Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Nama
NIM
Kelas
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai penggunaan margarin dan
mentega yang ditambahkan ke dalam makanan. Aneka olahan makanan yang biasanya
menggunakan margarin dan mentega diantaranya adalah pada saat pembuatan kue. Sering
kali kita sulit membedakan antara margarin dan mentega. Meskipun terlihat mirip,
sebenarnya margarin dan mentega adalah bahan tabahan makanan yang bahan dasar,
komposisi, proses pembuatan, dan kandungan gizinya berbeda.
Mentega berasal dari lemak hewan. Mentega terbuat dari lemak hewan biasanya
mengandung lebih banyak lemak jenuh/saturated fats (66%) dibanding lemak tak
jenuh/unsaturated fats-nya (34%). Lemak jenuh ini biasanya berhubungan dengan
tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Mentega biasanya mengandung vitamin A, D,
protein, dan karbohidrat. Sedangkan margarin berasal dari lemak tumbuh-tumbuhan.
Margarin yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan mengandung monounsaturated dan
polyunsaturated fats yang lebih banyak dibandingkan saturated fatsnya (13-15% saturated
dan 85-87% unsaturated fats).
Sebagaimana kita ketahui bahwa margarin dan mentega sebenarnya sama-sama
terbuat dari lemak. Namun meskipun demikian, sumber lemak pada mentega dan
margarin yang sering digunakan sebagai bahan tambahan berbeda. Selain itu sebagian
besar orang belum mengetahui bagaimana cara pembuatannya, apa bahan dasarnya, dan
apa saja kandungan gizi yang ada didalamnya. Oleh karena itu pada makalah ini akan
dibahas tentang proses pembuatan margarin dan mentega, sumber lemak dalam
keduannya, serta perbedaan margarin dan mentega.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan mentega dan margarin ditinjau dari sumber lemak yang
digunakan?
2. Bagaimana proses pembuatan mentega dan margarin?
3. Bagaimana perubahan fisika dan kimia pada lemak dalam mentega dan margarin?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan mentega dan margarin ditinjau dari sumber lemak yang
digunakan
2. Mengetahui proses pembuatan mentega dan margarin
3. Mengetahui perubahan fisika dan kimia pada lemak dalam mentega dan margarin
BAB II
PEMBAHASAN
pasteurisasi.
Pada
prinsipnya
netralisasi
dilakukan
dengan
keasaman krim mencapai 0,2-0,4% dihitung sebagai asam laktat, biasanya dicapai
dalam waktu 12-18 jam.
f. Pendinginan
Selama semalam pada suhu 10C. Pendingan berfungsi untuk memberikan tekstur
yang baik dan memudahkan pembalikan emulsi lemak dalam air menjadi emulsi
air dalam lemak.
g. Churning
Churning Merupakan proses pengadukan. Adapun tingkat pengadukan krim
ditentukan oleh:
a. Suhu adukan, optimumnya 5-100C. Churning secara lambat dikerjakan pada
suhu 10C selam semalam dan secara cepat suhu 3-4C selam 3 jam.
b. Jumlah krim yang dimasukkan dalam alat churning 1/3-1/2 isi churn, kadar
lemak krim 30-33%.
c. Keasaman krim 0,4-0,5%
Proses churning bertujuan memisahkan bahan mentega dari buttermilk. Suhu
krim harus dipertahankan tidak melebihi 100C agar bahan mentega tidak meleleh
yang berakibat larut kedalam buttermilk sehingga kadar lemak mentega menjadi
rendah. Selama proses penumbukan, globula lemak bergabung. Diawali dengan
terlihat pembentukan busa dan krim mengental dikarenakan terjadi pemasukan
udara akibat proses penumbukan sehingga viskositas krim meningkat dan mulai
terlihat butiran-butiran lemak terpisah.
h. Pencucian
Proses pencucian bahan mentega dengan menggunakan air matang yang
bersuhu 40C yang merupakan suhu awal churning bertujuan membilas granulagranula mentega agar bebas dari buttermilk terutama partikel curd, disamping
menurunkan suhu mentega ke suhu semula. Serum harus dibuang dan diganti
dengan air yang suhunya sama dengan suhu mentega, dengan jumlah air kurang
lebih sama dengan jumlah serum yang dibuang. Demikian seterusnya proses
churning dan pencucian ini diulangi 4 atau 5 kali.
i. Pemerasan
Pemerasan bertujuan disamping untuk mengeluarkan sisa-sisa buttermilk juga
untuk menurunkan kadar air sesuai dengan persyaratan (maksimal 16%).
mengurangi zat warna dan kotoran dalam minyak. Reaksi antara asam lemak
bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut :
R-COOH + NaOH
RCOONa + H2O
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran
seperti fosfolida dan protein dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi
yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi. Netrasi
menggunakan kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, resin dan
suspensi dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan.
Komponen minor dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E dan karotenoid
hanya sebagian kecil dapat dikurangi dalam proses netralisasi. Netrasi juga akan
menyabunkan sejumlah kecil netral (trigleserida, monogleserida, digliserida dan
trigliserida). Semakin encer larutan kaustik soda yang digunakan maka akan
semakin kecil minyak netral tersabunkan tetapi akan semakin besar kemungkinan
hilangnya minyak karena minyak dengan sabun membentuk emulsi. Umumnya
yang mengandung asam lemak bebas yang lebih rendah digunakan konsentrasi
kaustik soda sebesar 0.15 N.
Tahap netralisasi akan menghilang sejumlah besar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak. Hal ini akan menaikkan titik asap (smoke point), flash
point dan fire point. Sehingga saat margarin digunakan untuk menggoreng tidak
akan mudah teroksidasi membentuk akrolelin yang tidak diinginkan karena dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
b. Proses Bleaching ( Pemucatan)
Pemucatan adalah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan
mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth
(tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh
permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta
hasil degradasi minyak misalnya peroksida.
Pada proses ini zat-zat warna akan terserap. Minyak yang hilang karena
proses ini kurang sebesar 0.2-0.5 % dari minyak yang dihasilkan. Setelah
pemucatan, kadar sabun pada tahap netralisasi akan berkurang 5-10 ppm. Kadar
logam dari proses netralisasi akan berkurang 0.001-0.1%. Adsorban akan
mengurangi bau yang tidak dikehendaki, dan mengurangi jumlah peroxide yang
akan memperbaiki mutu minyak.
c. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari
rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan
dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator. Mekanisme proses Hidrogenasi :
dialiri uap panas selama 1-2 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat
menguap. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah
uap yang akan digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air. Pada
tangki deodorisasi (D-240) ini bekerja pada suhu 210C dan tekanan 0,03 atm.
Setelah tahap deodorisasi asam lemak bebas dan peroxide akan menguap
kurang lebih 0.015-0.03%. fraksi yang tidak tersabunkan terdiri dari klorofil,
vitamin E, hidrokarbon terutama (aqualine dan sterol) akan berkurang kira-kira
60% dari jumlah fraksi yang tersabunkan. Kerusakan minyak yang telah
mengalami proses deodorisasi dapat disebapkan oleh proses hidrolisa mikroba dan
ion logam seperti Cu, Mg, Zn, yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
asam lemak akan berubah menjadi radikal bebas.
e. Proses Emulsifikasi
Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan cara
penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80 oC dengan tekanan
1 atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi yaitu :
1) Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam
minyak yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air
minyak terutama dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin
sedangkan penambahan karoten pada margarine sebagai zat warna. Serta
vitamin A dan D untuk menambah gizi.
2) Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam
minyak. Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai
untuk membuat emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah :
a) Garam untuk memberikan rasa asin
b) TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak
yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik
c) Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet.
d) Vitamin A dan E akan bertambah dalam minyak. Selain itu minyak minyak
akan berbentuk emulsi dengan air, membentuk margarin. Bebrapa bahan
tambahan seperti garam anti oksidan dan natrium benzoat juga akan
teremulsi dalam margarin dalam bentuk mulsifier cair.
f. Packaging
Setelah tahap emulsifier selesai, kemudian dilanjutkan ke proses packaging.
Pengemasan margarin akan mengurangi kemungkinan kontaminasi. Margarin
mengandung asam lemak tidak jenuh lebih tinggi daripada mentega, sedangkan
kadar asam lemak jenuh mentega lebih tinggi dari margarin. Dilihat dari titik
pandang kesehatan, tentu saja asam lemak tidak jenuh yaitu omega-3 dan omega-6
yang terdapat pada margarin lebih menguntungkan dari pada asam lemak jenuh
yang terdapat pada mentega. Meski sedikit mentega juga mengandung asam
lemak omega-3 dan omega-6, selain itu mentega juga mengandungg
lycospingolipid yaitu suatu asam lemak yang mencegah infeksi saluran
pencernaan terutama pada anak-anak dan orang tua.
C. Perubahan Fisika dan Kimia pada Lemak dalam Mentega dan Margarin
1. Perubahan Fisika dan Kimia pada Lemak dalam Mentega
a. Tahap Netralisasi
Pada proses netralisasi terjadi perubahan kimia karena netralisasi dilakukan pada
krim dengan menambahkan larutan alkali agar pH menjadi 6,8-7,2.
b. Tahap Pasteurisasi
Terjadi perubahan kimia dalam proses pasteurisasi krim karena membunuh
sejumlah besar bakteri dan enzim-enzim seperti lipase.
c. Tahap Pemeraman
Dalam proses pemeraman (aging) terjadi perubahan kimia karena krim mengalami
kristalisasi lemak
d. Tahap Pendinginan
Terjadi perubahan fisika karena dalam proses pendinginan bertujuan untuk
memberikan tekstur yang baik dan memudahkan pembalikan emulsi lemak dalam
air menjadi emulsi air dalam lemak.
e. Tahap Churning
Dalam proses churning, krim mengalami perubahan fisika dari granula yang
kecil atau lemak yang tidak tertumbuk akan larut kedalam butter milk sehingga
terjadi kehilangan lemak. Proses churning bertujuan memisahkan bahan mentega
dari buttermilk. Suhu krim 100C agar bahan mentega tidak meleleh yang
berakibat larut kedalam buttermilk sehingga kadar lemak mentega menjadi
rendah. Selama proses churning, globula lemak bergabung. Diawali dengan
RCOONa + H2O
Tahap netralisasi akan menghilangkan sejumlah besar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak. Hal ini akan menaikkan titik asap (smoke point), flash
point dan fire point. Sehingga saat margarin digunakan untuk menggoreng tidak
akan mudah teroksidasi membentuk akrolelin yang tidak diinginkan karena dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
b. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi minyak dan lemak bertujuan untuk menaikkan titik leleh,
merubah sifat fisik, memperpanjang umur simpan dan meningkatkan stabilitas
flavor produk makanan. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan
hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Mekanisme
proses Hidrogenasi :
Perubahan kimia lemak pada tahap ini yaitu pada proses hidrogenasi sebagian
pada minyak dan lemak akan menghasilkan trans fatty acid (Hastert 1996).
Bentuk trans adalah salah satu isomer bentuk cis dari minyak dan lemak.
Bentuk trans yang ada didalam minyak dan lemak sawit adalah bentuk yang tidak
sengaja dibuat akan tetapi pada saat proses hidrogenasi posisi ikatan rangkap
mengalami reaksi hidrogenasi tidak sempurna sehingga terbentuklah posisi trans.
Proses hidrogenasi akan mengubah asam linolenat menjadi asam linoleat serta
asam linoleat akan diubah menjadi asam oleat. Tahap hidrogenasi akan
menurunkan kadar lemak bebas 0.1-0.3 %.
Sedangkan perubaha fisika pada proses hidrogenasi ini akan menaikkan titik
leleh, berarti akan mengubah minyak cair menjadi lemak setengah padat yang
sesuai dengan kebutuhan. Pada awalnya, keberadaan asam lemak trans didalam
lemak terhidrogenasi dianggap menguntungkan karena mempunyai titik leleh
yang lebih tinggi (sama dengan titik leleh asam lemak jenuh). Daripada bentuk
cis, lebih stabil, lebih tahan terhadap pengaruh oksidasi. Pada industri minyak dan
lemak dewasa ini, produksi asam lemak trans ditekan sekecil mungkin atau tidak
ada sama sekali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber lemak yang digunakan dalam pembuatan mentega dapat berasal dari lemak
susu yang manis (sweet cream) atau yang asam berupa asam linoleat (linoleic acid)
dan linolenat (linolenic acid). Sedangkan sumber lemak yang digunakan dalam
pembuatan margarin dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati. Lemak
hewani yang digunakan biasanya lemak babi (lard) dan lemak sapi (oleo oil),
sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Komponen asam lemak terbesar minyakk
elapa sawit adalah asam palmitat
2. Tahap pembuatan mentega meliputi separasi, standarisasi, netralisasi, pasteurisasi,
pemeraman, pendinginan, churning, penggaraman, pencucian, dan pengemasan.
Tahap pembuatan margarin yaitu netralisasi, bleaching, hidrogenasi, deodorisasi,
emulsifikasi, dan packaging.
3. Selama proses pembuatan mentega terjadi perubahan kimia pada sumber lemak yaitu
pada tahap netralisasi dilakukan pada krim dengan menambahkan larutan alkali agar
pH menjadi 6,8-7,2. Sedangkan perubahan kimia pada pembuatan mentega yaitu pada
tahap hidrogenasi dimana terjadi perubahan asam lemak cis menjadi trans, dan
perubahan struktur kimia asam lemak yang ditambahkan NaOH menjadi sabun,
perubahan fisika ketika proses netralisasi yaitu perubahan asam lemak dari bentuk
cair menjadi bentuk padat.
B. Saran
Sebaiknya menambahkan referensi dari berbagai sumber dalam pembuatan makalah
ini, agar diperoleh makalah yang benar dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. SNI Margarin. Jakarta : BSN (Badan Standarisasi Nasional).
Apriyantono, Anton. 2008. Titik Kritis Kehalalan Mentega dan Margarin. LPPOM-MUI
Kaltim. http://lppommuikaltim.multiply.com [Diakses 10 Mei 2016].
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta:
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.
Faridah, Atsia Rahma dan Abdul Hanif. 2008. Margarin Pada Pembuatan Roti Tawar
Substitusi. Makassar: Universitas Hasanudin.
Hasenhuettl, G.L. & R.W. Hartel. 1997. Food Emulsifier and Their Aplications. New York:
Chapman & Hall. International Thompson Publishing.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Ketaren. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Sugito, J. 2001. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tim Departemen Gizi. 2008. Hand Out Dasar Ilmu Gizi: Lemak. Surabaya: FKM UNAIR
Weiss, T.J. 1983. Food Oils and Their Uses. California: Hun Wesson Foods. Inc.
Winarno.1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.