5. Biopsi endoskopi
3.1 Diagnosa PA dgn morfologi mikroskopis jaringan asal tumor
(epitel, embrional, mesenkim atau campuran)
3.2 Sifat tumor : ganas / jinak / kasinoma insitu
- konvensional
- intervensional/canggih), tuntunan FNAB (final needle
aspirasi biopsi ) biopsi lain
Penanda tumor :
Pemantauan :
STADIUM TUMOR
1. Stadium tumor padat berdasarkan letak topografi tumor primer,
eksistensi dan metastase ke organ lain (menentukan tindakan terapi dan
prognosa).
1.1
1.2
1.3
1.4
2. Sistem TNM T
Kelainan gen
- delesi exon
- duplikasi rangkaian nukleotide
Hilangnya fungsi
gen
dan
Morfologi :
- selnya (sitologi)
- jaringan (histologi) yg didukung kajian sitogenetik
biologi molekular
Imunofenotin
Sitogenetika
Imunophenotyping :
mengenali (identification) dan
menghitung
(quantification)
antigen
sel
melalui
fluorochrome yg dilekatkan (labeled) pada AB monoklonal
yg spesifik terhadap antigen di permukaan atau sitoplasma
(intra selular) dari el tertentu.
Tehnik
dilakukan
manual
menggunakan
mikroskop
flurosens atau dgn alat flow cytometry ( FAC-scan atau
Coulter).
Flow cytometry :
teknologi yg memungkinkan
pengukuran
berbagai karakter fisik dari
1 sel (single file
cell) secara
simultan/bersamaan Sinar
LASER
(light amplification by stimulated
emission of radiation) dari argon dengan
panjang gelombang 488 nm.
Immunofenotip dgn flow-cytometry merupakan fase yang
penting dalam menilai dan menentukan diagnosis awal dan
klasfikasi pasien dgn leukemia akut, menentukan
prognosis, membantu mendeteksi adanya residu minimal
penyakit (MRD: minimal residual disease)
Tehnik ini dipergunakan :
1. Melakukan enumerasi CD4 (sel T helper), CD8 (sel T
supresor),CD56(-)/NK sel,CD34 (sel induk), retikulosit
2.
Pada tumor padat digunakan utk menganalisa siklus
sel,
tingkat proliferasi, DNA ploidy, apoptosis, monitor
resistensi sel
terhadap kemoterapi, serta banyak
lainnya.
KEGANASAN HEMATOLOGI
247 CD subset antigen yg mewakili perkembangan sel
pendahulu sampai matang baik dari mieloid atau limfoid.
Pertemuan panel Amerika dan Canada tahun 1997
interpretasi akhir FIC harus berkaitan dgn keadaan klinis,
morfologi, hasil laboratorium, dan studi lain yg dianggap
sesuai.
AML M1
M1 mempunyai gambaran flow digital yg mirip dgn M0,
mungkin sulit dipisahkan kecuali adanya penambahan side
scatter karena adanya peningkatan granularitas, M1 biasanya
menampilkan CD13+, CD33+, dan HLA DR+ namun CD 34+
yg lebih rendah dari M0, sebagian juga dapat ditemui CD15+
dan CD4+ namun lebih jarang dari M0.
AML M2
Perbedaan M1 dan M2 adalah pada M2 ditemui adanya
pematangan dan menurunnya persentase blast CD45+ dan
side scatter memperlihatkan gambaran yang tidak terputus
(kontinu) dari regional mieloblas ke mieloid matang.
Limfoma Maligna
Kemampuan FCI hampior menyamai tehnik imunohistokimia,
namun dalam beberapa segi dapat lebih sensitif , subjektifitas
yg rendah dan hasil yg lebih cepat. Namun sampai saat ini FCI
belum menjadi patokan baku diagnostik penyakit Hodgkin dan
non Hodgkin (NHL) karena beberagai kontroversi apakah
klasifikasinya cukup hanya dengan imofenotip saja.
MRD
Kemampuan mikroskop cahaya mendeteksi adanya MRD
berkisar 1/100 sel sedangkan FIC meskipun kemapuan dibawah
PCR (polymerase chain reaction) namun telah mampu
mendeteksi sampai kisaran 1 per 1000-100.000 sel, terutama
tehnik analisa multiparametrik.
FCI DI BIDANG ONKOLOGI
Perkembangan teknologi
flow cytometry dibidang onkologi
dilaporkan mencakup :
Monitoring regulasi siklus sel
Apoptosis berbagai mekanisme
Resistensi terhadap obat sitotoksik MDR
Respon kemoterapi
KESIMPULAN
Flow cytometric : alat yang sangat berguna untuk menetapkan
diagnosis
monitor hasil pengobatan dan
deteksi minimal sel ganas.
terutama pada keganasan hematologi, dibidang
onkologi banyak dilaporkan tentang analisa siklus
sel,
apoptosis dan MRD
Analisa data dan interpretasi FCI proses 2 langkah :
1. Untuk membedakan sel normal dan abnormal
2. Fenotip sel abnormal ini kemudian dijabarkan (gating)
berdasarkan reaksi disertai intensitas ekspresi berbagai antigen
(permukaan / sitoplasma sel) dan juga distribusi light scatter.
Gambaran hasil keseluruhan fenotip diinterpretasi :
1. Mungkin berupa diagnosis penyakit tertentu
2. Mungkin mempersempit diferensial diagnosa
- sistemik (kemoterapi/sitotoksik,
hormonal, biologi)
No
Pain
Pain as Bad
As it Could
Possibly be
3. Pedoman pengobatan nyeri : Step Ladder For Pain tangga nyeri WHO
Oral / mudah dan tidak tergantung pada orang lain
Vas 1-4
A / ringan
Parasetamol , asetaminofen
OAINSCox 2-celecoxibanti nyeri/ mencegah
Analgesik/non opioid kanker metastasis tulang + bifosfonat
Vas 5-6
Codein 6 x 30 gr
Tramadol < 600 mg
B / sedang
Analgesik opioid
Vas 7-10
C / berat
bifosfonat
Anemi kanker : -
Menghambat dan mencegah Enzim Cox 2 lemak jenuh & tidak jenuh
lemak berbahaya diproduksi tubuh = LDL !
Arachidonic acid Cox 2 :
- PGE2
- metabolisme di otak ginjal, respon imun
- produksi berlebihan menggantungkan
sel kanker angiogenesis/ proliferasi,
PG berlebihan
Cox 2 KK - stadium lanjut
- tumor besar
- harapan hidup pendek
aspirin (inhibitor Cox 2 menurunkan insidensi KK)
H-N-K Ras
mengatasi siklus sel dan regulasi proliferasi sel
Rangsang dd sel dari luar pada infeksi mutasi
gen RAS proliferasi sel,alur pemanasan sinyal
menjadi aktif (pankreas, hati, ginjal,tiroid, kolon,
Paru, Melanoma, Leukemia).
Varnelisasi (farnesil transfarase) minyak ikan,
obat (simvastatin, Lovastatin, Pravastatin
menurunkan kadar farnesylated, Ras Protein)
infeksi :
SC / non SC
stadium lanjut / dini
ggn fungsi mengecap, mencium dan SSP
1. efek lokal tumor, 2. ggn cita rasa
3. ggn fungsi hipotalamus
4. efek pengobatan (radiasi + kemoterapi)
ES pengobatan sitostatika :
- anoreksia
- muntah, stomatitis
- Ggn fungsi SC
Radiasi : atrofi mukosa mulut, pengecapan
Patogenesa :
Penilaian jenis AB :
- Monoterapi atau kombinasi
- Sudah diteliti dan terbukti efektif terutama untuk kuman patogen
- Monoterapi oleh Tim berpengalaman, pasien diperiksa secara
reguler dan monitoring ketat untuk deteksi dini kegagalan
pengobatan,infeksi tambahan efek samping obat & resisten patogen
- Pola kuman dan resistensi kuman terhadap AB disetiap RS
seharusnya sudah ada sebelum menentukan pilihan AB
-
Anti virus tidak empirik, bila ada bukti klinik atau laboratorium
Valasiklovir dan Fansiklovir absorbsi kebih baik dari pada asiklovir.
Infeksi sistemik cytomegalovirus jarang didapat pada NF kecuali yg
mengalami transplantasi SST atau retrinitis AIDs
Pengobatan jamur :
Morbiditas :
- kekerapan ?
- survival ? pengobatan bila = 2 tahun !
Interaksi sel kanker dengan sel tulang :
- Sel tulang / osteoklas mediator sitokin
- Terganggunya keseimbangan remodelling dan metabolisme tulang
- Target mengurangi aktifitas osteoklas
Lesi tulang :
spinalis,
Manajemen
DX :
Interdisiplin
IFN
imunostimulan poten
anti proliferatif
anti angiogenik
Mengikat
elemen DNA
IMUNOTERAPI ADOPTIF
- Sel T pasien (donor) dipaparkan pada sel tumor pasien / antigen ex
vivo di injeksikan kembali pada pasien kanker sebagai resipien
muncul respon imun eradikasi sel tumor !. Bila bukan sel pasien
sebagai donor akan ditolak tubuh sebagai resipien. Belum dapat
ditentukan Cost price.
- Saat ini digunakan klon sel T yg dimodifikasi utk terapi virus dan
keganasan
- Transfer adoptif sel T positif CD 8 spesifik CMV efektif menyusun
kembali imunitas seluler melawan CMV pasien paska transplantasi
SST alogenik.
- Transfer adoptif limfosit sitotoksik spesifik virus VEB efektif sebagai
profilaksis & terapi pada limfoma imunoblastik positif VEB
(immunocompromized )
VAKSIN KANKER
SD (Sel dendritik)= Ag presenting cell (heterogen & kompleks)= lekosit
tersebar luas di peredaran darah tepi dan pembuluh limfe aferen.
Vaksin kanker potensi baik mencegah kekambuhan kanker setelah
tumor primer dieliminasi (operasi, radiasi, kemoterapi)
Immunophenotyping:
- SD respon positif : CD 40, CD 80, CD 83, CD 86
- Progenitor SD dalam SST = respon positif CD 14, CD 11C.
- SD respon negatif utk 1. penanda sel limfosit T (CD 3, CD 16, CD 28),
2. penanda limfosit B (CD 19, CD 20) maupun
3. sel NK (CD56 dan CD 57)
- Imunitas tdk spesifik / INNATE mensekresi sitokin seperti IL-12 dan IFN
A dan B mekanisme pertahanan tubuh !.
- Memacu sel NK mengeradikasi sel 2 target
- Sistem imunitas spesifik : mengekspresikan kompleks peptide MHC pada
sel T yg naif (belum punya memori)
- Mengaktifkan sel T melalui sinyal pacuan spesifik
Eradikasi sel tumor, menghambat metastasis dan proses infeksi !.
Rekayasa genetik fusi protein (antigen imunogenik (antigen sel kanker) dgn
satu peptide spesifik dari SD) ditanamkan bakteri gram (+) / lactobacillusoral pada pasien.
Dalam usus bakteri berkoloni dengan mengekspresikan fusi protein
immugenik dikenal cepat oleh SD sel T eradikasi.
Tehnik serupa dapat dilakukan secara transdermal.
IIb.Inhibitor Aromatase :
IIb1. Aminoglutetimida
IIb2. Letrozol dan Anastrozol
IIIc. FLUOKSIMESTERON
androgen kanker payudara metastatik yg respon terhadap
Tamoxifen, inhibitor aromatase atau megestrol asetat.
Dosis 2 x 10 mg, respon rendah tapi ada yg tinggi
ES : hirsutisme,botak,parau,akne,libido ,eritrositosis,transminase
Dietilstilbestrol dan Estradol (DES) terapi hormonal kanker payudara
metastatik hasil sama dgn Tamoxifen. Toksisitas lebih tinggi dari pada
Tamoxipen digunakan yg gagal dgn terapi hormon multiple lainnya.
Dosis 15 mg/hr dosis tunggal / terbagi .
: kanker prostat metastatik (terapi ablasi androgen),ginekomastia yg
nyeri
ES : mual, muntah, nyeri payudara, warna putting dan areola yang
lebih gelap.
Tromboembolitik mengancam nyawa, baik atau penggunaan
terbatas