Anda di halaman 1dari 22

USULAN PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI UNTUK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI
CIKANIKI, DESA CISARUA, KABUPATEN BOGOR

RINALDO PRATAMA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

USULAN PENELITIAN
PENENTUAN LOKASI UNTUK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI
CIKANIKI, DESA CISARUA, KABUPATEN BOGOR

Oleh :

RINALDO PRATAMA

Usulan Penelitian
Sebagai salah satu syarat melakukan penelitian
Pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul

Nama
NIM

: Penentuan Lokasi untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga


Mikro Hidro (PLTMH) di Sungai Cikaniki, Desa Cisarua, Kabupaten
Bogor
: Rinaldo Pratama
: F44120022

Bogor, Februari 2016


Disetujui oleh
Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan M.Agr


NIP. 19600628 198503 1 002

Diketahui oleh
Ketua Departemen/ Program Studi

Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA


NIP. 19580527 198103 2 001

PRAKATA
Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
karunia dan rahmat-Nya Usulan Penelitian yang berjudul Penentuan Lokasi untuk
Pembangunan Pembakit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Sungai Cikaniki,
Desa Cisarua, Kabupaten Bogor ini dapat diselesaikan. Penyusunan Usulan
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Terimakasih diucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
selaku pembimbing atas dukungan dan masukan yang diberikan. Harapannya
segenap pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi yang
membangun dalam penyempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan
Penelitian ini bermanfaat. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Bogor, Februari 2016


Rinaldo Pratama

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Air Permukaan

Daerah Aliran Sungai

Debit aliran

Peta Topografi

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

15

DAFTAR GAMBAR
1. Skema PLTMH

2. Sketsa Metode Profile Leveling

10

3. Pembagian lebar sungai dan kedalamannya

11

4. Diagram alir perhitungan debit andalan FJ Mock

12

5. Skema penelitian

13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana biaya anggaran penelitian

15

2. Jadwal penelitian

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia, sebagaimana kita percaya mempunyai kekayaan alam berlimpah,
lebih dari kumpulan materi yang disediakan bumi dari kepulauan manapun. Dari
bentangan 17.509 pulau di seluruh wilayah ini, bumi Indonesia menyimpan
kekayaan bumi terbesar, tidak terkecuali sumber daya air. Tentu menjadi penting
karena air adalah unsur utama pembentuk bumi dan air pulalah sumber utama
kehidupan manusia. Tidak hanya penting bagi manusia, air merupakan bagian yang
penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tubuhan. Manusia mungkin dapat
hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari
jika tidak mengonsumsi air. Selain air merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam produk pangan, air juga merupakan salah satu pemasok energi paling
besar seperti energi listrik. Sehingga ketersediaan sumberdaya air yang berlimpah
jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan berdampak bagi keberlangsungan
kehidupan yang berkepanjangan.
Pemanfaatan air dalam penghasil energi listrik merupakan salah satu upaya
yang penting dalam kehidupan secara menyeluruh. Sumber energi listrik yang saat
ini banyak digunakan di Indonesia berasal dari batu bara yang jumlahnya terbatas.
Sehingga dibutuhkan sumber lain yang bersifat terbarukan dan dapat selalu
dimanfaatkan sebagai sumber energi berkelanjutan. Salah satu sumber energi yang
dapat dimanfaatkan yaitu energi air. Ketersediaan sumber daya air saat ini belum
sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Ketersediaan air di Indonesia berdasarkan
data Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2006 sekitar 15.500 meter kubik per
kapita per tahun, jauh melebihi rata-rata dunia yang hanya 600 meter kubik per
tahun. Ironisnya pemanfaatan sumberdaya air di Indonesia masih sangat minim
khususnya dalam pembangkit listrik tenaga air.
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang
memanfaatkan air sebagai sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah satu
sumber energi listrik utama namun belum termanfaatkan secara maksimal di
Indonesia. Keberadaannya diharapkan mampu memenuhi pasokan listrik bagi
masyarakat Indonesia, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara. Pembangkit
listrik tenaga air di Indonesia banyak dikembangkan. Hal ini karena persediaan air
di Indonesia cukup melimpah. Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga
air ini salah satunya disebabkan potensi air yang ada di Indonesia. Jumlah air yang
melimpah, dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi sebuah
arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada
listrik di Indonesia.
Dalam memaksimalkan pemanfaatan pembangkit energi listrik dengan
tenaga air ini perlu dibangun di beberapa tempat baik dalam skala besar maupun
dalam skala kecil. Pada daerah dengan skala kecil dapat dimanfaatkan pembangkit
listrik juga karena pada daerah tertentu listrik masih mengalami kelangkaan.
Kelangkaan akan sumber daya listrik khususnya pada daerah yang diluar jangkauan
memacu untuk mencari sumber energi alternatif. Salah satu sumber daya listrik
alternatif lain yang dapat dimanfaatkan adalah potensi sumber daya air yang diubah
menjadi pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Mikro hidro merupakan

pembangkit listrik yang menggunakan energi air dalam skala kecil dengan kapasitas
antara 5kW- 1MW per unit. Terdapat beberapa batasan daya lain untuk kategori
miro hidro selain yang dinyatakan oleh badan Litbang ESDM, yaitu kapasitas
maksimal 120 kW dan kurang dari 200 KW (Damastuti 1997). Mikro hidro tidak
memerlukan ketinggian yang sangat besar. Namun semakin besar ketinggian maka
akan menghasilkan daya yang semakin besar pula.
Agar daya yang dihasilkan semakin besar berdasarkan dari ketinggian air
tersebut mengalir perlu dilakukan pemilihan lokasi pembangunan pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Sungai Cikaniki terletak di Desa Cisarua,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor merupakan lokasi yang akan ditentukan
titik dalam pembuatan PLTMH ini. Pada Desa Cisarua ditentukan titik yang benarbenar sesuai sehingga didapat daya yang maksimum. Penentuan titik dibangunnya
pembangkit listrik ini dilakukan dengan menentukan elevasi, debit dan sistem
distribusi air yang mengalir tersebut. Setelah dilakukan pengukuran sehingga dapat
dipilih lokasi berdasarkan beda elevasi yang curam dengan jarak dekat, debit yang
sesuai serta sistem distribusi air yang potensial sehingga memiliki potensi untuk
pembangunan PLTMH. Penelitian ini menghasilkan data fisik berupa peta topografi
khususnya pada lokasi yang akan dibangun pada kawasan sekitar DAS Cikaniki ini.
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan lokasi yang potensial sehingga
dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan PLTMH di sungai Cikaniki.
Listrik yang dihasilkan dibutuhkan untuk menerangi beberapa wilayah di Desa
Cisarua. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemilihan lokasi yang mempunyai
elevasi-elevasi sehingga berpotensi untuk penempatan PLTMH. Permasalahan
yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Dimana lokasi yang potensial di sungai Cikaniki untuk pembangunan
PLTMH?
2. Bagaimana kondisi topografi di lokasi yang akan dibangun PLTMH tersebut?
3. Bagaimana beda elevasi pada lokasi yang akan dibangun PLTMH?
4. Berapa debit andalan air sungai yang mengalir di lokasi yang akan dibangun
PLTMH?
5. Bagaimana sistem distribusi air sungai yang akan dibangun PLTMH?
Tujuan Penelitian

1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


Menyediakan data fisik berupa peta topografi di lokasi yang akan dibangun
PLTMH tersebut.
Mengetahui beda elevasi di sungai Cikaniki yang berpotensi sebagai
pertimbangan untuk dibangun PLTMH.
Menghitung debit andalan air yang mengalir pada sungai Cikaniki yang akan
dijadikan pertimbangan untuk dibangun PLTMH.
Menganalisis sistem distribusi air yang mengalir pada sungai Cikaniki yang
akan dipilih untuk lokasi dibangunnya PLTMH.
Menentukan lokasi yang potensial sehingga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dan pihak tertentu dalam Pembangunan PLTMH di sungai Cikaniki.

Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi data fisik hasil pemetaan berupa peta topografi pada
lokasi yang telah ditentukan untuk dibangunnya PLTMH di kawasan DAS
Cikaniki
2. Memberikan rekomendasi mengenai lokasi terbaik untuk dibangunnya
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di sungai Cikaniki, Desa
Cisarua
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dideskripsikan secara singkat sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada sungai Cikaniki yang berlokasi di Desa Cisarua,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
2. Penelitian ini melakukan perhitungan dan analisis debit andalan pada sungai
Cikaniki
3. Penelitian ini melakukan penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan elevasi,
keseragaman debit serta sistem distribusi air pada beberapa lokasi yang dipilih
sehingga dapat ditentukan lokasi terbaik dibangunnya PLTMH

TINJAUAN PUSTAKA
Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau
dengan terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu,
dimana semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. Yang
termasuk air permukaan meliputi air sungai (rivers), saluran (stream), sumber
(springs), danau dan waduk. Jumlah air permukaan diperkirakan hanya 0,35 Juta
km3 atau hanya sekitar 1 % dari air tawar yang ada di bumi (Suripin 2002). Aliran
yang terukur di sungai atau saluran maupun danau merupakan ketersediaan debit
air permukaan. Begitu halnya dengan air yang mengalir ke dalam tanah, kandungan
air yang tersimpan dalam tanah merupakan ketersediaan debit air tanah. Dari ketiga
sumber air tersebut di atas, yang mempunyai ketersediaan paling besar untuk
dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran,
danau, waduk dan lainnya. Penggunaan air tanah sangat membantu pemenuhan
kebutuhan air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air
permukaan, namun pemanfaatan air tanah membutuhkan biaya operasional pompa
yang sangat mahal. Namun pada umumnya kapasitas resapan ditempat yang
tersebar dengan kedalaman yang sama cenderung sama (Gitomarsono 1999).
Distribusi air secara alamiah atau secara langsung adalah tidak ideal dan
efisien. Air yang tersedia di alam melalui siklus hidrologi atau hujan tidak selalu
mengikuti fase-fase pertumbuhan tanaman. Banjir terjadi pada musim penghujan

dan kekeringan pada sumber mata air serta krisis air pada musim kemarau. Air
permukaan (water surface) sebagai sumber bencana. Air hujan dari langit juga
merupakan masukan dalam sistem daur hidrologi yang menghasilkan air
permukaan. Setelah mengalami proses hidrologi di daerah aliran sungai tersebut,
selama perjalanan aliran air tersebut tentu akan mengalami pencemaran (Sudaryono
2000). Oleh karena itu air permukaan (watersurface) perlu dikelola agar tidak
menimbulkan bencana alam dan pencemaran tetapi dapat dimanfaatkan secara
optimal dan lestari. Salah satu cara pengelolaan air permukaan adalah dengan
pembuatan suatu resapan agar air akan masuk ke dalam tanah dan sedikit yang
mengalir ke air permukaan (Supadi 2005).
Air permukaan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air
yang terdapat dalam proses sirkulasi air (siklus hidrologi), jika sirkulasi tidak
merata maka akan terjadi bermacam kesulitan diantaranya sirkulasi yang kurang,
maka kekurangan air ini harus ditambah dalam suatu usaha pemanfaatan air
(Sosrodarsono dan Suyono 2006). Untuk analisis ketersediaan air permukaan, yang
akan digunakan sebagai acuan adalah andalan dari pencatatan yang ada. Yang
paling berperan dalam studi ketersediaan air permukaan adalah data rekaman debit
aliran sungai. Rekaman tersebut harus berkesinambungan dalam periode waktu
yang dapat digunakan untuk pelaksanaan proyek penyediaan air. Apabila
penyadapan air akan dilakukan dari sungai yang masih alami, maka diperlukan
rekaman data dari periode-periode aliran rendah yang kristis yang cukup panjang,
sehingga besar pasok air dapat diketahui.
Daerah Aliran Sungai
Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan oleh beberapa ahli
dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan
cacthment area, watershed, atau drainage basin. Menurut Sudaryono (2002)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi
pemisah air yang terkeringkan oleh sungai atau sistem saling berhubungan
sedemikian rupa sehingga semua aliran sungai yang jatuh di dalam akan keluar dari
saluran lepas tunggal dari wilayah tersebut. Atas dasar difinisi tersebut diatas maka
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang yang terdiri
atas unsur abiotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang dan organisme hidup
lainnya) dan kegiatan manusia yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan
satu sama lain, sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem. Hal ini berarti bahwa
apabila keterkaitan sudah terselenggara maka pengelolaan hutan, tanah, air,
masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen
ekosistem tersebut. Sementara Copeland (1961) mengatakan, bahwa pengelolaan
DAS adalah ilmu terapan untuk perlindungan, perbaikan, dan pengelolaan DAS,
dan obyek dasarnya adalah meningkatkan suplai air, mengurangi kisaran aliran
maksimum dan minimum, mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas
air untuk berbagai penggunaan. Salah satu yang mempunyai keterkaitan erat dengan
DAS adalah sungai tersendiri.
Sungai mempunyai fungsi utama menampung curah hujan setelah aliran
permukaan dan mengalirkannya sampai ke laut. Oleh karena itu, sungai dapat
diartikan sebagai wadah atau penampung dan penyalur aliran air yang terbawa dari
DAS ke tempat yang lebih rendah dan bermuara di laut. Selanjutnya dijelaskan

5
bahwa DAS adalah suatu sistem yang merubah curah hujan ke dalam debit di
pelepasannya sehingga menjadi sistem yang kompleks (Soewarno 1995). Panjang
Sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang ditunjau
atau muara sungai sampai ujung hulunya.Sungai utama adalah sungai terbesar pada
daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai. Pengukuran
panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran limpasan dan
debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang sungai
utama dari stasiun yang ditinjau (muara) ke titik terjauh dari batas DAS. DAS
adalah suatu area dipermukaan bumi yang didalamnya terdapat sistem pengaliran
yang terdiri dari satu sungai utama (main stream) dan beberapa anak cabangnya
(tributaries), yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan mengalirkan air
melalui satu keluaran (outlet).
DAS tersendiri ada yang berukuran kecil dan ada yang sangat luas. DAS
yang sangat luas bisa terdiri dari beberapa sub-DAS dan sub-DAS dapat terdiri dari
beberapa sub-sub DAS, tergantung banyaknya anak sungai dari cabang sungai yang
ada, yang merupakan bagian dari suatu sistem sungai utama. DAS mempunyai
karakteristik yang berkaitan erat dengan unsur utamanya, seperti tata guna lahan,
topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik DAS tersebut dalam
merespon curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberikan pengaruh
terhadap besar kecilnya aliran air sungai (Asdak dan Chay 2004). Luas DAS
diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi. Luas DAS sangat
berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin besar DAS semakin
besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula aliran permukaan
atau debit sungai .
Debit aliran
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI
besarnya debit dinyatakan dalam satuan m3/dt. Dalam laporan-laporan teknis, debit
aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Data debit atau aliran
sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air.
Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir.
Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi
(pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau
panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi
sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses
yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan
untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan
melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Pengukuran debit
air dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan
luas penampang area tertentu. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk pengukuran kecepatan aliran air pada sungai atau alur antara lain Areavelocity method, Tracer method, Slope area method, Weir dan flume, Volumetric
method Area. Kecepatan aliran dapat diukur dengan alat currentmeter dan metode

apung. Kemudian distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama pada arah
horisontal maupun arah vertikal (Finawan dan Mardiyanto 2011).
Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah debit
aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air
hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih
menggambarkan kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Pada sungai besar,
sebagian besar debit alirannya berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai sedang
diatasnya. Sehingga aliran air sungai besar tidak mesti menggambarkan kondisi
hujan dilokasi yang bersangkutan. Aliran dasar pada sungai kecil terbentuk dari
aliran mata air dan air tanah, sedang aliran dasar pada sungai besar dibentuk dari
aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang diatasnya (Maryono 2005).
Pada PLTMH juga diperlukan nilai debit yang dijadikan acuan dalam
menggerakan turbin. Debit yang diperlukan untuk pembangunan PLTMH adalah
debit yang tersedia dalam keadaan apa pun dan waktu yang lama. Debit ini
dinamakan debit andalan. Debit ini merupakan besarnya debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan.
Dalam perencanaan PLTMH air terlebih dahulu harus dicari debit andalan yang
bertujuan untuk menentukan debit perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di
sungai. Debit andalan ditentukan untuk periode tengah bulanan. Debit minimum
sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai agat analisis cukup tepat dan
handal. Data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 10 tahun.
Dalam menghitung debit andalan sebaiknya dipertimbangkan air yang diperlukan
dari sungai hilir pengambilan. Ketersediaan data debit andalan sangat mendukung
dalam program perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air (Tikno 2000).
Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang memiliki informasi tentang ketinggian
permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan
dengan garis-garis kontur. Garis kontur merupakan garis yang menggambarkan
ketinggian permukaan bumi sehingga pada data yang didapat berupa gambar yang
berwarna tersebut kemudian diolah dengan memberi batas berupa polyline untuk
tiap permukaan bumi yang memiliki ketinggian yang sama (memiliki warna yang
sama). Tiap garis dalam polyline akan menggambarkan ketinggian permukaan bumi
yang sama. Tiap polyline yang menggambarkan ketinggian permukaan bumi
tertentu disebut sebagai kontur.
Kumpulan dari kontur disebut sebagai peta kontur. Peta kontur dibuat
dengan mengambil citra permukaan bumi dari pesawat udara atau satelit. Proses
pencitraan akan menghasilkan sebuah gambar permukaan bumi dengan warna
warna yang menunjukkan ketinggian tiap permukaan bumi yang dicitrakan (Jimmy
2006). Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan
tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian
adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut
(Rostianingsih et al. 2004).
Peta topografi mutlak dipakai, terutama didalam perencanaan pengembangan
wilayah, sehubungan dengan pemulihan lokasi atau didalam pekerjaan konstruksi.
Didalam kegiatan geologi, peta topografi terpakai sebagai peta dasar untuk
pemetaan, baik yang bersifat regional ataupun detail, disamping foto udara atau
jenis citra yang lain. Peta topografi juga dipelajari sebagai tahap awal dari kegiatan

7
lapangan untuk membahas tentang kemungkinan proses geologi muda yang dapat
terjadi, misalnya proses erosi, gerak tanah/bahaya longsor dan sebagainya. Selain
itu, keadaan bentang alam (morfologi) yang dapat dibaca pada peta topografi sedikit
banyak merupakan pencerminan dari keadaan geologinya, terutama distribusi
batuan yang membawahi daerah itu dan struktur geologinya.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)


Sistem PLTMH secara umum sama persis dengan PLTA pada umumnya.
Namun, yang membedakan adalah daerah kerja sistem pembangkit listrik tersebut.
PLTMH dapat memanfaatkan sumber air yang tidak terlalu besar. Tidak seperti
PLTA, dengan atau tanpa reservoir pun PLTMH dapat beroperasi, karena dapat
memanfaatkan potensi air yang kecil. Mikrohidro adalah istilah yang digunakan
untuk instalasi pembangkit listrik yang menggunakan energi air. Kondisi air yang
bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah
memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dan instalasi. Semakin besar
kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi
yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik (Rompas 2011).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada prinsipnya
memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran
air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin
sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan
generator dan menghasilkan listrik. Pergerakan generator tersebut tergantung dari
debit air sungai serta ketinggian air jatunya.
PLTMH memiliki beberapa keuntungan yang membuatnya menjadi pilihan,
di antaranya adalah sebagai tenaga penggerak PLTMH tidak akan habis atau
berubah menjadi bentuk lain. Biaya pengoperasian dan pemeliharaannya murah.
Pengoperasiannya dapat dihentikan setiap saat tanpa melalui prosedur yang rumit.
Kemudian sistemnya sangat sederhana dan memiliki ketangguhan yang baik,
sehingga dapat diandalkan. Lalu tidak memberikan dampak yang besar terhadap
ekologi di sekitarnya. Menurut Sinaga (2009), jenis instalasi untuk daerah yang
akan dibangun PLTMH pada umumnya terdiri dari komponen seperti pintu
pengambilan (intake/diversion), bak pengendapan (desilting tank), saluran
penghantar ( headrace), bak penenang (forebay), pipa pesat (Penstock), gedung
pembangkit (power house), saluran buang (Tailrace) serta jaringan transmisi (Grid
Line).
Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga komponen utama yaitu air
sumber energi, turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu
disalurkan dengan ketinggian tertentu melalui pipa pesat menuju rumah instalasi
(powerhouse). Di rumah instalasi, air tersebut akan menumbuk turbin sehingga
akan menghasilkan energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Putaran poros
turbin ini akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik (Sukamta dan
Kusmantoro 2013). Secara skematis ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema PLTMH


Sumber: Sukamta dan Kusmantoro (2013)

PLTMH adalah suatu pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas sistem
maksimal 120 kW. Hal ini mengadopsi standar kualitas dari India dan Nepal serta
mempertimbangkan kemampuan produksi di dalam negeri. Pembangkit listrik
tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian
dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan
generator (Subekti 2010). Dalam pembangunan PLTMH untuk pelistrikan desa
banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia-sia. Faktor tersebut di antaranya
didasarkan pada studi kelayakan sebagai kelanjutan studi terhadap potensi alam dan
sumber daya setempat.
Keakuratan kajian data hasil studi kelayakan akan menentukan keberhasilan
pembangunan PLTMH. Studi kelayakan dan engineering design ini meliputi desain
teknis bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem
transmisi dan distribusi hingga analisis finansial dan desain penyiapan kelembagaan
PLTMH. Desain teknis ini harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan
teknologi yang telah teruji agar pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang
baik. Setelah tahapan tersebut selesai dilakukan, mengingat potensi PLTMH
khususnya pada saluran sungai di Indonesia sangat besar dan manfaat dari PLTMH
dapat dijadikan salah sebagai satu faktor pemicu bagi pengembangan masyarakat
setempat, maka teknologi PLTMH beserta seluruh aspek sosial ekonominya perlu
dipahami dengan baik oleh sumber daya lokal di daerah. Dengan demikian pasca
implementasi fisik PLTMH perlu dilakukan alih teknologi dan transfer pengalaman
di berbagai aspek yang berkaitan dengan PLTMH.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan Februari hingga
Maret 2016. Penelitian dilakukan di Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Bogor. Jadwal pelaksanaan selengkapnya disajikan pada
lampiran 1 dan biaya yang dibutuhkan disajikan pada lampiran 2.

9
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, seperangkat alat
pengolah data, seperti kalkulator serta komputer atau laptop yang telah dilengkapi
dengan beberapa perangkat lunak, diantaranya Microsoft Office 2010, Google Earth,
Google Sketch Up 8, AutoCAD 2010, ArcGIS dan Surfer. Peralatan yang digunakan
sebagai pengambilan data yaitu theodolite, tripod, targetrod, kompas, Global
Positioning System (GPS), pita ukur, penggaris, dan current meter. Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu
peta wilayah, peta kontur, peta topografai, peta daerah catchment area dan data
iklim yang diperoleh dari stasiun klimatologi terdekat. Data primer yang digunakan
yaitu debit dan elevasi pada beberapa lokasi yang telah ditentukan.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini diawali dengan
munculnya gagasan atau ide penelitian, perumusan masalah, pengambilan data
primer dan sekunder, dan dilanjutkan dengan pemilihan lokasi terbaik dalam
perencanaan desain PLTMH. Langkah-langkah penelitian secara terperinci yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
Penentuan Lokasi PLTMH
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro hidro (PLTMH) pada dasarnya
memanfaatkan energi potensial air. Semakin tinggi jatuhan air (head) maka
semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro hidro dimulai dengan survei potensi air, dengan
tujuan untuk mendapatkan data dan informasi awal potensi tenaga air sebagai dasar
dalam perencanaan dan pembangunan PLTMH. Survei potensi ini meliputi
penentuan beberapa lokasi yang memiliki perbedaan elevasi yang tinggi sehingga
menimbulkan energi potensial air yang tinggi. Penentuan lokasi ini dilakukan di
sungai Cikaniki Desa Cisarua. Sehingga di lokasi ini ditentukan titik potensial yang
akan dibangun PLTMH. Lokasi yang akan dibangun PLTMH ditentukan dengan
mempertimbangkan elevasi, keseragaman debit serta sistem distribusi sungai
tersebut.
Penentuan lokasi yang sesuai dilakukan dengan menggunakan pengamatan
langsung maupun pengamatan tidak langsung. Pengamatan awal dilakukan
berdasarkan data sekunder yaitu pada peta wilayah, peta topografi dan informasi
dari warga sekitar. Pengamatan dengan menggunakan data sekunder tersebut
dilakukan agar dapat diketahui beberapa titik yang mempunyai potensi air dengan
elevasi yang sesuai. Selanjutnya, setelah ditentukan daerah yang sesuai maka
dilakukan survei langsung di lapangan dengan melakukan pengamatan langsung.
Pengamatan langsung dalam penentuan beberapa lokasi dilakukan untuk dapat
mengetahui kondisi daerah sekitar yang telah ditentukan dari data sekunder.
Kondisi sekitar merupakan keadaan sungai di beberapa titik yang telah ditentukan
sehingga dapat diketahui kondisi aliran sungai tersebut apakah alirannya sesuai atau
tidak. Lokasi yang sesuai juga perlu dipertimbangkan jarak ke daerah yang akan
dilayani oleh arus listrik. Saat lokasi tersebut telah sesuai dengan kriteria yang telah

10

ditentukan berdasarkan potensi air ke daerah yang dilayani, maka lokasi tersebut
sesuai kriteria dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro.
Pengukuran Profil Kawasan pada DAS Cikaniki
Pengukuran profil pada kawasan DAS Cikaniki dilakukan agar diketahui
secara lebih mendasar mengenai kenaikan dan penurunan elevasi baik pada profil
melintang maupun memanjang di sekitar lokasi pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pengukuran profil ini merupakan pekerjaan
penentuan ketinggian dari beberapa titik yang yang terletak pada suatu garis tertentu
di permukaan tanah dengan interval yang telah direncanakan, guna mendapatkan
gambaran bentuk profil (irisan/penampang) dari suatu permukaan tanah (lahan)
untuk keperluan penentuan lokasi dan penentuan tinggi terjun untuk bangunan
pembangkit listrik tenaga air.
Pengukuran profil ini dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu lokasi
pengukuran profil. Kemudian garis dilepas sepanjang 60 m ( full station ) kemudian
letakkan titik titik (ditandai dengan patok) sepanjang garis tersebut dengan
interval 10 m (plus station). Salah satu titik ujung (0+00 ) dianggap sebagai BM.
Setelah itu dientukan lokasi pengukuran profil, lalu suatu garis dibuat sepanjang 60
m ( full station ) kemudian diletakkan titik titik (ditandai dengan patok) sepanjang
garis tersebut dengan interval 10 m (plus station). Salah satu titik ujung (0+00 )
dianggap sebagai BM. Kemudian set up alat di tengah di antara kedua titik ujung,
dan berada di luar garis sejauh sekitar 10 m atau sampai kedua titik ujung dapat
dibidik. Bila tidak dapat, lakukan set up lebih dari satu. Kemudian bidik BM untuk
mendapatkan BS dan bidik titiktitik: 0+00, 0+10, 0+20, dan seterusnya sampai
0+60 atau 1+00, untuk mendapatkan FS. Pembacaan yang dilakukan meliputi: BA,
BT, BB. Untuk mendapatkan ketelitian ( AE = 10 D , mm), pekerjaan set up dan
bidik BM diulangi kembali dengan set up di sisi garis yang lain sehingga diperoleh
pengukuran pergi dan pulang. Perhitungan koreksi elevasi dan cek ketelitian
dilakukan pengukuran seperti pada differential leveling.

Gambar 2 Sketsa Metode Profile Leveling


Sumber : Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

11
Pengukuran Debit
Penentuan debit pada aliran air sungai dilakukan dengan dua pengamatan.
Pengamatan pertama adalah pengukuran langsung untuk menentukan keseragaman
debit sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi terbaik untuk pembangunan
pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Pengamatan yang kedua adalah penentuan
debit andalan sungai Cikaniki. Penentuan debit ini diperlukan agar diketahui
kelayakan lokasi tersebut untuk dibangunnya mikrohidro. Penjelasan masingmasing pengamatan sebagai berikut:
1.

Pengukuran debit langsung pada air sungai


Pada penentuan debit pada air sungai diperlukan data kecepatan dan luasan
secara melintang dari titik yang akan dihitung debitnya. Nilai debit merupakan hasil
kali dari nilai kecepatan yang didapatkan dengan current meter dengan luasan
penampang melintang sungai. Luasan penampang melintang dapat ditentukan
dengan membagi titik sesuai dengan lebar sungainya dan luasan ditentukan di
beberapa bagian yang kemudian dijumlahkan.
Distribusi kecepatan aliran di dalam alur sungai tidak selalu sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur
tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak
sama dengan kecepatan pada dasar alur. Pengukuran debit di lokasi yang telah
ditentukan dapat dilakukan dengan metode pengukuran langsung. Pengukuran
kecepatan aliran dengan metode ini dapat menghasilkan perkiraan kecepatan aliran
yang memadai.
Prinsip pengukuran metode ini adalah mengukur kecepatan aliran tiap
kedalaman pengukuran pada titik interval tertentu dengan current meter atau
flow probe. Langkah pengukurannya adalah dengan memilih lokasi pengukuran
pada bagian sungai yang relatif lurus dan tidak banyak pusaran air. Bila sungai
relatif lebar, di bawah jembatan adalah tempat pengukuran cukup ideal sebagai
lokasi pengukuran. Setelah itu bagilah penampang melintang sungai/saluran
menjadi 10-20 bagian yang sama dengan interval tertentu. Lalu ukur kecepatan
aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan kedalaman sungai pada setiap titik
interval yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian,hitung kecepatan aliran rataratanya dan hitung debitnya dengan hasil kali luasnya. Pembagian pengukuran
kecepatan pada potongan melintang sungai dapat diamati pada gambar 3 berikut.

Gambar 3 Pembagian lebar Sungai dan kedalamannya


2.

Debit Andalan FJ Mock


Metode yang digunakan untuk menghitung debit andalan adalah metode
Mock dikembangkan oleh Dr.F.J.Mock. Metode Mock untuk memperkirakan

12

besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan konsep water balance. Air
hujan yang jatuh (presipitasi) akan mengalami evapotranspirasi sesuai dengan
vegetasi yang menutupi daerah tangkapan hujan. Evapotranspirasi pada metode
Mock adalah evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh jenis vegetasi, permukaan
tanah dan jumlah hari hujan. Data awal yang dibutuhkan adalah data hujan dari
stasiun cuaca Kabupaten Bogor.
Data evapotranspirasi diambil dengan melakukan perhitungan
evapotranspirasi dengan menggunakan metode Penman. Metode ini bersumber dari
Departemen Pekerjaan Umum dan sering digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi di daerah aliran sungai yang ada di Indonesia. Setelah evaporasi
diperoleh, metode empiris digunakan untuk mengetahui debit andalan yaitu dengan
Metode FJ Mock. Agar penentuan debit FJ Mock dapat diketahui dengan lebih
jelasnya dapat diamati pada Gambar 4.
Mulai

Data: curah hujan dan hari hujan


bulanan, data evapotranspirasi

Evapotranspirasi Aktual
(Ea)

Kelembaban tanah awal pada awal bulan sama


dengan akhir bulan (Ss = Sm)

Tidak

Ya

Pengisian Air Tanah


Sebelumnya
Ib = K x Vn-1

Ws = R-Ea
jika s>0

Tanah pada kapasitas


lapang (Ws = s)

Tanah di bawah
kapasitas lapang
Ws = 0

Volume Penyimpanan
Air
Vn= Igw + Ib

Infiltrasi
I = X x Ws

Selisih Volume
Penyimpanan
dVn = Vn - Vn-1

Aliran Air Tanah


Bn = I - dVn

Jumlah Limpasan
Ro = Bn + DRo

Aliran Permukaan
DRo = Ws - 1

Debit Andalan
Qand = Ro/nbulan

Gambar 4 Diagram alir perhitungan debit andalan FJ Mock

13
Pengamatan Sistem Distribusi Air Sungai
Sistem distribusi air sungai yang akan ditentukan lokasi pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini perlu diamati. Hal ini karena keadaan
air sungai tersebut meliputi letak, posisi, air tersebut bermuara, serta arah dari air
tersebut mengalir sangat berpengaruh pada PLTMH yang akan dibangun. Sehingga
untuk menentukan lokasi pembangunan PLTMH yang potensial diperlukan
pengamatan sistem distribusi air pada sungai tersebut. sistem distribusi air sungai
ini sangat berpengaruh terhadap debit yang dihasilkan. Kemudian saat musim
penghujan atau kemarau jika sistem distribusi air ini tidak diamati maka dapat
terjadi kemungkinan sungai tersebut kekeringan sehingga tidak dapat menggerakan
turbin. Pengamatan sistem distribusi air sungai ini dilakukan dengan menelusuri
aliran air sungai dari titik yang akan dibangun PLTMH ke daerah hulu dan hilirnya.
Pengecekan dengan menyusuri sungai ini diamati setiap alirannya serta saluran dan
vegetasi yang tumbuh di sekitar aliran sungai tersebut. Pengamatan sistem distribusi
air sungai ini juga dilakukan dengan melakukan pengamatan di peta. Langkahlangkah penelitian secara bertahap untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Skema penelitian

14

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Copeland OL. 1961. Watershed management and reservoir life. Journal American
Water Works Association. 53(5)
Damastuti A. 1997. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Artikel Wacana
Teknologi: hal. 11-12.
Finawan A, Mardiyanto A . 2011. Pengukuran debit air berbasis mikrokontroler
AT89S51. J Litek. 8(1): 28-31
Gitomarsono S. 1999. Kapasitas meresapkan air tanah di permukaan di kota
Semarang. J Sip. 1(1): 17-22
Jimmy. 2006. Visualisasi peta kontur dalam sudut pandang tiga dimensi. J
Informatika 7(2): 77-84
Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Rompas Parabelem T.D. 2011. Analisis pembangkit listrik tenaga mikrohidro
(PLTMH) pada daerah aliran sungai Ongkak Mongondow di Desa Muntoi
Kabupaten Bolaang Mongondow. J Pen Saitek. 16(2) : 160-171
Rostianingsih S, Gunadi K, Handoyo I. 2004. Pemodelan peta topografi ke objek
tiga dimensi. J Informatika. 6(1): 14-21
Sinaga, B.J. 2009. Perancangan turbin air untuk sistem pembangkit listrik tenaga
mikro hidro (Studi kasus Desa Way Gison Kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat. J. Sainsdan Inovasi 1(5): 64-75.
Soewarno, 1995 Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometrik). Nova, Bandung.
Sosrodarsono,Suyono. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita,
Jakarta. 5 62.
Subekti R A. 2010. Survei potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kuta
Malaka Kabupaten Aceh Besar. JMEPVT 1(1): 5-12
Sudaryono. 2000. Tingkat pencemaran air permukaan di Kodya Yogyakarta. J Tek
Lingk. 1(3): 247-252
Sudaryono. 2002. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu, konsep
pembangunan berkelanjutan. J Tek Lingk 3(2): 153-158
Sukamta S, Kusmantoro A. 2013. Perencanaan pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH) Jantur Tabalas Kalimantan Timur. J tek elekro 5(2): 58-63
Supadi. 2005. Pengelolaan air permukaan di Wonoharjo Kabupaten Karanganyar.
J Keair. 12(2): 64-71
Suripin I. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Jogjakarta.
Tikno S. 2000. Analisis debit di daerah aliran sungai Batanghari Provinsi Jambi.
JSTMC 1(1): 101-108

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana biaya anggaran penelitian
Material
Data
Penelitian

Studi
literatur

Justifikasi pemakaian

1 set

750,000

750,000

Data klimatologi

1 set

400,000

400,000

Bahan Analisis

500,000
3 set

25,000

75,000

1 buah

100,000

100,000

1 set (sewa selama 2 hari)

100,000

200,000

1 buah

5,000

5,000

3 buah

5,000

15,000

Current meter

1 set (sewa selama 2 hari)

50,000

100,000

Peta Wilayah

1 set

25,000

25,000

Catchment area

1 set

25,000

25,000

Peta topografi

1 set

25,000

25,000

Survei lokasi Penelitian

1 hari (pulang pergi)

50,000

50,000

Perizinan penelitian

3 hari (pulang pergi)

50,000

150,000

60 hari menetap

50,000

3,000,0000

500,000

500,000

50,000

200,000

Pita ukur

Theodolite
Global
Positioning
System (GPS)
Penggaris

Penelitian

Pencetakan
tugas akhir

Jumlah (Rp)

Data citra satelit

Peta DAS Cikaniki

Logistik
dan
tranportasi

Harga
Satuan (Rp)

kuantitas

Software AutoCAD
Arsip dosen, institusi,
perusahaan, departemen,
perpustakaan, pribadi
Total

6,120,000

16

Lampiran 2 Jadwal penelitian

Anda mungkin juga menyukai