Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI ENERGI

SISTEM HVAC

Disusun sebagai salah satu tugas mata konservasi energi pada semester VI

Diusulkan Oleh :
Rechan Afranzia Nugraha
131711021

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


BANDUNG
2016
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Audit Energi merupakan langkah awal dalam kegiatan konservasi energi. Audit
energi mengidentifikasi dimana saja energi dikonsumsi dan berapa banyak energi yang
dikonsumsi dalam sebuah fasilitas eksisting, gedung dan bangunan.

Informasi yang dikumpulkan dari kegiatan audit enregi dapat diguakan untuk
memperkenalkan ukuran konservasi energi atau teknologi penghematan enregi.
Keterbatasan pasokan energi pada dasawarsa ini menjadi isu yang sangat penting
untuk ditanggapi, baik di skala nasional maupun internasional. Keadaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor utama yaitu mulai terjadinya pengurangan produksi dan suplai
energi yang kontradiktif dengan penggunaan energi yang semakin membesar seiring
meningkatnya jumlah pengguna.
Dari faktor tersebut, maka dibutuhkan keseriusan untuk melaksanakan langkah
penghematan energi, yang kini populer dengan istilah konservasi energi. Menurut
Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2012, Konservasi energi adalah upaya
sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri
serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Oleh karena itu kegiatan konservasi energi sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dan mengefektifkan suatu alat yang digunakan sehingga rugi-rugi
yang terjadi dapat dimanfaatkan kembali dan tidak terbuang sia-sia.
I.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem HVAC
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan rangkaian dan alat ukur pada sistem HVAC
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi konservasi energi yang terjadi pada sistem
HVAC
4. Mahasiswa dapat mengetahui penghematan setelah dilakukan konservasi energi
pada sistem HVAC

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1.Sistem HVAC
Mesin Pengkondisi Udara (Air Conditioning) digunakan untuk mengolah udara
agar profil udara sesuai yang diinginkan. Pengaturan profil udara meliputi temperatur
udara, kelembaban udara, kebersihan udara, dan kecepatan udara di dalam ruangan.
Mesin pengkondisi udara bekerja seperti mesin refrigerasi yang lain, yaitu memindahkan
kalor dari daerah bertemperatur rendah ke daerah bertemperatur tinggi (lingkungan).
Dalam proses pemindahan energi ini dibutuhkan energi input berupa kerja.
Fluida kerja dalam mesin AC ini adalah refrigerant (freon). Refrigerant akan
menyerap kalor di sisi evaporator dan akan melepasnya di sisi kondensor. Diagram siklus
refrigerasi kompresi uap ditunjukan oleh Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


(sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2006)

Gambar 2

Siklus
Refrigerasi Kompresi Uap pada Diagram P-H
(sumber: Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2006)

Keterangan:
1 2 : Proses Evaporasi = Refrigeran masuk dalam fasa cair dan tekanan rendah dan
menyerap kalor dari lingkungan sekitar. Selama proses penyerapan kalor refrigeran akan
berubah fasa dari cair menjadi gas. Pada saat keluar dari evaporator, refrigeran telah
menjadi uap panas lanjut (superheated).
2 3 : Proses Kompresi = Uap panas lanjut ini akan masuk ke kompresor dimana
tekanannya akan dinaikkan. Pada proses ini suhu juga akan meningkat karena refrigeran
menerima energi dari kerja kompresor. Maka refrigeran keluaran kompresor memiliki
suhu paling tinggi dan berada pada tekanan yang tinggi pula.
3 4 : Proses Kondensasi = Uap refrigeran akan dialirkan menuju kondensor. Pada
proses kondensasi refrigeran akan melepas kalor ke lingkungan. Selama proses ini
refrigeran akan berubah fasa dari gas menjadi cair. Proses pelepasan kalor pada
kondensor ini dapat dibantu dengan aliran udara maupun air. Jumlah kalor yang dilepas
jumlah sama dengan kalor yang diserap di evaporator ditambah kerja kompresor.
4 1 : Proses Ekspansi = Cairan refrigeran yang sudah didinginkan dan bertekanan
tinggi akan dialirkan melalui peralatan ekspansi yang dapat berupa katup ekspansi atau
pipa kapiler. Alat ekspansi ini akan mengurangi tekanan refrigeran dan mengendalikan
aliran menuju evaporator. Proses ekspansi terjadi pada entalpi konstan sehingga tidak ada
kalor yang diserap maupun dilepas.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa mesin refrigerasi tidak hanya
berfungsi sebagai mesin refrigerasi saja tapi juga bisa berfungsi sebagai mesin pompa kalor
(heat pump). Kalor yang dilepas pada kondensor jumlahnya cukup besar tapi pada umumnya
dibuang begitu saja. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk memanaskan air dengan media heat
exchanger. Untuk mengetahui performa pada AC maka digunakan parameter-parameter
berikut:
1. Kalor yang diserap di evaporator
=
(21)(1)
Ket:
m = Laju alir refrigeran (kg/s)
h2 = Entalpi refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
h1 = Entalpi refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)

2. Kalor yang dilepas di kondensor


=
(34)..(2)
Ket:
m = Laju alir refrigeran (kg/s)
h3 = Entalpi refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran keluar kondensor (kJ/kg)
3. COP (Coefficient of Performance)
COP adalah nilai yang menunjukan performa dari mesin refrigerasi. COP didapat
dari perbandingan energi yang diserap di evaporator dengan kerja kompresor.
COP=

h 2h 1
h 3h 2 .(3)

COP=

h 2h 4
h3h 2 ..(4)

4. Kalor yang diserap air


=
() (5)
Ket:

mW = Laju alir air (kg/s)


Cp = Kalor jenis air (kJ/kg.C)
Ti = Suhu air masuk (C)
To = Suhu air keluar (C)
II.2.Standar Sistem HVAC
Adapun standar untuk sistem HVAC adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Standar ASHRAE Mengenai Pengkondisi Udara
Equipment type
Air cooled, with
condenser,
electrically operated
Air cooled, with
condenser,
electrically operated
Water cooled,
electrically operated,
positive
displacement
(reciprocating)
Water cooled,
electrically operated,
positive
displacement (rotary
screw and scroll)

Size category

Minimum efficient

Test Procedure

< 150 tons

2,8 COP
3,5 IPLV

ARI 550/590

All capacities

3,10 COP
3,45 IPLV

ARI 550/590

All capacities

4,20 COP
5,20 IPLV

ARI 550/590

<150 tons
150 tons - < 300
tons
300 tons
<150 tons

Water cooled,
electrically operated,
centrifugal

150 tons - < 300


tons
300 tons

Air cooled
absorption single
effect
Water cooled
absorption single
effect
Absorption double
effect, Indirect fired
Absorption double
effect, direct fired

4,45 COP
5,20 IPLV
4,90 COP
5,60 IPLV
5,5 COP
6,15 IPLV
5,0 COP
5,25 IPLV
5,55 COP
5,90 IPLV
6,1 COP
6,40 IPLV

All capacities

0,6 COP

All capacities

0,6

All capacities
All capacities

Keterangan: COP = kW of cooling/kW

1 COP
1,05 IPLV
1 COP
1 IPLV

ARI 550/590

ARI 550/590

ARI 560

BAB III. Metode


Berikut merupakan metode yang digunakan dalam perumusan laporan praktikum
konservasi, antara lain :
III.1 Prosedur Kerja
A. Sebelum konservasi
1. Nyalakan AC
2. Catat parameter-parameter yang dibutuhkan :
- Temperatur refrigeran masuk HE (heat exchanger)
- Temperatur refrigeran keluar HE (heat exchanger)
- Temperatur refrigeran masuk evaporator
- Temperatur refrigeran keluaran evaporator
- Tekanan masuk HE (heat exchanger)
- Tekanan keluar HE (heat exchanger)
- Tekanan masuk evaporator
- Tekanan keluar evaporator
3. Catat setiap perubahan waktu 5 menit selama 4 kali atau 20 menit.
4. Matikan AC
B. Setelah Konservasi
1. Pasangkan selang dari masukan heat exchanger (HE) ke sumber air.
2. Nyalakan AC
3. Catat parameter-parameter yang dibutuhkan :
- Temperatur refrigeran masuk HE (heat exchanger)
- Temperatur refrigeran keluar HE (heat exchanger)
- Temperatur air masuk HE (heat exchanger)
- Temperatur air keluar HE (heat exchanger)
- Temperatur air dalam HE (heat exchanger)
- Temperatur refrigeran masuk evaporator
- Temperatur refrigeran keluaran evaporator
- Tekanan masuk HE (heat exchanger)
- Tekanan keluar HE (heat exchanger)
- Tekanan masuk evaporator
- Tekanan keluar evaporator

4. Catat setiap perubahan waktu 5 menit selama 4 kali atau 20 menit.


5. Matikan AC
III.2 Skema Rangkaian Percobaan Sistem HVAC
Berikut merupakan skema rangkaian percobaan sistem HVAC secara umum, yang
dilanjutkan pada titik-titik pengukuran untuk pengambilan data.

(Gambar :Skema rangkaian)

Keterangan:
T1 = Temperatur refrigeran keluar kondensor
T2 = Temperatur refrigeran keluar evaporator
T3 = Temperatur refrigeran keluar kompresor
T4 = Temperatur refrigeran keluar heat exchanger
P1 = Tekanan refrigeran keluar kondensor
P2 = Tekanan refrigeran keluar evaporator
P3 = Tekanan refrigeran keluar kompresor
P4 = Tekanan refrigeran keluar heat exchanger
Tin = Temperatur air masuk heat exchanger
Tair = Temperatur air di dalam heat exchanger

(Gambar : Titik Pengukuran)

III.3. Alat dan Bahan Yang Digunakan


Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan :
A. Alat Ukur
1) Termometer
2) Manometer
3) Klampmeter
4) Stopwatch
5) Gelas Ukur

Temperature di setting 18 C

BAB IV. Kompilasi Data dan Analisis


A. Data Primer
1. Spesifikasi Alat

2.

Data Praktikum
Sebelum Konservasi
Tabel 2. Data Sebelum Konservasi

Sesudah Konservasi (Penambahan Heat Exchanger)


Tabel 3. Data Setelah Konservasi

Berdasarkan aplikasi galaxy sensors didapatkan data primer yang lainnya yaitu temperatur
lingkungan dan kelembaban pada waktu praktikum di lab bawah koversi energi sebagai
berikut:

B. Data Olahan
Analisis Berdasarkan Data Aktual
Sebelum Konservasi

Berdasarkan perhitungan pada aplikasi refrop dengan R-22 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4 nilai entalpi sebelum konservasi

Berdasarkan pers (3) dan pers (4) untuk mencari nilai COP didapatkan sebagai berikut :
Tabel 5 nilai COP sebelum konservasi

Setelah Konservasi

Berdasarkan perhitungan dengan aplikasi refrop R-22 didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 6 nilai entalpi setelah konservasi

Berdasarkan pers (3) dan pers (4) untuk mencari nilai COP didapatkan sebagai berikut :
Tabel 7 nilai COP setelah konservasi

Analisis Berdasarkan Teori


Setelah Konservasi
A. Membuat P-h diagram R22
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada temperatur setting 180C,

diperoleh data rata-rata sebagai berikut :


P evaporasi

= 0,209 bar (abs)

P kondensasi = 0,448 bar (abs)

T refrigerant = 96,1 0C

Menentukan titik 2 (h2;p2)


Dengan menggunakan aplikasi coolpack refrigerant calculator R22 kondisi super
hated pada :
P2 = 0.448 bar
T refrigerant = 96,1 0C
Maka diperoleh :
h2 = 479,34 KJ/Kg
s2 = 2210,4 J/(Kg0C)
Sehingga titik 2 (479,34KJ/Kg ;0,448 bar)

Menentukan titik 1 (h1 ; p1)


Dengan menggunakan aplikasi coolpack refrigerant calculator R22 kondisi super
hated pada :
p1 = 0,209 bar
s1 = 2210,4 J/(Kg0C)
Maka diperoleh :
h1 = 453,69 KJ/Kg
T1 = 59,47 0C
Sehingga titik 1 (453,69 KJ/Kg ; 0,29 bar)

Menentuka titik 3 (h3 ; p3)


Dengan menggunakan aplikasi coolpack refrigerant calculator R22 kondisi
saturated liquid pada :
p3 = 0,448 bar
Maka dieroleh
h3 = 137,96 KJ/Kg
Sehingga titil 3 (137,96 KJ/Kg ; 0,448 bar)

Menentukan titik 4 (h4;p4)


h4 = h3 = 137,96 KJ/Kg
Pada tekanan P4 = 0,209 bar
T4 = -69,710C

B. Menghitung Nilai Efek Refrigerasi

Untuk mencari nilai ER digunakan persamaan berikut :

ER = Pu x A x vu x (hu,in hu,out)

Berdasarkan pada hasil percobaan yang telah dilakukan pada temperatur setting
180C, diperoleh data rata-rata sebagai berikut :
Tu,in

= 26,70C

Tu,out

= 180C

RHu,in

= 51,2 %

RHu,out = 51,2%

Vu

= 1,13 m/s

= 0,028m2

Dengan menggunakan aplikasi android psychrometric pada kondisi :


= 26,70C

Tu,in

Tu,out = 180C
RHu,in

= 51,2 %

RHu,out = 51,2%
Maka diperoleh
Hu,in

= 55,43 KJ/Kg

Pu,in

= 1,157 Kg/m3

Hu,out = 34,7 KJ/Kg


Pu,out

= 1,200 Kg/m3

Mencari nilai Pu
Pu =

Pu+ Pu out
2

( 1,157+ 1,200 ) Kg/ m 3


2

= 1,178 Kg/m3

Mencari nilai ER
ER = Pu x A x vu x (hu,in hu,out)
= 1,178 Kg/ m3 x 0,028 m2 x 1,13 m/s ( 55,43-34,7)KJ/Kg
= 0,77 KW

C. Menghitung Nilai Efek evaporasi (Ee)

Untuk mencari nilai efektifitas evaporator digunakan persamaan sebagai berikut :

Tr , eva outTr , eva

Tu ,eva Tr , eva
Ee =

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada temperatur setting 16 0C,
diperoleh data rata-rata sebagai berikut :
Tu,eva in

= 28,51 0C

Tu, eva out = 19,38 0C

Berdasarkan P-h diagram R22 pada setting temperature 180C, diperoleh data
sebagai berikut :
Tr,eva out = 59,470C
Tr,eva in = -69,710C

Mencari nila Ee
Tr , eva out Tr , eva

Tu ,eva Tr , eva
Ee =

( 59,47(69,71 ) ) C
= ( 28,51(69,71 ) ) C
= 1,31 KW
D. Menghitung Nilai Daya Evaporator (Qe)

Untuk mencari daya evaporator digunakan persamaan sebagai berikut :


ER = Ee x Qe
Qe =

0,77 KW
1,31

= 0,58 KW
E. Mencari Nilai Laju Aliran Massa Refrigerant (mr)

Untuk mencari nilai laju aliran massa refrigerant (m r) digunakan persamaan


berikut :
Qe = mr x (h1-h4)

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh data


sebagai berikut :
ER = 0,77 KW
Ee

= 1,31

H1 = 453,69 KJ/Kg
H4 =137,96 KJ/Kg

Mencari nilai mr :
mr =

ER
Ee (h 1h 4)
0,77 KW
1,31 ( 453,69137,96 ) KJ / Kg

= 1,81 x 10-3 kg/s

F. Menghitung Nilai Daya Yang Diserap Air (Qa)

Untuk mencari nilai daya yang diserap air (Qa) digunakan persamaan sebagai
berikut :

Qa =

Ta , outTa ,
Pa x Va
x CPa x
t permukaan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada temperature setting 180C
diperoleh data rata-rata sebagai berikut :
Ta,in

= 25,2 0C

Ta, out = 27,2 0C


= 0,05 m3

Va

t pemanasan = 3600 s

Menghitung nilai Tf
Tf =

Ta ,+Ta , out
2

( 25,2+27,2 ) C
2

= 26,2 0C

Dengan menggunakan aplikasi android steamproperty H2O pada kondisi Tf = 26,2


0

Maka diperoleh nilai


CPa

= 4,1814 KJ/Kg0C

Pa

= 1000

Mencari nilai ma

ma =

pa x Va
t pemanasan
1000

Kg
x 0,05 m3
m3
3600 s

= 0,0138 Kg/s

Mencari nilai Qa
Qa = ma x Cpa x (Ta,out Ta,in)
= 0,0138 kg/s x 4,1814 KJ/Kg0C ( 27,2 25,2) 0C
= 0,115 KW

G. Mencari Nilai Efektifitas HE


Untuk mencari nilai efektifitas HE digunakan persamaam sebagai berikut :

Efektifitas HE =

Th ,Tc ,
Cmin
Ch(Th ,Th , out)

Tr 2Tu ,
Cmin
Cr (Tr 2Tr 3)

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan pada


temperature setting 18 0C, diperoleh rata-rata sebagai berikut :

Mr

= 1,81 x 10-3 kg/s

Tr2

= 96,1 0C

Tr3

= 28,52 0C

Ta,in = 25,2 0C
Ma

= 0,0138 Kg/s

Cpa = 4,1814 KJ/Kg0C

Trf2 = 62,31 0C
Mencari nilai Cpd
Menggunakan aplikasi coolpack refrigerant calculator R22 pada kondisi super
heated dengan :
P2

= 0,448 bar

Trf2 = 62,32 0C
Maka diperoleh :
Cpr = 0,69 Kj/Kg 0C

Mencari nilai Cmin


Cr = Mr.Cpr
= 1,81 x 10-3 kg/s x 0,69 Kj/Kg0C
= 1,2489 x 10-3 KW/0C

Ca = ma x Cpa
= 0,0138 Kg/s x 4,1814 KJ/Kg0C
= 0,057 KW/0C

Cr < Ca, Maka Cmin = Cr

Mencari nilai Efektitifitas HE


Tr 2Tr 3
Tr 2Ta ,

Efektifitas HE =

( 96,128,52 ) C
( 96,125,2 ) C

= 0,95
H. Menghitung Daya Kondensor Total (Qc)
Untuk mencari nilai daya kondesnor total (Qc) digunakan persamaan sebagai
berikut :
Qc = mr ( h2 h3 )
= 1,81 x 10-3 kg/s (479,34 - 137,96) Kj/Kg
= 0,61 KW
I. Menghitung Daya Yang Dilepas Kondensor (Qc)

Untuk mencari nilai daya yang dilepas kondensor (Qc) digunakan persamaan
sebagai berikut :
Qc = Qc (Qa/Ef HE)
= 0,61 Kw ( 0,115Kw / 0,95)
= 0,48 KW

J. Menghitung Nilai COP

Untuk mecanri nilai COP digunakan persamaan sebagai berikut :


COP = Qc / Qa
= 0,61 KW / 0,115 KW
= 5,3

Analisis Jawaban Pertanyaan


1. Berdasarkan praktikum sistem HVAC yang telah dilakukan, temperatur di setting
pada 180C kemudian dilakukan pengukuran data pada kondisi sebelum konservasi dan
setelah konservasi, parameter yang diukur pada titik keluaran HE, Evaporator,
Kondensor, Kompresor adalah temperature lingkungan, temperature refrigerant
operasi, tekanan operasi, daya listrik. Pengambilan data dilakukan 5 menit/sekali yang
dilakukan selama 25 menit.

Berdasarkan Tabel 2 tentang data pengukuran, data yang didapatkan sesuai dengan
teori dibuktikan dengan temperetur refiregeran kompresor tinggi sedangkan
kondensor rendah begitupun dengan tekanan di kondensor lebih tinggi dari tekanan di
evaporator, sehingga dari data tersebut didapatkan nilai entalpi untuk menghitung
COP dari sistem HVAC tersebut.
2. Langkah konservasi berdasarkan data aktual yaitu dengan memanfaatkan kalor yang
relatif besar dari kondensor yang dibuang kelingkungan yang ditunjukan oleh H4
pada Tabel 2. Cara agar dapat memanfaatkan kalor yang terbuang kelingkungan
tersebut adalah dengan memanfaatkannya untuk memanaskan air menggunakan Heat
Exchanger.
3. Dari analisis data aktual praktikum dicari nilai COP dengan mencari nilai entalpinya
menggunakan aplikasi refrop, analisis dengan metode ini menggunakan persamaan
COP=

h 2h 4
h3h 2

didapatkn nilai COP rata-rata berdasarkan Tabel 7 setelah

konservasi yaitu 5.5 . sedangkan dengan analisa menggunakan perhitungan teori


didapatkan COP rata-rata adalah 5,3. Nilai COP antara analisis aktual dengan teori
relatif sama, namun menurut pendapat saya seharunya berbeda jauh karena analisis
data aktual (sangat besar) tidak memperhatikan daya kompresor, daya pendinginan
dan mendapatkan efisiensi HVAC/ COP didapatkan berdasarkan kondisi ideal yaitu
sesuai dengan nilai entapi tanpa ada rugi-rugi atau pembagian energy yang detail.
Sementara perhitungan teori sudah benar dimana memperhitungkan pembagian energi
seperti daya kompresor, pendinginan, efektivitas HE, dll sehingga consumsi energi
dari AC tersebut menjadi lebih spesifik dan nantinya COP yang didapatkan lebih
akurat.
4. Langkah konservasi yang dilakukan berdasarkan analisis data aktual :

Memasang HE pada keluaran kompresor

Retrofiting refrigeran Konvensional ke Hidrokarbon;

Memasang sistem kontrol pada beberapa komponen peralatan sistem refrigerasi


seperti :
-Sensor Temperatur ruangan untuk mengendalikan motor blower AHU.

5. Setelah dilakukan konservasi dengan menggunakan HE setelah keluaran kompresor


didapatkan nilai COP rata-rata menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum konservasi
yaitu 5,3 . jika merujuk pada analisis data aktual maka terjadi kenaikan nilai entalpi

pada h1 dan h4 yang menyebabkan sistem hvac terbsebut lebih bekerja optimal karena
kalor yang terbuang percuma dimanfaatkan dengan penambahan HE, jika dilihat dari
analisi teori perhitungan untuk mendapatkan nilai COP = Daya kondensor/Daya
kompresor,

dimana daya kondensor didapatkan dari pers

Qc = mr ( h2-h3)

berdasarkan data nilai h2 dan h3 relatif lebih besar dibandingkan sebelum konservasi.
6. Perbandingan sebelum dan setelah konservasi dilihat dari nilai COP nya

Sebelum konservasi

Setelah konservasi
Karena nilai COP rata-rata setelah konservasi menggunakan analisis data
aktual dengan teori perhitungan relative sama maka, saya mengambil nilai COP
berdasrkan analisis aktual agar dapat dibandingkan pada kondisi waktu yang
sama.

Jika diplot pada sebuah grafik maka didapatkan

Perbandingan nilai COP


6
5
4

COP 3
2
1
0

10

15

20

25

Waktu (menit)
Setelah

sebelum

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Langkah konservasi yang mungkin dilakukan adalah dengan penambahan Heat
Exchanger pada keluaran kompresor sehinga kalor yang terbuang pada sisi kondensor
dapat termanfaatkan dan sistem pun menjadi lebih efisien.
2. Terjadi kenaikan nilai COP dari sebelum konservasi dan setelah konservasi yang
mengindikasikan bahwa langkah konservasi mengoptimalkan kinerja dari sistem
HVAC
3. Perhitungan analisis berdasarkan teori hasil yang didapatkan lebih detail
dibandingkan analisis aktual dimana pada analisis teori mempertimbangkan
pembagian konsumsi energy pada kompresor,kondensor,heat exchanger sehingga nilai
COP yang didapatkan lebih akurat sesuai persamaan COP = daya kondensor / daya
kompresor

DAFTAR PUSTAKA
2016.Modul Praktikum Konservasi Sistem HVAC. POLBAN
https://teachintegration.wordpress.com/hvac-forum/intermediate/cop/ diunduh pada tanggal
28-4-2016
http://planet-energy.blogspot.co.id/2008/05/teknik-konservasi-energy-pada-hvac.html
diunduh pada tanggal 28-4-2016 pukul 20.00

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai