Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah membuang sebagian kulit preputium yang menutupi
glans penis. Meskipun tidak ada penelitian tentang asal dari sirkumsisi, beberapa
beranggapan bahwa prosedur ini berasal dari Mesir sekitar 15.000 tahun yang lalu
dan praktek ini menyebar ke seluruh dunia mengikuti migrasi penduduk. Mumi
mesir dan ukiran di dinding yang ditemukan pada abad 19 memberikan beberapa
petunjuk bahwa prosedur sirkumsisi sudah ada kurang lebih 6000 tahun SM.
Bagaimanapun, sirkumsisi dipercaya berkembang berdasarkan budaya masingmasing (Lee, 2005)
Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini
juga terdapat di kalangan mayoritas

penduduk Korea Selatan, Amerika,

dan Filipina. Sunat pada bayi telah didiskusikan pada beberapa dekade terakhir.
American Medical Association atau Asoiasi Dokter Amerika menyatakan bahwa
perhimpunan kesehatan di Amerika Serikat, Australia, Kanada, serta negaranegara di Eropa sangat tidak merekomendasikan sunat pada bayi laki-laki (Lee,
2005).
Beberapa penyakit yang kemungkinan besar memerlukan sunat untuk
mempercepat penyembuhan seperti pendarahan dan kanker penis, namun, kedua
hal ini jarang terjadi. Penyakit fimosis juga bisa diatasi dengan sunat, walaupun
sekarang juga telah berkembang tekhnik yang lainnya.
Sebagai klinisi kita harus mengetahui bagaimana teknik sirkumsisi yang
baik dan benar, baik itu dari tahap persiapan pasien hingga perawatan luka. Oleh
karena itu pada referat ini penulis akan membahas tentang sirkumsisi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Penis
A. MORFOLOGI dan STRUKTUR
Penis dibentuk oleh jaringan erectil, yang dapat mengeras (ereksi) dan
dipakai untuk melakukan copulasi. Ereksi terjadi oleh karena rongga-rongga di
dalam jaringan erectil terisi darah. Terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian
yang difiksasi, disebut radix penis, dan bagian yang mobil dan dinamakan corpus
penis (Datu, 2004).
Radix penis terletak pada trigonum urogenitale. Terdiri atas tiga buah
batang jaringan erectil. Bagian yang berada pada linea mediana disebut corpus
spongiosum penis, meluas ke dorsal menjadi bulbus penis. Bagian ini dibungkus
oleh m.bulbospongiosus. ujung posterior bulbus penis membesar dan ditembusi
oleh urethra, yang selanjutnya berjalan didalam corpus spongiosum penis. Corpus
cavernosum penis ada dua buah, masing-masing dibagian dorsal membentuk crus
penis. Crus penis difiksasi pada ramus pubo-ischiadicus dan pada membrana
perinealis, dibungkus oleh m.ischiocavernosus, berada di sebelah lateral dari
bulbus penis (Datu, 2004).
Corpus penis terletak bebas dan mudah bergarak, dibungkus oleh kulit.
Dorsum penis adalah bagian dari penis yang menghadap ke arah ventral pada saat
penis berada dalam keadaan flaccid (lemas), dan menghadap ke arah cranial pada
penis yang ereksi. Urethra menghadap ke arah caudal pada penis yang ereksi.
Pada permukaan ini terdapat raphe penis, yang melanjutkan diri pada raphe scroti.
Corpus penis mengandung kedua buah corpus cavernosum penis dan corpus
spongiosum penis. Corpora cavernosa penis merupakan bagian yang utama dari
corpus penis, membentuk dorsum penis dan bagian lateral penis. Kedua corpora
tersebut bersatu pada facies urethralis, pada linea mediana, membentuk sebuah
cekungan yang ditempati oleh corpus spongiosum penis. Ujung anterior buntu dan
dibungkus oleh glans penis (Datu, 2004).

Gambar 1. Anatomi Penis


(Richard, 2007)

Corpus spongiosum penis mempunyai bentuk yang lebih kecil daripada


corpus cavernosum penis, terletak di sepanjang corpus penis, dan ujung anterior
membesar membentuk glans penis. Antara glans penis dan corpus penis terdapat
suatu cekungan, disebut collum glandis. Tepi dari glans penis yang agak
menonjol, berada dekat pada collum glandis, disebut corona glandis.dekat ujung
glans penis, pada linea mediana, terdapat ostium urethrae externum. Kulit yang
membungkus glans pemnis disebut preputium penis, yang meluas dari collum
glandis. Frenulum preputi adalah lipatan kulit yang menonjol pada linea mediana,
meluas dari permukaan interna preputium menuju ke ostium urethrae externum
(Datu, 2005).
Kulit penis licin, halus, elastis, berwarna gelap. Dekat pada radix penis
kulit ditumbuhi rambut. Pada corpus penis kulit melekat longgar pada jaringan
subcutaneus, kecuali pada glans penis. Di daerah collum glandis dan corona
glandis terdapat sejumlah glandulae preputiales yang memproduksi smegma, yang
berbau amis (Datu, 2005).
Penis dibungkus oleh fascia penis superficialis, yang merupakan jaringan
subcutaneus, mengandung beberapa myofibril, dan tidak mengandung jaringan
lemak. Fascia ini melanjutkan diri pada tunica dertos (scrotum) dan fascia perinei
superficialis (Datu, 2005).

Fascia penis profunda merupakan lanjutan dari fascia perinealis profunda,


kuat, membungkus kedua corpora cavernosa dan corpus spongiosum penis secara
keseluruhan. Fascia ini hanya mencapai collum glandis dan tidak sampai pada
glans penis (Datu, 2005).
Di sebelah profunda dari fascia penis profunda terdapat tunica albuginea.
Tunica albuginea corporum cavernosum terdiridari serabut jaringan ikat
longitudinal di sebelah superficial yang membungkus kedua corpora cavernosa
penis, dan jaringan ikat yang circular berada di bagian profunda membungkus
setiap corpus cavernosum penis. Jaringan ikat yang arahnya circular ini bertemu
pada bidang mediana membentuk septum penis, yang bentuknya tebal dan utuh
dekat pada radix penis, sedangkan makin ke arah terminal menjadi tipis sehingga
terjadi hubungan antara corpus cavernosum penis kiri dan kanan (Datu, 2005).
Tunica albuginea corporis spongiosi membungkus corpus spongiosum
penis, berbentuk tipis dan bersifat elastis.Di dalam corpus cavernosum penis
terdapat trabeculae corporum cavernosum dan di dalam corpus spongiosum penis
terdapat juga trabeculae corporis spongiosi. Trabeculae ini meluas mulai dari
permukaan tunica albuginea ke arah medial, membatasi rongga-rongga caverve
yang dapat berisi darah. Trabecula ini dibentuk oleh jaringan ikat collagen, elastin
dan serabut otot polos, dilalui oleh pembuluh arteri dan serabut-serabut saraf
(Datu, 2005).
Ligamentum fundiforme penis memfiksir penis pada batas antara radix dan
corpus, dibentuk oleh serabut-serabut jaringan ikat dari linea alba dan jaringan
subcutaneus, yang terpisah menjadi pars sinistra dan pars dextra, melekat pada
sisi-sisi penis. Kedua bagian ligamentum tersebut bersatu pada facies urethralis,
dan meluas sampai pada septum scroti (Datu, 2005).
Di sebelah profunda ligamnetum fundiforme penis terdapat ligamentum
suspensorium

penis,

yang

pada

satu

sisi

melekat

di

bagian

ventral

symphysisosseum pubis dan pada sisi lain melekat pada fascia penis profunda, di
sisi lateral penis (Datu, 2005).

Gambar 2. Penis potongan sagital


Tank, 2005

B. VASCULARISASI dan ALIRAN LYMPHE


1. Arteria bulbi penis, berjalan di dalam bulbus penis, lalu melanjutkan diri
kedalam corpus spongiosum penis.
2. Arteria urethralis, berada di sebelah anterior a.bulbi penis, masuk kedalam
corpus spongiosum penis, melanjutkan diri sampai pada glans penis.
3. Arteria profunda penis, setelah masuk kedalam crus penis, selanjutnya
berjalan di dalam corpus cavernosum penis.
4. Arteria dorsalis penis, berjalan di sebelah profunda fascia penis profunda,

berada pada dorsum penis, terletak di sebelah medial dari nervus dorsalis
penis dan di sebelah lateral dari vena dorsalis penis. Percabangan dari arteri
ini memberi suplai darah kepada corpus cavernosum penis dan corpus
spongiosum penis, mengadakan anastomose dengan percabangan dari
arteria profunda penis dan arteria bulbi penis. Glans penis terutama
mendapat vascularisasi dari arteria dorsalis penis (Datu, 2005).
Keempat buah arteri tersebut tadi dipercabangkan oleh arteria pudenda
interna.Vena dorsalis penis ada sebuah, menerima darah venous dari glans penis,
preputium, corpus spongiosum dan corpora cavernosa, lalu membentuk bifurcatio
sebuah vena ke kanan dan sebuah ke kiri, bermuara kedalam plexus venosus
prostaticus(Datu, 2005).
Vena dorsalis penis cutanea (superficialis) membawa darah venous dari
kulit

dan

jaringan

subcutaneus,

bermuara

kedalam

vena

saphena

magna.Pembuluh-pembuluh lymphe dari kulit dan preputium berjalan menuju ke


5

lymphonodus inguinalis superficialis, sedangkan yang berasal dari glans penis


berjalan menuju ke lymphonodus inguinalis profundus dan lymphonodus iliacus
externus (Datu, 2005).

Gambar 3. Arteri dan Vena pada Penis


Richard, 2007

C. INNERVASI
Penis dipersarafi oleh :
1. Nervus dorsalis penis, dipercabangkan oleh nervus pudendus, mempersarafi
kulit, terutama glans penis.
2. Ramus profundus nervi perinealis, berjalan masuk kedalam bulbus penis,
lalu masuk kedalam corpus spongiosum penis, terutama mempersarafi
urethra.
3. Nervus ilioinguinalis, memberikan cabang-cabang yang mempersarafi kulit
pada radix penis.
4. Nervus cavernosus penis ( major et minor ) mempersarafi jaringan erectil

pada bulbus, crus, corpus spongiosum penis dan corpus cavernosum penis.
Berasal dari truncus sympathicus dan nervus sacralis 2 4 (parasympathis)
melalui plexus nervosus pelvicus. Beberapa cabang berjalan bersama-sama
dengan nervus dorsalis penis (Datu, 2005).
Saraf-saraf tersebut di atas berfungsi membawa stimulus sensibel, termasuk
rasa nyeri dari kulit dan urethra, dan mengontrol circulasi darah penis (Datu,
2005).
6

Gambar 4. Pembuluh darah dan nervus pada penis


(Tank, 2005)

2.2 Definisi
Sirkumsisi adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(preputium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi pada
bayi untuk alasan agama dan budaya (Malone, 2007).
Sunat atau khitan atau sirkumsisi adalah suatu tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium.
Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab
penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya
(Karakata, 2006).
2.3 Diagnosis
Tidak dibutuhkan diagnosis preoperative. Riwayat yang perlu digali adalah
riwayat penyakit atau riwayat perdarahan. Pada pemeriksaan fisis, harus
disingkirkan

adanya

kelainan

kongenital

dari

penis

yang

merupakan

kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi (Mcaler, 2004).

2.4 Indikasi
Indikasi sirkumsisi adalah:
A. Agama
Sirkumsisi merupakan tuntutan syariat islam yang sangat mulia dan
disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang yahudi dan
nurani pun sekarang juga banyak yang melakukannya (Hana, 2008).
B. Medis
1. Fimosis
Fimosis adalah keadaan dimana preputium tidak dapat ditarik
kebelakang/ membuka. Kadang-kadang lubang pada preputium hanya
sebesar ujung jarum, sehingga sulit keluar. Pada 95% bayi, kulup masih
melekat pada gland penis sehingga tidak dapat ditarik kebelakang dan
hal ini tidak dikatakan fimosis. Pada umur 3 tahun anak yang fimosis
sebanyak 10 % (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah:
1. Bawaan (kongenital), paling banyak
2. Peradangan
3. Parafimosis
Parafimosis adalah keadaan dimana preputium tidak dapat ditarik
kedepan/ menutup. Pada keadaan ini, gland penis atau batang penis
dapat terjepit oleh preputium yang bengkak. Keadaan ini paling sering
oleh peradangan. Pada parafimosis sebaiknya kita melakukan reduksi
sebelum disirkumsisi (Bachsinar,2003)
2. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata adalah papiloma multiple yang tumbuh pada
kulit genitalia eksterna. Bentuknya seperti kulit, multiple dan
permukaan kasar. Factor predisposisinya adalah perawatan kebersihan
genitalia yang buruk. Bila lesi meliputi permukaan gland penis atau
permukaan dalampreputium, maka tindakan terpilih adalah sirkumsisi
untuk mecegah terjadinya perluasan dan kekambuhan. Lesi ringan dapat
dicoba diobati dengan pedofilin topical (Bachsinar, 2003).

3. Karsinoma penis
Karsinoma penis ada dua tipe, yaitu papiliformis dan ulseratif.
(Bachsinar, 2003).
2.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi pada sirkumsisi dibagi jadi 2 yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak
a. Hipospadia
Kelainan ini merupakan kelainan muara uretra eksterna. Pada
hipospadia berada diventral penis mulai dari gland penis sampai
perineum. Hipospadia terjadi karena kegagalan atau kelambatan
penyatuan lipatan uretra digaris tengah. Insiden dari hipospadi 1 per
300 anak (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
b. Kelainan hemostasis
Adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi
trombosit, factor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu
terdapat kelainan dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit
diatasi selama atau setelah sirkumsisi. Kelainan tersebut adalah
hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya
(Bachsinar, 2003).
2. Kontraindikasi relative
a. Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya
b. Infeksi umum
c. Diabetes melitus
2.6 Teknik Anestesi
Anastesi pada sirkumsisi dapat dilakukan secara umum dan lokal. Anastesi
secara umum dilakukan apabila pasien masih anak-anak, punya riwayat alergi
dengan anastesi lokal, dan pasien sangat cemas. Anastesi secara lokal dilakukan
bila penderita dalam keadaan sadar berupa spinal, epidural, dan modifikasinya;
dan kombinasi blok saraf dorsalis penis dan infiltrasi (Karakata S, 2004).
Teknik anastesi yang digunakan pada sirkumsisi terdapat 3 jenis yaitu:
1. Blok nervus dorsalis penis
2. Infiltrasi di frenulum preputium
3. Infiltrasi dibatang penis.

Dari semua anastesi yang disebutkan , cara kombinasi blok saraf dorsalis
penis dan infiltrasi yang paling banyak disukai karena relative mudah dilakukan,
komplikasi anastesi umum (mual, muntah, dan sebagainya) tidak dijumpai, secara
ekonomis lebih murah dan alat yang diperlukan lebih sedikit. Pada cara ini dapat
dilakukan kombinasi antara blok saraf dorsalis penis, infiltrasi frenulum penis,
infiltrasi batang penis atau blok melingkar (ring block) pada batang penis
(Karakata S, 2004).
Tanda-tanda jarum telah berada pada posisi yang tepat, yaitu:
1. Sensasi seperti menembus kertas
2. Bila tabung suntik diangkat, penis ikut terangkat.
3. Bila anastetik disuntikkan tidak terjadi edema, kecuali pada penis
yang kecil.
2.7 Teknik Sirkumsisi
Sirkumsisi pada bayi maupun dewasa, memiliki prinsip dan tujuan. Tujuan
dari operasi ini adalah untuk menghilangkan preputium sehingga glans akan
terbuka sehingga dapat mencegah terjadinya balanopostitis, fimosis, dan
parafimosis (McAleer IM, Kaplan GW, 2004). Dan harus diingat beberapa prinsip
dasar dalam melakuakan sirkumsisi, yaitu asepsis, pengangkatan kulit prepusium
secara adekuat, hemostasis yang baik, dan kosmetik (Purnomo, 2011).
Alat-alat yang diperlukan pada sirkumsisi adalah:
1. Kain kasa steril
2. Cairan disinfektans (povidon yodium)
3. Kain steril untuk mempersempit lapangan operasi
4. Semprit

steril

beserta

jarumnya

serta

obat

anastesi

lokal

(prokain/lidokain 0,5-1%)
5. Satu set peralatan pembedahan minor
Prosedur pelaksanaan sirkumsisi adalah sebagai berikut:
1. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium
2. Daerah operasi ditutup dengan kain steril
3. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan memakai
anastesi lokal dengan menyuntikkan obat anastesi pada basis penis
(pada garis tengah dorsum penis). Obat anastesi disuntikkan secara

10

infiltrasi di bawah kulit dan melingkari basis penis. Kemudian ditunggu


beberapa saat dan diyakinkan bahwa batang penis sudah terbius.

Gambar 5. Teknik anastesi secara infiltrasi pada pangkal penis


(Purnomo, 2011)

4. Jika terdapat fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehingga


prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan
dari perlekatannya dengan glans penis dan dibersihkan dari smegma atau
kotoran lain.

Gambar 6. Dilatasi dan higiene prepusium, A. Melebarkan lubang prepusium, B.


Membersihkan prrepusium dari smegma dan membebaskannya sdari perlekatan sampai
C. Prepusium dapat ditarik ke belakang
(Purnomo, 2011)

5. Memotong prepusium penis dengan berbagai macam teknik, antara lain:


(1) teknik diseksi prepusium atau sleeve, (2) teknik Gulotin, (3) teknik
Dorsal slit, dan (4) dengan mempergunakan alat Plastibel atau Gomco.
6. Setelah kulit prepusium terlepas, dilakukan hemostasis untuk merawat
perdarahan. Perhatian utama ditujukan pada arteri yang terdapat di
frenulum penis. Kulit proksimal dan distal didekatkan dengan penjahitan
dengan memakai benang yang cepat diserap (plain catgut) (Purnomo
Basuki, 2011).
11

Gambar 7. Tahap akhir sirkumsisi, A. Hemostasis dan penjahitan frenulum penis, B. Penjahitan
tepi-tepi luka, C dan D. Hasil akhir sirkumsisi
(Purnomo, 2011)

2.7.1 Teknik diseksi prepusium atau sleeve


Prepusium diretraksi ke proksimal kemudian dibuat dua buah insisi yang
masing-masing melingkar dan saling sejajar pada kulit prepusium. Insisi pertama
berada 1 cm dari sulkus koronarius dan yang kedua berada beberapa sentimeter di
sebelah proksimal dari insisi pertama. Kedua insisi dihubungkan dengan insisi
longitudinal; dan selanjutnya kulit prepusium dipisahkan dari jaringan subkutan
hingga terlepas (Purnomo Basuki, 2011).

Gambar 8. Teknik diseksi prepusium atau teknik sleeve


(Purnomo, 2011)

2.7.2 Teknik Gulotine

12

Prepusium ditegangkan pada sebelah ventral dan dorsal dengan klem kecil,
kemudian dilakukan penjepitan kulit prepusium dengan klem yang lebih besar
dengan batas proksimal klem berada di sebelah distal dari glans penis. Selanjutnya
dilakukan pemotongan kulit prepusium memakai pisau hingga kulit terlepas
(Purnomo, 2011).

Gambar 9. Teknik Gulotine (Purnomo, 2011)

2.7.3 Teknik Dorsal Slit


Kulit prepusium di sebelah kiri dan kanan ditegangkan ke lateral dengan
klem kecil, kemudian prepusium di sebelah dorsal dipotong memakai gunting
pada garis midline, dari ujung distal ke arah proksimalsampai sulkus koronarius.
Selanjutnya dilakukan pemotongan secara melingkar hingga kulit prepusium
terlepas (Purnomo Basuki, 2011).

Gambar 10. Teknik insisi dorsal slit (Purnomo, 2011)

2.7.5 Beberapa metode lain yaitu :


13

a. Tara Klamp: Alat ini berasal dari Malaysia yang bekerja hampir sama
dengan Plastibell kecuali pada alat ini terdapat bahan jahitan secara
melingkar sesuai dengan alur pada bell. Lengan yang terbuat dari plastik
mengunci dua bagian permukaan supaya preputium yang telah dipotong
melekat satu sama lain. Alat ini lebih besar dari plastibell dan tinggal
pada penis sekitar 7-10 hari sampai jaringannya jatuh sendiri (Thornhill,
2009).

Gambar 11. Tara Klamp


(Purnomo, 2011)

b. Smart Klamp : Alat ini bekerja dengan cara yang sama dengan Tara
Klamp yaitu dengan menjepit antara dari luar preputium dengan tabung
bagian dalam, sehingga memotong suplai darah ke preputium distal. Kalau
Tara Klamp merupakan alat dengan disain all-in one dengan lengan
pengunci di atas, smart klamp memiliki tabung dalam dan klemp luar/
bagian pengunci. Klamp dipasang kemudian preputium dipotong dengan
dasar tabung dalam sebagai pemandu. Glans dan frenulum terlindungi
(Thornhill, 2009).

Gambar 12. Smart Clamp


(Thornhill, 2009)

c.

Zhenxi Rings: Tabung yang


berarlur dipasang diatas glans
sampai dibelakang korona. Preputium ditempatkan di atas tabung. Cincin
klamp plastik dipasang di atas lengan, dengan posisi preputium biasa dan
mur dieratkan untuk menjaga preputium tetap pada tempatnya. Tali elastic
kemudian mngikat dengan ketat di sekeliling penis, menekan preputium

14

pada alur tabung dibawahnya. Hal ini memotong suplai darah dan
preputium distal akan mati dan jatuh sendiri (Thornhill, 2009).

Gambar 13 . Zhenxi Rings


(Thornhill, 2009)

d. Laser: Penggunaan laser pertama kali dilaporkan digunakan di Israel


untuk menyirkum seorang anak dengan hemophilia yang tidak dapat
disirkum dengan cara yang lain. Laser menutup pembuluh darah saat
terpotong sehingga tidak terjadi perdarahan dengan minimal trauma pada
penis, tidak perlu dijahit. Glans dan frenulum tidak terlindung (Thornhill,
2009).

15

Gambar 14 . Sirkumsisi dengan metode Laser CO2


(Thornhill, 2009)

2.8 Perawatan luka


Setelah selesai dijahit, olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi
dengan salep antibiotic. Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup
atau terbuka (Karakata, 2006).
1. Metode Terbuka
Perawatan ini dilakukan bila ada jaminan pasien mampu menjaga
kebersihan luka. Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara
terbuka (Karakata, 2006).
Tabel 1. Perbedaan Metode Rawat Luka Sirkumsisi
Keuntungan
Dibalut

Tidak dibalut

Kerugian

Terlindungi dari kotoran


Luka
tidak
tergesek
celana
Baik untuk anak kecil
yang aktif bermain

Bila balutan basah, agak


lama kering
Komplikasi tidak segera
terlihat
Kesulitan dalam melepas
karena kering
Luka lebih cepat kering
Perlindungan
terhadap
Komplikasi segera terlihat infeksi kurang
Rasa nyeri akibat tergores
celana

2. Metode Tertutup
Setelah diberi betadin dan salep antibiotika bila perlu berikan sufratul secara
melingkar. Tutup dengan kasa steril, ujung kain kasa bisa dipilin sebagai tempat
fiksasi seprapubik menggunakan plester ( balut suspensorium ) atau biarkan
berbentuk cincin.

16

Post Operative Care (Karakata, 2006) :


1. Medikamentosa yang diberikan dapat berupa :

Analgetik : Antalgin atau Asam Mefenamat.

Antibiotik : Amoksisilin atau Eritromisin

Roboransia : Vitamin C atau Vitamin B Complex

2. Edukasi

Luka dalam 3 hari jangan kena air

Hati-hati dengan perdarahan, bila ada segera control

Perbanyak istirahat

Bila selesai kencing, hapus sisa kencing dengan tissue atau kasa

Perbanyak dengan makanan dan minuman yang bergizi terutama yang


mengandung protein

Setelah 3-5 hari dari hari operasi, buka perban di rumah segera kontrol.

2.9 Komplikasi
Seperti halnya operasi yang lain, prosedur sirkumsisi memiliki komplikasi
yang menyertainya. Perdarahan adalah yang paling sering dan terjadi pada sekitar
0,1% kasus. Kebanyakan berasal dari arteri frenular pada permukaan bagian
ventral dari penis. Kebanyakan episode perdarahan adalah kecil dan berespon
pada tekanan. Beberapa bersifat persisten dan membutuhkan kauter atau jahitan
untuk mengontrolnya. Hati-hati jangan sampai jahitan mengenai uretra (Cook,
2007).

Gambar 15. Perdarahan akibat terpotongnya glans penis


(Cook, 2007)

17

Infeksi

merupakan

komplikasi

selanjutnya

yang

sering

terjadi.

Kebanyakan infeksi umumnya ringan dan superficial, biasanya bermanifestasi


kemerahan dan sekret purulen pada daerah sirkumsisi dan umumnya berespon
dengan perawatan terhadap luka. Komplikasi yang serius, untungnya jarang
terjadi,

termasuk

fimosis

rekuren,

luka

terbuka,

banyak

kehilangan

jaringan,concealed penis, jembatan jaringan antara kulit dan glans, kista inklusi,
fistel uretrokutaneus, kosmetik yang kurang memuaskan, meatitis, retensi urin,
korde pada kulit, dan glans yang terpotong atau yang paling ekstrim terpotongnya
semua bagian penis (Cook, 2007).

18

BAB 3
KESIMPULAN
Sirkumsisi adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup
(preputium) penis dengan tujuan tertentu. Sirkumsisi merupakan prosedur
pembedahan yang paling umum dilakukan pada laki-laki, karena sirkumsisi pada
bayi untuk alasan agama dan budaya (Malone, 2007).
Tidak dibutuhkan diagnosis preoperative. Riwayat yang perlu digali adalah
riwayat penyakit atau riwayat perdarahan. Pada pemeriksaan fisis, harus
disingkirkan

adanya

kelainan

kongenital

dari

penis

yang

merupakan

kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi (Mcaler, 2004).


Tahap-tahap sirkumsisi mencakup tahap persiapan pasien, persiapan alat,
aseptic dan anestesi, membebaskan perlengketan, membersihkan smegma,
dorsumsisi, menjahit frenulum, hecting mukosa dan kulit, perawatan luka, dan
post operative care (Karakata, 2006).

19

DAFTAR PUSTAKA
Cook A, Koury AE. Urologic Emergencies in Children : Special Consideration.
In: Hohenfellner M, Santucci RA, editors. Emergencies in Urology. Berlin:
Springer; 2007. p. 89-91.
Datu AR. Diktat Anatomi Urogenitalia. Makassar: Bagian Anatomi FK.Unhas;
2004
Karakata, Sumiardi, Bob Bachsinar. 2006. Bedah Minor : Sirkumsisi. Hipokrates.
Jakarta. Hal.148-154.
Lee, R.B. (2005). "Circumcision practice in the Philippines: community based
study". Sexually
Transmitted
Infections 81 (1):
91.doi:10.1136/sti.2004.009993. PMID
15681733. http://sti.bmjjournals.com/cgi/reprint/81/1/91.pdf.
Malone P dan stein brecher H, Clinical Review, Medical aspect of male
Circumcision.BMI,2007:335;1206-1209
McAleer IM, Kaplan GW. 2004. Circumcision. In: Graham SD, Keane TE, Glenn
JF, editors. Glenn's Urologic Surgery. 6th ed. Virginia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi: Sirkumsisi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Sagung Seto.
Thornhill. Principal Methods. Last update: November 2009; Available from:
http://www.circumcisioncentre.co.uk/. Accessed on April 4, 2016.
Richard L D, et al. The Penis. 2007 [cited 2010 21 st December]; Available from:
http://www.theodora.com/anatomy/the_penis.html
Tank PW. Grant's Dissector. 13th ed. Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins; 2005.

20

Anda mungkin juga menyukai