Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu upaya dalam pembangunan di bidang kesehatan adalah
terbebasnya masyarakat dari penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah
TBC. Penyakit tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang
masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia.
Sepanjang abad ke 20 jumlah kasus penyakit TB meningkat di seluruh
dunia, 95% terjadi di negara berkembang. Kematian akibat TBC di negara
berkembang sebesar 98%. Tiga perempatnya pada usia produktif (15-50
tahun). Tiga puluh delapan persen (38%) dari kasus TBC tertinggi dunia
terdapat di Asia Tenggara. Dimana Indonesia sendiri masuk dalam urutan ke
tiga

dunia

setelah

India

dan

China

(diunduh

dari

http://komunitasrsucideres.blogspot.com).
Berawal dari tahun 1980-an, jumlah kasus tuberkolosis yang
terdiagnosis di negara maju seperti Amerika Serikat mulai membengkak naik.
Alasan mengapa hal ini terjadi antara lain peningkatan jumlah imigran dari
area yang merupakan endemik tuberkolosis. Meskipun peningkatan ini secara
bertahap menurun pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika
1

Serikat atau U.S. Center for Disease Control and Prevention menyatakan
bahwa meskipun angka kasus TB yang dilaporkan rendah pada tahun 2004
(4,9 kasus dari 100.000 populasi), angka penurunan untuk tahun 2003 dan
2004 adalah yang paling kecil sejak tahun 1993 (Elisabeth J. Corwin, 2009).
Menurut data surveilens program nasional sampai pada tahun 2005
menunjukan tingginya penemuan pasien tuberkolosis BTA negatif di rumah
sakit dengan foto toraks sebagai dasar penegakan diagnosa. Selain itu angka
kesembuhan pengobatan di rumah sakit pada umumnya masih dibawah 50%
dengan angka putus obat pada sebagian rumah sakit mrncapai 50-80%
(diunduh dari http://komunitasrsucideres.blogspot.com).
Di Indonesia, data Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Departemen Kesehatan,
menyebutkan angka kesakitan TB (incidence rate) tahun 2003 sebesar
115/100.000 penduduk. Artinya, dari 100.000 penduduk ada 115 orang yang
positif TB. Insiden itu bila dibandingkan tahun sebelumnya mengalami
penurunan. Tahun 2002 sebesar 122/100.000 penduduk dan tahun 2001
sebesar 130/100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar itu, persentase
penemuan kasus TB 41,1 persen (tahun 2003), 29,3 persen (tahun 2002), 21
persen (tahun 2001) dan 19,7 persen (tahun 2000). Sedangkan persentase
keberhasilan pengobatan 85 persen (tahun 2003), 86,5 persen (tahun 2002), 87
persen (tahun 2001) dan 92 persen (tahun 2000). Pada periode yang sama,
persentase kegagalan pengobatan (putus obat) berkisar 1,6 persen (tahun

2003)

sampai

3,3

persen

(tahun

2002),

(diunduh

dari

http://bebasbicara.road2us.com).
Sedangkan data untuk Kabupaten Merauke selama periode Januari
Desember 2009 terdapat 282 kasus penyakit TB , diantaranya: 0 kasus usia
untuk 0 - 7 hari, 0 kasus usia 6 - 28 hari, 0 kasus usia < 1 tahun, 0 kasus usia
1-4 tahun, 0 kasus usia 5 - 9 tahun, 20 kasus usia 10 14, 29 kasus usia 1519
tahun, 156 kasus usia 20 44 tahun, 35 kasus untuk usia 45 - 54 tahun, 32
kasus untuk usia 55 59 tahun, 7 kasus untuk usia 60 69 tahun, dan 2 kauss
untuk usia > 70 tahun (Dinas Kesehatan kabupaten Merauke).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
mengenai Pengaruh Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tingginya Penderita
TB Di Kabupaten Merauke .
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Adanya hubungan pengetahuan Masyarakat Terhadap Tingginya Penderita TB
Di Kabupaten Merauke ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap banyaknya penderita
TB Di Kabupaten Merauke.
2. Tujuan khusus
a. Untuk
mengidentifikasi

apakah

pengetahuan

masyarakat

mempengaruhi tingginyanya penderita TB di Kabupaten Merauke.

b.

Untuk mengidentifikasi apakah perilaku masyarakat mempengaruhi

tingginya penderita TB di kabupaten Merauke.


c. Untuk mengidentifikasi apakah motivasi masyarakat mempengaruhi
tingginya penderita TB di kabupaten Merauke.
d. Untuk mengidentifikasi
apakah pendidikan

masyarakat

mempengaruhi tingginya penderita TB di kabupaten Merauke.


e. Untuk mengidentifikasi apakah budaya masyarakat mempengaruhi
tingginya penderita TB di kabupaten Merauke.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Instansi Pendidikan
Sebagai sumber ilmu bagi lembaga pendidikan dalam meningkatkan
kerjasama dengan masyarakat dan juga merubah perilaku masyarakat
mengenai pentingnya menjaga kesehatan.
2. Untuk Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan bahan bacaan bagi tenaga perawatan lainnya
khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit TBC.
3. Untuk Instansi Pelayanan
Sebagai acuan bagi institusi pelayanan baik rumah sakit maupun
puskesmas dalam penerapan konsep - konsep ilmu lapangan yang dapat
digunakan untuk pelatihan bagi perawat guna peningkatan penanganan
dalam melayani penderita TB.
4. Untuk Peneliti selanjutnya
Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan lapangan dalam penelitian
khususnya mengenai pengetahuan yang mempengaruhi banyaknya
penderita TB di Kabupaten Merauke.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. TUBERKOLOSIS PARU
1. Pengertian dan Penyebab TBC
a. Pengertian
Tuberkolosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tubercolosis), sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes, 2005). Penyakit ini biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya, dan

membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus (Elisabeth. J


Corwin, 2009).
b. Penyebab
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang, gram positif, tahan asam (acid-fast), tidak bergerak, obligate
aerob, tidak mempunyai kapsul, tumbuh lambat pada perbenihan
sehingga memerlukan waktu antara 4-6 minggu. Di alam bakteri ini
terdapat di tanah, debu-debu di udara dan terutama berasal dari sputum
penderita (Indan Entjang, 2003).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tuberkolosis
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian tuberkolosis
diantaranya :
a. Faktor ekonomi, keadaan sosial yang rendah pada umumnya berkaitan
erat dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan
dalam mengatasi masalah kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat
mengurangi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi,
pemukiman dan lingkungan sehat, jelas semua ini akan mudah
menumbuhkan penyakit tuberkulosis.
b. Status gizi, ini merupakan faktor yang penting dalam timbulnya
penyakit

tuberkulosis.

Berdasarkan

hasil

penelitian

kejadian

tuberkulosis menunjukkan bahwa penyakit yang bergizi normal


ditemukan kasus lebih kecil dari pada status gizi kurang dan buruk.
c. Status pendidikan, latar belakang pendidikan mempengaruhi
penyebaran penyakit menular khususnya tuberkulosis. Berdasarkan
hasil penelitian mengatakan semakin rendah latar belakang pendidikan

kecenderungan terjadi kasus tuberkulosis, hal ini faktor terpenting dari


kejadian TBC.
3. Cara Penularan
Sumber penularan dalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam saluran tubuh manusia melalui
pernafasan kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, malalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positf hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
4. Risiko Penularan
Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tubercolosis Infection =
ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %.
Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 10000
penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi
tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi
yang akan menjadi penderita TBC.

Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah


dengan ARTI 1%, maka dianyara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100
penderita tuberkolosis setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA
positif.
5. Diagnosis Penderita Tuberkolosis
a. Gejala-gejala Tuberkolosis (TBC)
1) Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau
lebih.
2) Gejala tambahan, yang sering dijumpai:
a) Dahak bercampur darah.
b) Batuk darah.
c) Sesak nafas dan rasa nyeri dada.
d) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam, meriang lebih dari sebulan.
(Depkes, 2005).
b. Penemuan Penderita Tuberkolosis (TBC)
1) Penemuan penderita TBC pada orang dewasa
Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif, artinya
perjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang
datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan
secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara
ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding
(penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif).
Selain itu semua kontak penderita TBC Paru BTA positif dengan
gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka


penderita sedini mungkin, mengingat tuberkolosis adalah penyakit
menular yang dapat mengakibatkan kematian.
2) Penemuan penderita TBC pada anak
Penemuan penderita tuberkolosis pada anak merupakan hal yang
sulit. Sebagian besar diagnosis tuberkolosis anak di dasarkan atas
gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.
Dimana seorang anak dicurigai menderita TB kalau:
a) Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita
TB BTA positif.
b) Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG
(dalam 3-7 hari).
c) Terdapat gejala umum TBC
c. Diagnosis Tuberkolosis (TBC)
1) Diagnosis TBC Pada Orang Dewasa
Diagnosis TBC paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan
lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS
diulang.
a) Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita
diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
b) Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan
dahak SPS diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan,
pemeriksaan lain, misalnya biakan.

maka

dapat

dilakukan

Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik


spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau amoksilin) selama 1-2
minggu.
Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan
TBC, ulangi pemerikassan dahak SPS, yaitu:
a) Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC
BTA positif.
b) Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksan foto rontgen
dada, untuk mendukung diagnosis TBC.
(1).Bila hasil rontgen mendukung TBC, didiagnosis sebagai
penderita TBC BTA negatif Rongten positif.
(2).Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, penderita
tersebut bukan TBC.
UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk
untuk foto rongten dada.
2) Diagnosis Tuberkolosis Pada Anak.
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC
dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan
lambung, biopsi dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan
jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC pada anak
diasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan
uji tuberkulin.
3) Diagnosis Tuberkolosis Ekstra Paru.
Gejala tuberkolosis Ekstra Paru tergantung organ yang terkena,
misalnya nyeri dada terdapat pada tuberkolosis pleura (pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisisalis pada limfadenitis TBC
dan pembengkakan tulang belakang pada spondilitis TBC.
10

Diagnosis pasti sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat


ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tergantung ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya peralatan rontgen, biopsi, sarana pemeriksaan patologi
umum.
4) Seorang penderita TBC Ekstra Paru kemungkinan besar juga
menderita TBC Paru. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
dahak dan foto rontgen dada. Pemeriksaan ini penting untuk
penentuan panduan obat yang tepat.
d. Indikasi Pemeriksaan Foto Rontgen Dada
Umumnya diagnosis TBC Paru ditegakkan dengan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis, namun pada kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan rontgen.
1) Suspek dengan BTA Negatif
Setelah diberikan antibiotik spektrum luas tanpa ada perubahan,
periksa ulang dahak SPS. Bila hasilnya tetap negatif dilakukan
pemeriksaan foto rontgen dada.
2) Penderita dengan BTA Positif
Hanya pada sebagian kecil

dari

penderita

dengan

hasil

pemeriksaan BTA Positif, yaitu perlu dilakukan pemeriksaan foto


rontgen dada yaitu :
a) Penderita tersebut diduga mengalami komplikasi, misalnya
sesak napas berat yang memerlukan penanganan khusus contoh
pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura), pleuritis.
b) Penderita yang sering hemoptisis berat, untuk menyingkirkan
kemungkinan bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat).

11

c) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif. Pada


kasus ini pemeriksaan foto rontgen dada diperlukan untuk
mendukung diagnosis TBC Paru positif.
6. Klasifikasi Penyakit Dan Tipe Penderita
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkolosis memerlukan
suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi
dan tipe penderita.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus,
yaitu:
a. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru.
b. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif
atau BTA negatif
c. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
d. Tingkat keparahan penyakit : ringan tau berat.
1) Tujuan Penentuan Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting
dilakukan untuk menetapkan panduan OAT yang sesuai dan
dilakukan sebelu pengobatan dimulai.
2) Klasifikasi penyakit
a) Tuberkolosis Paru
Tuberkolosis paru adalah tuberkolosis yang menyerang
jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput pleura).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam:
(1). Tuberkolosis Paru BTA Positif
(a). Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
(b). 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkolosis
aktif.
(2). Tuberkolosis Paru BTA Negatif

12

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


dan

foto

rontgen

dada

tuberkolosis aktif.
TBC Paru BTA Negatif

menunjukkan
Rontgen

gambaran

Positif

dibagi

berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk


berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b) Tuberkolosis Ekstra Paru
Tuberkolosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TBC Ekstra-Paru dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
(1). TBC Ekstra-Paru Ringan
Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis

eksudativa

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan


kelenjar adrenal.
(2). TBC Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, perikarditis, peritonitis, TBC tulang
belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
3) Tipe Penderita
Tipe penderita ditemukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu:
a) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis
harian).

13

b) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberkolosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkolosis dan telah dinyatakan
sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemerisaan dahak BTA positif.
c) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.
Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /
pindah.
d) Setelah lalai (Pengobatab setelah default/drop-out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan,
dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang berobat.
Umumnya

penderita

tersebut

kembali

dengan

hasil

pemeriksaan dahak BTA positif.


e) Lain-lain
(1). Gagal
(a).Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu
bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.
(b).Adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2
pengobatan.
(2). Kasus kronis
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.

14

B. PENGETAHUAN
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu
pengindraan

sampai

menghasilkan

pengetahuan

tersebut

sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian


besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003, diunduh http://bidanlia.blogspot.com).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut (Notoatmodjo, 2003, diunduh http://bidanlia.blogspot.com),
pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

15

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

16

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu


berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoatmodjo, 2003,
diunduh http://bidanlia.blogspot.com) adalah sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
maungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan

yang

lain

sampai

masalah

tersebut

dapat

dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat

digunakan

sebagai

upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali


pengalaman

yang

pernah

diperoleh

permasalahan yang dihadapi masa lalu.


b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

17

dalam

memecahkan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold
Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang dikutip (Notoatmodjo, 2003, diunduh
http://bidanlia.blogspot.com), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk


menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

18

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang


menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut (Huclok, 1998,
diunduh http://bidanlia.blogspot.com) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang

ada

pada

masyarakat

dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.


5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : Hasil presentase 56% 75%
c. Kurang : Hasil presentase < 55%

19

C. PERILAKU
1. Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dipelajari (Notoatmodjo, 1997, dalam buku Pengantar Perilaku
Manusia, karya Purwanto, 1998)
2. Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahkluk lain
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983), dalam bukunya Pengantar
Umum Psikologi, ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari
mahkluk lain adalah:
a. Kepekaan Sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya
sesuai pandangan dan harapan orang lain.
b. Kelangsungan perilaku
Artinya antara perilaku satu ada kaitannya dengan perilaku orang lain,
perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan
seterusnya. Dalam kata lain bahwa perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan secara serta merta.
c. Orientasi pada Tugas
Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada
suatu tugas tertentu.

d. Usaha dan Perjuangan


Usaha dan perjuangan pada mausia telah dipilih dan ditentukan
sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak
ingin diperjuangkan.
e. Tiap individu adalah unik
Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan
manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di
muka bumi, walaupun ia dilahirkan kembar.

20

3. Proses Pembentukan Perilaku


Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar,
yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok
utama, yaitu O2, H 2O, cairan elektrolit, makanan dan seks.
b. Kebutuhan rasa aman, misalnya terhindar dari pencurian, sakit,
penyakit dan sebagainya,
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya ingin mencintai/mencintai
orang lain.
d. Kebutuhan harga diri, misalnya adanya perhatian dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya ingin disanjung oleh orang lain.
4. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
a. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik (keturunan) merupakan konsepsi dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku mahkluk hidup itu. Faktor
genetik yang berasal dari dalam individu antara lain:
1) Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki ras yang spesifik, saling
berbeda satu dengan yang lainya.
Tiga kelompok ras terbesar adalah:
a) Ras kulit putih atau ras kauksia. Ciri-ciri fisik: warna kulit
putih, bermata biru, berambut pirang. Perilaku yang dominan:
terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi HAM.
b) Ras kulit hitam atau ras negroid. Ciri-ciri fisik: warna kulit
hitam, berambut keriting dan bermata hitam. Perilaku yang
dominan: tabiatnya keras, tahan menderita, dan menonjol
dalam kegiatan olahraga keras.
c) Ras kulit kuning atau ras mongoloid. Ciri-ciri fisik: warna kulit
kuning, berambut lurus, dan bermata coklat. Perilaku yang

21

dominan: kerama-tamahan, suka bergotong royong, tertutup


dan senang dengan acara ritual.
2) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat
dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria
berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan
wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan.
3) Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda
karena sifa fisiknya.
4) Sifat kepribadian, salah satu pengertian kepribadian yang
dikemukakan oleh Maramis 1999 adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
5) Bakat pembawaan, bakat menurut Notoadmodjo (1997) yang
mengutip pendapat Willian B. Michael (1960) adalah kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung
pada latihan mengenai hal tersebut.
6) Intelegensi, sangat berpengaruh pada perilaku individu. Oleh
karena itu, kita kenal ada individu yang intelegen, yaitu individu
yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan
mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki intelegensi rendah
dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
b. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
1) Faktor lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik fisik, biologis, maupun sosial. Ternyata lingkungan
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

22

2) Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
individu sejak dalam ayunan sampai dengan liang lahat, berupa
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal
maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
3) Agama
Merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau
penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk
ke konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam
cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.
4) Sosial ekonomi.
Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial.
Lingkungan sosial dapat menyangkut lingkungan sosial budaya
dan sosial ekonomi.
5) Kebudayaan
Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekanto
(2001) dalam buku Pengantar Perilaku Manusia karya Purwanto,
1998, kebudayaan adalah eksresi jiwa terwujud dalam cara-cara
hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama,
rekreasi dan hiburan.
Koentjoroningrat (1990), dalam buku Pengantar Perilaku Manusia
karya Purwanto (1998), memberi batasan kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, serta dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam arti
sempit kebudayaan diartikan sebagai arti kesenian, adat istiadat,

23

atau peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan


mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
5. Bentuk perilaku
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu:
a. Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum
ada tindakan yang nyata.
b. Perilaku aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang
yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
6. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan,
makanan, dan lingkungan.
Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang
bersifat tertutup) dan aktif (respons yang bersifat terbuka, tindakan yang
nyata).
Menurut Notoatmodjo (1997), dalam buku Pengantar Perilaku Manusia
karya Purwanto (1998), rangsagan yang terkait dengan perilaku kesehatan
terdiri dari

empat unsur yaitu: sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan. Penjelasan secara rinci sebagai


berikut:
a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan
penyakit yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya)
maupun eksternal (berasal dari luar dirinya), baik respons pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun aktif (praktik) yang
dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit.

24

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkattingkat pemberian pelayanan kesehatan yng menyeluruh atau sesuai
dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu:
1) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan

(health

promotion behavior), misalnya: ibu memasakkan makanan yang


bervitamin dan bergizi untuk keluarganya.
2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior),
misalnya: tidur menggunakan kelambu untuk mencegah penyakit
malaria.
3) Perilaku pencarian pengobatan (health seekig behavior), misalnya:
berobat ke puskesmas, rumah sakit dan dokter praktik.
4) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior),
misalnya: seorang penderita hepatitis melakukan diit dengan tidak
makan makanan yang mengandung lemak.
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku ini adalah respons inividu terhadap sistem pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional, meliputi:
1) Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
2) Respons terhadap cara pelayanan kesehatan
3) Respons terhadap petugas pelayanan kesehatan
4) Respons terhadap pemberian obat-obatan
Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
penggunan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)
Perilaku ini adalah respons individu terhadap makanan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap makanan
serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin), dan
pengolahan makanan sehubungan dengan kebutuhan tubuh kita.
d. Perilaku terhadap lingkungan

25

Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai


determinant (faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkungan perilaku
ini sesuai lingkup kesehatan lingkungan yaitu:
1) Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air
bersih untuk kepentingan kesehatan.
2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran.
3) Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair
atau padat.
4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat yang
menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai, dan lain-lain.
5) Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vector.
7. Perilaku orang sakit dan perilaku orang sehat
a. Pengertian
Menurut Solita Sarwono (1993), dalam buku Psikologi Untuk
Keperawatan karya Sunaryo (2004), yang dimaksud dengan perilaku
sakit dan perilaku sehat sebagai berikut.
1) Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.
2) Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui
olahraga dan makanan bergizi.
b. Penyebab perilaku sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono
(1993), dalam buku Psikologi Untuk Keperawatan karya Sunaryo
(2004), bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut:
1) Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala serius yang
menyimpang dari keadaan normal.
2) Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.

26

3) Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap


hubungan dengan keluaraga, hubungan kerja dan kegiatan
kemasyarakatan.
4) Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala
yang dapat dilihat.
5) Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6) Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang
penyakit.
7) Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8) Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9) Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti fasilitas,
tenaga, obat-obatan, biaya dan transportasi.
c. Perubahan perilaku pada orang sehat
Konflik adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat adanya dua
atau lebih keinginan, kondisi atau dorongan yang tidak harmonis.
Terdapat tiga jenis konflik yaitu:
1) Approach-approach conflict, adalah konflik yang terjadi apabila
keinginan,

kondisi

atau

dorongan

yang

ada,

sama-sama

dikehendaki dan akibatnya positif.


2) Avoidance-avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi apabila
semua keinginan, kondisi dan dorongan yang ada sama-sama tidak
dikehendaki, dan bersifat negatif.
3) Approach- avoidance conflict, adalah konflik yang terjadi apabila
keinginan, kondisi, dan dorongan yang dikehendaki mengandung
risiko positif dan negatif yang seimbang.
8. Klasifikasi perilaku kesehatan
Menurut Becker (1979), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997)
bahan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah :

27

a. Perilaku Kesehatan (health behaviour), yaitu perilaku individu yang


ada kaitannya dengan health promotion, personal hygene, memilih
makanan dan sanitasi.
b. Perilaku Sakit (illness behaviour), yaitu semua aktivitas yang
dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk mengenal keadaan
kesehatan atau rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan untuk
mengenal penyakit, pengetahuan dan kemampuan idndividu untuk
mengenal penyebab penyakit.
c. Penyakit Sakit (the sick role behaviour), yaitu segala aktifitas individu
yang sedang menderita untuk memperoleh kesembuhan.

9. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan Notoatmodjo (1997) perilaku
manusia dapat dibagi kedalam tiga domain.

1. Cognitive Domain
(Ranah kognitif)

Perilaku
3. Psycomotor Domain
2. Affective Domain
Pengukuran Domain perilaku:
(ranah Psycomotor)
(Ranaha.Affectie)
Cognitive Domain, diukur dari knowledge (pengetahuan).
b. Affective Domain, diukur dari attitude (sikap).
c. Psycomotor Domain, diukur dai Psycomotor (ketentraman).

Menurut Ki Hajar Dewantara, perilaku manusia terdiri dari cipta, rasa dan karsa
28

1. Cipta (Kognisi)

2. Rasa (Emosi)

Perilaku

3. Karsa (Konasi)

Terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang dewasa dapat


dijelaskan sebagai berikut:
a. Diawali dari Cognitive Domain, yaitu individu atau terlebih dahulu
terhadap stimulus berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan
baru pada individu.
b. Affective Domain, yaitu respons batin dalam bentuk sikap dari individu
terhadap objek yang diketahuinya.
c. Psycomotor Domain, yaitu objek yang telah diketahui dan didasari
sepenuhya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan.
d. Cognitive Domain
Affective Domain
Psycomotor Domain

D. MOTIVASI ATAU MOTIF


1. Pengertian
Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi.
Menurut (Nancy Stevenson, 2001, dalam buku Psikologi Untuk
Keperawatan karya Sunaryo, 2004), motivasi adalah semua hal yan verbal,
fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
respons. Dan menurut Sarwon, 2000, dalam buku Psikologi Sosial karya
Sears, 2004), motivasi adalah menunjukkan proses gerak, termasuk situasi
yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tigkah laku yang

29

ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan
atau perbuatan.
2. Macam-macam Motif
a. Secara Umum
Ada dua macam motif yaitu:
1) Motif primer atau motif dasar, yaitu motif yang tidak dapat
dipelajari karena berbentuk insting dan untuk mempertahankan
hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini sering disebut
drive.
2) Motif

sekunder

adalah

motif

yang

dapat

dimodifikasi,

dikembangkan, dan dipelajari seiring dengan pengalaman yang


diperoleh.
b. Menurut (Abu Ahmadi, 1999), dalam buku Psikologi Untuk
Keperawatan karya Sunaryo, 2004
Motif digolongkan menjadi 3 macam yaitu:
1) Motif biologis atau motif biogenetis, yaitu motif yang berkembang
dalam diri indiidu dan berasal dari kebutuhan individu, untuk
kelangsungan hidup individu sebagai mahkluk biologis. Sifat motif
universal.
2) Motif sosiologis atau motif sosiogenetis, yaitu motif yang berasal
dari lingkungan kebudayaan tempat individu itu berada dan
berkembang serta dapat dipelajari, atau motif yang berkembang
atas dasar interaksi individu sebagai mahkluk sosial yang hidup
dalam masyarakat. Motif ini jenisnya banyak sekali, dapat
dipelajar, dimodifikasi, dikembangkan, dan berbeda sesuai corak
kebudayaanya.
3) Motif teologis atau teogenetis, yaitu motif yang mendorong
manusia untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta.

30

c. Menurut Wood Worth dan Marquis


Sebagaimana dikemukakan oleh (Abu ahmadi, 1999), dalam buku
Psikologi Untuk Keperawatan karya Sunaryo, 2004, Wood Worth dan
Marquis membedakan motif menjadi:
1) Motif yang berhubungan dengan kebutuhan organik dan berasal
dari dalam diri individu, misalnya motif makan, minum, bernapas,
seks dan istirahat.
2) Motif yang berkembang karena interaksi individu dengan
lingkunagan dan berasal dari luar individu. Dibedakan menjadi:
a) Motif darurat atau emergency motive, yaitu motif yang
membutuhkan tindakan cepat dan segera dalam memenuhinya
karena tuntutan situasi lingkungan.
b) Motif objektif atau objective motive, yaitu motif yang terkait
langsung dengan lingkungan baik orang maupun benda.
d. Menurut Maslow
Menurut (Maslow, 1995), dalam buku Psikologi Untuk Keperawatan
karya Sunaryo, 2004 membagi motif terbagi menjadi:
1) Motif kekurangan (deficit motive), yaitu motif yang berfungsi
mengatasi peningkatan ketegangan individu sebagai akibat
kekuragan sesuatu hal. Motif ini menyangkut kebutuhan fisiologis
dan rasa aman serta mendorong perilaku yang mendesak pada
individu untuk memenuhinya.
2) Motif pertumbuhan (metaneeds atau being motives), yaitu motif
yang mendorong individu mengungkapkan potensinya. Motif ini
memperkarya kehidupan dengan banyak belajar dan mencari
pengalaman sehingga menambah semangat hidup , misalnya
belajar di bidang keperawatan.
e. Menurut Gardner Lindzey, Calvin S. Hall dan R.F Thompson

31

Dalam buku Psikologi Sosial karangan Abu Ahmadi (1999), Gardner


Lindzey, Calvin S. Hall dan R.F Thompson mengklasifikasikan motif
menjadi dua macam, yaitu:
1) Drives (Needs), yaitu kekuatan yang ada dalam diri individu yang
medorong untuk bertindak. Dibedakan menjadi:
a) Drive primer atau drive dasar, yaitu drives yang tidak dipelajari
dan merupakan proses organik internal, misalnya: haus, lapar,
dan seks.
b) Drive yang dipelajari, misalnya berprestasi, belajar dan
berkompetisi.
2) Incentives, yaitu benda atau situasi disekitar lingkungan kita, yang
merangsang tingkah laku individu
3. Beberapa cara memotivasi orang lain
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang,
yaitu:
a. Memotivasi dengan kekerasan (motivation by force), yaitu cara
memotivasi dengan meggunakan ancaman atau kekerasan agar yang
dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan
sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi.
Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification), yaitu cara
memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat
sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri
dalam mencapai sesuatu.
E. PENDIDIKAN
1. Pengertian

32

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi, (http://www.sman2mks.com,
ytanggal 17/10/09, jam 19.00).
2. Pendidikan dapat dilihat melalui dua sisi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai praktik
Yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan
disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain agar memperoleh
perubahan perilaku.
b. Pendidikan sebagai teori
Yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis
yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan
mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang
bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun
hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna
pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
Praktik pendidikan setidaknya berlandaskan pada teori pendidikan.
Demikian pula, teori-teori pendidikan setidaknya bercermin dari
praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan
33

dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam


teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
3. Pendekatan-pedekatan dalam Pendidikan
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan, diantaranya: pendekatan sains, pendekatan filosofi, dan pendekatan
religi.
a. Pendekatan Sains
1) Pengertian

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk


menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan
dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya.
2) Cara kerja pendekatan sains
Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat,
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu
pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih
detail dan mendalam.
3) Cabang-cabang pendekatan sains
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan
atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti:
a) Sosiologi pendidikan, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji
faktor-faktor sosial dalam pendidikan.
b) Psikologi pendidikan, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi

dari

psikologi

untuk

mengkaji

perilaku

dan

perkembangan individu dalam belajar.


c) Administrasi atau manajemen pendidikan, suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk
mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya

34

agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan


efisien.
d) Teknologi pendidikan, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek
metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien.
e) Evaluasi pendidikan, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
f) Bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan
sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi,
teknologi dan terutama psikologi.
b. Pendekatan Filosofi
1) Pengertian
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan
metode filsafat.
2) Cara kerja pendekatan filsafat
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui
metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang
pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model, yaitu:
a) Model filsafat spekulatif, filsafat spekulatif adalah cara berfikir
sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala
yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki
kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari
dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir
dan keseluruhan pengalaman.

35

b) Model filsafat preskriptif, filsafat preskriptif berusaha untuk


menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilainilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang
seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah,
bagus dan jelek.
Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau
hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks
pendidikan,

filsafat

preskriptif

memberi

resep

tentang

perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.


c) Model filsafat analitik, filsafat analitik memusatkan
pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertianpengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk
menjernihkan

dan

dipergunakan

secara

menjelaskan
hati

dan

istilah-istilah

cenderung

untuk

yang
tidak

membangun suatu kecurigaan dalam sistem berfikir.


3) Teori pendidikan
Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan
berbagai teori pendidikan, diantaranya: perenialisme, esensialisme,
eksitensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
a) Perenialisme
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting
dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan
yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut,

36

kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu.


Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b) Esensialisme
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai
dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di
masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme
juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c) Eksistensialisme
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna.
d) Progresivisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya

melayani

perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi


pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e) Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan
tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan

37

masalah, dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini


menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
c. Pendekatan Religi
1) Pengertian
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teoriteori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran
agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang
kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan
tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
2) Cara kerja pendekatan religi
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains
maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya
kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya
adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang
meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam
agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.

F.

KEBUDAYAAN
1. Pengertian
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville
J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism. Budaya adalah suatu cara hidup yang

38

berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan


diwariskan dari generasi ke generasi.]Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

2. Unsur-unsur Kebudayaan
Ada eberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur
pokok, yaitu:
1)

alat-alat teknologi

2)

sistem ekonomi

3)

keluarga

4)

kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


1)

sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para


anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya

2)

organisasi ekonomi
39

3)

alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk


pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

4)

organisasi kekuatan (politik)

3. Wujud dan komponen


a. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan
menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1)

Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau
di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi
dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

40

2)

Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitasaktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam

kehidupan

sehari-hari,

dan

dapat

diamati

dan

didokumentasikan.

3)

Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud

kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan


yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b. Komponen

41

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan


atas dua komponen utama:
1) Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat

yang

nyata,

konkret.

Termasuk

dalam

kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang


dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
2) Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

42

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
VARIABEL OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Perilaku
Motivasi

Tingginya Penderita TB

Pendidikan
Budaya

B. HIPOTESIS
1. Hipotesis Mayor

43

Adanya hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan tingginya


penderita TB di kabupaten Merauke.
2. Hipotesis Minor
a. Adanya hubungan antara perilaku

masyarakat dengan tingginya

penderita TB di kabupaten Merauke.


b. Adanya hubungan antara motivasi masyarakat dengan tingginya
penderita TB di kabupaten Merauke.
c. Adanya hubungan antara pendidikan masyarakat dengan tingginya
penderita TB di kabupaten Merauke.
d. Adnya hubungan antara budaya masyarakat dengan tingginya penderita
TB di kabupaten Merauke.
C. DEFINISI OPERASIONAL
No
Variabel
1. Pengetahuan adalah

Definisi Operasional
Skala
adalah merupakan hasil Ordinal: ya,
tahu dan ini terjadi setelah
orang

mengadakan

penginderaan terhadap suatu


objek

tertentu,

penyakit TB.

yaitu Ordinal: sangat


setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak

2.

Perilaku

tindakan atau perilaku suatu setuju


individu yang dapat diamati Ordinal: ya, tidak
dan bahkan dipelajari.
Ordinal: tahu, tidak
tahu

44

3.

Motivasi

adalah

semua

hal

yan

verbal, fisik atau psikologis


yang membuat seseorang
melakukan sesuatu sebagai
respons.
4.

Pendidikan

adalah

usaha

sadar

terencana

dan
untuk
Ordinal: ya, tidak

mewujudkan suasana belajar


dan

proses

pembelajaran Ordinal: ya, tidak

agar peserta didik secara


aktif

mengembangkan

potensi

dirinya

untuk

memiliki kekuatan spiritual


keagamaan,
diri,

pengendalian
kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia,


serta

keterampilan

diperlukan

dirinya

yang
dan

masyarakat melalui respons.

5.

Budaya

adalah suatu pola hidup


menyeluruh, budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas.

45

6.

Penderita TB

Adalah

individu

yang

mengidap penyakit TBC.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Deskriptif. Penelitiannya
menggunakan metode survey, dengan pendekatan cross sectional. Cross
sectional adalah pencarian hubungan antara satu keadaan lain yang terdapat
dalam satu populasi yang sama (Azwar, 2003, diunduh http://one.
indoskripsi.com). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempegaruhi penderita TB yang putus obat yang di rawat di Ruangan
Infeksi RSUD Merauke. Dimana faktor-faktor tersebut antara lain: faktor
pengetahuan, faktor pendidikan, faktor motivasi, dan faktor perilaku.
B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
1. Pengertian populasi dan sampel
a. Populasi atau disebut juga universe adalah sekelompok individu atau
objek yang memiliki karakteristik sama (Chandra. B, 1995). Sebagai
populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk Merauke yang
berjumlah 195.577 jiwa.

46

b. Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau objek yang memiliki
karakteristik sama (Chandra. B, 1995). Sampel yang diambil adalah
seluruh populasi yaitu berjumlah 195.577 jiwa.
2. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu nonrandom (non probability) sampling, karena pengambilan sampel dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya atau biasa disebut dengan proporsif sampling.

C. METODE DAN PENGOLAHAN DATA


1. Metode pngumpulan
Metode pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung dan tergantung dari kebutuhan informasi, tenaga dan dana yang
ada.
Pengumpulan data ini terdiri dari:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui observasi dan
wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder
Data mengenai penderita TB , dengan melihat data di ruangan Infeksi
RSUD merauke berupa buku register yang terdapat di ruangan
tersebut.
c. Kuesioner

Berupa lembaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikirimkan pada


responden yang dipilih, dengan harapan akan dikembalikan.
1) Petujuk pengisian
Meliputi identitas responden (nama, jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan), cara pengisian kuesioner
dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban.
2) Kuesioner

47

Suatu kuesioner dikatakan valid dan reliabel jika pertanyaan pada


kuesioner mampu untuk menyiapkan suatu yang akan diukur pada
kuesioner tersebut dengan menggunakan product moment. Dimana
variabel penggunaan alkohol, lingkungan dan keluarga dapat
menggunakan product moment. Product moment adalah ukuran
korelasi atau asosiasi yang paling sering digunakan. Simbol
koefisien korelasi ini adalah r.
Rumus manual product moment (korelasi) adalah:

Kriteria:
Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan valid tetapi jika r hitung < r tabel
maka pertanyaan tidak valid.
a)

Pengetahuan
Untuk masyarakat akan dibuatkan 16 soal dengan menggunakan
skala ordinal (ya, tidak), untuk jawaban diberi tanda silang (X).
Kriteria:
Untuk dikatakan ya maka nilainya antara 17-32, sedangkan
untuk jawaban tidak nilainya 16

b)

Perilaku
Untuk masyarakat akan dibuatkan 9 soal dengan menggunakan
skala ordinal (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju) dan untuk jawaban diberi tanda silang (X).
Kriteria:
Untuk dikatakan sangat setuju maka nilainya antara 10 - 27,
untuk jawaban setuju nilainya 10-18, untuk jawaban tidak setuju
nilainya 1-9, dan untuk jawaban sangat tidak setuju nilainya 0.

48

c)

Motivasi
Untuk motivasi akan dibuatkan 4 soal dengan menggunakan
skala ordinal (ya, tidak), untuk jawaban diberi tanda silang (X).
Kriteria:
Untuk jawaban ya maka nilainya antara5-8 , untuk jawaban
tidak nilainya antara

d)

Pendidikan
Untuk pendidikan akan dibuatkan 9 soal dengan menggunakan
skala ordinal (tahu, tidak tahu) dan untuk jawaban diberi tanda
silang (X).
Kriteria:
Untuk jawaban tahu maka nilainya antara 10-18 , untuk jawaban
tidak tahu nilainya antara 1-9.

e)

Budaya
Untuk budaya akan dibuatkan 5 soal dengan menggunakan skala
ordinal (ya, tidak) dan untuk jawaban diberi tanda silang (X).
Kriteria:
Untuk jawaban ya maka nilainya antara 6-10, untuk jawaban
tidak nilainya antara 1-5.

f)

Penderita TB
Untuk penderita TB akan dibuatkan 4 soal dengan menggunakan
skala ordinal (ya, tidak) dan untuk jawaban diberi tanda silang
(X).
Kriteria:
Untuk jawaban ya maka nilainya antara 5-8, dan untuk jawaban
tidak nilainya antara 1-4.

2. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah menyeleksi data yang telah didapat dari hasil
wawancara untuk mendapatkan data yang akurat.
b. Koding
Koding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melakukan tabulasi data.

49

1) Koding butir jawaban untuk pengetahuan dengan menggunakan


penilaian :
a) Nilai 2 untuk jawaban Ya
b) Nilai 1 untuk jawaban Tidak
2) Koding butir untuk jawaban pertanyaan perilaku (skala likert):
a) Nilai 3 untuk jawaban sangat setuju
b) Nilai 2 untuk jawaban setuju
c) Nilai 1 untuk jawaban tidak setuju
d) Nilai 0 untuk jawaban sangat tidak setuju
3) Koding butir untuk jawaban untuk motivasi menggunakan
penilaian:
a) Nilai 2 untuk jawaban ya
b) Nilai 1 untuk jawaban tidak
4) Koding butir untuk jawaban pertanyaan pendidikan menggunakan
penilaian:
a) Nilai 2 untuk jawaban tahu
b) Nilai 1 untuk jawaban tidak tahu
5) Koding butir untuk jawaban pertanyaan budaya menggunakan
penilaian:
a) Nilai 2 untuk jawaban ya
b) Nilai 1 untuk jawaban tidak
6) Koding butir untuk jawaban untuk penderita TB menggunakan
penilaian:
c) Nilai 2 untuk jawaban ya
d) Nilai 1 untuk jawaban tidak
c. Tabulasi data
Tabulasi data adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk
tabel.
d. Entri data
Entri data adalah memasukan data melalui pengolahan komputer.

50

3. Analisa data
a. Univariat
Untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel data dalam bentuk
distribusi frekuensi.
b. Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independent,
dalam penelitian ini dilakukan uji chi squer untuk melihat apakah ada
hubungan yang bermakna antara variabel independent (anemia) dengan
variabel dependen (BBLR) pada tingkat kepercayaan 95% atau alpha 0,05.

D. KETERBATASAN, TEMPAT DAN WAKTU

1. Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian, sampel yang dgunakan adalah masyarakat
kabupaten Merauke.
2. Tempat
Tempat penelitian ini di Kabupaten Merauke
3. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011
E. INSTRUMEN (ALAT PENGUMPULAN DATA)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berbentuk pernyataan tertutup, dan data yang telah dikumpulkan akan diolah
secara manual dan dengan bantuan komputer.

51

DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B, 1995, Pengantar Statistik Kesehatan, penerbit : EGC, Jakarta
Corwin, E, J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, penerbit : EGC, Jakarta
Dwiloka, B, 2005, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, penerbit : Rineka Cipta,
Jakarta
Entjang, Indan, 2003, Mikrobiologi & Parasitologi Untuk Akademi keperawatan
dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang sederajat, penerbit : Citra Aditya Bakti,
Jakarta
Gede Mundijaya, A, A, 2002, Langkah-langkah praktis penyusunan proposal dan
publikasi ilmiah, penerbit : EGC, Jakarta
Hidayat, Aziz, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, penerbit :
Salemba Medica, Jakarta
http://bebasbicara.road2us.com
http://bidanlia.blogspot.com
http://caramudahbuatskripsi.blogspot.com
http://komunitasrsucideres.blogspot.com
http://one. indoskripsi.com

52

http://wap.fajar.co.id
http://www.psb-psma.org
http://www.sman2mks.com
Notoadmodjo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, penerbit : Rineke
Cipta, Jakarta
Purwanto, H, 1998, Pengantar Perilaku Manusia, penerbit : EGC, Jakarta
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, penerbit : Alfabeta, Jakarta
Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, penerbit : EGC, Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, Tahun 2010

53

LAMPIRAN
A. SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia berpartisispasi dalam
penelitian yang berjudul, pengaruh pengetahuan masyarakat

dengan

tingginya penderita TB di kabupaten Merauke. Saya sebagai responden


menjamin bahwa jawaban yang diberikan sesuai dengan keluhan yang
dirasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya berharap bahwa peneliti
menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas atas informasi yang diberikan.
Tanda tangan dibawah ini, menunjukkan bahwa saya bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.

Merauke,

Januari 2011

Yang menyatakan

()

54

B. KUESIONER PENELITIAN
Petujuk pengisian
Anda diharapkan untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan petunjuk yang
sudah ada. Dan perlu saudara ketahui jawaban yang sudah anda berikan akan
dijamin kerahasiaannya. Oleh sebab itu saya mohon kesediaan Anda untuk
menjawab semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jujur dan
sesuai dengan keluhan yang Anda rasakan.
Identitas Responden
Isilah titik- titik atau silanglah (X) pilihan yang saudara pilih
1. Nama

:.

2. Jenis Kelamin
a. Pria
b. Wanita
3. Umur

:.

4. Pendidikan terakhir

a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. DIII
e. S1
5. Pekerjaan

55

6. Alamat

B.

PENGETAHUAN
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x).
1. Apakah anda tahu tentang TB Paru ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda tahu tanda-tanda penyakit TBC ?
a. Ya
b. Tidak
3. Menurut anda apa penyebab TB paru adalah kuman/basil ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Anda tahu tindakan yang pertama kali dilakukan setelah diketahui
gejala penyakit TBC ?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika ya, tindakan yang anda lakukan adalah ?
a. Pergi ke Puskesmas
b. Pergi ke pelayanan kesehatan lain (praktek dokter swasta)
6. Menurut Anda apa tujuan imunisasi BCG (Bacillus Calmette et Guerin)
untuk mencegah penyakit TB ?

56

a. Ya
b. Tidak
7. Menurut anda apakah TB paru menular ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, melalui apa penyebaran TB paru ?
a. Dahak waktu batuk
b. Tidak tahu
9. Dari mana anda tahu tentang TB paru ?
a. Media elektronik
b. Tetangga/ saudara
c. Petugas kesehatan
d. Spanduk
10. Menurut anda apakah penyakit TBC dapat disembuhkan ?
a. Ya
b. Tidak
11. Menurut anda, apakah pengobatan penyakit TBC (minum Obat Anti TBC)
itu tidak boleh terlewatkan ?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah ya pengobatan TBC diperbolehkan berhenti sebelum 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak

57

13. Apakah benar pengobatan penyakit TBC dengan pengobatan teratur bisa
disembuhkan ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anda tahu tujuan pengobatan TB paru adalah ?
a. Ya
b. tidak
15. Jika ya, apa tujuan dari pengobatan TB paru?
a. Menyembuhkan penderita dan menurunkan kematian
b. Menghilangkan tanda dan gejala
c. Menghilangkan rasa sakit
16. Apakah penderita TB paru dikatakan sembuh apabila BTA dinyatakan
negatif setelah pengobatan ?
a. Ya
b. Tidak
C. PERILAKU
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x).
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
1. TB paru merupakan penyakit berat dan dapat mematikan?
a. Sangat Setuju
b. Setuju

58

c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
2. Bagaimana pendapat anda tentang penyuluhan TB paru di daerah anda ?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
3. Apakah anda melakukan pengobatan secara teratur sejak dinyatakan BTA
positif (+) ?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
4. Bagaimana pendapat anda tentang lamanya pengobatan TB paru selama 69 bulan untuk mencapai kesembuhan?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
5. Apakah

dengan

minum

obat

penyembuhan penyakit TB?


a. Sangat Setuju
b. Setuju

59

yang

teratur

dapat

mempercepat

c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
6. Menutup mulut saat batuk salah satu untuk mencegah penularan TB paru
di sekitar lingkungan anda?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
7. Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan salah satu usaha mencegah
penularan TB paru di sekitar lingkungan anda?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
8. Merokok tidak diperbolehkan pada penderita TB paru walaupun sudah
sembuh?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
9. Menurut anda merokok diperbolehkan walaupun hanya satu batang pada
penderita TB?
a. Sangat Setuju

60

b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju

D. MOTIVASI
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x), jawaban
boleh lebih dari satu.
1. Apa anda bersemangat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit TBC ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah orang terdekat mendukung anda?
a. Ya
b. Tidak
3. Bila dalam lingkungan anda ada yang terkena penyakit TBC, apakah anda
menganjurkannya untuk berobat?
e. Ya
b. Tidak
4. Apa anda akan mendukung orang terdekat anda yang terkena penyakit
TBC dalam pengobatannya?
a. Ya
b. Tidak

61

E. PENDIDIKAN
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x).
1. Apakah anda tahu kepanjangan dari TB?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Jika tahu, apa kepanjangannya?
a. Tuberkolosis
b. Tuberpulmonal
c. Timbul batuk
d. Timbul Bersin
3. Apakah Anda tahu kuman apa yang menyababkan penyakit TB?
a. Tahu
b. Tidak tahu
4.

Jika tahu, apa nama kuman tersebut?


a. Mycobacterium tubercolosis
b. Staphylococcus

5.

Apakah Anda tahu penyakit TB dapat mengakibatkan kematian?


a. Tahu
b. Tidak tahu

6.

Apakah Anda tahu penderita TB paru yang sudah sembuh akan dapat
kambuh kembali jika ia tertular dari orang lain?

62

a. Tahu
b. Tidak tahu
7.

Apakah anda tahu lingkungan rumah yang gelap, pengap, dan lembab
akan meningkatkan resiko kekambuhan TB paru?
a. Tahu
b. Tidak tahu

8.

Apakah Anda tahu penderita TB paru tidak akan tertular lagi karena sudah
mempunyai kekebalan?
c. Tahu
d. Tidak tahu
9. Apakah Anda tahu penderita TB paru harus tetap memeriksakan
kesehatannya ke Puskesmas walaupun sudah dinyatakan sembuh?
a. Tahu
b. Tidak tahu

F. BUDAYA
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x).
1. Apakah anda memiliki kebudayaan ?
c. Ya
d. Tidak
2. Apakah kebudayaan tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-hari anda ?
c. Ya

63

d. Tidak
3. Apakah anda tahu penularan TB?
c. Ya
d. Tidak
4. Apakah kegiatan dalam kebudayaan anda dapat menyebabkan penularan
penyakit TB?
c. Ya
d. Tidak
5. Bila ya, apakah anda tahu cara penanganannya ?
e. Ya
f. Tidak
G. PENDERITA TB
Mohon pertanyaan yang diajukan di bawah ini dijawab secara tepat, jelas dan
tanpa ada paksaan dari orang lain. Jawaban di beri tanda silang (x), jawaban
boleh lebih dari satu.
1. Apakah anda menderita TB?

c. Ya
d. Tidak
2. Apakah anda pernah meminum obat paket?
c. Ya
d. Tidak
3. Bila ya, apakah sampai sekarang anda masih melanjutkan pengobatannya?

a. Ya

64

c. Tidak
4. Menurut anda dengan pengobatan yang dilakukan anda dapat sembuh?

c. Ya
d. Tidak

65

Anda mungkin juga menyukai