Kelompok 5
1.
2.
3.
Ketua :
Deny Rusniansyah
Anggota :
Komala Sari
Dewinta Fernanda Putri
Aprilia Budhiyarti
(066113021)
(066113006)
(066113016)
(066113027)
Dosen :
Dr. Haryanto Susilo, DEA
Ella Noorlaela, M.Si.,Apt
Septia Andini, S.Farm.,Apt
Mindiya Fatmi, S.Farm.,Apt
Asisten Dosen:
Ine Sintia Putri
Marybet TRH
Yesi Restina
Ghintya Fitaloka
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
5
6
7
kulit kepala
Menjadikan rambut halus, lembut, serta mudah disisir
Cepat berbusa dan mudah dibilas
Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit busa
Tidak mengiritasi pada tangan dan kulit kepala
Memiliki performa yang baik
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini
meliputi viskosita, warna, keharuman, pembentukan dan stabilitas busa.
: NaHCO3
: 84,01 g/mol
-Pemerian
- Kelarutan
- Penyimpanan
Kegunaan
: Antasidum
- Kelarutan
: Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan dalamgliserin,
tidak larut dalam etanol.Konsentrasi : 1 15 %
- Kegunaan
: Pengawet
: C3H8O3.
- Berat Molekul
: 92,09
- Pemerian
- Kelarutan
- Titik Beku
: -1,60 C.
- Khasiat
: Pelarut.
- Konsentrasi
: <50%.
- Bj
- OTT
- Stabilitas
- Penyimpanan
6.
Aquadest/Aquadestillata/Aqua
Purficata
FI
IV
hal
112,
BAB III
METODE KERJA
B. Bahan
- Aqua destilata
- Ekstrak daun Lidah buaya
- Glycerin
- Metil paraben
- Kertas saring
- Penyaring
- Spatula
- Pewarna hijau
- Pewangin ( mint )
- Sodium Lauryl Sulfate
- Sodium bikarbonat
- Sodium borat
Bahan
Formula
Formula
1
2
3
4
5
Aqua dest
Ekstrak daun lidah buaya
Glycerin
Metil paraben
Pewarna hijau
37 5ml
30 ml
4g
0,2 g
0,2 ml
187,5 ml
15 ml
2g
0,1 g
0.1 ml
6
7
8
9
-
Pewangi ( mint
Sodium borat
Sodium bikarbonat
Sodium lauryl sulfate
0,5 ml
4g
9g
50 g
Perhitungan
1. Aqua dest
2. Eksrak daun lidah buaya
3. Glycerin
4.Metil paraben
5.Pewarna
6. Pewangi (mint)
7. Sodium borat
8. Sodium bikarbonat
9. Sodium lauryl sulfate
0,25 ml
2g
4,5 g
25 g
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
a. Warna
Hijau
++
b. Bau
Mint
+++
8
26.0
Basa
Tidak memenuhi syarat
pH
Kekentalan
4.3 Pembahasan
Pada pratikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan shampoo ekstrak lidah buaya.
Shampo adalah sediaan setengah cair yang tersusun atas dua macam surfaktan, pengental, air,
serta bahan aditif lain yang meliputi pengatur pH dan pengawet dan dibuat sesuai prosedur
pembuatan shampoo. Surfaktan merupakan bahan utama karena bertanggung jawab atas sifat
detergensi dan pembersihan rambut. Larutan surfaktan akan membasahi baik kotoran maupun
rambut lewat penurunan tegangan muka. Kemudian kotoran maupun minyak pada rambut
akan terdispersi pada larutan surfaktan tersebut dan menjadi mudah dibilas oleh air.
Surfaktan yang dipilih untuk pembuatan shampoo yang beredar, yaitu yang banyak
digunakan di pasaran adalah Sodium Lauryl Sulfate. Sodium lauryl sulfate merupakan
surfaktan anionik yang memiliki karakteristik sebagai pembentuk busa yang baik, memiliki
daya pembersih yang tinggi , dan stabil ada air sadah. SLS bersifat sukar larut dalam air
dingin, namun kelarutannya meningkat seiring dengan kenaikkan suhu. Maka dalam proses
pembuatan shampoo digunakan air hangat untuk melarutkan SLS yang berbentuk serbuk.
Sebagai zat pengencer biasanya digunakan sodium bikarbonat, sodium borat. Dan dapat
dikombinasikan pewarna alami dan pewangi mint sehingga memberikan sedikit efek
pewarnaan dan pengaroma pada rambut.
Selain itu bahan lain yang perlu ditambahkan adalah pengawet . hal ini dikarenakan
shampoo merupakan sediaan berair yang dapat menjadi tempat jamur dan bakteri. Pengawet
yang dipilih disini adalah metil paraben atau sering disebut nipagin. Karena metil paraben
mampu bekerja efektif pada rentang pH yang lebar, memiliki aktivitas antimikroba spektrum
luas, dan sangat efisien melawan kapan maupun jamur. Selain itu bahwa nipagin atau nipasol
merupakan pengawet yang sesuai bagi sediaan gel, karena tidak mempengaruhi efisiensi
polimer untuk menaikkan viskositas sediaan. Disamping itu nipagin merupakan pengawet
golongan paraben yang memiliki kelarutan paling tinggi dalam air dibanding jenis paraben
yang lain.
Untuk pembuatan shampoo ini digunakan air demineralisasi. Tujuannya adalah untuk
menghindari keberadaan mineral-mineral seperti Ca dan Mg yang mungkin terdapat dalam
air. Selain itu pada saat proses pencampuran sebaiknya dilakukan pengadukan perlahan. Hal
ini supaya tidak banyak udara yang masuk dan terjebak sehingga mengakibatkan munculnya
banyak gelembung.
Pada pembuatan shampoo dilakukan evaluasi pengujian yang terdiri dari organoleptik
seperti warna dan bau, pH, dan viskositas. Pada pengujian terhadap organoleptik dihasilkan
warna hijau muda dan wangi mint.. Dan pengujian terhadap pH dihasilkan nilai pada pH
yaitu 9 , berarti basa. Pada hasil pengamatan tersebut masih berada dalam batasan persyaratan
pH shampoo yaitu ( 5,0-9,0) menurut penelitian Faizatun dkk dengan jurnal Formulasi
Sediaan Shampo Ekstrak Bunga Chamonile dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa sebagai
Pengental. Kemudian pada pengujian terhadap viskositas menggunakan Brookfield
didapatkan nilai Cp sebesar 26.0 dengan kecepatan rpm 100 menggunakan spindel nomer 2
selama 2 menit. Hasil yang didapatkan tidak memenuhi persyaratan yang sesuai oleh SNI
tahun 1992 dalam skripsi Rini Budiarti viskositas shampo selama penyimpanan yaiu 8853,5
16950 Cp. Hal ersebut dapat disebabkan dari beberapa faktor yaitu dari jumlah bahan untuk
formulasi atau pada penggunaan Brookfield pada kecepatan ( rpm) atau angka pada spindel.
BAB V
KESIMPULAN
Shampo adalah sediaan setengah cair yang tersusun atas dua macam surfaktan,
pengental, air, serta bahan aditif lain yang meliputi pengatur pH dan pengawet dan
DAFTAR PUSTAKA
-