Anda di halaman 1dari 12

Jenis-jenis Bakteri

Bakteri bisa digolongkan berdasarkan morfologi sel, sifat biokimia, serologi, %G+C,
DNA hibridisasi dan phagetypenya. Sistematika Bergey's yang menggunakan bentuk,
pewarnaan Gram dan kebutuhan oksigen membagi bakteri ke dalam 19 golongan. Pembagian
Bergey's maupun pembagian berdasarkan aktivitas bakteri di dalam bahan pangan yang
diusulkan oleh Frazier dan Westhoff tidak mempertimbangkan sifat-sifat genetikanya (%
G+C, hibridisasi DNA). Frazier dan Westhoff menggolongkan bakteri berdasarkan
aktivitasnya pada bahan pangan. Bakteri pembentuk asam terdiri dari bakteri asam laktat,
bakteri asam asetat, bakteri asam butirat, bakteri asam propionat.
Bakteri penghasil enzim ekstraseluler digolongkan menjadi bakteri proteolitik,
sakarolitik, lipolitik, dan pektolitik berdasarkan enzim yang disintesis. Bakteri juga
digolongkan berdasarkan temperatur optimum pertumbuhannya menjadi bakteri termofilik,
termodurik, dan psikrofilik Berdasarkan kemampuannya mentoleransi garam, bakteri
dibedakan menjadi halofilik dan halotoleran. Sedangkan bakteri-bakteri yang bisa tumbuh
pada konsentrasi gula tinggi disebut bakteri osmofilik. Beberapa bakteri dapat menghasilkan
pigmen yang tampak pada makanan yang ditumbuhinya. Kelompok bakteri lainnya adalah
bakteri penghasil lendir, gas, dan kelompok bakteri koliform.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pola pertumbuhan,
kebutuhan zat gizi, suhu, aktivitas air, nilai pH, kondisi lingkungan atmosfir dan zat kimia.
Berdasarkan suhu, bakteri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu bakteri psikrofilik,
psikrotrofik, mesofilik, termofilik dan termotrofik. Bakteri psikrofilik merupakan bakteri
yang tumbuh optimum pada suhu 100C. Bakteri yang dapat tumbuh dengan baik pada suhu
250C adalah bakteri psikrotrofik, sedangkan bakteri yang tumbuh pada suhu antara 30 0C dan
370C merupakan bakteri mesofilik. Bakteri yang dapat berkembang biak dengan baik pada
suhu 45-550C merupakan bakteri termofilik dan bakteri termotrofik merupakan bakteri yang
dapat tumbuh dan berkembang baik pada suhu 42-460C (Syarief dan Hariyadi, 1993).
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah disinfektan (zat kimia).
Disinfektan memiliki sifat mikrosidal, yaitu membunuh mikroorganisme dan mikrostatik,
yaitu menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Fardiaz, 1992).

1. Bakteri Proteolitik
Aktivitas proteolitik menghasilkan sedikit penggumpalan. Bakteri proteolitik adalah
bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang
diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai
enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Dekomposisi protein oleh mikroorganisme lebih kompleks daripada pemecahan karbohidrat
dan produk akhirnya juga lebih bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein yang lebih
kompleks. Mikroorganisme melalui suatu sistem enzim yang kompleks, memecah protein
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Durham, 1987).
Bakteri ini akan menghasilkan enzim proteinase ekstraseluler yang merupakan enzim
pemecah protein yang dibentuk di dalam sel dan dikeluarkan dari sel setelah enzim selesai
bekerja. Enzim proteinase terdapat pada semua bakteri, tetapi tidak semua bakteri memiliki
enzim proteinase ekstraseluler. Ada tiga macam bakteri proteolitik, yaitu:
a. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif yang tidak membentuk spora, contohnya
Proteus dan Pseudomonas.
b. Bakteri aerobik dan anerobik fakultatif pembentuk spora, contohnya Bacillus.
c. Bakteri anaerobik pembentuk spora, contohnya beberapa Clostridium.
Ada bakteri yang bersifat proteolitik asam yang dapat menghidrolisis protein dan
memfermentasi asam, contohnya Streptococcus faecalis dan ada juga bakteri yang bersifat
putrefaktif yang memecah protein secara anaerobik dan menghasilkan senyawa berbau busuk,
contohnya Pseudomonas (Fardiaz, 1992).
2. Bakteri Lipolitik
Bakteri lipolitik merupakan bakteri yang membutuhkan konsentrasi lemak minimal terte
ntu untuk pertumbuhannya. Kelompok bakteri lipolitik memproduksi lipase, yaitu enzim
yang mengkatalis hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dangliserol. Bakteri lipolitik
dapat menyebabkan bahan pangan yang mengandung lemak menjadi bau tengik. Banyak
bakteri yang bersifat aerobik dan proteolitik aktif juga bersifat lipolitik. Beberapa spesies
bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula. sementara itu beberapa spesies lainnya dapat
menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat menetralisir asam lemak rantai
panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif dalam
menghidrolisa lemak dalam chloroplast.
Mikroba lipolitik adalah mikroba yang memecah atau menghidrolisis lemak, fosfolipid
dan turunannya (Winarno, 1983). Lipid misalnya trigliserida merupakan sumber energi bagi
2

sejumlah mikroorganisma. Untuk mendapatkan energi dari lipid, mikroba menghasilkan


enzim lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak.
(Pradhika, 2008). Banyak bakteri yang bersifat aerobik dan proteolitik aktif juga bersifat
lipolitik. (Fardiaz, 1992)
Mengetahui keberadaan mikroba lipolitik ini digunakan indikator berupa indikator
Neutral Red, dimana akan menghasilkan warna merah jika lemak dalam medium dihidrolisis
menjadi asam-asam lemak yang menyebabkan pH medium menurun, sehingga warna merah
akibat penurunan pH tersebut terbentuk. Jadi Neutral Red juga disebut indikator pengukur
pH. (Sumanti dan Sukarminah, 2008)
Jenis-jenis mikroorganisme yang mempunyai sejumlah spesies bersifat lipolitik misalnya
bakteri Pseudomonas, Alcaligenes, dan Staphylococcus; kapang yang termasuk jenis
Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus, dan Penicillium; serta khamir yang termasuk jenis
Candida, Rhodotorula, dan Hansenula. Salah satu contoh yang bersifat kuat misalnya P.
fluorescens. (Buckle dkk, 1985)
3. Bakteri Pektolitik
Pektin adalah karbohidrat, kompleks yang terdapat pada sayuran dan buahbuahan. Campuran enzim pektolitik, disebut pektinase, dapat memecah pektin dan
menyebabkan busuk air atau busuk lunak, (soft rot) pada sayuran dan buah- buahan, atau
menyebabkan hilangnya kemampuan membentuk gel pada sari buah. Bakteri yang bersifat
pektolitik misanya beberapa spesies Erwinia, Bacillus dan Clostridium.
4. Bakteri Termofilik
Termofil adalah kelompok bakteri yang mempunyai suhu optimum pertumbuhan
minimal di atas 45 0C, biasanya 55 oC atau lebih. Bakteri ini sering tumbuh pada makanan
yang disimpan pada suhu tinggi, misalnya di dalam lemari pemanas. Contoh bakteri
termofilik misanya Bacillus stearothermophilus penyebab kebusukan asam tanpa gas (flat
sour), Clostridium thermosaccharolyti- cum penyebab busuk kembung pada makanan kaleng,
dan Lactobacillus thermophilus yang merupakan bakteri asam laktat termofil.
Bakteri termofilik menyukai kondisi panas. Mereka hidup dan berkembang biak dalam
suhu ekstrem, yaitu antara 45C hingga 80C. Bahkan, ada bakteri termofilik yang
bereproduksi pada suhu 121C. Bakteri ini diberi namaStrain 121. Suhu 121C lebih panas
daripada suhu air mendidih. Tidak banyak tempat di muka bumi yang mampu menyediakan
habitat ekstrem bagi bakteri termofilik. Beberapa di antaranya adalah di sumber air panas,
3

kawah gunung berapi, dan di celah hidrotermal kedalaman laut. Celah tersebut adalah
rekahan permukaan bumi di bawah laut tempat magma merembes dan memanaskan air.
Bakteri termofilik pertama kali ditemukan pada 1960 oleh Thomas Brock. Bakteri ini
ditemukan di sumber air panas di Yellowstone.
Dalam suhu yang sedemikian ekstrem, DNA bakteri lain tentu sudah meleleh.
Bagaimana bakteri termofilik mampu mempertahankan suhu tubuh ketika lingkungan
sekitarnya mendidih? Enzim, protein, dan DNA, bakteri ini stabil dan bekerja optimal pada
suhu ekstrem. Bakteri termofilik memiliki beberapa cara untuk menjaga DNA mereka
utuh. Kimiawi sel mereka mampu mencegah denaturasi protein. Stabilitas mereka juga
diperoleh karena formasi dan jumlah ikatan protein yang lebih banyak. Kandungan garam,
seperti potassium dan magnesium yang tinggi, mencegah penurunan ikatan fosfodiester.
Beberapa DNA bakteri termofilik berupa lilitan. DNA untai ganda memiliki lilitan yang lebih
banyak sehingga lebih tahan panas.
Menurut para ilmuwan, tidak ada mikroorganisme yang mampu bertahan hidup pada
suhu lebih dari 150C. Namun, hal tersebut belum pernah dibuktikan keberadaannya. Bakteri
termofilik ekstrem (hyperthermofil) membutuhkan suhu 80C hingga 105C untuk
berkembang. Banyak bakteri termofilik yang membutuhkan elemen belerang untuk tumbuh
dan berkembang.
Beberapa di antaranya merupakan bakteri anaerob yang menggunakan belerang sebagai
akseptor elektron dalam proses respirasi selular. Ada juga bakteri termofilik litotrof yang
mengoksidasi belerang menjadi asam sulfat sebagai sumber energi. Bakteri termofilik litotrof
mampu beradaptasi dengan pH yang sangat rendah. Oleh karena itu, bakteri ini juga termasuk
golonganacidofil. Bakteri termofilik litotrof menghuni habitat bersuhu tinggi yang kaya
belerang. Biasanya, mereka terdapat di kawah gunung berapi, sumber air panas, geyser, dan
fumarol. Beberapa bakteri termofilik litotrof berwarna karena memiliki pigmen fotosintesis.
Contoh bakteri termofilik adalah Thermus aquaticus dan Thermococcus litoralis.
Suhu optimum yang dibutuhkan kebanyakan adalah pada suhu 45-60oC. Jika spora
bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu 50 oC, bakteri tersebut
disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran suhu 50-66 oC atau pada suhu yang lebih
rendah (38oC), bakteri ini disebut fakultatif termofilik. Beberapa obligat termofil dapat
tumbuh pada suhu 77oC dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (121 oC selama

60 menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya pada


makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearothermophilus.
Menurut Balia (Tanpa tahun), bakteri E. coli termasuk bakteri termofilik. E. coli tumbuh
baik pada suhu 40C sampais uhu 80C. Pada suhu 90C pertumbuhan E. coli sedikit (+),
sedangkan pada suhu 97C tidak terlihat adanya kehidupan (-). Menurut Wasetiawan (2009),
pH minimum E. coli adalah 4,4, sedangkan pH maksimum E. coli adalah 9,0 dan pH
optimumnya berkisarantara 6,0 7,0 (Wasetiawan, 2009).
Berdasarkan temperatur optimum pertumbuhannya, maka termofilik dapat dijadikan
dalam 3 kategori yaitu:
a. Moderate thermophiles dengan temperatur pertumbuhan optimum berkisar antara 3570 C
b. Extreme thermophiles,temperatur pertumbuhan optimum berkisar 55-85 C
c. Hyperthermophiles, temperatur pertumbuhan optimum berkisar 75-113 C (Baker et
al., 2001).
Sedangkan pengelompokan termofil menurut Hughes dan Williams (1977).
a. Obligate thermophiles, temperatur pertumbuhan optimum 65-75 C, dan tidak
mampu tumbuh dibawah 40 C
b. Facultative thermophiles, dapat tumbuh optimal pada temperature 50-60 C,dan
mampu tumbuh pada 37 C
c.

Thermotolerant thermophiles, pertumbuhan maksimum pada temperatur 45-50 C,


mampu tumbuh pada 30 C

Studi ekologis menunjukkan berbagai spesies mikroorganisme dapat eksis dalam


lingkungan termofil (Madigan et al., 2009). Extreme thermophiles pada umumnya termasuk
Bacillus,

Clostridium,

Thermoanaerobacter,

Thermus,

Thermotoga,

dan

Aquifex.

Hyperthermophiles, termasuk dalam domain Archaea, kingdom Crenarchacota (Sulfolobus,


Pyrodictium, Pyrolobus.), dan kingdom Euryarchaeaota (Thermococcus, Pyrococcus ),
methanogenes (Methanococcus, Methanobacterium), pereduksi sulfat

dan halophiles

(Bertoldo and Antrakian, 2002).


Salah satu karakter paling menarik dari termofil adalah kemampuannya dalam
memproduksi enzim yang mampu mengkatalis reaksi pada suhu lebih tinggi dibandingkan
organisme mesofilik (Demirjian et al., 2001). Properti stabilitas suhu yang lebih tinggi dan
toleransi terhadap bahan kimiawi penyebab denaturasi seperti pelarut organik (Aguilar et al.,
1998; Kristjansson, 1989). Kenaikan temperatur dalam proses bioteknologi mempengaruhi
5

ketersediaan dan solubitas senyawa organik seperti poliaromatik, hidrokarbon alifatik, dan
substansi polimer. Kenaikan temperatur juga berhubungan dengan penurunan viskositas dan
kenaikan koefisien difusi senyawa organik. Hal ini berakibat kecepatan reaksi akan lebih
tinggi (Niehaus et al., 1999). Enzim termofil memiliki tingkat kontaminasi yang rendah,
kecepatan reaksi lebih baik, dan stabil pada temperatur tinggi (Edward, 1990). Proses-proses
biologis ketika dioperasikan dengan suhu diatas 60 C akan mengurangi resiko kontaminan
oleh organisme lain (Adams and Kelly, 1998). Mikrobia termofil mampu menghasilkan
enzim termofil sehingga reaksi enzimatis dapat berjalan lebih cepat, mempercepat difusi,
daya larut bahan semakin besar, memperkecil viskositas dan tegangan permukaan media
(Hartiko, 1992). Kebanyakan mikrobia mengalami penurunan efektivitas kerja setelah
fermentasinya menghasilkan panas, tapi hal ini tidak terjadi pada mikrobia termofil (Edward,
1990).
Kemampuan mikrobia termofilik untuk tumbuh pada temperatur tinggi, disebabkan oleh
berbagai faktor misalnya:
a. Memiliki kemampuan mensintesa makromolekul yang stabil terhadap panas.
Perbedaan intrinsik struktur makromolekul dan kofaktor stabilisasi termal.
Perbedaan struktural pada molekul protein, asam nukleat, lipid, dan enzim. Enzim
bakteri termofil ikatannya mempunyai tingkatan asam amino hidrofobik yang lebih
tinggi daripada mikrobia mesofilik dan memiliki ion Mg 2+ dengan stabilitas tinggi
sehingga struktur ikatannya lebih erat dan lebih refraktif terhadap panas, tetap aktif,
dan tidak alami denaturasi sampai temperatur lebih dari 60 C. juga kemampuan
mensintesa ribosom yang lebih stabil terhadap panas. Hal ini karena titik cair RNAnya cukup tinggi, serta keteraturan dari pembungkusnya. Pembungkusnya terdiri atas
komposisi dasar G-C dengan jumlah yang lebih banyak dan A-U lebih sedikit
(Tansey dan Brock, 1978). DNA termofil juga mempunyai reverse DNA gyrase yang
mampu memproduksi superkoil positif. Perbedaan kenaikan melting point DNA
mempengaruhi stabilitas pada temperatur tinggi (Haki and Rakshit, 2003).
b. Kemampuan termostabilitas pada membran sel, karena banyak mengandung lemak
jenuh sehingga mikrobia tahan terhadap temperatur tinggi (Ray and Brock, 1971).
Termofil memproduksi protein dinamakan chaperonin yang membantu menyusun
kembali bentuk awalnya seteleh denaturasi. Komposisi membran sel termofil asam
lemak jenuh yang menyediakan linngkungan hidrofob bagi sel. Archaea yang
mayoritas hipertermofil mempunyai ikatan ether pada lipid di dinding sel (Haki and
Rakshit, 2003).
6

c. Mensintesa senyawa poliamin unik, seperti thermion dan thermospermin yang


menstabilkan perangkat sintesa protein dan melindungi makromolekul terhadap
temperatur tinggi (Hartiko, 1992). Termofil memproduksi protein dinamakan
chaperonin yang membantu menyusun kembali bentuk awalnya seteleh denaturasi
(Haki and Rakshit, 2003).
d. Perubahan komposisi asam amino pada protein menyebabkan peningkatan interaksi
elektrostatik, pembentukan ikatan hidrogen dan disulfide, peningkatan interaksi
hidrofobik atau kekompakan struktur. Residu sistein lebih sedikit dan hampir tidak
ditemukan pada enzim termofil. Inaktivasi sering disebabkan oleh oksidasi grup SH,
kandungan sistein yang lebih sedikit dapat memproteksi proses inaktivasi. Lokalisasi
residu sistein juga menentukan stabilitas protein. Contoh enzim alkohol
dehidrogenase pada Bacillus stearothermophilus mempunyai residu sistein yang
sama dengan mesofiliki tetapi grup SH terletak di dalam globula protein sehingga
lebih tahan terhadap suhu tinggi (Scandurra et al., 1998; Mozhaev and Martinek,
1984).
e. Substitusi asam amino juga dapat menyebabkan kenaikan hidrofobisitas internal
sehingga lebih tahan suhu tinggi. Substitusi dalam enzim termofillik seperti Lys
menjadi Arg, Ser menjadi Ala, Ser menjadi Thr dan Val telah dilaporkan oleh
Scandurra et al. (1998).
Berdasarkan suhu optimum pertumbuhan, mikroorganisme secara umum dibedakan atas
mikroorganisme psikrofil, psikotrop, mesofil, termofil, dan hipertermofil. Bakteri psikrofil
hidup pada kisaran suhu 0-200C dan. Bakteri psikotrop dapat tumbuh pada suhu 0-35 0C.
Bakteri mesofil dapat tumbuh pada suhu 20-45 0C dan bakteri termofil tumbuh pada suhu 45650C. Bakteri hipertermofil hidup pada suhu pada suhu di atas 90 0C dan maksimal pada suhu
100 0C, namun pada beberapa bakteri dapat hidup pada suhu 80-113 0C. (Prescott, 2005 122124).

Gambar 1. Suhu Pertumbuhan Mikroorganisme (Prescott, 2005: 124)


Termofilik secara umum diartikan sebagai organisme yang hidup pada suhu di atas 45 0C.
Organisme ini telah memberikan pengetahuan baru selama beberapa tahun terakhir. Minat
para ilmuwan terhadap organisme termofil semakin tinggi terutama adanya penemuan
bakteri-bakteri yang dapat hidup pada suhu didih air atau bahkan lebih tinggi (Lestari, 2000:
21-25).
Indonesia sebagai negara tropis mempunyai banyak daerah dengan aktivitas geoternal, seperti
daerah pegunungan berapi, sumber air panas dan cadangan minyak bumi dan batubara.
Beberapa kondisi lingkungan yang berbeda dalam setiap lokasi memungkinkan adanya
heterogenitas bakteri termofil yang tinggi (Indrajaya et al., 2003: 53-56). Bakteri termofil
menghasilkan enzim termostabil yang sangat penting dalam proses industri dan bioteknologi,
seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk kegunaan penelitian dan diagnostik
(enzim yang memproses DNA dan RNA) dan kemampuan enzim untuk mengubah tepung,
makanan, pengelolaan sampah, pembuatan kertas dan sintesis zat-zat organik. (Vielle and
Zeikus dalam Sutiamiharja, 2008: 22).
Kemampuan hidup mikroorganisme termofil ini berhubungan dengan struktur selnya
yang memiliki beberapa kelebihan (de Rossa et al., dalam Dessy, 2008: 37-38), yaitu:
a. Struktur membran sel
Membran sel setiap mahkluk hidup tersusun atas senyawa lipid dan protein yang
disebut lipoprotein. Pada umumnya bagian lipid dari membran sel mahkluk hidup
dihubungkan oleh ikatan ester, sedangkan pada organisme termofil senyawa lipid
membran selnya mengandung ikatan eter yang terbentuk lewat proses kondensasi
dari gliserol atau senyawa poliol kompleks lainnya dengan alkohol isoprenoid yang
8

mengandung 20, 25 atau 40 atom karbon. Lebih jauh lagi senyawa eter gliserol pada
Archaebacteria ini mengandung 2,3 O-sn-gliserol yang menyebabkan struktur
lipoprotein dari membran sel termofil tersebut lebih stabil (Dessy, 2008: 37).
b. Chaperonin
Chaperonin merupakan jenis protein yang sangat jarang dijumpai pada proteinprotein fungsional lainnya di dalam sel. Protein ini berperan dalam mempertahankan
kembali struktur tiga dimensi dari protein fungsional sel dari denaturasi suhu
lingkungan yang bersifat ekstrim. Protein ini memiliki struktur yang tetap stabil,
tahan terhadap denaturasi dan proteolisis sehingga dapat membantu organisme
termofil mengembalikan fungsi aktifitas enzimnya bila terdenaturasi oleh suhu yang
tinggi. Chaperonin tersusun oleh molekul yang disebut chaperone, yang membentuk
struktur chaperonin seperti tumpukan kue donat pada sebuah drum. Tiap cincin donat
terdiri atas 7, 8 atau 9 subunit chaperone tergantung jenis organismenya. Dalam
aktivitasnya mempertahankan struktur protein fungsional agar tetap stabil,
chaperonin membutuhkan molekul ATP (Dessy, 2008: 37)

Gambar 2. Chaperon dan Chaperonin (Lodish et al., 1996: 69)


c. Struktur DNA girase
DNA girase merupakan salah satu anggota kelompok enzim topoisomerase yang
berperan dalam mengontrol topologi DNA suatu sel dan memegang peran penting
dalam proses replikasi dalam transkripsi DNA. Semua jenis topoisomerase dapat
merelaksasikan. DNA tetapi hanya DNA girase yang dapat mempertahankan struktur
9

DNA tetapi berbentuk supercoil. DNA girase disusun oleh 90-150 pasangan basa-N
DNA. DNA girase ini juga selalu dijumpai pada organisme yang hidup dilingkungan
di atas suhu 70 0C dan juga dapat dijumpai pada organisme yang hidup pada kisaran
suhu sekitar 60 0C. DNA ini merupakan salah satu kelengkapan sel dari organisme
termofil (Dessy, 2008: 38).
5. Bakteri Psikotrofik
Kelompok bakteri ini sering tumbuh pada makanan yang didinginkan karena masih dapat
tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu penbekuan. Bakteri psikrotropik terutama di temukan
di dalam jenis pseudomonas, Flavobacterium dan Alcdigenes, meskipun jenis lainnya seperti
Micrococcus, Lactobacillus, enterobacter dan Arthrobacter mungkin juga mengandung
spesies yang bersifat psikrotropik. Suhu optimum yang dibutuhkan mikroorganisme adalah
14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu refrigerator (4oC). Kelompok
mikroorganisme ini yang penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E
dan strain non-proteolitik tipe B dan F.
6. Bakteri Halofilik
Bakteri halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal tertentu untuk pertumbuhannya. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu 5-20 % untuk
bakteri halofilik sedang, dan 20-30 % untuk bakteri halofilik ekstrem. Spesies yang tumbuh
baik pada medium yang mengandung 2-5% garam disebut halofilik ringan. Beberapa bakteri
halotoleran (tahan garam), yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa garam. Bakteri
halofilik dan halotoleran sering ditemukan pada makanan berkadar garam tinggi atau didalam
larutan garam. Bakteri-bakteri tersebut diantaranya tergolong dalam jenis Halo- bacterium,
Halococcus, Sarcina, Micrococcus, Pseudomonas, Vibrio, Pedio- coccus dan Alcaligenes.

10

Daftar Pustaka
Abraham A. G., G. Antoni L., and Anon A. C., 1993. Proteolytic Activity of Lactobacillus
bulgaricus Grown in Milk, Journal of Diary Science. La Plata, Argentina.
Anonim.

2011.

Bakteri

termofilik

Si

Penggemar

Panas.

Terdapat

di

http://dicerahkan.blogspot.com/2011/02/bakteri-termofilik-si-penggemar-panas.html.
Diakses pada tanggal 10 April 2016.
Dwidjoseputro, D. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khairina, Amila. 2012. Lipotik. Terdapat di http://www.scribd.com/doc/109368872/lipolitikakuuuuu. Diakses pada tanggal 10 April 2016.
Yagami,

Dyah.

2011.

Mikroorganisme

(Jasad

Renik).

Terdapat

di

http://dyahflames.blogdetik.com/. Diakses pada tanggal 10 April 2016.


Subagja,

Ricki.

2013.

Isolasi

Bakteri

Lipolitik.

Terdapat

di

http://ricki-

subagja.blogspot.co.id/2013/10/isolasi-bakteri-lipolitik.html. Diakses pada tanggal 10


April 2016.
Anonim.

2013.

Termofilik.

Terdapat

di

http://infoseputarbiologi.blogspot.co.id/2013/10/termofilik.html. Diakses pada tanggal 10


April 2016.
Anonim.

2013.

Habitat

Bakteri

Termofilik.

Terdapat

di

http://www.e-

jurnal.com/2013/09/habitat-bakteri-termofilik.html. Diakses pada tanggal 10 April 2016.


11

12

Anda mungkin juga menyukai