Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK
MODUL KARDIOVASKULAR

KELOMPOK PRAKTIKUM A2
Diana Putri Lestari
Feddy Setiady
Zulfa Khairunnisa Ishan
Sarah Ersha Mutiari
Aulianissa Pujiasari
Yalenko Afirio
Titah Arief Cahyo Kumoro
Arini Utami Putri
Gata Dila
Sadam Husen
Muhammad Redha Ditama
Nora Indah Meilina
Syarif Luthfil Fadhli Alkadri
Hizki Ervando

I1011141004
I1011141019
I1011141021
I1011141035
I1011141045
I1011141048
I1011141050
I1011141056
I1011141068
I1011141076
I1011131046
I1011141006
I1011141016
I1011141018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Darah adalah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga
sebagai cairan terbesar dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh
darah, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan
keseluruh tubuh karena fungsinya yang khusus yaitu sebagai sistem
transportasi. Darah bertugas sebagai pembawa oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu, darah juga berperan dalam regulasi
pH, agar pH tetap seimbang dan juga berperan sebagai bagian dari sistem
perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah
putih yang berperan dalam sistem imun.(1)
Hemoglobin merupakan zat warna darah yang disebabkan oleh ikatannya
bersama oksigen. Hal tersebut yang membuat sel darah ada yang berwarna
merah. Bila kondisi darah kekurangan oksigen atau deoksigenasi maka sel
darah merah teresbut akan berwarna keunguan. Hemoglobin memiliki kadar
tertentu dalam darah. Hal tersebut dikarenakan penyusun hemoglobin adalah
besi dan protein. Bila salah satu dari nutrien tersebut atau bahkan keduanya
mengalami penurunan didalam tubuh maka hemoglobin tidak akan bisa
terbentuk.(2)
Pemeriksaan

laju

endap

darah

(LED)

ialah

tes

darah

yang

menggambarkan kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma sampel darah


menggunakan antikoagulan natrium sitrat. Makin banyak eritrosit yang
mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Leukosit
adalah bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,
mikroorganisme atau jaringan asing. Darah tepi orang dewasa mengandung
leukosit yang jumlahnya berkisar antara 4.5-11.0 x103 sel/mmk.(3)
Hematokrit merupakan persentase volume seluruh SDM yang ada dalam
darah yang diambil dalam volume tertentu. Sedangkan nilai Hematokrit
adalah besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm3 darah
dan dinyatakan dalam %. Biasanya nilai hematokrit ini ditentukan dengan
menggunakan darah vena atau darah kapiler. Proporsi darah yang dikemas
terdiri dari sel-sel darah merah.(4)

Dari paparan diatas maka akan dilakukan praktikum penentuan nilai


hemoglobin, hematokrit, laju endapan darah serta perhitungan jumlah leukosit
yang diambil sampel nya dari salah satu peserta praktikum.
1.2 Jenis Praktikum
1. Penentuan Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)
2. Penentuan Kadar Hemotokrit
3. Penentuan Laju Endapan Darah
4. Penentuan Jumlah Leukosit
1.3 Tujuan Praktikum
1. Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah dan menilai hasil pengukuran
hb.
2. Mengetahui banyaknya sel-sel darah yang mengendap dalam tubuh
tertentu.
3. Mengetahui kadar hemotokrit dalam suatu darah.
4. Menghitung jumlah kadar leukosit dan mengetahui cara hitung leukosit.

BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Hemoglobin
2.1.1 Probandus
a. Nama
b. Jenis Kelamin
2.1.2 Alat

: Titah Arief Cahyo Kumoro


: Laki-laki

a. Hemoglobinmeter
b. Tabung hemometer
c. Pengaduk dari gelas
d. Pipet Sahli dengan volume 20 ml
e. Pipet Pasteur
2.1.3 Bahan
a. Reagen
- Larutan HCL 0,1 N
- Aquadest
2.1.4 Cara Kerja
a. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung

pengencer hemometer

sampai tanda 2
b. Isap darah ( kapiler, EDTA ) dengan pipet Sahli sampai tepat pada
tanda 20 l
c. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan
kertas tissue
d. Masukkan darah sebanyak 20l ke dalam tabung yang berisi larutan
HCl
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan
mengeluarkan HCl dari dalam pipet
f. Tunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin.
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi
setetes sambil diaduk dengan batang pengaduk dari gelas sampai
didapat warna yang sama dengan standard
h. Miniskus dari larutan dibaca
2.2 Hemotokrit
2.2.1 Probandus
a. Nama
: Titah Arief Cahyo Kumoro
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
2.2.2 Alat
a. Jarum franche atau lanset
b. Kapas alkohol
c. Pipa kapiler yang sudah dikalibrasi dan mengandung heparin
d. Dampul untuk menutup pipa kapiler
e. Sentrifugasi 16.000 rpm
2.2.3 Bahan
a. Darah vena/kapiler
2.2.4 Cara Kerja
a. Isi tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan
mikrohematokrit.
b. Tutuplah ujung satu dengan bahan penutup khusus.

c. Masukkan tabung kapiler ke dalam sentrifuge khusus yang mencapai


kecepatan besar yaitu lebih dari 16.000 rpm ( sentrifuge
mikrohematokrit )
d. Pusinglah selama 3 5 menit.
e. Baca nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
2.3 Laju Endapan Darah
2.3.1 Probandus
a. Nama
: Baskara Zhafran
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
2.3.2 Alat
a. Tabung Westergreen
b. Rak Westergreen
c. Spuit
d. Makropipet 1000 l dan 200 l
e. Tip besar, kecil
f. Tabung Reaksi
2.3.3 Bahan
a. Sampel darah lengkap dengan EDTA 1,6 l
b. Darah vena dengan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dengan
perbandingan darah vena : natrium sitrat : 4 : 1
2.3.4 Cara Kerja
a. Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau natriumsitrat yang
sudah diencerkan dihisap menggunakan tabung Westergren sampai
tanda 0
b. Lubang atas ditutup dengan jari kemudian ditempatkan di rak tabung
Westergren dengan posisi vertikal.
c. Setelah 1 jam dan 2 jam permukaan kolom sel darah merah dibaca
2.4 Jumlah Leukosit
2.4.1 Probandus
a. Nama
: Titah Arief Cahyo Kumoro
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
2.4.2 Alat
a. Pipet thoma
b. Kamar hitunh improved neubawer
c. Tabung rekasi
d. Pipet tetes
e. Counteri telly
f. Mikroskop
2.4.3 Bahan
a. Sarah sampel

b. Larutan turk
- Larutan gentian violet 1% 1 ml
- Asam asetat glasial 1 ml
- Aquadest 100 ml
2.4.4 Cara kerja
a. Hisap darah (kapiler, EDTA) dengan pipet leukosit sampai tepat
pada garis 0,5
b. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet bagian luar
dengan tissue secara cepat dari pertengahan pipet ke bawah.
c. Masukan ujung pipet dalam lar. Turk lalu hisap sampai garis tanda
11.
d. Angkat pipet dari lar. Turk dan tutup ujung pipet dengan ujung jari
lalu lepaskan karet penghisap.
e. Kocoklah pipet dengan menutup ujung ujung pipet dengan ibu jari
dan jari tengah selama 2 3 menit. Bila tidak segera diperiksa,
letakan pipet dalam posisi horizontal.
f. Ambil kamar hitung Improved Neubauer yang bersih, kemudian
letakan kamar hitung dengan kaca penutup terpasang mendatar di
atasnya.
g. Kocok kembali pipet yang telah diisi, buang cairan dalam batang
kapiler sebanyak 4 5 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30 pada permukaan kamar hitung serta menyinggung
pinggir kaca penutup.
h. Biarkan kamar hitung diatas mikroskop selama 2 menit agar leukosit
mengendap.Bila tidak segera dihitung, kamar hitung dapat disimpan
dalam petridish tertutup yang berisi kapas basah.
i. Cara menghitung lekosit :
j. Meja mikroskop harus dalam posisi horizontal.
k. Pakai lensa obyektif kecil (pembesaran 10 x), turunkan kondensor
atau kecilkan diaphragma
l. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam 4 bidang besar pada
sudut sudut peluruh permukaan.
m. Mulai menghitung dari sudut kiri terus ke kanan, turun ke bawah, ke
kiri, turun ke bawah, ke kanan, dan seterusnya.
n. Untuk sel sel yang menyinggung garis batas sebelah atas dan
sebelah kiri harus dihitung.Sel sel yang menyinggung garis batas
sebelah bawah dan sebelah kanan tidak dihitung

BAB III
HASIL
3.1 Hemoglobin
Pada uji coba hemoglobin didapatkan nilai 14 gr/dl. Hal ini berarti
hemoglobin probandus normal, karena pada laki-laki kadar hemoglobin
dalam darah 14-18 g/dl dan pada perempuan 12-16 gr/dl.
3.2 Hemotokrit

Pada uji coba hemotokrit didapatkan hasil pada kedua sampel, yaitu 50%.
Hal ini menunjukkan pada kedua sampel berarti diatas normal, karena kadar
hemotokrit normal pada laki-laki 40-48%.
3.3 Laju Endapan Darah
Hasil pengamatan

: 12 mm/ jam

Diagnosis

: tidak normal (normal < 10 mm/ jam laki-laki)

3.4 Leukosit
No
1.
2.
3.
4.

Kamar Hitung
Kiri atas
Kanan atas
Kiri bawah
Kanan Bawah
Total

Jumlah
50
44
20
29
143

Hasil keseluruhan= Jumlah leukosit X 50


= 143 x 50
= 7.150 (normal)

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentu
oxihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru- paru ke jaringan-jaringan.(5) Hemoglobin
merupakan zat warna darah yang

disebabkan

oleh

ikatannya

bersama

oksigen. Hal tersebut yang membuat sel darah ada yang berwarna
merah. Bila kondisi darah kekurangan oksigen atau deoksigenasi maka sel
darah merah teresbut akan berwarna keunguan. Hemoglobin tidak hanya bisa
mengikat oksigen saja. Berikut adalah senyawa yang dapat diikat:(2)
a.
b.
c.
d.

Karbon dioksida
Karbon monoksida
Bagian ion hidrogen asam H+
Nitrat oksida
Protein

yang

serupa

fungsinya

dengan

hemoglobin

ialah

myoglobin. Myoglobin terdapat di otot yang berfungsi menyuplai oksigen


juga. Hemoglobin tersusun atas heme dan globin. Heme tersebut tersusun atas
molekul

tetrapirol

siklik

dengan mengikat Ferro(Fe2+). Tetrapirol

tersebut saling bergabung dihubungkan dengan jembatan metilen.(6)


Hemoglobin

memiliki kadar tertentu dalam darah. Hal tersebut

dikarenakan komponen penyusun hemoglobin yaitu besi dan protein. Bila


salahsatu dari nutrient tersebut atau bahkan keduanya

mengalami

penurunan di dalam tubuh maka hemoglobin tidak akan bisa terbentuk.


Akibatnya oksigen tidak akan terbentuk dan sel darah merah pun akan
menurun produksinya.(7) Pemeriksaan hemoglobin pada dasarnya terdapat
beberapa yang dilakukan. Diantaranya adalah visual metode atau metode
Sahli

merupakan

metode

yang umum digunakan, pada metode ini

digunakan prinsip perubahan warna Hb menjadi asam hematin yang akan


berubah menjadi warna kecoklatan yang memiliki perubahan signifikan untuk
kemudahan pengamatan dibandingkan dengan perubahan

menjadi

warna

merah (warna hemoglobin).(7)


Metode yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan HCL 0,1
N yang dicampurkan dengan darah pada tabung pengencer yang ditetesi
dengan aquades hingga warnanya berubah sama dengan tabung standar untuk
warna Hb. Pada prinsipnya perubahan warna ini terjadi akibat perubahan Hb
menjadi asam hematin karena dicampurkan dengan HCL 0,1 N. Untuk
memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah
adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan

cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna


standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka
subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain,
misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum
mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini
masih memadai.
Pada praktikum kali ini probandusnya adalah laki-laki, darah probandus
menunjukkan kadar Hb sebesar 14 gr/dl, dimana kadar hemoglobin normal
pada laki-laki sebesar 14-18 %. Hal ini berarti menunjukan hemoglobin pada
probandus adalah normal. Pada penderita anemia dimana berkurangnya kadar
hemoglobin

darah.

Walaupun

nilai

normal

dapat

bervariasi

antar

laboratorium, kadar hemoglobin biasanya kurang dari13,5 g/dl pada pria


dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa.(8)
4.2 Hemotokrit
Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan mikrometode, dimulai dengan
mengisi tabung mikrokapiler untuk menentukan mikrohematokrit dengan
darah. Adapun, pada praktikum kali ini menggunakan 2 tabung. Cara yang
dapat dilakukan adalah dengan memasukkan tabung mikrokapiler tersebut
secara berulang ulang agar tekanan pada tabung dapat meningkatkan volume
darah yang terisi. Tabung tersebut diisi hingga mencapai 2/3 bagian.
Kemudian, salah satu ujung dari tabung mikrokapiler tersebut ditutup dengan
bahan penutup khusus berupa pendempul

yang

dilakukan dengan

menusukkan tabung tersebut dengan sudut tertentu hingga tertutup kurang


lebih 1 cm dan harus dipastikan agar tidak bocor. Tabung tersebut lalu
dimasukkan dalam sentrifuge hematokrit khusus yang memiliki kecepatan
besar (idealnya yaitu sebesar 16.000 rpm). Akan tetapi, pada laboratorium
hanya terdapat sentrifuge dengan maksimal kecepatan yaitu sebesar 14.000
rpm. Sentrifuge kemudian dinyalakan selama 5 menit, kemudian setelah
selesai kedua tabung diambil untuk dibaca hasilnya dengan alat khusus.(9)

Pembacaan tersebut dilakukan dengan meletakkan ujung tabung yang


ditutup dengan pendempul pada skala 0 dan meletakkan ujung lainnya tanpa
penutup pada skala 100. Kemudian tentukan persen hematokrit dengan
melihat angka yang merupakan batas antara endapan darah (yang berwarna
merah) dengan lapisan berwarna krem (terdiri dari leukosit dan trombosit).
Pada praktikum kali ini ditemukan hasil berupa 50% pada kedua tabung. Nilai
hematokrit yang normal untuk pria adalah 40-48% dan wanita adalah 37-43%
dengan tingkat ketelitian mencapai 2%. Hasil yang didapat yaitu sebesar
50% pada kedua tabung menunjukkan bahwa hasil tersebut sedikit di atas
normal. Akan tetapi, dikarenakan tingkat ketelitian mencapai 2%, maka
hasil tersebut masih termasuk normal.(9)
Pemeriksaan hematokrit dapat digunakan untuk mengukur kehilangan
darah pada pasien. Penurunan hematokrit hingga 3% kira-kira sama dengan
kehilangan 1 unit darah. Penurunan hematokrit tidak terjadi secara cepat, hal
ini disebabkan karena pada perdarahan yang besar, terdapat proporsi yang
seimbang terhadap kehilangan sel darah merah dan plasma. Sebagai langkah
untuk mengkompensasi terhadap kehilangan drama dan kembalinya plasma
menuju normal, maka cairan tubuh intraselular dan interstitial akan
dipindahkan menuju kompartemen intravaskular. Dikarenakan kehilangan sel
darah merah tidak dapat digantikan dalam waktu cepat, maka nilai hematokrit
akan turun.(10)
Kondisi yang dapat meningkatkan hematokrit yaitu luka bakar, penyakit
kardiovaskular, defek jantung kongenital, dehidrasi, eritrositosis, kista renal,
syok. Selain itu, kondisi yang dapat menurunkan hematokrit yaitu anemia,
supresi sumsum tulang belakang, infeksi kronik, pendarahan, sirosis,
leukimia, limfoma, malnutrisi, overhidrasi, kehamilan, katup jantung buatan,
penyakit ginjal dan demam rematik.(10)
4.3 Laju Endapan Darah
Pada praktikum Patologi klinik, 19 Mei 2016 dilakukan praktikum
pengukuran laju endap darah (LED). LED adalah kecepatan pengendapan

eritrosit pada suatu sampel darah yang diletakkan dalam tabung tertentu dan
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Laju endap darah memiliki tiga kegunaan
utama, yaitu alat bantu untuk mendeteksi proses peradangan, pemantauan
aktivitas atau perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penapisan/penyaring
(screening) untuk peradangan dan neoplasma yang tersembunyi. Metode
pengukuran laju endap darah yang digunakan pada praktikum ini adalah
metode Westergreen. Metode Westergreen adalah suatu metode pengukuran
laju endap darah yang menggunakan campuran 4 : 1 antara darah vena
dengan Natrium sitrat 3,8 % yang diletakkan dalam pipet Westergreen secara
vertical selama 1 jam. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah
darah vena dengan antikoagulan EDTA dari probandus laki laki dewasa
yang berumur 19 tahun. Digunakan antikoagulan EDTA (ethylene diamine
tetra acetate) karena, sebagai garam natrium atau kaliumnya, garam garam
tersebut dapat mengubah ion kalsium (Ca2+) dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga mencegah terjadinya penggumpalan. Tiap 1 mg EDTA
dapat mencegah membekunya 1 ml darah. Antikoagulan ini sangat cocok
digunakan untuk pemeriksaan hematologi seperti pengukuran laju endap
darah pada darah manusia. Pemeriksaan sampel dengan antikoagulan EDTA
harus dilakukan segera setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, namun
jika pemeriksaan terpaksa harus ditunda, maka sampel dapat diletakkan pada
lemari es dengan suhu 4oC dalam waktu 24 jam. Jika tidak, maka akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan.(9,1113)
Pengukuran laju endap darah dengan metode Westergreen dilakukan
dengan menggunakan pipet Westergreen, rak Westergreen, tabung reaksi 10
ml, push ball, dan Natrium sitrat 3,8 % sebagai antikoagulan sekaligus
pengencer. Namun pada praktikum ini Natrium sitrat 3,8 % digantikan
dengan Natrium Klorida (NaCl) 0,85 %. Digunakan NaCl karena sampel
darah vena yang digunakan telah ditampung dalam tabung ungu yang berisi
antikoagulan EDTA, sehingga telah terjadi pengenceran darah dengan
antikoagulan tersebut. Jika tetap digunakan Natrium sitrat 3,8 % maka akan
terjadi pengenceran darah berlebih karena Natrium sitrat merupakan salah

satu jenis antikoagulan, sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran laju


endap darah. Selain itu, larutan Natrium klorida (NaCl) juga berfungsi untuk
membuat campuran menjadi isotonik karena NaCl memiliki pH netral (7,0).
Isotonik adalah keadaan dimana konsentrasi zat terlarut yang ada di dalam
dan diluar sel sama. Keadaan isotonik dibuat untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada sel sel darah terutama sel darah merah seperti terjadinya
lisis (pecah) atau krenasi (mengkerut).(9,1113)
Perbandingan darah vena dengan NaCl yang diguakan adalah 4 : 1, yaitu
200 mm darah vena dengan 50 mm NaCl. Sebanyak 50 mm NaCl yang telah
diukur dengan pipet Westergreen dipindahkan ke dalam tabung reaksi 10 ml,
kemudian sebanyak 200 mm darah vena dimasukkan ke dalam tabung reaksi
tersebut dan dilakukan penghomogenan. Campuran yang telah homogen
dihisap ke dalam pipet Westergreen sampai tanda batas 0 mm dan kemudian
diletakkan secara vertikal pada rak Westergreen selama 1 jam. Pipet
Westergreen harus diletakkan secara vertikal pada rak Westergreen agar tidak
mempengaruhi kecepatan pengendapan eritrosit. Karena semakin besar
kemiringan penempatan pipet maka kecepatan pengendapannya akan semakin
tinggi sehingga hasil yang didapatkan tidak tepat. Pengukuran LED dilakukan
selama 1 jam karena kecepatan pengendapan eritrosit melewati 3 fase yang
masing masing memiliki waktu tertentu.(9,1113)
Fase fase tersebut yaitu, fase pembentukan rouleaux, fase pengendapan,
dan fase pemadatan. Jika waktu pengukuran kurang dari 1 jam maka fase
fase tersebut tidak akan tercapai dengan baik, sedangkan jika waktu
pengukuran tidak tepat. Setelah 1 jam, ketinggian lapisan plasma yang
terbentuk dibaca dalam satuan mm/jam dan dilaporkan sebagai nilai laju
endap darah (LED).(9,1113)
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan nilai laju endap darah pada
probandus Baskarajenis kelamin laki laki adalah 12 mm/jam, yang artinya
selama 1 jam terjadi pembentukan plasma setinggi 12 mm. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai LED probandus tidak dalam batas normal jika
dibandingkan dengan nilai rujukan yang ditetapkan yaitu s/d 10 mm/jam I.

Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa kondisi tubuh probandus terutama
sistem kardiovaskulernya kemungkinan tidak dalam keadaan baik. Namun
pemeriksaan laju endap darah (LED) bukan merupakan pemeriksaan utama,
melainkan sebagai pemeriksaan pendukung untuk membantu dokter dalam
menegakkan diagnose penyakit. Nilai LED yang tinggi dapat terjadi pada :
(9,1113)

a.
b.
c.

Peradangan (inflamasi) akut maupun kronis.


Menstruasi dan kehamilan.
Diskrasia sel plasma. Terjadi peningkatan kadar immunoglobulin yang

d.
e.
f.
g.

menyebabkan peningkatan pembentukan rouleaux eritrosit.


Penyakit kolagen-vaskular, keganasan, kanker, dan TBC.
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit lupus eritematosus sistemik.
Pengaruh obat.
Beberapa studi telah menemukan bahwa variasi nilai LED dipengaruhi

oleh perubahan musim, umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan berat
badan probandus. Kecenderungan nilai - nilai LED meningkat pada usia tua.
Selain itu, beberapa studi telah menemukan bahwa nilai - nilai LED juga
dipengaruhi oleh faktor geografis. Sebagai contoh, beberapa studi
menemukan bahwa LED secara signifikan berkorelasi dengan ketinggian,
lintang, kelembaban relatif, suhu rata-rata tahunan dan curah hujan tahunan.
(9,1113)

Pengukuran nilai laju endap darah dipengaruhi oleh beberapa faktor,


yaitu :
a.

Kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan


sel-sel darah merah yang disatukan bukan oleh antibodi atau ikatan

b.

kovalen, tetapi semata-mata oleh gaya tarik permukaan.


Luas permukaan/ukuran eritrosit, semakin luas permukaan suatu eritrosit

c.

maka LED semakin meningkat.


Bentuk eritrosit, sel sabit gagal membentuk rouleaux sehingga LED nya

d.

rendah.
Rasio eritrosit terhadap plasma, pada anemia LED meningkat, sedangkan
pada polisitemia LED rendah.

e.

Konsentrasi makromolekul dalam plasma, peningkatan kadar globulin


atau fibrinogen menyebabkan peningkatan pembentukan rouleaux

f.

sehingga pengendapan eritrosit juga lebih cepat.


Viskositas (kekentalan) plasma, viskositas

plasma

yang

tinggi

menetralkan tarikan ke bawah atau gumpalan sel sel darah merah


g.

sehingga kecepatan pengendapan berkurang.


Faktor teknis
Letak posisi pipet, pipet yang diletakkan miring meningkatkan
kecepatan pengendapan eritrosit.
Penampang pipet, makin besar diameter pipet, makin tinggi LED.
Temperature, makin tinggi suhu, makin tinggi LED.
Kelebihan antikoagulan dapat menyebabkan penurunan LED.
Pengukuran laju endap darah dengan metode Westergreen memiliki

beberapa kelemahan, seperti waktu pengukuran yang panjang (1 jam),


memerlukan volume yang besar, biaya tinggi karena instrumen berukuran
massal dan spesimen tabung, prosedur pembersihan tidak efektif, dan
kesulitan dalam control kualitas hasil. Keakuratan pengukuran LED
dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk sudut instalasi vertikal dan
kontaminasi dari tabung spesimen. Selanjutnya, metode pengukuran LED
konvensional (contohnya Westergreen) hanya menyediakan nilai tunggal
untuk setiap sampel darah setelah 1 jam. Oleh karena itu, pendekatan
konvensional tidak cukup untuk memperoleh keadaan dinamis dari sel darah
merah selama percobaan karena pertemuan antara wilayah RBC-habis dan
wilayah RBC-kaya tidak jelas ditunjukkan dalam tabung spesimen.(9,1113)
4.4 Leukosit
Pada percobaan mengenai hitung jumlah leukosit, digunakan darah yang
diambil dari vena seorang probandus. Setelah itu darah dimasukkan ke dalam
pipet leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat untuk kemudian ditambahkan
larutan turk sampai pada garis tanda 11 pada pipet. Larutan Turk adalah
perpaduan antara asam asetat glacial 1 mL, gentian violet 1 % dalam air 1 mL
dan aquades 100 mL. Karena leukosit bersifat tetap stabil dalam larutan asam

hingga kadar 3 %, asam asetat glacial digunakan untuk hemolisis eritrosit.


Sedangkan gentian violet digunakan untuk mewarnai leukosit.(14) Larutan turk
dan darah didalam pipet leukosit harus dikocok selama 3 menit terlebih
dahulu sebelum digunakan agar larutan turk dan darah benar-benar tercampur
dengan rata, setelah itu campuran antara larutan turk dengan darah diteteskan
ke dalam kamar hitung untuk segera dilakukan perhitungan yang dilakukan di
kamar hitung dilakukan secara teratur mulai dari kiri ke kanan kemudian dari
kanan ke kiri, membentuk alur gelombang agar tidak terjadi pengulangan
hitungan pada kamar hitung.(15)
Setelah melakukan perhitungan terhadap jumlah leukosit didapatkan hasil
bahwa jumlah leukosit probandus adalah normal, yaitu 7.150 sel/L darah,
jumlah ini sesuai dengan referensi jumlah leukosit normal pada orang dewasa
sebanyak 5.000 10.000 sel/L darah.(16)
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan
basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar
10.000-30.000/l. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu
antara 13.000-38.000 /l. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap
dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500-11.000/l. Pada
keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 500010.000/1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang
sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/l. Bila jumlah leukosit lebih dari nilai
rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis.Leukositosis dapat terjadi
secara fisiologik maupun patologik.Leukositosis yang fisiologik dijumpai
pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal,
partus dan haid. Derajat peningkatan leukosit pada infeksi akut tergantung
dari beratnya infeksi, usia, daya tahan tubuh, efisiensi sumsum tulang. (17)
Meningkatnya jumlah leukosit pada keadaan tubuh yang sakit berkaitan erat
dengan fungsinya sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh.(18)
Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari
masing-masing jenis sel, disebutbalanced leokocytosis. Keadaan ini jarang

terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi.Yang lebih sering dijumpai


adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit
sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic
leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang
patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih
jenis leukosit.(17)

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Hemoglobin
Pada hasil hemoglobin, kadar Hb OP laki-laki sebesar 14 gr/dl, dimana
kadar hemoglobin normal pada laki-laki adalah 14-18%. Jadi kadar Hb pada
probandus adalah normal.
5.2 Hemotokrit
Pada uji hemotokrit ditemukan hasil berupa 50% pada kedua tabung.
Nilai hematokrit yang normal untuk pria adalah 40-48% dan wanita adalah
37-43% dengan tingkat ketelitian mencapai 2%. Hasil yang didapat yaitu
sebesar 50% pada kedua tabung menunjukkan bahwa hasil tersebut sedikit di
atas normal. Akan tetapi, dikarenakan tingkat ketelitian mencapai 2%, maka
hasil tersebut masih termasuk normal.

5.3 Laju Endapan Darah


Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai laju endap darah
(LED) probandus yang diukur dengan menggunakan metode Westergreen
tidak dalam batas normal. Hal ini kemungkinan menunjukkan bahwa keadaan
sistem kardiovaskuler probandus dalam keadaan tidak baik.
Pengukuran laju endap darah bukan pemeriksaan penentu utama keadaan
sistem kardiovaskular sesorang namun tergolong pemeriksaan yang sangat
diperlukan sebagai pemeriksaan pendukung dari beberapa pemeriksaan utama
untuk membantu dalam penegakan diagnosis terutama pada penyakit yang
berhubungan dengan sistem kardiovaskuler.
5.4 Leukosit
Menurut hasil yang didapatkan dari praktikum yaitu jumlah leukosit
7.150, berarti bahwa penghitungan jumlah leukosit dalam batas normal,
dengan leukosit normal pada laki-laki adalah 5000 10000.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Silverthorn DU, Johnson BR, Ober WC, Ober CE, Silverthorn AC. Human
physiology: an integrated approach. Seventh edition. San Francisco: Pearson;
2016. 838 p.

2.

Sherwood L, Cengage Learning (Firm). Human physiology: from cells to


systems. 2012.

3.

Sacher RA, McPherson RA, Campos JM, Widmann FK. Widmanns clinical
interpretation of laboratory tests. Ed. 11. Philadelphia: Davis; 2000. 1092 p.

4.

Waterbury L. Hematology for the house officer. Baltimore: Williams &


Wilkins; 1981. 135 p.

5.

Pearce E. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama; 2009.

6.

Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Weil PA. Harpers
illustrated biochemistry. Thirtieth edition. New York Chicago San Francisco

Athens London Madrid Mexico City Milan New Delhi Singapore Sydney
Toronto: McGraw-Hill Education; 2015. 817 p. (A Lange medical book).
7.

Engstrm G, Smith JG, Persson M, Nilsson PM, Melander O, Hedblad B.


Red cell distribution width, haemoglobin A1c and incidence of diabetes
mellitus. J Intern Med. 2014 Aug;276(2):17483.

8.

Moss PA., Pettit J., Hoffbrand A. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2005.

9.

Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium Klinik, Edisi 16. Jakarta: Dian


Rakyat; 2010.

10. Wilson DD. McGraw-Hills manual of laboratory & diagnostic tests. New
York: McGraw-Hill Medical; 2008. 666 p.
11. Yang Q, Mwenda KM, Ge M. Incorporating geographical factors with
artificial neural networks to predict reference values of erythrocyte
sedimentation rate. Int J Health Geogr. 2013 Mar 12;12:11.
12. Riswanto. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfa Media
dan Kanal Media. 2013.
13. Sofyan, Hadi Pranata. Studi Komparasi Ketetapan Nilai Hasil Laju Endap
Darah Menggunakan Alat Manual Pipet Westergreen Dengan Alat Automatic
Alifax Roller 20 Lc. Diss. Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2013.
14. Theml H, Diem H, Haferlach T, Theml H. Color atlas of hematology:
practical microscopic and clinical diagnosis. Stuttgart; New York: Thieme;
2004.
15. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat; 2004.
16. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 13th ed.
Hoboken, NJ: Wiley; 2012. 1 p.
17. Miale JB. Laboratory medicine, hematology. 5th ed. Saint Louis: C. V.
Mosby Co; 1977. 1199 p.
18. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC;
2011.

Anda mungkin juga menyukai