Dosen Pembimbing:
Ns. Miko Eka Putri, S.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Andrie Kurniawan
Amelia Theresia
Amila Amalia
Benny
Dedel Chendra
Elva Murni
Ema Elvi
Eva Yunita
Hergani
Kartini
Martinah
Rino Deni Nurkusuma
Risty Julianti
Rona Karwasih
Rossi Isnania
Trie Yoga Prio S
Tuniaty
Yuriska Dayana
Zulpa
2008 21 056
2008 21 010
2008 21 050
2008 21 046
2008 21 006
2008 21 048
2008 21 140
2008 21 120
2008 21 122
2008 21 014
2008 21 080
2008 21 022
2008 21 086
2008 21 142
2008 21 116
2008 21 052
2008 21 036
2008 21 112
2008 21 152
LAMPIRAN
Daftar Nama Kelompok C Beserta Tugasnya
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
NAMA
Andrie Kurniawan
Amelia Theresia
Amila Amalia
Benny
Dedel Chendra
Elva Murni
Ema Elvi
Eva Yunita
Hergani
Kartini
Martinah
Rino Deni Nurkusuma
Risty Julianti
Rona Karwasih
Rossi Isnania
Trie Yoga Prio S
Tuniaty
Yuriska Dayana
Zulpa
TUGAS
Koordinator
Notulen (Sekretaris)
Cari Bahan
Mencatat
Mengetik
Meringkas
Cari Bahan
Meringkas
Meringkas
Cari Bahan
Cari Bahan
Mencatat
Cari Bahan
Meringkas
Meringkas
Mengetik
Mencatat
Bendahara
Cari Bahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Muskuloskeletal yang
berjudul Askep Fraktur Terbuka tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis
dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.2
1.3
Tujuan ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Fraktur...........................................................................
2.2
Klasifikasi Fraktur..........................................................................
2.3
2.4
Etiologi ...........................................................................................
2.5
Patofisiologi....................................................................................
2.6
2.7
Manifestasi Klinis...........................................................................
2.8
Penatalaksanaan..............................................................................
2.9
Kesimpulan .................................................................................... 28
3.2
Saran .............................................................................................. 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam
taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi
peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat
otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan
bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga
menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak
teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan
bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi
periode Januari 2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami
gangguan muskuloskletel, termasuk yang mengalami fraktur Tibia Fibula
berjumlah 31 orang (5,59%).
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi
fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361).
Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang fraktur terbuka baik
dari konsep dasar fraktur terbuka serta asuhan keperawata nya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa itu fraktur ?
2. Apa saja klsifikasi fraktur ?
3. Apa itu fraktur terbuka ?
4. Bagaimanakah Patofisiologis, manifestasi, penaggulangan pada fraktur
terbuka ?
5. Apa saja komplikasi dari faktur terbuka ?
6. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan fraktur tebuka.
1.3
Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Muskuloskeletal yang berjudul Askep Fraktur Terbuka . Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang
konse fraktur terbuka serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung
maupun tidak langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat
bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya trauma ( Apley &
Solomon, 1993; Rasjad, 1998; Armis, 2002).
2.2
Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1).
2).
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1).
2).
b)
c)
3).
4).
5).
2).
1/3 proksimal
2.
1/3 medial
3.
1/3 distal
2.3
Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang terjadi hubungan dengan dunia luar
atau rongga tubuh yang tidak steril, sehingga mudah terjadi kontaminasi
bakteri dan dapat menyebabkan komplikasi infeksi.
Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang
bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
2.4 Etiologi
1. Trauma
Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
2. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker
tulang dan lain-lain.
3. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
4. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
2.5
Patofisiologis
Spasme otot
Perubahan
Jaringan Sekitar
Peningkatan
tekanan kapiler
Pelepasan
histamin
Protein plasma
hilang
Laserasi Kulit
Pergeseran
Fragmen Tulang
Fraktur Terbuka
Pergeseran
Fragmen Tulang
Diskontuinitas
fragmen tulang
Luka terbuka
Putus Vena /
Arteri
Deformitas
Lepasnya lipid
pada sum-sum
tulang
Perdarahan
Gangguan
Fungsi
Terabsorbsi
masuk
kealiran darah
Port de entri
kuman
Gg. Integritas
kulit
Nyeri
Reaksi
peradangan
Edema
Edema
Penekanan
pembuluh
darah
Penurunan
perfusi
jaringan
Gangguan
perfusi
jaringan
Kehilangan
Volume Cairan
Shock
Hipovolemik
Gangguan
Mobilitas Fisik
Emboli
Gangguan pertukaran
gas
Defisit Volume
Cairan
6
Resiko Infeksi
Oklusi arteri
paru
Penurunan laju
difusi
Penekanan pada
jaringan vaskuler
Nekrosis
Jaringan paru
Luas permukaan
paru menurun
Penurunan
aliran darah
Resiko disfungsi
neurovaskuler
2.
3.
Usia penderita
2.
3.
10
4.
5.
6.
Waktu Imobilisasi
7.
8.
9.
Cairan Sinovial
10.
2.11 Komplikasi
1)
Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b.
Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
11
d.
Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2)
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
b.
Nonunion
Nonunion
merupakan
kegagalan
fraktur
berkonsolidasi
dan
12
c. Malunion
Malunion
merupakan
penyembuhan
tulang
ditandai
dengan
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya pada fraktur terbuka pasien mengalami perdarahan
sehingga menyebabkan pasien banyak kehilangan banyak darah yang
bisa mengganggu oksigenasi, dan menyebabkan defisit volume cairan.
Keluhan yang ada pada fraktur terbuka adalah rasa nyeri yang hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai rasa nyeri klien,
perawat dapat menggunkan PQRST.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
13
menyebabkan
fraktur
patologis
yang
sering
sulit
untuk
14
Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan
obat tidur (Doengos. Marilynn E, 2002).
Pola Aktivitas
15
16
17
Mata
Mungkin terjadi konjungtiva anemis (karena terjadi perdarahan)
Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru
(1)
Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(2)
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(3)
Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4)
Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
Jantung
(1)
Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
(2)
Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
18
(3)
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
Abdomen
(1)
Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2)
Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(3)
Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
(4)
Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur,
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress
normal setelah trauma).
e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien
ginjal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
19
Diagnosa
Keperawatan
Defisit volume
Tujuan
Volume cairan
cairan b.d
seimbang
contoh: TD,
dapat meningkatkan
perdarahan
KH:
frekwensi jantung,
frekwensi jantung,
dan nadi.
menurunkan TD dan
Intervensi
1. Awasi tanda vital
Rasional
Kekurangan cairan
DS: pasien
arna kulit
mengurangi volume
mengatakan
normal
nadi.
lemas
DO:
-
J
umlah urine
K normal
ulit pucat
Dengan memberikan
cairan daalam
sering
adar Natrium
sering dapat
umlah urine
dalam darah
memenuhi volume
sedikit
normal
Darah
J
umlah
20
Memberikan
mengalami
hematosit
peningkatan
normal
an dan keseimbangan
cairan
Kecendrungan
kadar Natrium
-
keseimbangan cairan
enurunan
negatif dapat
jumlah
menunjukkan
hematosit
terjadinya defisit.
4. Berikan cairan IV
melalui alat kontrol
Cairan dapat
dibutuhkan untuk
mencegah dehidrasi
2.
5. Pantau pemeriksaan
Mengevaluasi status
laboratorium sesuai
dan
penyebab/ketidaksei
kreatinin,elektrolit
mbangan
1. Pertahankan
Menyatakan
spasme otot,
imobilasasi
gerakan
berkurang
yang
sakit
dengan
fragmen tulang,
KH:
tirah
baring,
edema, cedera
- menunjukkan
jaringan lunak,
tindakan santai
pemasangan
mampu
traksi,
berpartisipasi
stress/ansietas.
dalam segala
2. Tinggikan
3. Lakukan
dan
(verbal
atau
pasif/aktif.
dengan
kode)
penggunaan
nyeri
terapeutik
awasi Mempertahankan
gerak kekuatan otot dan
meningkatkan sirkulasi
vaskuler.
keterampilan
aktivitas
latihan
mendeskripsikan
yang
terkena.
DS : komunikasi - Menunjukkan
relaksasi dan
ekstremitas
aktivitas.
untuk
gips,
4. Lakukan
untuk
21
DO :
sesuai indikasi
p untuk situasi
erilaku
hati-
kenyamanan (masase,
perubahan posisi)
kelelahan otot.
individual
5. Ajarkan
hati
-
teknik
elindungi
-
b
erfokus pada
dalam,
visual,
dipersional)
lama.
diri sendiri
-
6. Lakukan
okus
dingin
selama
menyempit
akut
(24-48
jam nyeri.
pertama)
sesuai
keperluan.
erilaku
distraksi
-
m
imik
analgetik
wajah
indikasi.
menunjukkan
penghambatan
rangsang nyeri baik
adanya nyeri.
3.
Risiko disfungsi
Klien akan
neurovaskuler
menunjukkan
secara
perifer b.d
fungsi
melakukan
menggerakkan
darah (cedera
jari/sendi
trombus)
- syanosis
sendi.
distal
cedera.
2. Hindarkan
- bisa bergerak
sirkulasi
secara aktif
penyesuaian
keketatan
22
bebat/spalk.
3. Pertahankan
tinggi
letak Meningkatkan
adanya
kompartemen.
4. Berikan obat
Mungkin diberikan
antikoagulan
sebagai upaya
(warfarin) bila
profilaktik untuk
diperlukan.
menurunkan trombus
vena.
aliran perkembangan
bandingkan dengan
4.
Gangguan
Klien
pertukaran gas
menunjukkan
b.d perubahan
kebutuhan
dan
aliran darah,
oksigenasi
efektif.
emboli,
terpenuhi
perubahan
KH:
membran
alveolar/kapiler.
latihan
Meningkatkan
perubahan
posisi meningkatkan
- tidak cyanosis
keadaan klien.
23
menurunkan kongesti
- analisa
darah
gas
paru.
dalam
batas normal
3. Kolaborasi
Mencegah terjadinya
pemberian
antikoagulan
(warvarin,
dan
pada keadaan
heparin) tromboemboli.
sesuai indikasi.
menunjukkan
keberhasilan untuk
mencegah/mengatasi
emboli lemak.
darah,
kalsium,
gangguan pertukaran
gas; anemia,
hipokalsemia,
peningkatan LED
dan kadar lipase,
lemak darah dan
penurunan trombosit
sering berhubungan
dengan emboli
lemak.
5. Evaluasi
pernapasan
upaya
perhatikan
24
otot
sentral.
1. Pertahankan
Gangguan
Meningkatkan
mobilitas fisik
atau
pelaksanaan
berhubungan
mempertahankan
aktivitas
dengan
mobilitas pada
terapeutik
kerusakan
tingkat paling
koran,
rangka
tinggi yang
teman/keluarga)
neuromuskuler,
mungkin
nyeri, terapi
KH:
restriktif
- Meningkatkan
(imobilisasi)
perhatian,
rekreasi meningkatakan rasa
(radio, kontrol diri/harga
2. Bantu
menurunkan isolasi
latihan Meningkatkan
atau fungsi
aktif
pada muskuloskeletal,
mengkompensa
ekstremitas
yang mempertahankan
si bagian tubuh
- Menunjukkan
tehnik yang
klien.
gerak sendi,
memampukan
mencegah
melakukan
kontraktur/atrofi dan
aktivitas.
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
3. Berikan
penyangga
papan Mempertahankan
kaki, posis fungsional
gulungan
ekstremitas.
trokanter/tangan
sesuai indikasi.
4. Bantu dan dorong Meningkatkan
perawatan
25
(kebersihan/eliminas
i)
sesuai
dalam perawatan
klien.
keterbatasan klien.
keadaan klien.
pernapasan
(dekubitus,
atelektasis,
penumonia)
6. Dorong/pertahankan
Mempertahankan
men-cegah
komplikasi urinarius
dan konstipasi.
8. Kolaborasi
pelaksanaan
fisioterapi
indikasi.
Kerjasama dengan
fisioterapis perlu
sesuai untuk menyusun
program aktivitas
fisik secara
individual.
26
9. Evaluasi
Menilai
kemampuan
perkembangan
Gangguan
integritas
terbuka.
Menyatakan
kulit ketidaknyamanan
berhubunan
dengan
program imobilisasi.
1. Pertahankan tempat Menurunkan risiko
hilang atau
fraktur berkurang
KH:
-
kencang,
Menunju
bantalan
kkan perilaku
atau tehnik
2. Masase
kulit Meningkatkan
untuk
terutama
mencegah
penonjolan
tulang meningkatkan
kerusakan kulit
dan
atau
bebat/gips.
area
memudahkan
penyembuhan
konstan pada
sesuai indikasi.
imobilisasi.
Mencapai
penyembuhan
luka sesuai
waktu atau
perianal
jaringan akibat
penyembuhan
kontaminasi fekal.
lesi terjadi
4. Observasi keadaan Menilai
kulit,
penekanan perkembangan
27
insersi
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Fraktur terbuka adalah fraktur yang terjadi hubungan dengan dunia luar
atau rongga tubuh yang tidak steril, sehingga mudah terjadi kontaminasi
bakteri dan dapat menyebabkan komplikasi infeksi.
Etilogi fraktur terbuka :
1. Trauma
2. Patologis ( penyakit pada tulang )
3. Degenerasi
4. Spontan
Pada fraktur terbuka, terdapat tanda-tanda patah tulang dengan luka di
daerah tersebut. Darah yang keluar berwarna lebih kehitaman, bercampur
butiran lemak dan selalu merembes, disertai nyeri dan perdarahan.
Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut Gustilo
1. Tipe I
2. Tipe II
3. Tipe III
Dibagi dalam 3 sub tipe:
Tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah
Tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak
dapat do cover soft tissue
tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera.
3.2
Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
28
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol III.
Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Muttaqin,
Arif.
2008.
Asuhan
Keperawatan
Klien
29
Gangguan
Sistem