Referat Sirkumsisi
Referat Sirkumsisi
PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah membuang sebagian kulit preputium yang menutupi
glans penis. Meskipun tidak ada penelitian tentang asal dari sirkumsisi, beberapa
beranggapan bahwa prosedur ini berasal dari Mesir sekitar 15.000 tahun yang lalu
dan praktek ini menyebar ke seluruh dunia mengikuti migrasi penduduk. Mumi
mesir dan ukiran di dinding yang ditemukan pada abad 19 memberikan beberapa
petunjuk bahwa prosedur sirkumsisi sudah ada kurang lebih 6000 tahun SM.
Bagaimanapun, sirkumsisi dipercaya berkembang berdasarkan budaya masingmasing (Lee, 2005)
Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini
juga terdapat di kalangan mayoritas
dan Filipina. Sunat pada bayi telah didiskusikan pada beberapa dekade terakhir.
American Medical Association atau Asoiasi Dokter Amerika menyatakan bahwa
perhimpunan kesehatan di Amerika Serikat, Australia, Kanada, serta negaranegara di Eropa sangat tidak merekomendasikan sunat pada bayi laki-laki (Lee,
2005).
Beberapa penyakit yang kemungkinan besar memerlukan sunat untuk
mempercepat penyembuhan seperti pendarahan dan kanker penis, namun, kedua
hal ini jarang terjadi. Penyakit fimosis juga bisa diatasi dengan sunat, walaupun
sekarang juga telah berkembang tekhnik yang lainnya.
Sebagai klinisi kita harus mengetahui bagaimana teknik sirkumsisi yang
baik dan benar, baik itu dari tahap persiapan pasien hingga perawatan luka. Oleh
karena itu pada referat ini penulis akan membahas tentang sirkumsisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Penis
A. MORFOLOGI dan STRUKTUR
Penis dibentuk oleh jaringan erectil, yang dapat mengeras (ereksi) dan
dipakai untuk melakukan copulasi. Ereksi terjadi oleh karena rongga-rongga di
dalam jaringan erectil terisi darah. Terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian
yang difiksasi, disebut radix penis, dan bagian yang mobil dan dinamakan corpus
penis (Datu, 2004).
Radix penis terletak pada trigonum urogenitale. Terdiri atas tiga buah
batang jaringan erectil. Bagian yang berada pada linea mediana disebut corpus
spongiosum penis, meluas ke dorsal menjadi bulbus penis. Bagian ini dibungkus
oleh m.bulbospongiosus. ujung posterior bulbus penis membesar dan ditembusi
oleh urethra, yang selanjutnya berjalan didalam corpus spongiosum penis. Corpus
cavernosum penis ada dua buah, masing-masing dibagian dorsal membentuk crus
penis. Crus penis difiksasi pada ramus pubo-ischiadicus dan pada membrana
perinealis, dibungkus oleh m.ischiocavernosus, berada di sebelah lateral dari
bulbus penis (Datu, 2004).
Corpus penis terletak bebas dan mudah bergarak, dibungkus oleh kulit.
Dorsum penis adalah bagian dari penis yang menghadap ke arah ventral pada saat
penis berada dalam keadaan flaccid (lemas), dan menghadap ke arah cranial pada
penis yang ereksi. Urethra menghadap ke arah caudal pada penis yang ereksi.
Pada permukaan ini terdapat raphe penis, yang melanjutkan diri pada raphe scroti.
Corpus penis mengandung kedua buah corpus cavernosum penis dan corpus
spongiosum penis. Corpora cavernosa penis merupakan bagian yang utama dari
corpus penis, membentuk dorsum penis dan bagian lateral penis. Kedua corpora
tersebut bersatu pada facies urethralis, pada linea mediana, membentuk sebuah
cekungan yang ditempati oleh corpus spongiosum penis. Ujung anterior buntu dan
dibungkus oleh glans penis (Datu, 2004).
penis,
yang
pada
satu
sisi
melekat
di
bagian
ventral
symphysisosseum pubis dan pada sisi lain melekat pada fascia penis profunda, di
sisi lateral penis (Datu, 2005).
berada pada dorsum penis, terletak di sebelah medial dari nervus dorsalis
penis dan di sebelah lateral dari vena dorsalis penis. Percabangan dari arteri
ini memberi suplai darah kepada corpus cavernosum penis dan corpus
spongiosum penis, mengadakan anastomose dengan percabangan dari
arteria profunda penis dan arteria bulbi penis. Glans penis terutama
mendapat vascularisasi dari arteria dorsalis penis (Datu, 2005).
Keempat buah arteri tersebut tadi dipercabangkan oleh arteria pudenda
interna.Vena dorsalis penis ada sebuah, menerima darah venous dari glans penis,
preputium, corpus spongiosum dan corpora cavernosa, lalu membentuk bifurcatio
sebuah vena ke kanan dan sebuah ke kiri, bermuara kedalam plexus venosus
prostaticus(Datu, 2005).
Vena dorsalis penis cutanea (superficialis) membawa darah venous dari
kulit
dan
jaringan
subcutaneus,
bermuara
kedalam
vena
saphena
C. INNERVASI
Penis dipersarafi oleh :
1. Nervus dorsalis penis, dipercabangkan oleh nervus pudendus, mempersarafi
kulit, terutama glans penis.
2. Ramus profundus nervi perinealis, berjalan masuk kedalam bulbus penis,
lalu masuk kedalam corpus spongiosum penis, terutama mempersarafi
urethra.
3. Nervus ilioinguinalis, memberikan cabang-cabang yang mempersarafi kulit
pada radix penis.
4. Nervus cavernosus penis ( major et minor ) mempersarafi jaringan erectil
pada bulbus, crus, corpus spongiosum penis dan corpus cavernosum penis.
Berasal dari truncus sympathicus dan nervus sacralis 2 4 (parasympathis)
melalui plexus nervosus pelvicus. Beberapa cabang berjalan bersama-sama
dengan nervus dorsalis penis (Datu, 2005).
Saraf-saraf tersebut di atas berfungsi membawa stimulus sensibel, termasuk
rasa nyeri dari kulit dan urethra, dan mengontrol circulasi darah penis (Datu,
2005).
6
2.2 Definisi
Sirkumsisi adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(preputium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi pada
bayi untuk alasan agama dan budaya (Malone, 2007).
Sunat atau khitan atau sirkumsisi adalah suatu tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium.
Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab
penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya
(Karakata, 2006).
2.3 Diagnosis
Tidak dibutuhkan diagnosis preoperative. Riwayat yang perlu digali adalah
riwayat penyakit atau riwayat perdarahan. Pada pemeriksaan fisis, harus
disingkirkan
adanya
kelainan
kongenital
dari
penis
yang
merupakan
2.4 Indikasi
Indikasi sirkumsisi adalah:
A. Agama
Sirkumsisi merupakan tuntutan syariat islam yang sangat mulia dan
disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang yahudi dan
nurani pun sekarang juga banyak yang melakukannya (Hana, 2008).
B. Medis
1. Fimosis
Fimosis adalah keadaan dimana preputium tidak dapat ditarik
kebelakang/ membuka. Kadang-kadang lubang pada preputium hanya
sebesar ujung jarum, sehingga sulit keluar. Pada 95% bayi, kulup masih
melekat pada gland penis sehingga tidak dapat ditarik kebelakang dan
hal ini tidak dikatakan fimosis. Pada umur 3 tahun anak yang fimosis
sebanyak 10 % (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah:
1. Bawaan (kongenital), paling banyak
2. Peradangan
3. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana preputium tidak dapat ditarik
kedepan/ menutup. Pada keadaan ini, gland penis atau batang penis
dapat terjepit oleh preputium yang bengkak. Keadaan ini paling sering
oleh peradangan. Pada parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi
sebelum disirkumsisi (Bachsinar,2003)
2. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada
kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan
permukaan kasar. Factor predisposisinya adalah perawatan kebersihan
genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi permukaan gland penis atau
permukaan dalampreputium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi
untuk mecegah terjadinya perluasan dan kekambuhan. Lesi ringan dapat
dicoba diobati dengan pedofilin topical (Bachsinar, 2003).
3. Karsinoma penis
Karsinoma penis ada dua tipe, yaitu papiliformis dan ulseratif.
(Bachsinar, 2003).
2.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi pada sirkumsisi dibagi jadi 2 yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak
a. Hipospadia
Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna. Pada
hipospadia berada diventral penis mulai dari gland penis sampai
perineum. Hipospadia terjadi karena kegagalan atau kelambatan
penyatuan lipatan uretra digaris tengah. Insiden dari hipospadi 1 per
300 anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
b. Kelainan hemostasis
Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi
trombosit, factor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu
terdapat kelainan dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit
diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelainan tersebut adalah
hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya
(Bachsinar, 2003).
2. Kontraindikasi relative
a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya
b. Infeksi umum
c. Diabetes melitus
2.6 Teknik Anestesi
Anastesi pada sirkumsisi dapat dilakukan secara umum dan lokal. Anastesi
secara umum dilakukan apabila pasien masih anak-anak, punya riwayat alergi
dengan anastesi lokal, dan pasien sangat cemas. Anastesi secara lokal dilakukan
bila penderita dalam keadaan sadar berupa spinal, epidural, dan modifikasinya;
dan kombinasi blok saraf dorsalis penis dan infiltrasi (Karakata S, 2004).
Teknik anastesi yang digunakan pada sirkumsisi terdapat 3 jenis yaitu:
1. Blok nervus dorsalis penis
2. Infiltrasi di frenulum preputium
3. Infiltrasi dibatang penis.
Dari semua anastesi yang disebutkan , cara kombinasi blok saraf dorsalis
penis dan infiltrasi yang paling banyak disukai karena relative mudah dilakukan,
komplikasi anastesi umum (mual, muntah, dan sebagainya) tidak dijumpai, secara
ekonomis lebih murah dan alat yang diperlukan lebih sedikit. Pada cara ini dapat
dilakukan kombinasi antara blok saraf dorsalis penis, infiltrasi frenulum penis,
infiltrasi batang penis atau blok melingkar (ring block) pada batang penis
(Karakata S, 2004).
Tanda-tanda jarum telah berada pada posisi yang tepat, yaitu:
1. Sensasi seperti menembus kertas
2. Bila tabung suntik diangkat, penis ikut terangkat.
3. Bila anastetik disuntikkan tidak terjadi edema, kecuali pada penis
yang kecil.
2.7 Teknik Sirkumsisi
Sirkumsisi pada bayi maupun dewasa, memiliki prinsip dan tujuan. Tujuan
dari operasi ini adalah untuk menghilangkan preputium sehingga glans akan
terbuka sehingga dapat mencegah terjadinya balanopostitis, fimosis, dan
parafimosis (McAleer IM, Kaplan GW, 2004). Dan harus diingat beberapa prinsip
dasar dalam melakuakan sirkumsisi, yaitu asepsis, pengangkatan kulit prepusium
secara adekuat, hemostasis yang baik, dan kosmetik (Purnomo, 2011).
Alat-alat yang diperlukan pada sirkumsisi adalah:
1. Kain kasa steril
2. Cairan disinfektans (povidon yodium)
3. Kain steril untuk mempersempit lapangan operasi
4. Semprit
steril
beserta
jarumnya
serta
obat
anastesi
lokal
(prokain/lidokain 0,5-1%)
5. Satu set peralatan pembedahan minor
Prosedur pelaksanaan sirkumsisi adalah sebagai berikut:
1. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium
2. Daerah operasi ditutup dengan kain steril
3. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan memakai
anastesi lokal dengan menyuntikkan obat anastesi pada basis penis
(pada garis tengah dorsum penis). Obat anastesi disuntikkan secara
10
Gambar 7. Tahap akhir sirkumsisi, A. Hemostasis dan penjahitan frenulum penis, B. Penjahitan
tepi-tepi luka, C dan D. Hasil akhir sirkumsisi
(Purnomo, 2011)
12
Prepusium ditegangkan pada sebelah ventral dan dorsal dengan klem kecil,
kemudian dilakukan penjepitan kulit prepusium dengan klem yang lebih besar
dengan batas proksimal klem berada di sebelah distal dari glans penis. Selanjutnya
dilakukan pemotongan kulit prepusium memakai pisau hingga kulit terlepas
(Purnomo, 2011).
a. Tara Klamp: Alat ini berasal dari Malaysia yang bekerja hampir sama
dengan Plastibell kecuali pada alat ini terdapat bahan jahitan secara
melingkar sesuai dengan alur pada bell. Lengan yang terbuat dari plastik
mengunci dua bagian permukaan supaya preputium yang telah dipotong
melekat satu sama lain. Alat ini lebih besar dari plastibell dan tinggal
pada penis sekitar 7-10 hari sampai jaringannya jatuh sendiri (Thornhill,
2009).
b. Smart Klamp : Alat ini bekerja dengan cara yang sama dengan Tara
Klamp yaitu dengan menjepit antara dari luar preputium dengan tabung
bagian dalam, sehingga memotong suplai darah ke preputium distal. Kalau
Tara Klamp merupakan alat dengan disain all-in one dengan lengan
pengunci di atas, smart klamp memiliki tabung dalam dan klemp luar/
bagian pengunci. Klamp dipasang kemudian preputium dipotong dengan
dasar tabung dalam sebagai pemandu. Glans dan frenulum terlindungi
(Thornhill, 2009).
c.
14
pada alur tabung dibawahnya. Hal ini memotong suplai darah dan
preputium distal akan mati dan jatuh sendiri (Thornhill, 2009).
15
Tidak dibalut
Kerugian
2. Metode Tertutup
Setelah diberi betadin dan salep antibiotika bila perlu berikan sufratul secara
melingkar. Tutup dengan kasa steril, ujung kain kasa bisa dipilin sebagai tempat
fiksasi seprapubik menggunakan plester ( balut suspensorium ) atau biarkan
berbentuk cincin.
16
2. Edukasi
Perbanyak istirahat
Bila selesai kencing, hapus sisa kencing dengan tissue atau kasa
Setelah 3-5 hari dari hari operasi, buka perban di rumah segera kontrol.
2.9 Komplikasi
Seperti halnya operasi yang lain, prosedur sirkumsisi memiliki komplikasi
yang menyertainya. Perdarahan adalah yang paling sering dan terjadi pada sekitar
0,1% kasus. Kebanyakan berasal dari arteri frenular pada permukaan bagian
ventral dari penis. Kebanyakan episode perdarahan adalah kecil dan berespon
pada tekanan. Beberapa bersifat persisten dan membutuhkan kauter atau jahitan
untuk mengontrolnya. Hati-hati jangan sampai jahitan mengenai uretra (Cook,
2007).
17
Infeksi
merupakan
komplikasi
selanjutnya
yang
sering
terjadi.
termasuk
fimosis
rekuren,
luka
terbuka,
banyak
kehilangan
jaringan,concealed penis, jembatan jaringan antara kulit dan glans, kista inklusi,
fistel uretrokutaneus, kosmetik yang kurang memuaskan, meatitis, retensi urin,
korde pada kulit, dan glans yang terpotong atau yang paling ekstrim terpotongnya
semua bagian penis (Cook, 2007).
18
BAB 3
KESIMPULAN
Sirkumsisi adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(preputium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi pada
bayi untuk alasan agama dan budaya (Malone, 2007).
Tidak dibutuhkan diagnosis preoperative. Riwayat yang perlu digali adalah
riwayat penyakit atau riwayat perdarahan. Pada pemeriksaan fisis, harus
disingkirkan
adanya
kelainan
kongenital
dari
penis
yang
merupakan
19
DAFTAR PUSTAKA
Cook A, Koury AE. Urologic Emergencies in Children : Special Consideration.
In: Hohenfellner M, Santucci RA, editors. Emergencies in Urology. Berlin:
Springer; 2007. p. 89-91.
Datu AR. Diktat Anatomi Urogenitalia. Makassar: Bagian Anatomi FK.Unhas;
2004
Karakata, Sumiardi, Bob Bachsinar. 2006. Bedah Minor : Sirkumsisi. Hipokrates.
Jakarta. Hal.148-154.
Lee, R.B. (2005). "Circumcision practice in the Philippines: community based
study". Sexually
Transmitted
Infections 81 (1):
91.doi:10.1136/sti.2004.009993. PMID
15681733. http://sti.bmjjournals.com/cgi/reprint/81/1/91.pdf.
Malone P dan stein brecher H, Clinical Review, Medical aspect of male
Circumcision.BMI,2007:335;1206-1209
McAleer IM, Kaplan GW. 2004. Circumcision. In: Graham SD, Keane TE, Glenn
JF, editors. Glenn's Urologic Surgery. 6th ed. Virginia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi: Sirkumsisi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Sagung Seto.
Thornhill. Principal Methods. Last update: November 2009; Available from:
http://www.circumcisioncentre.co.uk/. Accessed on April 4, 2016.
Richard L D, et al. The Penis. 2007 [cited 2010 21 st December]; Available from:
http://www.theodora.com/anatomy/the_penis.html
Tank PW. Grant's Dissector. 13th ed. Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins; 2005.
20