Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJUAN TEORI
1. Bayi Baru Lahir
a. Defenisi Bayi Baru Lahir
1. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan 2.500 4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan ( Yulianti, 2010 .Hal 198 ). Bayi baru lahir adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37 42 minggu dan berat
badannya 2.500 4000 garam (Dewi, 2010. Hal : 113 ).
2. Menurut ( Kosim, 2011. Hal. 95), bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2.500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menamgis dan tidak ada kelainan conginetal
( cacat bawaan ) yang berat.
3. Menurut (Varney, 2011. Hal 89), bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir, berusia 0 28 hari.
4. Menurut (Arief & Kristiyanasari 2013. Hal 97), bayi baru lahir
adalah bayi lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat badan lahir 2.500 gram sampai dengan 4.000 gram.

10

b. Ciri - ciri bayi Baru Lahir Normal


Menurut ( Dewi, 2010. Hal 78 ), ciri ciri bayi baru lahir normal
adalah sebagai beriku :
1. Berat badan 2.500 4. 000 gram
2. Panjang badan 48 52 cm
3. Lingkar kepala 33 35 cm
4. Lingkar dada 30 38 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 x/ menit menurun
sampai 120 -160 x / menit
6. Pernapasan pada menit pertama 80 x / menit menurun
sampai 40 x /menit
7. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan
terbentuk dan diliputi verniks caeseosa
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak jelas
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Testis sudah turun ( pada laki laki ), genetalia labia mayora
telah menutupi labia minora
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk. Graff refleks sudah baik, bila
diletakkan suatu benda di telapak tangannya maka akan
menggengganm.
13. Eliminasi, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam,

11

pertama meconiun berwarna kecoklatan


c. Periode Bayi Baru Lahir
Menurut (Varney 2011, Hal 90 ), periode bayi baru lahir adalah :
1. Periode I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada
saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah
lahir. Pada periode ini bayi terjaga

dengan mata terbuka,

memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh


semangat dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai 82 kali,
denyut jantung sampai 182 kali / menit dan bising usus aktf.
Perawatan

khusus

jaga

bayi

agar

tetap

hangat

dengan

menggunakan selimut hangat atau lampu penghangat diatas


kepala.
2. Periode II periode tidur yang tidak berespon yang berlangsung
30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode ini bayi
berada

dalam

tahap

tidur

yang

nyenyak. Denyut

jantung

menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali / menit
dan kecepatan pernafasan lambat dan tenang. Bayi mungkin
mengeluarkan mekonium dan urine. Periode ini berakhir ketika
lendir pernapasan telah berkurang.
3. Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode
stabilisasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Tanda
tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dang hangat.
d. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

12

Penatalaksanaan yang

dilakukan segera setelah

bayi

baru

lahir

diantaranya sebagai berikut :


1. Menurut (Saifuddin 2012, Hal 98), membersihkan jalan napas
dengan cara sebagai berikut :
a. Bayi diletakkan dalam posisi terlentang ditempat yang
keras dan hangat
b. Gulung

sepotong

kain

dan

diletakkan

dibawah

bahu

sehingga leher lebih lurus dan kepala tidak menekuk


c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril
d. Kedua telapak kaki bayi ditepuk sebanyak 2 -3 kali atau
kulit bayi dengan kain kering.
2. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah lahir plasenta.
Sebelum memotong tali pusat pastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
3. Memperhatikan suhu badan bayi
Menurut (Arief, 2010. Hal 90), bayi baru lahir ahrus dibungkus
untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Jangan membiarkan bayi dalam keadaan basah
c. Jangan memandikan bayi dengan air dingin

13

d. Daerah

kepala

dibungkus

dengan

memakai

topi

yang

terbuat dari kain


4. Memberikan vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal atau cukup
bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari
(Saifuddin, 2012. Hal 97)
5. Memberi salep mata
Perawatan mata harus dikerjakan segera yang lazim dipakai
adalah larutan persnk nitrat atau neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir. (saifuddin
2012)
6. Identitas Bayi
a) Pada alat atau gelang identitas tercantum : Nama ( bayi Ny
X ), tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan bayi, nama
lengkap ibu (Saifuddin, 2012. Hal 98).
b) Tempat tidur diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identitas ( Saifuddin, 2012. Hal 99)

14

d. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Bayi Baru Lahir


1. Asfiksia
Adalah keadaan

dimana bayi tidak dapat segera bernapas

secara spontan dan teratur setelah lahir ( Prawirohardjo, 2013.


Hal 95)
2. Ikterus
Adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir (Prawirohardjo, 2013. Hal 96)
3. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2.500 gram sampai 2.499 gram (Saifuddin, 2012. Hal 97)
4. Tetanus Neonatorum
Adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonaturum ( bayi
berusia kurand dari 1 bulan ) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu

kuman yang

mengeluarkan

toksin

(racun) dan

menyerang sistem saraf pusat ( Saifuddin, 2012. Hal 98).


5. Cidera Lahir
a. Molding
Bentuk tengkorak yang asimetris bersifat sementara, yang
disebabkan oleh kelahiran, biasanya partus lama (Saifuddin,
2012. Hal. 99)

15

b. Caput Succedeneum
Caput succedeneum adalah edema dikulit kepala pada
bagian presentasi kepala ( Prawirohardjo, 2013. Hal 546 ).
c. Cefal Hematoma
Cefal hematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat
kerusakan jaringan perosteneum karena tarikan atau tekanan
jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis
tengah ( Prawirohardjo, 2013. Hal 254 ).
2. Pengertian Caput Succadeneum
a.

Caput

succadeneum

karena tekanan dari

adalah edema kulit kepala anak yang terjadi


jalan lahir kepada kepala anak. Atau

pembengkakan difus, kadang - kadang bersifat ekimotik atau


edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian
kepala terbawah, yang terjadi karena tekanan ini vena tertutup, tekanan
dalam capilair veneus meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan
longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah
merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis
tengah. World Health Organization (WHO) 2013,Hal. 256)

16

Gambar 1. Caput Succedeneum


b.

Caput Succadeneum merupakan Pembengkakan difus jaringan lunak


kepala yang dapat melampui sutura. Caput Succadeneum merupakan
akibat sekuder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada saat
kelahiran spontan.Isi dari pembengkakan ini adalah

getah bening.

Bidan perlu meyakinkan pada ibu tidak mengkhawatirkan.Bayi tidak


memerlukan

tindakan

dan

tidak

ada

gejala

sisa

yang

dilaporkan.Pembengkakan akan hilang secara spontan dalam 2 4 hari


setelah lahir. Caput succedaneum adalah Pembengkakan pada satu
tempat

dikepala

karena adanya timbunan getah bening dibawah

lapisan aponerose diluar periostinum. (Saifuddin AB, 2012, hal.376).


c.

Caput Succedeneum adalah pembengkakan kulit kepala pada bayi


yang baru lahir. Sebagian kulit kepala bayi terlihat bengkak,
lembek dan mungkin berubah warna kemerahan atau memar. Hal
ini paling seringkali disebabkan oleh tekanan dari rahim atau
dinidng vagina selama persalinan dengan kepala terlebih dulu.

17

(Vertex). Sebuah Caput Succedeneum lebih mugnkin terbentuk


selama persalinan berkepanjangan atau sulit. Hal ini terutama terjadi
setelah kantung ketuban pecah, karena kantung ketuban tidak lagi
menyediakan

bantalan

pelindung

untuk

kepala

bayi. Ekstraksi

vakum juga dapat meningkatkan kemungkainan caput succedeneum.


Caput succedeneum kadang kadang teridentifikasi dengan USG
bahkan sebelum persalinan atau kelahiran dimulai. Lebih sering
daripada tidak, kondisi ini terkait dengan kantung ketuban pecah
dini atau terlalu sedikit cairan ketuban ( oligohidramnion). Bila
semua hal lain sama, semakin kecil kemungkinan terbentuknya
caput.
(http://www.google.com.kamuskesehatan.com/arti/caput.2014.diakses
15 Mei 2014)
d. Caput Succedeneum adalah odema kepala akibat kompresi kepala
pada saat lahit dengan letak kepala :
1. Melewati garis sutura
2. Tanpa diobati bisa sembuh sendiri
3. Pitting

Odema

(http://google.com.globaleducation.com.2014

Diakses 15 Mei 2014)


e. Caput Succedeneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena

tekanan

dari

jalan

lahir

kepada

pembengkakan difus, kadang kadang

kepala anak. Atau

bersifat ekimotik atau

edematosa, pada jaringan lunak kulit kepal, yang mengenai bagian

18

kepala bawah,yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan


ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga
cairan masuk ke dalam jaringan longgar bawah lingkaran tekanan
dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang
difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah.( Obstetri fisiologi,
UNPAD. 2012.Hal. 253 )
f. Caput Succedeneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai

dengan

tersebut

posisi bagian

yang

bersangkutan. Pada

bagian

terjadi odema sebagai akibat pengeluaran serum dari

pembuluh darah. Caput succedeneum tidak memerlukan pengobatan


khusus dan biasanya menghilang setelah 2 5 hari. ( Sarwono
Prawiroharjo. 2012, Hal 278 )
g. Perbedaan Caput Sccedeneum dan Cephalhematoma
No
.
1.

Caput Succedeneum

Chepalheamtoma

Muncul waktu lahir,

Muncul waktu lahir atau

mengecil setelah lahir

setelah lahir, dapat membesar

2.
3.

Lunak, tidak berfluktuasi


Melewati batas sutura,

setelah lahir
Teraba fluktuasi
Batas tidak melampaui sutura

4.

teraba moulase
Bisa hilang dalam beberapa

Hilang lama (beberapa minggu

5.

jam atau 2 -4 hari


Berisi cairan getah bening

atau bulanan)
Berisi darah

Sumber : Kosim, 2013

19

Gambar 2. Perbedaan Caput Succedeneum dan Chepalhematoma


3. Etiologi
Caput succedeneum terjadi karena adanya tekanan yang yang
kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi
bendungan

sirkulasi

perifer

dan

limfe

yang

disertai

dengan

pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa


terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacum ekstrasi.
Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang
tindihnya tulang kepala didaerah sutura pada suatu proses kelahiran
sebagai salah satu upaya untuk mengecilkan lingkaran kepalanya
agar dapat melalui jalan lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat
pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua
hari.

20

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succadeneum


pada bayi baru lahir yaitu :
a.

Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succadeneum karena terjadi tekanan
pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah
vena tertutup, tekanan dalam capilair venus meninggi hingga cairan
masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada
tempat yang terendah.

b.

Persalinan dengan ekstraksi vakum


Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat
adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan
sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (manuaba, 2011,hal
326)

c. Faktor predisposisi terjadi trauma antara lain :


1. Makrosomia
2. Prematuritas
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Distosia
5. Persalinan lama
6. Persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan
forceps)
7. Persalinan dengan sectio caesaria
8. Kelahiran sungsang

21

9. Presentasi bokong
10. Presentasi muka
11. Kelainan bayi letak lintang
4. Patofisiologi
a. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum
merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat
melampaui sutura garis tengah.
b. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulas
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan
biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak
periosteum hingga dapat melampaui sutura.
c. Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika

memasuki jalan lahir sehingga

terjadi bendungan

sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh


ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum
dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat
terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di
daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat
melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan

pada

sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage


ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan

22

hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.( Markum, 2013. Hal
345)
5. Sebab sebab Terjadinya Caput Succadeneum
a.

Ketuban sudah pecah


b. His cukup kuat, makin kuat his makin besar Caput succadeneum
c. Selalu terjadi pada yang terendah dari kepala.
d. Anak hidup, tidak terjadi pada anak mati.
6. Tanda dan Gejala
a. Adanya edema dikepala, hal ini disebabkan karena adanya
pengumpulan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga
kepala bayi terlihat bengkak atau odema
b. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
c. Pada perabaan teraba lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir,
dapat tunggal atau lebih dari satu ( multiple). Tempat lunak
ini akan berdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang
bayi aktif atau mendapat demam, daerah ini akan berdenyut
lebih cepat.
d. Edema melampaui sela-sela tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak dikepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak
akan menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana
tulang tengkorak belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini
memberi tengkorak lebih banyak kelenturan selama proses
kelahiran atau ketika bayi membenturkan.

23

e. Batas yang tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati


garis tengah kepala dan menyebrangi ubun ubun. Kepala
yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh
darah akibat proses persalinan, ciri cirinya benjolan tidak
akan melewati garis ubun ubun. Bila darahnya banyak bayi
bisa kekurang darah dan kulitnya menjadi kuning.
f. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.
g. Permukaan

kulit pada

benjolan

berwarna

ungu

atau

kemerahan

Gambar 1. Benjolan Pada Kepala Bayi (Caput Succedeneum)

24

6. Metode yang di gunakan untuk mengevaluasi kondisi neonatus.


Bantuan yang sangat bermanfaat dalam mengevaluasi bayi adalah
sistem nilai Apgar yang di terapkan satu dan 5 menit setelah bayi
lahir.
Tabel 1. Sistem nilai apgar
Nilai
N
o
1

Tanda

Warna kulit

Biru,

badan merah,

Semua merah

(Appearance

pucat

ekstremitas

Color)

biru

Denyut

Tdk ada

jantung (Puls)

Tonus otot

Iribilitasi

Lemas

Sedikit flexi

Gerakan aktif

ekstremitas

Tidak

refleks

>100

(dibawah100)

(Grammale)

Lambat

menyeringai

Menangis keras

Baik, menangis

memeberi

(Activity)

respon

Usaha nafas

Tidak

Rendah, tidak

(Respiration)

ada

teratur

Sumber. World Health Organization (WHO) 2013.

25

Pada umumnya semakin tinggi nilai apgar, sampai maksimum


10, semakin baik kondisi bayi. Nilai apgar 1-menit menentukan
perlunya resusitasi segera. Kebanyakan bayi pada saat lahir dalam
kondisi yang baik, yang di perlihatkan dengan nilai apgar 7- 10 dan
tidak memerlukan bantuan selain mungkin penyedotan nesofaring
sederhana.
7.

Penatalaksanaan

a. Bayi dengan caput succadeneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa
makanan

tambahan

apapun,

maka

dari

itu

perlu

diperhatikan

penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.


b. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
c. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema
kepala.
d. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
e. Mencegah terjadinya infeksi :
1) Perawatan tali pusat
2) Personal
f. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
1) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi
normal
2) Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena
benjolan akan menghilang 2-3 hari.

26

g. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.


h. Awasi keadaan umum bayi.
i. Perawatan bayi sehari hari
8. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah saat mandi, kompres
bagian yang bengkak dengan handuk yang lembut dan sudah
dicelupkan dengan air hangat. Kepala akan ke bentuk normal dalam 2
minggu.
9. Komplikasi
Menrut (Markum, 2012. Hal 245), komplikasi dari caput
succedeneum adalah syok akibat dari caput succedeneum.
Komplikasi lain dari caput succedeneum menurut (Rinawati
2011. Hal 256) adalah sebagai berikut :
1. Caput Hemoragik
Caput

hemoragik pada caput succedeneum bisa terjadi

karena kulit kepala terluka ( Kosim, 2011. Hal 237 )


2. Ikterus
Pada

bayi

yang

terkena

caput

succedeneum

dapat

menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau


golongan darah A,B,O antara ibu dan bayi ( Kosim, 2011. Hal
238)

27

3. Anemia
Anemia

bisa

terjadi

pada

bayi

yang

terkena

caput

succedeneum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang


hebat atau perdarahan yang banyak. ( Kosim, 2011. Hal 239 )
10. Macam - Macam Caput Dan Pengertiannya
Perubahan-perubahan bentuk kepala anak karena persalinan
Perubahan bentuk kepala anak di sebabkan oleh: Caput succadeneum,
Moulage, dan Cephal haematon.
a. Caput succadeneum
Caput succadeneum adalah edema dari kulit kepala anak yang
terjadi karna tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak .
b. Moulage
Moulage

adalah

perubahan

bentuk

kepala

dalam

usaha

menyesuaikan diri dengan bentuk pintu panggul ialah dengan


bergesernya tulang tengkorak yang lain
c. Cephal haematom
Cephal haematom adalah pengumpulan darah dibawah periost
biasanya terjadi pada os parietali Haematome ini terjadi pada
persalanan yang normal.

28

B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan


1

Pengertian Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan penemuan , keterampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.

Pengertian asuhan kebidanan


Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan
atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana. Dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedeneum
penulis beracuan pada pola pikir Varney karena dalam metode dan
pendekatannya sistematis dan analitik sehingga memudahkan dalam
pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.

Proses manajemen kebidanan


Langkah

I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah I ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan


semua data yang diperlukan untuk mengevakuasi keadaan bayi secara
lengkap yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan
hasil studi.

29

Pengkajian adalah langkah vital yang dipakai dalam


menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua
data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan di analisa
untuk mengevaluasi keadaan pasien ( Varney, 2012. Hal 236 ).
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai
suatu pendapatan terhadap suatu situasi dan kejadian ( Nursalam,
2013. Hal 256 ) meliputi :
1. Biodata
a) Nama Bayi

: Untuk mengetahui identitas bayi


b)Umur Bayi

Untuk

mengetahui

berapa umur bayi yang

nanti akan

disesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan
c) Tanggal/ Jam
:

Untuk

mengetahui

kapan bayi baru lahir, sesuai atau tidak


dengan perkiraan lahirnya.
d)Jenis kelamin
:

Untuk

mengetahui

30

jenis kelamin bayi dan membedakan


dengan bayi yang lain
e) Alamat

Untuk

mengetahui

gambaran tentang tempat dimana pasien


tinggal
f) Nama ibu/Ayah :

Untuk

mengetahui

nama penanggung jawab


g) Umur

Ibu/Ayah
:

Mengetahui umur

penanggung jawab
h) Agama
:

Mengetahui

agama/keyakinan apa

yang

dianut

pasien
i) Suku/ Bangsa
:

Untuk

mengetahui

faktor pembawa ras yang berhubungan


dengan suku bangsa
j) Pendidikan

31

Untuk

mengetahui

tingkat pendidikan
k) Pekerjaan
:

Untuk

mengetahui

gambaran keadaan sosial ekonomi


l) Alamat
:

Untuk

mengetahui

gambaran tentang tempat dimana pasien


tinggal
2. Anamnesa pada Ibu
a) Keluhan Utama
Keluhan

utama

adalah

keluhan

atau

gejala

yang

menyebabkan pasien dibawa berobat yang disampaikan oleh


orangtua maupun anak ( Matondang, 2011. Hal 98 ).
b) Menurut

(Felling 2011. Hal 98),dalam

kasus

Caput

succedeneum bayi tidak mengalami keluhan apapun.


c) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir ( HPHT ), hari
perkiraan lahir ( HPL ), frekuensi pemeriksaan Ante Natal Care
( ANC ), yang memeriksa, keluhan, dan imunisasi.
(Wiknjosastro, 2013)

32

d) Riwayat Persalinan Sekarang


Untuk

mengetahui

persalinan, lama

tempat

persalinan

persalinan, penolong, jenis


dari

kala I sampai

Kala IV,

keadaan anak, jumlah air ketuban, dan adakah komplikasi


dalam persalinan
e) Riwayat penyakit Kehamilan
Untuk mengetahui adanya tanda tanda penyakit dalam
proses kehamilan
f) Riwayat penyakit Sistemik
Untuk mengetahui adanya tanda tanda penyakit dalam
kehamilan seperti penyakit jantung,DM, Asma, hepatitis.dll
g) Riwayat kesehatan keluarga
h) Riwayat keturunan kembar
i) Riwayat opoerasi
b. Data objektif
Data ini sebagai penguat data subjektif yang dirumuskan dalam
data

fokus

untuk

mendukung

interpretasi

data

yang

pemeriksaannya meliputi pemeriksaan kepala sampai kaki.


(Varney, 2012).
1. Pemeriksaan khusus apgar score
2. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum

33

b) Kesadaran
c) Tanda tanda vital
3. Pemeriksaan Fisik sistematis
a. Kepala

i. Dada

b. Ubun ubun

j. Abdomen

c. Muka

k. Tali pusat

d. Mata

l. Punggung

e. Telinga

m. Ekstremitas

f. Hidung

n. Genetalia

g. Mulut

o. Anus

h. Leher

34

4. Pemeriksaan refleks
5. Pemeriksaan Antropometri
6. Pola Eliminasi
7. Data Penunjang
8.

Langkah II :

Interpretasi Data Dasar

9.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan


interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke
dalam sebuah rencana asuhan terhadap bayi. Masalah sering berkaitan
dengan bayi yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan pengarahan,
masalah ini sering disertai diagnosa.
10.

Langkah

III

Mengidentifikasikan

Diagnosa/Masalah Potensial
11.

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah

atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa


yang sudah didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benarbenar terjadi. Mereka dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah

potensial sehingga menjadi benar-benar tidak terjadi. Langkah ini penting


sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
12.

Standar numenkatur diagnosa kebidanan

1. Diakui dan telah di sahkan oleh profesi


2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh klinikal judgemant dalam lingkup praktek kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Langkah

IV:

Identifikasi

Kebutuhan

Yang

Memerlukan Penanganan Segera


19.

Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang lain


sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama
dalam persalinan.
20.
Menyeluruh

Langkah

Merencanakan Asuhan Yang

21.

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh,

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan


kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap bayi tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
22.

Langkah VI :

Melaksanakan Tindakan Asuhan

Kebidanan
23.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan,

atau sebagian oleh atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukannya

sendiri,ia

tetap

memikul

tanggung

jawab

untuk

mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan agar langkahlangkah tersebut tetap terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi. Maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
24.

Langkah VII : Evaluasi

25.

Pada

langkah

ketujuh

ini

dilakukan

evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan pemenuhan kebutuhan akan


bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
bagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah diagnosa.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


26.

S : Subjektif

27.

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk

biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,


pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh dari hasil wawancara langsung
pada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
28.

O : Objektif

29.

Merupakan ringkasan dari langkah I dalam proses

manajemen asuhan kebidanan yang diperoleh melalui inspeksi, palpasi,


auskultasi, perkusi dan hasil pemeriksaan laboratorium dan USG.
30.

A : Assesment

31.

Merupakan ringkasan dari langkah II, III, IV dalam

proses manajemen asuhan kebidanan dimana dibuat kesimpulan berdasarkan


dari data subjektif dan objektif sebagai hasil pengambilan keputusan terhadap
bayi tersebut.
32.
33.

P : Planning

34.

Merupakan ringkasan dari langkah V, VI, VII dalam

proses manajemen asuhan kebidanan dimana planning ini dilakukan


berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klien yang
diambil dalam rangka mengatasi/memenuhi kebutuhan bayi
35.
36.

37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.

Tabel 6. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


54.
Alur Pikir Bidan

55.
56.

Pencatatan dari
Asuhan Kebidanan

57.
Proses Manajemen
kebidanan
60.

58.

Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan
59.

61.
7 Langkah Varney

62.

64.

65.

5 Langkah

SOAP/Notes

63.
(Kompetensi Bidan)
66.
Data

67.

69.
Data

Subjektif
70.
Objektif

71.
Masalah/Diagnosa
81.
Antisipasi Masalah
Potensial/Diganosa
lain
85.
Menetapkan
kebutuhan segera
untuk konsultasi,
kolaborasi
89.
Perencanaan

74.

79.
Assessment/

Assessment/

75.

80.
Diagnosa

Diagnosa

90.

92.
Plan :
a.

95.
Implementasi

Kon
sul

96.
b.

Tes
Lab

c.

Ruj
ukan

d.

Pen
didikan/

99.
Evaluasi

100.
Evaluasi

93.
Konseling
e.

Foll
ow Up

94.
103.

Sumber : Simatupang EJ, 2013. halaman 62

104.

105.

106.

Anda mungkin juga menyukai