Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari
masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Menimbulkan
suatu ataupun banyak permasalahan. Salah satunya adalah rendahnya rasa
Nasionalisme Bangsa Indonesia. Memang itu tidak bisa dipungkiri, karena
masyarakat lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan
hal-hal seperti itu yang dianggapnya tidak penting. Padahal rasa nasionalisme itu
sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang
maju, bangsa yang modern , bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera.
Itu berbanding terbalik dengan situasi yang terjadi pada sejarah bangsa
Indonesia di masa penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia mencapai puncak
kejayaan rasa nasionalime pada masa tersebut. Dimana pejuang-pejuang terdahulu
kita bersatu dari sabang sampai merauke untuk membebaskan diri dari tirani.
Yang mana itu bisa terwujud jika adanya rasa nasionalisme yang tinggi di
masyarakat Indonesia. Dan telah terbukti kita bisa memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat juang yang tinggi. Tapi
bagaiman dengan saat ini? Hal tersebut pun berpengaruh pada ketahanan nasional
bangsa ini. Dapat kita lihat aksi bom-bom di Negara Indonesia ini seakan
menjawab bahwa rendah sekali rasa nasionalisme kita hingga kita bisa-bisanya
merusak bangsa dan Negara kita sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
Keterkaitan mengenai tinggi ataupun rendahnya rasa Nasionalisme
memang berkaitan erat dengan banyak faktor. Faktor tersebut bisa dikarenakan
kita telah dibodohi selama 32 tahun yang membuat rasa nasionalisme kita menjadi
luntur. Tapi ada juga faktor yang berasal dari kita sendiri misalnya tingkat
kemiskinan dan pengangguran, orang miskin pastinya tidak memikirkan hal-hal
yang seperti itu namun meraka lebih sering memikirkan bagaimana mereka dapat

makan esok hari padahal seperti yang tertera dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3
yang berbunyi :
Pasal 27 ayat 3
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita wajib melakukan upaya pembelaan Negara
yang tentunya harus dengan rasa nasionalisme yang timbul dari diri kita sendiri.
Yang jadi pertanyaan masih adakah Rasa Nasionalisme Masyarakat Indonesia
dalam diri mereka? Dan bagaimanakah langkah-langkah pemerintah dalam hal
nasionalisme ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah mengenai Rendahnya Rasa
Nasionalisme Bangsa Indonesia adalah yang pertama untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah yaitu Pendidikan Pancasila. Selain hal itu, topik ini sangat
menarik untuk diperbincangkan. Karena Rasa Nasionalisme itu bisa tumbuh subur
jika faktor-faktor penunjang lainnya pun bagus atau tercapai. Karena Rasa
Nasionalisme sangat berkaitan erat dengan tinggkat kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Nasionalisme
Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan
bernegara. Menurut Otto Bauar : Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai
atau karakter yang timbul karena perasaan senasib. Menurut Hans Kohn,
Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness.
Dengan perkataan lain nasionalisme adalah bentuk dari kesadaran nasional
berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk
nation dalam arti politik, yaitu negara nasional. Menurut L. Stoddard:
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar
individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki
secara bersama di dalam suatu bangsa. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang
berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur
nasionalisme, yaitu:
1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.
2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.
3. Hasrat untuk mencapai keaslian.
4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
Sedangkan menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Nasionalisme timbul dari diri kita sendiri, rasa itu timbul jika kita meraskan hal
yang sama dengan orang lain ataupun masyarakat yang lainnya. Jadi nasionalisme
berbanding lurus dengan persamaan anatara individu yang satu dengan individu
yang lainnya.
a. Karakteristik Nasionalisme
Karakteristik Nasionalisme yang melambangkan kekuatan suatu negara
dan aspirasi yang berkelanjutan, kemakmuran, pemeliharaan rasa hormat dan
penghargaan untuk hukum.

Nasionalisme tidak berdasarkan pada beberapa bentuk atau komposisi pada


pemerintahan tetapi seluruh badan negara, hal ini lebih ditekankan pada berbagi
cerita oleh rakyat atau hal yang lazim, kebudayaan atau lokasi geografi tetapi
rakyat berkumpul bersama dibawah suatu gelar rakyat dengan konstitusi yang
sama.
1. Membanggakan pribadi bangsa dan sejarah kepahlawanan pada suatu
Negara.
2. Pembelaan dari kaum patriot dalam melawan pihak asing.
3. Kebangkitan pada tradisi masa lalu sebagai bagian mengagungkan tradisi
lama karena nasionalisme memiliki hubungan kepercayaan dengan
kebiasaan kuno. Seperti nasionalisme orang mesir bahwa kaum patriot
harus memiliki pengetahuan tentang kebudayaan mesir yang tua dan hebat
untuk menjaga kelangsungan dari sejarah.
4. Suatu negara cenderung mengubah fakta sejarah untuk kemuliaan dan
kehebatan negaranya.
5. Ada spesial lambang nasionalisme yang diberikan untuk sebuah kesucian.
Bendera, lambang nasionalisme dan lagu nasionalisme merupakan hal
yang suci untuk semua umat manusia sebagai kewajiban untuk
pengorbanan pribadi.
b. Jenis-jenis Nasionalisme
Snyder membedakan empat jenis nasionalisme, yaitu:
1. Nasionalisme revolusioner, (terjadi di Perancis pada akhir abad ke18).
Untuk negeri yang dikatakan memiliki nasionalisme revolusioner, ketika
elite politik sangat berkeinginan untuk melakukan demokratisasi, tapi
lembaga perwakilan yang ada jauh dari memadai untuk mengimbanginya.
2. Nasionalisme kontrarevolusioner, (terjadi di Jerman sebelum Perang Dunia
I). Negeri yang bernasionalisme kontrarevolusioner, para elite politiknya
menganggap diri selalu benar dan untuk itu lewat lembaga perwakilan
yang ada, mereka menyerang pihak yang mereka anggap sebagai musuh
atau melawan kepentingan mereka.

3. Nasionalisme sipil, (merujuk pada perkembangan di wilayah Britania dan


Amerika hingga sekarang). Suatu negeri dikatakan memiliki nasionalisme
sipil ketika ia memiliki lembaga perwakilan yang kuat, dan juga para elite
politiknya memiliki kelenturan dalam berdemokrasi.
4. Nasionalisme SARA (diterjemahkan dari kata ethnic nationalism) (terjadi
di Yugoslavia atau Rwanda).
SARA di sini merujuk pada akronim zaman Orde Baru, yakni suku, agama, ras,
dan antar golongan, yang sering kali justru ditabukan untuk dibicarakan dalam
negeri yang sangat plural ini. Dapat dikatakan nasionalisme SARA jika para elite
politik negara tersebut tidak menganut paham demokrasi, dan mengekspresikan
kepentingannya hanya untuk membela satu kelompok tertentu lewat lembagalembaga perwakilan yang ada. Snyder memilah empat jenis nasionalisme tersebut
dan Ia membedakannya dari interseksi kuat atau lemahnya lembaga perwakilan
politik, dan lentur atau tidak lenturnya kepentingan elite politik terhadap
demokrasi.
c. Makna Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau menghilangkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa
dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara
tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara
lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Jadi Nasionalisme dapat juga diartikan:

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.

Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa


cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati
bangsa lain.

2.2 Nasionalisme Pancasila


Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1. Menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan Negara
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia tidak rendah
diri
4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa
5. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
6. Mengembangkan sikap tenggang rasa
7. Tidak semena-mena terhadap orang lain
8. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
10. Berani membela kebenaran dan keadilan
11. Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat
manusia.
12. Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.
2.3 Beberapa Bentuk Dari Nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara
atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara,
etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan

kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua


elemen tersebut.
1. Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat", "perwakilan politik".
2. Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat.
3. Nasionalisme

Romantik

(juga

disebut

nasionalisme

organik,

nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana


negara memperoleh kebenaran politik syang menjadi ("organik") hasil dari
bangsa atau ras, menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik
adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati
idealisme romantic, kisah tradisi yang telah direka untuk konsep
nasionalisme romantik.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat
keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik
ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan
kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu
serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara
Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat
Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat
Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan
budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham
komunisme.
5. Nasionalisme Kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan,
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik
adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan
kebebasan.
6. Nasionalisme Agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu,
lazimnya

nasionalisme

etnis

nasionalisme keagamaan

adalah

dicampuradukkan

dengan

2.4 Nasionalisme di Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan
agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia,
tinggi ataupun rendahnya rasa nasionalisme Indonesia ditimbulkan banyak faktor
yang mempengaruhi. Faktor yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya
rasa nasionalisme tersebut antara lain pengaruh budaya-budaya barat yang dengan
sangat mudahnya masuk dan mempengaruhi budaya Indonesia yang jati dirinya
adalah budaya timur. Adapula faktor ekonomi yang mempengaruhi rasa
nasionalisme bangsa Indonesai. Terlepas dari faktor-faktor tersebut sebenarnya
dalam sejarah bangsa menyebutkan bahwa rasa nasionalisme pada jaman
penjajahan lebih tinggi dari pada saat ini, memang tidak bisa dipungkiri hal
tersebut membuat bangsa Indonesia dapat terlepas dari penjajahn Belanda yang
tentu saja dulu bisa dibilang dipelopori oleh Bung Karno.
Nasionalisme sendiri banyak jenisnya. Di Indonesia sendiri saat ini lebih
mengarah pada jenis nasionalisme kontrarevolusioner yang transparan dapat
dilihat oleh kaum awam, karena elite politik kita selalu saja merasa dirinya benar
dan apabila melihat sesuatu tidak sesuai dengan kepentingannya mereka tidak
akan sungkan untuk melawan musuhnya. Selama ini nasionalisme yang digunakan
oleh penguasa adalah jenis nasionalisme artikuaris, yaitu nasionalisme yang selalu
mengkaitkan dengan sejarah kejayaan masa lalu tanpa melihat keterkaitan dengan
masa sekarang terlebih masa depan.
Nasionalisme yang selalu mengagung-agungkan sejarah dan kebudayaan
bangsa, namun pelaksanaanya pada keadaan aktual justru nol atau sebaliknya,
menginjak-injak budaya dan sejarah bangsa serta memanfaatkannya untuk
kepentingan kekuasaan. Maka, jual beli ideologi dan penghianatan atas
kepercayaan rakyat tidak terhindarkan. Hubungan antara nilai-nilai antik yang
dimuliakan itu dan tingkah laku sosial-politik kian serba tidak jelas, seringkali
sambil membanggakan kebudayaan bangsa, dengan mudahnya mencabut nyawa
orang. Atau sambil menyerukan toleransi, tanpa malu-malu menculik orang-orang
yang berbeda pendapat. Dan sambil berkotbah mengenai tepo sliro, tapi mencuri
uang milik rakyat, merampas tanah penduduk.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
Pembukaan
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa pembukaan UUD mengandung
empat pokok pikiran, yakni : pokok pikiran persatuan yang merupakan dasar
Negara, pokok pikiran keadilan sosial yang merupakan tujuan Negara, pokok
pikiran kedaulatan rakyat yang merupakan system Negara, dan pokok pikiran
Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang merupakan fundamen moral
Negara.
Pokok pikiran tentang dasar Negara, tujuan Negara, dan system Negara yang
ketiga-tiganya menjadi satu kesatuan sebagai fundamen politik Negara, dijiwai

oleh fundamen moral Negara, yang artinya politik Negara Indonesia tidak boleh
bertentangan dengan hokum Tuhan, hokum kodrat dan hukumetik, sebagai
perwujudan dari fundamen moral Negara, sebagaimana dibicarakan dalam kajian
Pancasila sebagai Yuridis kenegaraan.
Dalam pokok pikiran persatuan sebagai inti dasar Negara yang sekaligus
merupakan dasar yang utama ialah untuk mewujudkan nasionalisme Indonesia
atau disebut juga dengan nasionalisme Pancasila. Sebagai pokok pikiran keadilan
social sebagai tujuan Negara untuk mewujudkan sosialisme Pancasila sebagai
dasar ekonomi Pancasila.Dan antara keduanya, dari dasar Negara untuk
mewujudkan tujuan Negara, ada suatu system tertentu yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tersebut, yakni dengan demokrasi Pancasila sebagai sistem
Negara.
2.5 Sejarah Nasionalisme Bangsa Indonesia
Nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi, demikian pendapat James
G. Kellas (1998: 4). Sebagai suatu ideologi, nasionalisme membangun kesadaran
rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program
tindakan. Tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi
bagian dari suatu komunitas bangsa. Sedangkan nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme yang sejak awal anti kolonialisme dan anti imperialisme.
Pembentukan Indonesia sebagai nation selain faktor kesamaan geografis, bahasa,
kohesifitas ekonomi, dan yang paling pokok adalah make up psikologis sebagai
bangsa terjajah. Pengalaman penderitaan bersama sebagai kaum terjajah
melahirkan semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti bangkit dan
hidup menjadi bangsa merdeka. Semangat tersebut oleh para pejuang
kemerdekaan dihidupi tidak hanya dalam batas waktu tertentu, tetapi terusmenerus

hingga

kini

dan

masa

mendatang.

Substansi Nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur: Pertama, kesadaran


mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku,
etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam
menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia.
Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam

10

Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan


UUD 1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan jelas
dinyatakan atas nama bangsa Indonesia, sedang dalam Pembukaan UUD 1945
secara tegas dikatakan, "Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Berdirinya Republik Indonesia, telah memberi bukti bahwa nation Indonesia
beserta kesadaran nasionalismenya tidak hanya eksis, tapi hidup-aktif dalam
pengembangan dirinya dan dalam kehidupan masyarakat antar bangsa. Eksistensi
nasion dan nasionalisme Indonesia adalah fakta obyektif yang tidak dapat
dinegasikan oleh teori-teori atau analisis-analisis apapun. Analisis atau pandangan
yang menyimpulkan bahwa Indonesie bestaat niet (Indonesia itu tidak ada)
dengan alasan kata Indonesia berasal dari asing telah mengalami kegagalan,
tidak laku dijajakan sebagai wacana untuk memanipulasi nasionalisme Indonesia
dan untuk memecah belah bangsa serta integritas NKRI. Suka atau tidak suka,
harus diakui keberadaan bangsa Indonesia dengan kesadaran nasionalismenya,
dan keberadaan negara Indonesia dengan segala atributnya sebagai suatu fakta
yang tidak dapat disangkal oleh siapapun.
Proklamasi Kebangsaan Indonesia tersebut dalam sejarah perkembangannya telah
memberi makna yang sangat signifikan bagi nation building dan pemantapan
kesadaran nasionalisme Indonesia. Proses pengembangan kesadaran nasionalisme
Indonesia bisa dibilang dipelopori oleh Bung Karno yaitu sejak masa mudanya,
yang berkeyakinan bahwa hanya dengan ide dan jiwa nasionalismelah sekat-sekat
etnik, suku, agama, budaya dan tanah kelahiran bisa ditembus untuk menggalang
persatuan perjuangan melawan kolonialisme. Dalam artikel-artikelnya, banyak
pidato dan diskusinya masalah nasionalisme dengan gencar diperjuangkan oleh
Bung Karno. Bahkan sekat-sekat ideologipun oleh Bung Karno ditebas tanpa
ampun demi perjuangan tersebut.
Berdirinya Republik Indonesia tersebut telah memberi bukti bahwa nation
Indonesia beserta kesadaran nasionalismenya tidak hanya eksis, tapi hidup-aktif
dalam pengembangan dirinya dan dalam kehidupan masyarakat antar bangsa.
Eksistensi nasionalisme Indonesia adalah fakta yang tidak dapat ditilai dari teoriteori atau analisis-analisis apapun. Analisis atau pandangan yang menyimpulkan

11

bahwa Indonesie bestaat niet (Indonesia itu tidak ada) dengan alasan kata
Indonesia berasal dari asing telah mengalami kegagalan, tidak laku dijajakan
sebagai wacana untuk memanipulasi nasionalisme Indonesia dan untuk memecah
belah bangsa serta integritas NKRI. Suka atau tidak suka, harus diakui
keberadaan

bangsa

Indonesia

dengan

kesadaran

nasionalismenya,

dan

keberadaan negara Indonesia dengan segala atributnya sebagai suatu fakta yang
tidak dapat disangkal oleh siapapun.
Bicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita tidak bisa
menerapkan padanan dengan nasionalisme Barat. Sebab nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme yang berpondasi dari Pancasila. Artinya nasionalisme
tersebut bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno disebut
Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan,
penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka nasionalisme
Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa menjurus ke sovinisme
(nasionalisme sempit) yang membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap
bangsa atau sukubangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul dll. sesuai
dengan individualisme Barat. Nasionalisme Indonesia sampai tahun 1965 sudah
mantap bersemayam di dada bangsa Indonesia. Tahap nation building telah
tercapai dan bersiap-siaga untuk menuju ke tahap berikutnya yaitu state building,
yang terhambat dan rusak berat dalam perjuangan untuk nation building,
perjuangan melawan pemberontakan-pemberontakan dan sisa-sisa kolonialisme.
Tapi tahap perjuangan state building ini ternyata terpangkas oleh timbulnya
peristiwa G30S dan berdirinya kekuasaan rezim Orde Baru atau Rezim Jendral
Soeharto.
Sekarang

ini harus diakui bahwa kesadaran Nasionalisme sedang

mempunyai banyak masalah berat, yang memerlukan pembenahan secara serius


dan diberbagai asfek. Kegagalan pembenahannya akan mempunyai dampak
terhadap persatuan bangsa dan kesatuan negara Indonesia. Dengan melihat
kembali ke sejarah lampau, kita melihat jelas bahwa selama Indonesia dalam
kekuasaan rezim Orde Baru berlaku tatanan pemerintahan kediktatoran-militer
yang anti demokrasi, anti national, anti HAM, anti hukum dan keadilan, yang
menumpas ideal nasionalisme Indonesia. Kekuasaan demikian, yang berlangsung

12

selama 32 tahun dan menggunakan pendekatan kekerasan, telah mematikan


inisiatif dan kreativitas rakyat, memperbodoh rakyat. Di sisi lain tindakan rezim
Orba tersebut menumbuhkan kebencian rakyat mendasar, terutama rakyat luar
Jawa yang merasakan kekayaan alamnya dijarah dan kebudayaannya dieliminir.
Maka tidaklah salah kalau dikatakan terjadi penjajahan oleh rezim Orba atau
rezim Soeharto. Kolonialisme Orba ini meskipun hanya 32 tahun (suatu jangka
waktu relatif pendek jika dibandingkan dengan penjajahan kolonialisme Belanda)
menjajah Indonesia tapi kerusakan yang diakibatkannya telah menimbulkan krisis
yang luar biasa, kemelaratan dan kesengsaraan rakyat yang tak terhingga. Dari
situasi yang demikian itu rakyat daerah luar Jawa merasakan ketidak adilan yang
sangat mendalam, yang mengakibatkan tumbuhnya benih-benih gerakan
disintegrasi dalam negara Indonesia. Di samping itu konflik yang bernuansa
SARA, misalnya antara suku Dayak dengan suku Madura (di Kalimantan), antara
ummat Kristen dengan ummat Islam (di Maluku dan Sulawesi), penganiayaan
fisik dan pengrusakan harta benda etnik Tionghoa (di Jakarta) dll. Adalah contoh
retaknya bangunan nasionalisme Indonesia.
Maka dengan demikian menjadi jelas bahwa sumber keretakan bangunan
nasionalisme tersebut, adalah kekuasaan rezim Orde Baru di bawah pimpinan
jendral Soeharto. Tanpa mengetahui sumber malapetaka tersebut kita tidak akan
bisa dengan tepat memperbaiki atau menyehatkan nasionalisme Indonesia yang
sedang sakit tersebut.
Memang dengan melihat multi kultural bangsa, kita tidak mudah untuk
membangkitkan Negara ini dari keterpurukkan, bahkan dengan mengganti NKRI
ini menjadi Negara federal pun tidak dimungkinkan meski secara teori dan secara
komposisi masyarakat kita ini mengarah kepada yang demikian
Serta alasan pembentukan negara federal dalam kaitannya dengan masalah
nasionalisme Indonesia tidak dapat dibenarkan.
Di samping itu masih ada lagi alasan-alasan yang tidak membenarkan
solusi pembentukan negara federal di Indonesia:
1. Dalam situasi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang sangat rawan
dewasa ini (gagasan) pembentukan negara federal sama artinya
mengobarkan dan mempercepat proses disintegrasi. Sesungguhnya solusi

13

pembentukaan otonomi luas bagi daerah-daerah sudah tepat sekali,


meskipun realisasinya masih menghadapi kendala-kendala yang sangat
serius.
2. Dalam membaca peta politik dewasa ini tampak bahwa kekuatan Orde
Baru masih utuh di mana-mana, bahkan konsolidasinya makin menguat.
Kalau pada era kejayaannya, semboyan mempertahankan Negara
Kesatuan (NKRI), semata-mata sebagai taktik untuk mempermudah
realisasi strategi kolonialisme terhadap daerah-daerah. Maka dalam era
reformasi dewasa ini gagasan pembentukan Negara Federal akan
merupakan kesempatan bagus bagi kekuatan Orde Baru untuk mendirikan
rezim-rezim Orba di daerah-daerah, sebab mereka memiliki sumber dana
dan sumber daya manusia sangat besar.
Dari persoalan-persoalan yang terurai di atas, sampailah pada pertanyaan
bagaimana tingkat atau kadar nasionalisme Indonesia ini. Di kalangan masyarakat
timbul pandangan yang pesimistik. Tapi di samping itu terdapat pandangan
optimistik yang cukup kuat juga, nasionalisme Indonesia bisa sehat, sebab
sebagian besar rakyat Indonesia masih teguh jiwa patriotismenya, cinta bangsa
dan tanah air Indonesia. Tapi hal itu sulit akan terjadi apabila tidak didasari oleh
upaya-upaya serius oleh penyelenggara negara untuk:
1. Pembangunan ekonomi di semua daerah secara merata dan realisasi
otonomi daerah secara luas.
2. Penegakan demokrasi yang tidak anarki, supremasi hukum yang
berkeadilan dan demokrasi.
3. Penggalakan kehidupan bersuasana toleransi, aman-damai dan rukun
dalam masyarakat yang multi agama, suku, etnik dan budaya.
Hubungan negara dan warga negara sangat kuat, tidak dapat dilepaskan
dari paham nasionalisme. Kewarganegaraan merupakan konsekuensi dari paham
nasionalisme. Dengan terbentuknya negara bangsa atau negara modern maka yang
paling penting adalah siapa-siapa yang menjadi warga negara dan negara bangsa
tersebut. Nasionalisme memiliki banyak arti, tergantung dari penekanan dan sudut
pandang yang dipakai. Nasionalisme dapat diartikan kesadaran diri suatu bangsa.
Nasionalisme berkaitan dengan gagasan dan sentimen tentang identitas nasional

14

bersamaan dengan identitas seperti okupari, agama, suku, kelas, gender dan lainlain. Nasionalisme juga merupakan gerakan untuk meraih dan memelihara
otonomi kohesi dan individualitas bagi suatu kelompok.
Nasionalisme terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Nasionalisme humaniter
2. Nasionalisme yacobin
3. Nasionalisme tradisional
4. Nasionalisme liberal
5. Nasionalisme integral
Konsep nasionalisme dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang meletakkan
kesetiaan tertinggi seseorang pada suatu negara tertentu. Konsep nasionalisme
berasal dari peradaban purba Yunani dan Ibrani Purba. Yang kemudian diubah
pandangannya oleh kaum kosmopolitan dengan pendapat tidak ada bangsa yang
ada warga dunia. Dengan munculnya Rennaissance dan reformasi maka
nasionalisme kemudian tumbuh dan berkembang dan akhirnya lahirlah bangsabangsa modern.
Revolusi Prancis pada tahun 1789 mengakibatkan perombakan total pada berbagai
bidang politik, negara memiliki peranan yang sangat penting memahami
pendidikan agar terbentuk generasi muda nasionalis. Revolusi ini digerakkan oleh
bangsawan nasionalis.
Indonesia dapat dicirikan sebagai satu negara modern didasari dengan semangat
kebangsaan atau nasionalisme yaitu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama negara walaupun berbeda-beda suku, agama, ras, etnik, budayadan
golongan. Nasionalisme lahir pada abad 20 dengan adanya organisasi Boedi
Oetomo yang menghasilkan ketetapan Sumpah Pemuda pada tanggal 20 Oktober
1928. Tetapi pada saat itu belum dilandasi dengan nasionalisme. Akar
nasionalisme muncul setelah para pemuda belajar di Belanda atau belajar dari
pemerintah jajahanyang memunculkan nasionalisme modern karena melampaui
batas-batas etnis.
Untuk membentuk negara lebih sulit daripada membentuk pemerintahan
khususnya bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Agar terbentuk negara
modern harus memiliki wawasan kenegaraan dan dasar-dasar kultur Politik

15

Nasional yang bersifat abstrak dan lembaga-lembaga negara yang bersifat konkrit
untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Perlu adanya integrasi nasional yang
solid.
Dalam merancang lembaga-lembaga negara Indonesia bersumber dari :
1. Esensi kultur politik tradisional yang dianut masyarakat Indonesia yang
sifatnya majemuk
2. Faham atau institusi kenegaraan modern yang dianut pemimpin
pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Dari faham dan institusi kenegaraan modern disepakati bahwa paham negara yang
berdasarkan hukum, bentuk negara yang republik, kedaulatan rakyat atau
demokrasi, pemilihan umum, sistem pemerintahan presidensiil, pengawasan oleh
dewan perwakilan rakyat, otonomi daerahdan jaminan hak warga negara dan
penduduk. Dengan kesepakatan tersebut maka terbentuklah negara Indonesia.
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nasionalisme di Indonesia
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nasionalisme di Indonesia,
faktor-faktor ini sangat berpengaruh kepada tingkat atau kadar ataupun seberapa
tinggi rasa nasionalisme yang tertanam di masyarakat Indonesia ini.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor Ekonomi
Pada tahun 1997, dunia dilanda krisis moneter yang menjalar dari mexico,
terus ke Asia seperti Jepang, Korea, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Negaranegara di asia seperti Jepang, Korea, Thailand, dan Malaysia cepat keluar dari
krisis, karena Negara-negara itu kuat dasar perekonomian dan mempunyai upaya
yang kuat dan etos kerja yang tinggi ingin cepat-cepat keluar dari krisis. Akan
tetapi di Indonesia, krisis moneter ini amat membuat Indonesai terpuruk.
Kemiskinan, pengangguran, perekonomian yang lemah, krisis politik, krisis
kekuasaan, bahkan krisis kepercayaan dan yang paling parah krisis nasionalisme.
Tingkat kemiskinan yang tinggi dan pengangguran yang dimana-mana membuat
rasa akan bangga terhadap bangsa Indonesia memudar. Rasa percaya pun ikut
hilang, dan timbulnya berbagai macam kecurigaan yang berlebihan ikut
memperburuk dan memperumit masalah bangsa ini. Keterkaitan rendahnya rasa

16

nasionalisme dengan ekonomi adalah dimana kita dapat melihat dan


menyimpulkan bahwa seseorang yang miskin ataupun pengemis, pengamen dan
sejenisnya pastinya jauh dari pikiran apa yang bisa kita berikan pada bangsa dan
Negara ini. Mereka lebih mementingkan urusan perut mereka sendiri. Karena
memang itu seharusnya jika kitapun berada pada situasi yang sama. Artinya
memang rendahnya rasa nasionalisme sangat berkaitan erat dengan faktor
ekonomi. Bisa dikatakan jika dengan penghidupan yang layak seperti maka
kesadaran akan rasa nasionalime yang tumbuh dari diri kita sendiri akan sangat
subur.
b. Faktor Budaya
Budaya merupakan faktor utama yang bisa dibilang menentukan rasa
nasionalisme suatu bangsa. Dalam faktor ini budaya negative baik dari budaya
barat ataupun dari budaya internal masyarakat kita berpengaruh terhadap tinggi
atau rendahnya rasa nasionalisme. Apabila dilihat lebih jauh budaya barat lebih
kepada gaya hidup mereka seperti free sex, loyal, dan serba bebas lainnya
membuat rasa akan cinta tanah air khususnya Indonesia semakin terkuras, sebagai
contoh kita lebih banyak melihat masyarakat khususnya para remaja yang lebih
mengagung-agungkan tokoh-tokoh lain yang bisa dianggap tidak sesuai dengan
jati diri bangsa, dan membuat mereka lupa akan rasa yang pernah kita miliki
bersama disaat meraih kemerdekaan dari penjajah. Yaitu rasa persatuan dan
kesatuan, rasa nasionalisme yang tinggi dan rasa yang menginginkan adanya
perubahan.
Ditambah lagi dengan bermacam-macam suku bangsa di Indonesia ini yang
tentunya lebih banyka perbedaanya dibandingkan dengan persamaan, yang tentu
saja dapat menimbulkan konflik-konflik internal bangsa, seperti kejadian di
Madura dan Maluku serta Jakarta beberapa decade silam lalu. Hal tersebut
memang bias dibilang telah menodai rasa Nasionalisme kita sebagai bangsa
Indonesia. Dan bagaimana mungkin kita akan dianggap sebagai bangsa yang
menghargai sejarah dan Nasionalisme tinggi jika dengan hal yang kecil pun kita
mudah sekali dipecah belahkan. Oleh sebab itu pastinya factor ini sangat
berpengaruh terhadap rasa nasionalisme di Indonesia.

17

2.6 Mengukur Tingkat Nasionalisme Masyarakat Indonesia


Dalam hal ini memang susah untuk mengukur tingkat Nasionalisme
bangsa Indonesia secara matematis. Akan tetapi dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya kita dapat juga mengira-ngira bagaimana tingkat Nasionalisme
yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini.
Faktor ekonomi dan budaya yang telah dibahas diatas memang sangat
berperan dalam rasa Nasionalisme Bangsa Indonesai karena bagaimana akan bisa
membanggakan bangsa dan Negara ini jika kemiskinan masih banyak,
pengangguran masih numpuk, tingkat kriminalitas makin tinggi. Orang pun akan
memikirkan dua kali jika mugkin ditanyakan apakah anda cinta dengan bangsa
dan Negara ini?. Tapi tentunya pendapat orang berbeda tergantung dari pemikiran
mereka, akan tetapi sebagain masyarakat indonesiakan masih berada di garis
kemiskinan. Dengan kata lain pemikiran itu mungkin saja bisa dibenarkan.
Contoh lainnya yang bisa dibilang mengurangi dan mengotori rasa
nasionalisme adalah dimana banyaknya kasus korupsi bahkan kolusi dan
nepotisme yang jelas sekali membuat Negara ini tetap dalam keadaan terpuruk.
Bagaimana mungkin orang yang benar mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi
dapat menguras harta yang bukan haknya. Harta yang seharusnya untuk
kemakmuran masyarakat. Apalagi kasus-kasus yang menyangkut para elit politik
dan orang nomor sekian di Indonesia. Itu sudah menodai nasionalisme.
Ditambah lagi perbedaan sedik saja di negeri ini bisa jadi masalah besar.
Contohnya dalam masalah supporter sepak bola yang sering terjadi kerusuhan,
pengrusakan dan tawuran antar supporter, rasisnya para suporter. Kapan bangsa
Indonesia ini akan dewasa dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi jika
adanya perbedaan sedikit saja bisa jadi masalah besar?
Kapan Indonesia akan seperti Negara Jepang yang bisa dibilang jiwa
patriotisme dan nasionalisme sangat tinggi sekali. Jika kita Tanya saja pada
masyarak mungkin saja masih banyak yang tidak tahu Pancasila, padahal
pancasila bisa dibilang wadah tempat menyatukan berbagai penghalang yang
menghantui bangsa Indonesia ini.

18

Tapi rasa optimis ini akan terus ada karena dari gejala situasi saat ini.
Sebagai contoh pengakuan budaya batik oleh Negara tetangga menimbulkan rasa
persatuan dan nasionalisme sebab kita pun tidak mau budaya bangsa yang asli kita
miliki menjadi hilang begitu saja menjadi milik orang. Rasa tersebut timbul dari
rasa senasib untuk memiliki bangsa Indonesia ini. Akan tetapi jika rasa itu tidak di
imbangi dengan rasa penghormatan terhadap bangsa dan Negara lain maka akan
menimbulkan sikap cauvinisme.
Sikap yang mengagungkan bangsa dan Negara sendiri tanpa menghormati
bangsa dan Negara lainnya.
Rasa optimis itu tentu saja harus diimbangi dengan pembenahan
diberbagai aspek kehidupan seperti pembenahan system perekonomian dan
perpolotikan serta system hokum yang bagus. Karena sekali lagi jika faktor yang
mempengaruhinya kurang baik maka Indonesia akan tetap tertinggal dan rasa
nasionalisme itu mungkin saja akan menghilang dan rasa percaya terhadap para
pemimpin akan habis. Dan tentu mungkin apa yang kan diprediksikan setelah itu
adalah mungkin saja kita akan mengalami evolusi seperti tahun 98? Tapi saya
harapkan tidak demikian karena kita yakin masih punya semangat untuk menjadi
yang lebih baik lagi.
2.7 Langkah Pemerintah Dalam Menegakan Kembali Ideal Nasionalisme
Indonesia
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 adalah Proklamasi Kebangsaan
Indonesia yang merupakan ikrar tentang eksistensi nasion dan nasionalisme
Indonesia

yang telah tumbuh puluhan tahun dalam perjuangan melawan

kolonialisme Belanda. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut pada tanggal 17


Agustus 1945 mencapai titik kulminasi dengan dikumandangkannya Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Hal itu membuktikan bahwa
nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah
Indonesia sejarah berdirinya negara Republik Indonesia.
Substansi Nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur: Pertama,
kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas
banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia

19

dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi


Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin
dalam Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam
Pembukaan UUD 1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan
jelas dinyatakan atas nama bangsa Indonesia, sedang dalam Pembukaan UUD
1945 secara tegas dikatakan, "Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Kegagalan atas upaya tersebut di atas akan mempercepat berlanjutnya
proses penipisian kesadaran nasionalisme Indonesia, yang akan berakibat
semaraknya gerakan disintegrasi bangsa dan negara. Inilah tugas berat
pemerintahan dewasa ini. Maka adalah tugas kita semua untuk membantu
pemerintahan dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan negara dewasa ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

20

Rasa Nasionalisme di Indonesia telah ada dari jaman perjuangan melawan


para penjajah hanya tahun demi tahun mengalami penipisan karena adanya
banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya faktor perekonomian yang
mana menimbulkan banyak masalah pengangguran, kemiskinan dan lain-lain.
Rasa Nasionalisme itu harus kita pupuk ulang agar tidak hilang ditelan masa.
Negara Indonesia sendiri menganut Nasionalisme Pancasila yang mana dalam
Nasionalisme ini kita tidak hanya mencintai Bangsa dan Negara Indonesia sendiri
tapi juga menghormati Negara dan bangsa lainnya.
3.2 Saran
Untuk dapat memupuk kembali semangat nasionalisme bangsa Indonesia,
salah satunya bisa juga dengan lebih menekankan pada pembenahan bidang
perekonomian terlebih dahulu supaya tingkat kemiskinan kita berkurang. Karena
jika kita sudah menjadi bangsa yang Adil dan Sejahtera Niscaya Rasa
Nasionalisme kita pun akan tinggi dan Rakyat semakin bangga dengan bangsa dan
Negara Indonesia tercinta ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kyai, Jogjakarta: LKIS, 2007. Cet. I hlm. 2829

21

Heri

Herdiawanto dan Jumanta Hamdayana, Cerdas,Kritis,dan


Berwarganegara, Jakarta: Erlangga,2010, hlm. 38-40.

Aktif

Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, jogja: pustaka pelajar, 2001. Cet. II


hlm. 29-39
Ali Maschan Moesa, Op. Cit,hlm. 37
Samsul Wahidin, Pokok-pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), cet. I, hlm. 174-176
Komarudin Hidayat, Aryumardi Azra, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,
Jakarta Selatan : ICCE UIN Syarif Hidayatullah,2003. Edisi revisi. Hlm.
119-121

22

Anda mungkin juga menyukai