Trichoderma
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Fungi
Divisi:
Ascomycota
Upadivisi:
Pezizomycotina
Kelas:
Sordariomycetes
Ordo:
Hypocreales
Famili:
Hypocreaceae
Genus:
Trichoderma
Persoon
1Kondisi optimum
2Karakteristik
3Reproduksi
4Mekanisme antifungal
o
4.1Trichoderma harzianum
5Fungsi Ekologis
6Referensi
Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa Trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat
menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis bagijamur lainnya, terutama yang
bersifat patogen.[4] Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi
persaingan, parasitisme, predasi, atau pembentukkantoksin seperti antibiotik.[4] Untuk
keperluan bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan untuk
menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen. [4]
Kemampuan dan mekanisme Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan patogen secara
rinci bervariasi pada setiap spesiesnya.[5] Perbedaan kemampuan ini disebabkan oleh
faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi pula.
Trichoderma memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan non volatil.[4] Metabolit non volatil
lebih efektif dibandingkan dengan yang volatil.[4]Metabolit yang dihasilkan Trichoderma dapat
berdifusi melalui membran dialisis yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa
patogen.[4]Salah satu contoh metabolit tersebut adalah monooksigenase yang muncul saat
adanya kontak antar jenis Trichoderma, dan semakin optimal pada pH 4.[4]Ketiadaan metabolit ini
tidak akan mengubah morfologi dari Trichoderma namun hanya akan menurunkan kemampuan
penghambatan patogen.[4]
Trichoderma harzianum merupakan salah satu jenis yang memiliki aktivitas antifungal yang tinggi
Trichoderma harzianum merupakan salah satu contoh yang paling banyak dipelajari karena
memiliki aktivitas antifungal yang tinggi.[5] T. harzianum dapat memproduksi enzim litik
dan antibiotik antifungal.[2] Selain itu T. harzianum juga dapat berkompetisi dengan patogen dan
dapat membantu pertumbuhan tanaman.[2] T. harzianum memiliki kisaran penghambatan yang
luas karena dapat menghambat berbagai jenis fungi. [2]
Trichoderma harzianum memproduksi metabolit seperti asam sitrat, etanol, dan
berbagai enzim seperti urease, selulase,glukanase, dan kitinase.[2] Hasil metabolit ini dipengaruhi
kandungan nutrisi yang terdapat dalam media.[2] T. harzianum dapat memproduksi
beberapa pigmen yang bervariasi pada media tertentu seperti pigmen ungu yang dihasilkan
pada media yang mengandung amonium oksalat, dan pigmen jingga yang dihasilkan pada
media yang mengandung gelatin atau glukosa, sertapigmen merah pada medium cair yang
mengandung glisin dan urea.[2]
Saat berada pada kondisi yang kaya akan kitin, Trichoderma harzianum memproduksi protein
kitinolitik dan enzim kitinase.[2]Enzim ini berguna untuk meningkatkan efisiensi
aktivitas biokontrol terhadap patogen yang mengandung kitin.[2]
https://id.wikipedia.org/wiki/Trichoderma
MengenalJenisJenisAgensiaHayatiDanManfaatnya
Beberapa minggu yang lalu saya telah memposting apa sihagensia
hayati dan jenis-jenisnya. Nah kali ini saya menulis jenis-jenis tersebut beserta manfaatnya dalam
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman. Sekedar mengingat kembaliMenurut Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995, definisi agen hayati yaitu setiap organisme yang meliputi
spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri,
virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang dapat
dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses
produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya. Atau kalau boleh dengan
bahasa yang mudah pengertian agen hayati adalah Jasad renik yang dalam melangsungkan
kehidupannya menghambat, mempengaruhi dan atau membunuh makhluk lain.
Berikut beberapa jenis agensia hayati dan manfaatnya dalam pengendalian hama penyakit pada
tanaman:
1. Jamur Trichoderma sp
dapat mengendalikan penyakit layu atau bercak daun yang biasa meyerang tanaman pangan dan
hortikultura. Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap beberapa patogen tular tanah seperti
Fusarium moniliforme dan Sclerotium rolfsii. Trichoderma sp juga mempunyai kemampuan sebagai
dekomposer dalam pembuatan pupuk organik
2. Bakteri Corynebacterium sp
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan salah satu agens hayati bersifat antagonis, yang dapat
mengendalikan beberapa jenis OPT diantaranya penyakit kresek pada tanaman padi yang
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp, plasmodiophora brassicae (akar gada) pada kubis, bercak
daun pada tanaman jagung, layu bakteri pada tanaman pisang.
4. Beauveria bassiana
Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan
penyakit pada serangga, lebih dari 175 jenis serangga hama menjadi inang jamur ini, terutama efektif
mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran dan buah.
5. Pseudomonas Fluorescens
Bakteri P. fluorescens dapat memberikan pengaruh menguntungkan terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai "Plant Growth Promoting Rhizobacteria" (PGPR). Menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular tanah dan
mempunyai kemampuam mengoloni akar tanaman, dapat menghambat patogen layu Verticilium
dahliae pada tanaman kentang dan terong. Agensia hayati ini efektif untuk mengendalikan penyakit
layu fusarium pada tanaman tomat serta mampu menekan intensitas penyakit moler pada tanaman
bawang merah.
6. Metarhizium anisopliea
M. anisopliae adalah salah satu cendawan entomopatogen yang termasuk dalam divisi
Deuteromycotina: Hyphomycetes. Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus dan
tersebar luas di seluruh dunia. Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan
bersifat saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman. Cendawan M. anisopliae
mampu menginfeksi hama yang mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap, yaitu Riptortus
linearis baik stadia nimfa maupun imago. Selain itu, M. anisopliae juga mampu menginfeksi hama
yang mempunyai tipe mulut menggigit seperti S. litura.
7. Verticillium lecanii
Verticillium lecanii sangat berguna untuk membasmi kutu kebul pada tanaman hortikultura. Kutu kebul
adalah hama utama yang membonceng masuknya virus gemini yang menyebabkan tanaman
kehilangan klorofil hingga tanaman menjadi kerdil dan hasil panen menurun. Verticillium lecanii dapat
juga membasmi wereng pada tanaman padi.
Demikian beberapa agen si hayati dan manfaatnya. Semoga dengan agen hayati tanaman kita dapat
terhindar dari hama penyakit sehingga hasil panen meningkat.
diaplikasikan
secara
luas.
Keberhasilan penggunaan agen hayati ini telah banyak dilaporkan di berbagai penelitian diantaranya untuk
mengendalikan
penyakit
akar
putih
Rigidoporus
micropus
di
perkebunan
karet
dan
teh.
Jamur ini juga sebagai agen hayati untuk mengendailkan patogen penyebab rebah kecambah Rhizoctania
solani, busuk batang Fusarium sp., akar gada Plasmodiophora brassicae, dan patogen Pythium yang merupakan
patogen tular tanah yang dapat menyebabkan penyakit rebah kecambah (Dumping off) pada kacang-kacangan.
Jamur ini selain bersifat hiperparasitik terhadap beberapa patogen, diketahui pula dapat menghasilkan antibiotik
yang
dapat
mematikan
dan
menghambat
pertumbuhan
jamur
lain.
Mekanisme penekanan patogen oleh Trichoderma terjadi melalui proses kompetisi, parasitisme, antibiosis, atau
mekanisme lain yang merugikan bagi patogen. Selain itu, jamur ini mempunyai sifat-sifat mudah didapat,
penyebarannya luas, toleran terhadap zat penghambat pertumbuhan, tumbuh cepat, kompetitif dan
menghasilkan spora yang berlimpah, sehingga mempermudah penyediaan jamur sebagai bahan pengendali
hayati
dalam
proses
produksi
massal.
Jamur Trichoderma mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka
kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam ini menyebabkan tanaman
menjadi
lebih
resisten
terhadap
kekeringan,
seperti
pada
tanaman
jagung
dan
tanaman
hias.
Trichorderma sp. merupakan jamur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dan bersifat antagonistik
terhadap jamur lain. Selain daya adaptasinya luas, Trichorderma mempunyai daya antagonis tinggi dan dapat
mengeluarkan
racun,
sehingga
dapat
menghambat
bahkan
mematikam
patogen
lain.
PT. Prosper Biotech Indonesia telah berhasil memproduksi Pupuk Hayati EvaGROW yang mengandung jamur
Trichoderma sp. dalam bentuk powder. Mekanisme kerja jamur Trichoderma dalam mengendalikan mikroba
patogen
pada
tanah
adalah
- Terjadinya kompetisi bahan makanan antara jamur patogen dengan jamur Trichoderma EvaGROW di dalam
tanah.
pesat
Adanya
dalam
pertumbuhan
tanah
akan
jamur
mendesak
Trichoderma
pertumbuhan
patogen
yang
pada
akar.
- Mikoparasitisme, jamur Trichoderma merupakan jamur yang bersifat mikoparasit, artinya jamur ini dapat
menghambat
pertumbuhan
patogen
dengan
parasitisme.
Mekanisme yang terjadi Trichoderma dapat melilit hifa mikroba patogen, dan jamur ini juga mengeluarkan
enzim
yang
mampu
merombak
dinding
sel
mikroba
patogen, sehingga patogen mati. Beberapa jenis enzim pelisis yang telah diketahui dihasilkan adalah ensim
kitinase
dan
-1,3
glucanase.
- Antibiosis, Trichoderma juga menghasilkan antibiotik yang termasuk kelompok furanon yang dapat
menghambat
pertumbuhan
spora
dan
hifa
mikroba
patogen,
Trichoderma sp.
Pengertian, Kondisi Optimum, dan Karakteristik Trichoderma
Trichoderma spp. merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat
di tanah dan digunakan untuk mengendalikan patogen tanah. Trichoderma spp.
mempunyai sifat mikroparasitik yaitu kemampuan untuk menjadi parasit
cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenisjenis cendawan fitopatogen. Trichoderma spp. merupakan sejenis cendawan
yang termasuk kelas ascomycetes, dan memiliki aktivitas antifugal yang
tinggi. Trichoderma spp. dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifugal.
Selain itu Trichoderma spp. juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat
membantu pertumbuhan tanaman, serta memiliki kisaran penghambatan yang
luas karena dapat menghambat berbagai jenis fungi. Trichoderma spp.
memproduksi metabolit seperti asam sitrat, etanol dan berbagai enzim seperti
urease, selulase, glukanase dan kitinase. Hasil metabolit ini dipengaruhi
kandungan nutrisi yang terdapat dalam media. Trichoderma spp. dapat
memproduksi beberapa pigmen yang bervariasi pada media tertentu seperti
pigmen ungu yang dihasilkan pada media yang mengandung amonium oksalat,
dan pigmen jingga yang dihasilkan pada media yang mengandung gelatin atau
glukosa, serta pigmen merah pada medium cair yang mengandung glisin dan
urea. Saat berada pada kondisi yang kaya akan kitin, Trichoderma spp.
memproduksi protein kitinolitik dan enzim kitinase. Enzim ini berguna untuk
meningkatkan efisiensi aktivitas biokontrol terhadap patogen yang mengandung
kitin.
Suhu optimum untuk tumbuhnya Trichoderma spp. berbeda-beda setiap
spesiesnya. Ada beberapa spesies yang dapat tumbuh pada temperatur rendah
ada pula yang tumbuh pad temperatur cukup tinggi, kisarannya sekitar 7 0C-410C.
Trichoderma yang dikultur dapat bertumbuh cepat pada suhu 25-30 0C, namun
pada suhu 350C cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu
mempengaruhi produksi beberapa enzim seperti karboksimetilselulase dan
xilanase. Kemampuan merespon kondisi pH dan kandungan CO 2 juga bervariasi.
Namun secara umum apabila kandungan CO2 meningkat maka kondisi pH untuk
pertumbuhan akan bergeser menjadi semakin basa. Di udara, pH optimum
bagi Trichoderma spp. berkisar antara 3-7. Faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhanTrichoderma spp. adalah kelembaban, sedangkan kandungan
garam tidak terlalu mempengaruhi. Penambahan HCO3- dapat menghambat
mekanisme kerja Trichoderma spp. Melalui uji biokimia diketahui bahwa
dibandingkan
sukrosa,
glukosa
merupakan
sumber
karbon
utama
bagi Trichoderma spp., sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya
berasal dari ekstrak khamir dan tripton.
: Ascomycota
Upadivisi : Pezizomycotina
Kelas
: Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales
Famili
: Hypocreaceae
Genus
: Trichoderma
http://fatandwiputra.blogspot.co.id/2012/12/trichoderma-sp.html
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang kemudian dilengkapi lagi dengan kriteria
yaitu organisme yang dapat berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, artropoda
pemakan
tumbuhan
dan
patogen
(FAO,
1988:
FAO,
1997,
dalam
Supriadi
2006).
Potensi utama dari Trichoderma spp. adalah sebagai agens pengendali hayati jamur patogen pada
tanaman. Jamur ini secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab
penyakit tanaman (spektrum pengendalian luas). Jamur Trichoderma sp. dapat menjadi hiperparasit
pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak
menjadi
penyakit
untuk
tanaman
tingkat
tinggi
(Purwantisari
dan
Hastuti,
2009).
Jamur Trichoderma spp. dapat menghasilkan enzim kitinase. Menurut Habazar dan Yaherwandi (2006),
Trichoderma harzianum menghasilkan enzim kitinase yang mengkatalisatori hidrolisis kitin dari dinding
hifa jamur patogen sehingga menyebabkan lisis. Enzim ini terdiri dari eksokitinase, endokitinase dan
chitobiosidase.
Rogis et al (2007) juga menyatakan bahwa kitinase merupakan enzim yang penting dalam pengendalian
patogen karena aktifitas enzim ini dapat menyebabkan terurainya dinding sel hifa serta perubahan
komposisi sitoplasma sel jamur patogenik yang menginfeksi tanaman dan meransang respon resistensi
dari tanaman. Enzim kitinase produksi genus Trichoderma spp. lebih efektif dari enzim kitinase yang
dihasilkan oleh organisme lain untuk menghambat berbagai fungi patogen tanaman (Nugroho et al,
2003).
Elfina et al (2001) mengemukakan bahwa aplikasi isolat-isolat Trichoderma spp. dapat memperlambat
masa inkubasi Sclerotium rolfsii pada bibit cabai dibandingkan control (tanpa aplikasi isolat Trichoderma
spp.). Menurut Nugroho et al (2001), Trichoderma sp. Juga berpotensi untuk mengendalikan jamur
patogen Ustulina zonata, penyebab penyakit charcoal base rot pada tanaman kelapa sawit. Jamur
Trichoderma viride memiliki pertumbuhan yang agresif, dapat menutupi koloni jamur lain, menghambat
pertumbuhan jamur Fusarium moniliforme, bahkan dapat melisis dinding hifanya dengan enzim yang
dihasilkannya,
cell
wall
degrading
enzymes/CWDE
(Gholib
dan
Kusumaningtyas,
2006).
Aplikasi Trichoderma asperellum sepanjang baris bibit tomat menyebabkan busuknya sklerotia jamur dan
dapat melindungi sebagian terhadap Sclerotium rolfsii. Trichoderma asperellum dan Trichoderma
hamatum berfungsi sebagai mikoparasit pada R. solani dan S. rolfsii, dan menghasilkan enzim (1-3)
glukanase dan kitinase penyebab eksolisis dari hifa inangnya (Habazar dan Yuherwandi, 2006).
Menurut Purwantisari dan Hastuti (2009), Trichoderma spp. selain mampu mengkoloni rhizosfer dengan
cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, jamur ini juga dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman yang menjadi keunggulan lain sebagai
agen pengendali hayati. Selain itu, menurut Natawigena (1994) penggunaan agen hayati ini relatif aman
karena tidak menimbulkan efek samping, baik bagi organisme bukan sasaran maupun lingkungan, tidak
menimbulkan
resistensi
pada
patogen
dan
lebih
ekonomis.
Potensi lain yang dimiliki Trichoderma spp ini adalah dalam keadaan lingkungan yang kurang baik, miskin
hara atau kekeringan, jamur ini akan tetap dapat bertahan dengan membentuk klamidospora. Propagul
tersebut akan tumbuh dan berkembang kembali apabila lingkungan kembali normal. Hal itu berarti
dengan sekali aplikasi saja, Trichoderma akan tetap tinggal dalam tanah untuk selamanya.
http://bemfapertaunri.blogspot.co.id/2011/09/potensi-trichoderma-spp-sebagai-agens.html