan diminta untuk
memberikan atau mengenali inferensi-inferensi yang boleh ditarik darinya.
Contoh obyektif dengan kategori interpretasi. Pada akhir program
pembelajaran siswa harus dapat:
1) Mengidentifikasi operasi-operasi gabungan dan irisan dari himpunanhimpunan yang diberikan.
2) Melihat simetri dalam bangun-bangun geometri yang lazim, misalnya
segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, persegi panjang dsb.
c) Ekstrapolasi
Obyektif ini melibatkan kemampuan siswa untuk mengekstrapolasi
atau memperluas kecenderungan-kecenderungan atau tendensi di sebertang
data yang diketahui. Ekstrapolasi merupakan perluasan dari interpretasi
dalam artian segera setelah siswa menginterpretasikan materi, dia diminta
untuk menyebutkan implikasi-implikasi konsekuensi atau efek-efek darinya,
yaitu setelah data dibandingkan maka suatu soal ekstrapolasi menuntut para
siswa untuk memanfaatkan kode itu untuk memprediksi hasil-hasil.
Contoh obyektif yang dalam kategori ekstrapolasi. Pada akhir program
pelajaran siswa harus dapat memprediksi karakteristik-karakteristik populasi
dari data sample misalnya, saat diketahui grafik dari rerata curah hujan per
minggu di Britania pada tahun lalu dia dapat memprediksi kapan dan di mana
kemungkinan curah hujan yamg paling tinggi pada tahun mendatang. Dalam
mengenali suatu pola dia menterjemahkan dan menginterpretasi data itu dan
dalam memprediksi dia berangkat keluar dari apa yang diketahui dan
mencapai satu tahapan lain dari pemahaman.

3) Penerapan (Aplication)

Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa


mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah
abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat ketika mereka
diminta untuk itu. Untuk menunjukan kemampuan tersebut, seorang siswa
harus dapat memilih dan menggunakan apa yang mereka telah miliki secara
tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.
Kategori ini menunjuk pada penggunaan berbagai gagasan, prinsip,
atau metode pada situasi-situasi baru. Soal-soal di sini meminta untuk
menerapkan konsep-konsep yang sudah akrab pada situasi-situasi yang
masih asing, yaitu menerapkan pengetahuan dan pemahaman skil-skil pada
situasi-situasi baru atau pada situasi-situasi yang disajikan dalam cara yang
baru, terkadang disebut transfer pelatihan.
Proses berfikir yang dilibatkan lebih tinggi dari pada yang dalam
komprehensi, oleh karena sifat tidak biasa dan sifat problematic dari situasi
masalah yang diberikan.
Hal yang esensial disini yaitu situasi-situasi yang dihadirkan pada siswa
adalah berbeda dari situasi-situasi dimana dia sebelumnya telah mempelajari
makna abstraksi-abstraksi yang akan dituntutkan supaya dia terapkan untuk
memastikan bahwa soal itu tidak bias dipegahkan dengan metode-metode
yang rutin.
Kategori ini diperlukan karena komprehensi suatu abstraksi tidak
menjamin bahwa siswa itu dapat mengenali relevansinya dan
menerapkannya secara benar dalam situasi-situasi kehidupan nyata.
Kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
diperoleh pada suatu masalah baru atau untuk menyeleksi abstraksi yang
benar bagi masalah yang tampak tidak biasa hingga elemen-elemen itu
distruktur kembali kedalam suatu konteks yang akrab, adalah penting sekali
dalam usaha program pelajaran matematika karena sebagian besar yang
siswa pelajari dimaksudkan untuk aplikasi pada situasi-situasi masalah
sehari-hari.
Memberikan contoh yang akan senantiasa merupakan tes-tes aplikasi
adalah hal yang sukar, karena soal-soal yang mewakili kategori yang sedang
kita kaji ini bagi beberapa guru barangkali hanya melibatkan pengetahuan
atau komprehensi sebab para siswa dari guru-guru itu telah mempelajari soal
spesifik yang disajikan dalam ssoal tes, dalam buku teks kelas atau dalam
diskusi kelas. Bloom menganjurkan tiga pendekatan sebagai usaha untuk
membangun suatu situasi yang baru:
a) Hadirkan suatu situasi fiksi atau bersifat khayal
b) Gunakan materi yang para siswa tidak cenderung pernah hadapi
sebelumnya, misalnya versi-versi sederhana dari soal-soal pelik yang
dipelajari dalam garapan yang lebih tinggi
c) Ambil kecenderungan yang baru pada situasi-situasi yang biasa.
Tiga hal tersebut akan tampak sebagai sumber yang paling sesuai bagi
soal-soal yanng baru tetapi realitik, tetapi sukarlah mencari informasi yang
tidak biasa pada tingkatan yang tepat untuk dipakai sebagai dasar suatu
pertanyaan. Solusi untuk soal aaplikasi tidak mesti sukar teapi ssiswa dituntut
mendemonstrasikan wawasan dalam menemukannya.
Contoh obyektif dalam kategori aplikasi. Pada akhir program pelajaran
siswa harus secara umum dapat menggunakan gagasan-gagasan, prrinsip-

prinsip dan metode-metode tertenu untuk menyelesaikan permasalahan yang


dideskripsikan dalam bentuk situasi-situasi dalam kehidupan sehari-hari
misalnya:
Pak Umar memiliki sebidang tanah, yang salah sau sisinya terleak sepanjang
suatu tembok. Tanah itu akan dipagar dengan anyaman kawat yang
panjangnya 300 meter. Tentukan panjang dan lebar tanah yang dapa
dipagari, sehinggga diperoleh luas yang maksimal.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk memilah sssebuah strukur informasi
kedalam komponen-komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan
aaantar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
Sebagai langkah permulaan menuju prossedur-prosedur problem ssolving
atau juga pembuatan keputusan-keputusan yang didasarkan pada hasil dari
solusi sangat sering pentinglah kita membuat analisis situasinya. Ini boleh
berbentuk misalnya:
a) Menguraikan informasi kedalam bagian-bagian yang relevan dan
menyusun kembali itu sehubungan dangan relasi-relasi didalam suatu
masalah atau konfigurasi.
b) Membedakan fakta-fakta dari asumsi-asumsi dan memastikan assumsiasumsi apakah yang seharusnya dibuat untuk membuktikan kebenaran
prosedur-prosedur tertentu.
c) Memeriksa konsistensi hipotesis-hipotesis dengan informasi dan asumsiasumsi yang diberikan.
Bila pemahaman menekankan pada penguasaan atau pengertian
akan arti materi-materi matematika, sementara penerapan lebih
menekankan pada penguasaan dan pemanfaatan informasi-informasi
yang sesuai, berkaitan, dan bermanfaat. Analisis berkaitan dengan
pemilahan materi dalam bagian-bagian, menemukan hubungan antar
bagian, dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian.
Contoh obyektif dalam kategori analisis, pada akhir program pelajaran
siswa hendaknya dapat:
a. Menganalisis informasi kedalam bagian-bagian dasarnya dan
menetapkan relasi yang benar diantara bagian-bagian itu.
b. Membebedakan
konklusi
dari
pernyataan-pernyataan
yang
mendukungnya.
Contoh soal yang menguji analisis:
Misalkan m dan n sembarang dua bilangan ganjil dengan n lebih kecil dari
pada m, bilangan bulat terbesar yang membagi semua kemungkinan
bilangan yang berbentuk m2-n2 adalah.
A.
B.
C.
D.
E.

2
4
6
8
16

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen


untuk membentuk sebuah struktur yang unik atau system. Dalam
matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya
menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.
Kemampuan ini, yang paling penting jelas mengurus perilaku kreatif dan
originalitas di pihak siswa. Agar kreatif dalam matematika, siswa dituntut
untuk melakukan penemuan-penemuan yang asli darinya. Salah satu
contohnya
adalah
memformulasikan
teorema
matematika
dan
mengembangkan struktur-struktur matematika. Dia mulai dengan beberapa
sifat dasar atau representasi simbolik lain dan dia mendeduksi sifat-sifat atau
relasi-relasi lain, atau dalam memecahkan masalah dia memperlihatkan
kecerdikan, improvisasi atau kreasi asumsi-asumsi baru, karena elemenelemen dalam masalah itu tidak akan mengalami restruktur menjadi bentuk
yang telah biasa. Prinsip-prinsip yang siswa harus dapat kenali dan terapkan
pada awalnya mungkin saja tampak tidak berkaitan dan tidak kelihatan
sampai analisis informasi dan relasi-relasi di dalamnya dilakukan.
Contoh obyektif dalam kategori sintesis. Pada akhir program pelajaran siswa
hendaknya dapat:
a. Membuat penemuan-penemuan dan generalisasi-generalisasi matematis
dari beragam hasil-hasil.
b. Menciptakan suatu operasi atau struktur matematis yang baru.
c. Menghasilkan rencana atau membangun prosedur.
6) Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian (judgment) berkenaan
dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara, atau metode. Evaluasi adalah tipe yang
tertinggi diantara ranah-ranah kognitif yang lain, karena ia melibatkan ranahranah lain dari mulai pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, hingga
sintesis. Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan
pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru, dan cara
baru yang unik dalam analisis atau sintesis.
Bloom membagi kegiatan evaluasi ke dalam dua tipe, yaitu:
a. Penilaian pada bukti atau struktur internal seperti akurasi, logika dan
konsistensi
b. Penilaian pada bukti atau struktur eksternal seperti teorema-teorema
matematika dan sistemnya
Contoh obyektif dalam kategori evaluasi. Pada akhir program pelajaran siswa
hendaknya dapat:
1. Menunjukkan kekeliruan-kekeliruan logis dalam argument-argumen
2. Mempertimbangkan nilai penting suatu masalah.

7) Kreativitas ( Creativity )

Kreativitas sebenarnya bukan merupakan daftar obyektif dalam


kognitif. Tetapi merupakan ranah psikomotorik ( psyghomotoric domain )
menurut klasifikasi Simpson.
Kretivitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik
yang baru,seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orangorang yang berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif akan mampu
mengapai tingkat kesempurnaan ini.
Pada hakikatnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan
sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada.
Sund (1975 ) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat
dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Hasrat keingintahuan yang cukup besar


Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
Panjang akal
Keinginan untuk menemukan dan meneliti
Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
Berfikir fleksibel
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih banyak
j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
m. Memiliki latar belakang membaca cukup luas.
2. Affective Domain ( ranah afektif ), berisi perilaku-perilaku yang mnekankan aspek
perasaan dan mosi seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri.
Pembagian domain di susun Bloom bersama dengan David Krathwol.
1)

Penerimaan ( Receiving /Attending)


Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam
pengajaran
bentuknya
berupa
mendapatkan
perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.

2)

Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya meliputi
persetujuan, kesediaan dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

3)

Penghargaan ( Valuing )
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang di ekspresikan ke dalam tingkah laku.

4)

Pengorganisasian ( Organisation )
Membentuk suatu system nilai yang konsisten.

3. Psychomotor domain ( ranah psikomotor )

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek ketrampilan motorik seperti


tulisan tangan, mengetik, berenang, mengoperasikan mesin. (Akhmad Sudrajat:
2008)
Rincian dalam domain ini tidak di buat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan
domain yang dibuat Bloom.
1)

Persepsi ( perception )
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

2) Kesiapan ( Set )
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
3)

Guided Response ( Respon Terpimpin )


Tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

4)

Mekanisme ( Mechanism )
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah di pelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dengan cakap.

5)

Respon tampak yang kompleks ( complex Overt Response )


Gerakan motoris yang terampil didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks.

6)

Penyesuaian ( Adaptation )
Ketrampilan yang sudah berkembang sehingga dapat di sesuaikan dalam
berbagai situasi.

7)

Penciptaan ( Origination )
Membuat pola gerakan baru yang di sesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.
Belajar adalah pross aktif dalam diri seseorang untuk mengubah perilakunya.

Aspek perilaku yang akan di ubah mencakup 3 ranah, yaitu:


1) Ranah Kognisi, mencakup unsure fakta, pemahaman dan aplikasi.
a) Tingkat fakta adalah suatu konsep tunggal dan menggunakan kata
kerja seperti mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyebutkan.
b) Tingkat pemahaman menempatkan 2 konsep atau lebih untuk kerja
tipikal,
yang
termasuk
disini
adalah
menggambarkan,
membandingkan, dan mengkontraskan.
c) Tingkat aplikasi menempatkan 2 konsep atau lebih secara bersama
untuk membentuk sesuatu yang baru. Kata kerja tipikal pada tingkat
ini adalah menjelaskan, mengaplikasi, dan menganalisis.
2) Ranah afeksi di serukan pada aspek perilaku dan dapat dilabelkan sehinggga
Keyakinan/kepercayaan. 3 tingkat dari ranah afeksi adalah kesadaran,
pembedaan, dan integrasi.
a) Kata kerja untuk ranah afeksi biasanya terbatas pada kata-kata
seperti menampilkan, menunjukkan,dan menerima yang berlaku untuk
semua tingkatan.
b) Tingkat kesadaran dan pembedaan adalah level kognisi.
c) Integrasi adalah perilaku dan mensyaratkan pelajar untuk mampu
mengevaluasi dan mensintesis atas suatu masalah.

3) Ranah tindakan di dasarkan pada ketrampilan. 3 tingkat instruksional praktik


mencakup peniruan, praktik, dan kebiasaan . Ranah psikomotorik
mengkerucut pada suatu demonstrasi penampilan.
a) Tingkat pertama, peniruan, secara sederhana merupakan suatu
demonstrasi dibawah bimbingan instruktur.
b) Tingkat praktik merupakan pengalaman pembentukan ketrampilan
yang mungkin dilakukan oleh pelajar tanpa bimbingan langsung dari
instruktur.
Tingkat kebiasaan di capai ketika khalayak belajar dapat menampilkan
ketrampilan 2x waktu jika dilakukan oleh instruktur atau seorang ahli
(Sudrajat: 2008)

DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rieneke Cipta.
Sugiarti, T. 2002. Diagnosis Kesulitan Pemecahan Masalah Matematik berdasarkan
Taksonomi SOLO. Jurnal Matematik Th. VIII Edisi khusus Juli 2002.
Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA
UPI.
Sunardi. 2004. Profil dan Kesulitan Pemecahan Masalah Matematik berdasar Taksonomi
SOLO. Jurnal Matematik Th. 31 nomor 2, Juli 2004. Hal: 136-144.
Wahyudin. 2003. Evaluasi dan Tes Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Program
Pasga Sarjana UPI.
Winkel, W, S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
Diakses tanggal 8 Maret 2008
http://www.teachersrock.net/masteri2.htm.
Diakses tanggal 8 Maret 2008
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/30/taksonomi-perilaku-individu.
Diakses tanggal 9 Maret 2008
http://ms.wikipedia.org/wiki/pedagogi
Diakses tanggal 9 Maret 2008

Anda mungkin juga menyukai