PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Karbon aktif merupakan senyawa karbon
amorf dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon (batubara, kulit kelapa dan sebagainya) atau dari karbon yang
diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas.
Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal
tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi
karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak
dan lemak, kimia, farmasi dan industri tekstil. Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya
memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap
partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat
sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu
60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi.
Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan ini untuk melihat tetapan
adsorpsi asam asetat pada arang.
x
=KC N
M
atau
log
Dimana
x
1
=log K + log C
M
N
x = jumlah adsorbat
M = jumlah adsorben
C = Konsentrasi larutan adsorbat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorpsi
merupakan fenomena yang melibat interaksi fisik, kimia dan gaya elektrostatik antara
adsorbat dengan adsorben pada permukaan adsorben. Gaya tarik menarik dari suatu
padatan dibedakan menjadi dua jenis gaya yaitu gaya fisika dan adsorpsi kimia.
Dalam adsorpsi fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan
yang lemah. Adsopsi ini bersifat reversible sehingga molekul-molekul yang
teradsorpsi kembali dengan
terlarut. Panas adsorpsi yang menyertai adsorpsi fisik adalah rendah yaitu sekitar
10kg/mol dan lebih rendah dari panas adsorpsi kimia. Sedangkan pada adsorpsi kimia
melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil penggunaan electron bersama-sam
adsorben dan adsorbat. Panas adsorpsi yang dihasilkan tinggi yaitu dalam rentang 10100kJ/mol (Osick,1983 ; Sukardjo,1990).
2.2 Adsorpsi Isoterm
Persamaan Freundlich dan Langmuir sering digunakan untuk mengolah data adsorpsi
dari larutan. Isotherm Freundlich merupakan persamaan yang menghubungkan jumlah
material yang teradsorpsi dengan konsentrasi material dalam larutan yang dirumuskan
dalam bentuk persamaan :
m = kc1/n
Log m = Log k + 1/n Log c
m adalah jumlah gram teradsorpsi per gram adsorben ; c adalah konsentrasi adsorbat
pada kesetimbangan ; k dan 1/n adalah tetapan. Dengan mengukur m sebagai fungsi c
maka nilai n dan k akan ditentukan dari slop dan intersepnya. Isotherm Freundlich
tidak berlaku jika konsentrasi (atau tekanan) dan zat yang teradsorpsi terlalu tinggi
(Yang,2003 ; Ishizaki,1998).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alumunium foil, bulb, batang pengaduk, beaker gelas,
botol semprot, buret, corong kaca, corong plastik, erlemeyer, kertas saring, labu ukur, pipet
volume, pipet tetes, spatula, statif, shaker dan wrapping plastik.
Bahan yang dipakai adalah asam klorida, asam asetat, akuades, fenolftalein, karbon
aktif (norit), dan natrim hidroksida.
molaritas
Dikocok selama 1 menit setiap 10 menit sekali selama 30 menit
Larutan disaring
Masing- masing filtrat di pipet sebanyak 10 ml dan ditambahkan
indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 0,1 M
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1 Asam asetat
No
M arang
(gr)
1
0.5
2
0.5
3
0.5
4
0.5
5
0.5
Tabel 2 asam asetat
no
[ Asam ]
M asam
(mmol)
V
NaOH
(mL)
56,4
25,8
12,9
11,1
6,5
0.5
0.25
0.125
0.625
0.313
m
0,5
1,05 gr
0.25
0,784 gr
0.125
0.0625
0,0313
x
/
m
0,042 gr 0
,
0
5
6
0,273 gr 0
,
5
4
6
0,310 gr 0,093 gr 0
,
0
1
8
6
0,130 gr
0,079 gr
0
,
1
5
8
0,
0
1
0,7
L
og
x/
m
1,
25
18
0
,
5
6
4
0
,
2
5
8
0
,
1
2
9
0
,
1
1
1
0
.
L
o
g
c
0
,
2
4
8
0
,
5
8
8
0
,
8
8
9
0
,
9
5
4
1
44
gr
3
6
g
r
,
4
8
8
0
6
5
,
1
8
7
M arang
(gr)
1
0.5
2
0.5
3
0.5
4
0.5
5
0.5
Tabel 2 asam klorida
no
[ Asam ]
0,5
0.25
0.125
0.0625
0.0313
M asam
(mmol)
0.5
0.25
0.125
0.625
0.313
V
NaOH
(mL)
57,5
43
17
7,4
4
M
X
x
L
(
/
og
g
m
x/
r)
m
0,058 gr
0,116
0,936
1
,
7
0
0
g
r
0,800 gr 0,111 gr 0,222
0,387 gr
0
,
3
3
3
g
r
0,195
c
0,574
0,43
0,07 gr
0,14
0,854
0,17
0,003 gr
0,006
2,222
0,074
1,553
0,04
0,014 gr
0
.
0
L
o
g
c
0
,
2
4
1
0
,
3
6
6
0
,
7
6
9
1
,
1
3
0
1
,
2
8
3
9
2
4.2 Pembahasan
4.2.1 analisis prosedur
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut Freundlich
bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Pada percobaan ini adsorben yang seharusnya
digunakan adalah arang, dimana sebelum digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu dengan
cara dipanaskan. Hal ini agar pori-pori arang semakin besar sehingga dapat mempermudah
penyerapan. Karena semakin luas permukaan adsorben maka daya penyerapannya pun makin
tinggi. Tetapi pada percobaan ini adsorben yang digunakan adalah norit. Karena norit ini
sudah aktif sehingga kita dapat memenage waktu dengan baik.
Norit yang telah di haluskan tersebut, dimasukkan kedalam 5 erlenmeyer yang
berbeda masing-masing sebesar 0,5 gram, kemudian tambahkan masing-masing 50ml larutan
asam asetat dengan konsentrasi 0,5M, 0,25M, 0,125M, 0,0625M, dan 0,0313M. Asam asetat
ini merupakan adsorbat atau zat yang akan diadsorpsi oleh norit yang paling besar. Setelah itu
Erlenmeyer di tutup agar larutan tidak menguap dan biarkan selama 30 menit. Selama rentang
waktu ini melakukan pengocokan (di shaker) pada larutan selama 1 menit secara teratur
dengan jarak 10 menit. Tujuannya adalah agar proses adsorpsi dapat berjalan dengan baik dan
merata (menghomogenkan). Pada saat proses adsorpsi ini, suhu dijaga agar konstan, yaitu
pada suhu kamar. Suhu mempengaruhi besar adsorpsi, oleh karena itu suhu dalam dalam
keadaan konstan (sama) untuk tiap-tiap Erlenmeyer (isotherm).
Setelah 30 menit, masing-masing larutan disaring menggunakan kertas saring kering
sehingga diperoleh filtratnya. Filtrate ini kemudian dititrasi dengan larutan standart NaOH
0,1M untuk dapat mengetahui jumlah (kadar) asam asetat yang teradsorpsi. Sebelumnya
larutan NaOH ini distandarisasi menggunakan larutan standar primer HCl 0,1M yang baru
dibuat. Larutan NaOH merupakan larutan standart sekunder sehingga setiap akan digunakan
harus distandarisasi menggunakan larutan standar primer karena konsentrasinya kan berubah.
Pada penyandarisasi ini di peroleh konsentarsi NaOH = 0,1 M. hal ini berarti NaOH
berkurang pada saat penyimpanan, ini dikarenakan NaOH bersifat hidroskofik sehingga dapat
menyerap uap air yang berada disekitarnya sehingga konsentrasinya menjadi menurun.
Untuk larutan asam asetat 0,5M diambil 2,9ml untuk dititrasi dengan larutan NaOH
menggunakan indicator fenolftalein. Untuk konsentrasi 0,25M, 0,125M, 0,0625M dan
0,0313M, masing-masing diambil 50ml. filtrate yang digunakan dibuat berbeda-beda karena
konsentrasi zat terlarut sangat berpengaruh terhadap banyaknya zar yang akan teradsorpsi.
Dimana semakin banyak pula yang teradsorpsi sehingga volume yang digunakan pada
konsentrasi tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan yang konsentrasi rendah. Begitu pula
terhadap asam klorida. Sehingga didapatkan volume titrasi NaOH filtrate asam asetat yaitu
0,5M = 56,4 ml ; 0,25M = 25,8 ml ; 0,125M = 12,9 ml ; 0,0625M = 11,1 ml ; 0,0313 = 6,5
ml. Dan volume titrasi NaOH filtrate asam klorida yaitu 0,5M = 57,5 ml ; 0,25M = 43 ml ;
0,125M = 17 ml ; 0,0625M = 7,4 ml ; 0,0313M = 4 ml.
linier. Bentuk yang tidak sesuai dengan teori ini dikarenakan bahan bahan yang digunakan
telah terkontaminasi dengan senyawa lain menyebabkan grafik yang dihasilkan tidak linier.
Grafik yang kedua adalah grafik isoterm Langmuir yang menggambarkan hubungan
konsentrasi larutan terhadap adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar, diketahui bahwa
kurva menunjukkan model yang tidak terlalulinier dikarenakan karna beberapa kesalahan dan
gangguan dari pengotor, namun hasil yang didapat masih sesuai dengan teori yang
dikemukakan pada teori adsorpsi isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa pada
permukaan adsorben terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan
adsorben. Artinya, semakin besar permukaan adsorbennya, maka akan semakin besar daya
adsorpsinya.
BABV
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Isoterm adsorbsi karbon aktif merupakan hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi( acetic acid) persatuan luas atau persatuan berat adsorben, dengan konsentrasi
zat terlarut pada temperature tertentu.
Isoterm yang terjadi pada percobaan ini adalah isoterm adsorpsi Freundlich, dimana
adsorben mengadsorpsi larutan organic yang sangat bagus dengan situs-situs hoterogen
seperti situs Freundlich.
Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi daya adsorpsinya dan semakin banyak
pula zat yang teradsorpsi demikin juga sebaliknya.
Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin tinggi daya adsorpsinya pada zat
terlarut.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dijalankan, praktikan menyarankan :
a. Alat yang ada agar dapat ditambah agar proses praktikum efisien
b. Bahan yang digunakan tidak monoton, bisa diganti dengan asam lemah dan kuat
lainnya, seperti NH3 dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Isoterm Adsorpsi, http://www.chem-is-try.org/30/11/2009.
Alkins, P.W., 1999, Kimia Fisika, Jilid I, Edisi Keempat, Penerjemah: Kartohadiproja,
Erlangga, Jakarta.
Daintith, J., 1994, Oxford: Kamus Lengkap Kimia, Penerjemah: Suminar, Erlangga,
Jakarta.
Day, R.A., dan Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Penerjemah:
Lis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
Greeg, S.J., dan Sing, K.S.W., 1982, Adsorption, Surface Area and Porosity, 2 nd (ed),
Acedemic Press, New York.
Imamkhasani, S., 1998, Lembar Data dan Keselamatan Bahan, Puslitbang Kimia, Bandung.
Ishizaki, K., Komerneni, S., dan Nanto, M., 1998, Porous Materials: Process Technology
and Application, Klewer Acedemic Publishers, Netherlands.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah: Saptorahardjo, UI Press,
Jakarta.
Kusuma, S., 1983, Pengetahuan Bahan-Bahan, Erlangga, Jakarta.
Lynam, M.M., Kilduf, J.E., dan Weber, W.J., 1995, Adsorption Of P-nitrophenol From
Dilute Aqueos Solution, J.Chem Educ 1012.
Osick, J., 1983, Adsorption, Ellis Horwood ttd. Chirester, England.
Petrucci, R.H.; Suminar, 2008, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 2, Edisi
Keempat, Erlangga, Jakarta.
Roth, H.J., dan G. blaschke, 1998, Analisis Farmasi, Penerjemah: Sarjono dan Slamet
Ibrahim, UGM-Press, Yogyakarta.
Sudjadi, 1998, Teknik Pemisahan, Kanisisus, Yogyakarta.
Sukardjo, 1990, Kimia Anorganik, Rineka Cipta, Jakarta.
Yang, R.T., 2008, Adsorbents: Fundamentals and Aplications, John Willy dan Sons Eax,
USA.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau kimia?
Pada percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang memiliki
cirri molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der Walls, mempunyai
entalpi reaksi dan bersifat tidak spesifik
2. Berikan contoh dari kedua jenis adsorpsi tsb!
Adsorsi fisik : adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada
permukaan besi.
3. Apakah yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara pemanasan?
Pengaktifan arang dengan cara pemanasan :
a.
L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300oC 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. LAC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti
Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan
berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan
menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan
pertukaran ion.
b. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada
suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada atmosphere
inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif
dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih
effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa
kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat
dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan
mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik
sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks khelat zat
organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
4. Bagaimana isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat?
Apa pembatasannya?
Isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik
atau memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif
pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan campuran yang
homogeny sehingga kurang cocok jika digunakan dalam isotherm Freundlich.
Batasannya : adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen.
5. Mengapa isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isotherm adsorpsi Langmuir?
Karena pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen, sedangkan adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen.
PERHITUNGAN
Standarisasi
Diketahui : M NaOH = ?
HCl = 10 mL
V NaOH = 4 mL
M HCL = 0,0313 M
mol NaOH=0,0313 M 10 mL
0,313 mmol
[ NaOH ] =
n NaOH
V NaOH
4 mL
0,07 M
[ NaOH ] = 0,313mmol
Penentuan massa akhir larutan ( HCl 0,5 M)
mol HCl=mol NaOH
[ NaOH ] V NaOH
0,1 M 57,5 mL
5,75 mmol ( a ) dalam10 mL
5,75
50
=28,75 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
28,75 mmol
gr
36,5
1000
mol
1,05 gr
Penentuan massa akhir larutan ( HCl 0,25 M)
mol HCl=mol NaOH
[ NaOH ] V NaOH
0,1 M 43 mL
50
=21,5 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
21,,5 mmol
gr
36,5
1000
mol
0,784 gr
50
=8,5 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
8,5 mmol
gr
36,5
1000
mol
0,31 gr
50
=3,7 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
3,7 mmol
gr
36,5
1000
mol
0,13 gr
50
=2 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
2 mmol
gr
36,5
1000
mol
0,036 gr
50
=28,2 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
28,2 mmol
gr
60
1000
mol
1,7 gr
50
=12,9 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
12,9 mmol
gr
60
1000
mol
0,8 gr
50
=6,45 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
6,45 mmol
gr
60
1000
mol
0,387 gr
50
=5,55 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
5,55 mmol
gr
60
1000
mol
0,333 gr
50
=3,25 mmol
10
massa asam=
mol asam
mr asam
1000
3,25 mmol
gr
60
1000
mol
0,195 gr
912,5 mg=0,912 gr
Massa awal= [ M asam ] V asam mr asam
Mas sa HCl 0,25 M =0,25 50 mL 36,5
456,25 mg=0,45625 gr
228,125 mg=0,228125 gr
114 mg=0,114 gr
Massa awal= [ M asam ] V asam mr asam
Massa HCl 0,0313 M =0,0313 50 mL 36,5
57,12mg=0,0571 gr
1500 mg=1,5 gr
Massa awal= [ M asam ] V asam mr asam
MassaCH 3COOH 0,25 M =0,25 50 mL 60
750 mg=0,75 gr
375 mg=0,375 gr
Massa awal= [ M asam ] V asam mr asam
MassaCH 3COOH 0,0625 M =0,0625 50 mL 60
187,5 mg=0,1875 gr
93,9 mg=0,939 gr
0,912 gr 0,854 gr
0,058 gr
0,111 gr
x HCl 0,125 M =massa awalmassa akhir
0,228 gr 0,158 gr
0,07 gr
0,003 gr
x HCl 0,0313 M =massa awalmassa akhir
0,057 gr0,043 gr
0,014 gr
0,042 gr
x=massa awalmassa akhir
0,273 gr
x CH 3 COOH 0,125 M =massa awalmassa akhir
0,375 gr 0,468 gr
0,093 gr
0,079 gr
0,744 gr
x
Penentuan jumlah adsorbat/ jumlah adsorben ( M )
x
0,058 gr
HCl 0,5 M =
M
0,5 gr
0,116
x
0,111
HCl 0,25 M =
M
0,5 gr
0,222
x
0,07 gr
HCl 0,125 M =
M
0,5 gr
0,14
x
0,003 gr
HCl 0,0625 M =
M
0,5 gr
0,006
x
0,014 gr
HCl 0,0313 M =
M
0,5 gr
0,028 gr
x
Penentuan jumlah adsorbat / jumlah adsorben ( M )
x
0,028 gr
CH 3COOH 0,5 M =
M
0,5 gr
0,056
x
0,273 gr
CH 3COOH 0,25 M =
M
0,5 gr
0,546
x
0,093 gr
CH 3COOH 0,125 M =
M
0,5 gr
0,0186
x
0,079 gr
CH 3COOH 0,0625 M =
M
0,5 gr
0,158
x
0,744 gr
CH 3COOH 0,0313 M =
M
0,5 gr
1,488
n asam
v asam
28,2 mmol
=0,564
50 ml
C CH 3 COOH 0,25 M =
n asam
v asam
12,9 mmol
=0,258
50 ml
C CH 3 COOH 0,125 M =
6,45 mmol
=0,129
50 ml
n asam
v asam
C CH 3 COOH 0,0625 M =
5,55 mmol
=0,111
50 ml
C CH 3 COOH 0,0313 M =
n asam
v asam
n asam
v asam
3,25 mmol
=0,065
50 ml
28,7
=0,574
50 ml
C HCl 0,25 M =
n asam
v asam
21,5
=0,43
50 ml
C HCl 0,125 M =
8,5
=0,17
50 ml
C HCl 0,625 M =
n asam
v asam
n asam
v asam
3,7
=0,074
50 ml
C HCl 0,0313 M =
n asam
v asam
2
=0,04
50 ml
GRAFIK
1. Asam asetat
a. Grafik x/m terhadap c
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
x/m
asam asetat
0
1.2517999999999994
-0.2
-0.4
-0.6
log C
-0.8
-1
-1.2
-1.4
log x/m
2. Asam klorida
a. Grafik x/m terhadap c
0.8
0.6
0.4
0.2
0
x/m
asam asetat
0
-0.93600000000000005
-2.222
-0.5
log C
-1
-1.5
log x/m