PATOLOGI KLINIK
MODUL KARDIOVASKULAR
KELOMPOK PRAKTIKUM A2
Diana Putri Lestari
Feddy Setiady
Zulfa Khairunnisa Ishan
Sarah Ersha Mutiari
Aulianissa Pujiasari
Yalenko Afirio
Titah Arief Cahyo Kumoro
Arini Utami Putri
Gata Dila
Sadam Husen
Muhammad Redha Ditama
Nora Indah Meilina
Syarif Luthfil Fadhli Alkadri
Hizki Ervando
I1011141004
I1011141019
I1011141021
I1011141035
I1011141045
I1011141048
I1011141050
I1011141056
I1011141068
I1011141076
I1011131046
I1011141006
I1011141016
I1011141018
Darah adalah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga
sebagai cairan terbesar dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh
darah, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan
keseluruh tubuh karena fungsinya yang khusus yaitu sebagai sistem
transportasi. Darah bertugas sebagai pembawa oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu, darah juga berperan dalam regulasi
pH, agar pH tetap seimbang dan juga berperan sebagai bagian dari sistem
perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah
putih yang berperan dalam sistem imun.(1)
Hemoglobin merupakan zat warna darah yang disebabkan oleh ikatannya
bersama oksigen. Hal tersebut yang membuat sel darah ada yang berwarna
merah. Bila kondisi darah kekurangan oksigen atau deoksigenasi maka sel
darah merah teresbut akan berwarna keunguan. Hemoglobin memiliki kadar
tertentu dalam darah. Hal tersebut dikarenakan penyusun hemoglobin adalah
besi dan protein. Bila salah satu dari nutrien tersebut atau bahkan keduanya
mengalami penurunan didalam tubuh maka hemoglobin tidak akan bisa
terbentuk.(2)
Pemeriksaan
laju
endap
darah
(LED)
ialah
tes
darah
yang
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Hemoglobin
2.1.1 Probandus
a. Nama
b. Jenis Kelamin
2.1.2 Alat
a. Hemoglobinmeter
b. Tabung hemometer
c. Pengaduk dari gelas
d. Pipet Sahli dengan volume 20 ml
e. Pipet Pasteur
2.1.3 Bahan
a. Reagen
- Larutan HCL 0,1 N
- Aquadest
2.1.4 Cara Kerja
a. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung
pengencer hemometer
sampai tanda 2
b. Isap darah ( kapiler, EDTA ) dengan pipet Sahli sampai tepat pada
tanda 20 l
c. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan
kertas tissue
d. Masukkan darah sebanyak 20l ke dalam tabung yang berisi larutan
HCl
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan
mengeluarkan HCl dari dalam pipet
f. Tunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin.
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi
setetes sambil diaduk dengan batang pengaduk dari gelas sampai
didapat warna yang sama dengan standard
h. Miniskus dari larutan dibaca
2.2 Hemotokrit
2.2.1 Probandus
a. Nama
: Titah Arief Cahyo Kumoro
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
2.2.2 Alat
a. Jarum franche atau lanset
b. Kapas alkohol
c. Pipa kapiler yang sudah dikalibrasi dan mengandung heparin
d. Dampul untuk menutup pipa kapiler
e. Sentrifugasi 16.000 rpm
2.2.3 Bahan
a. Darah vena/kapiler
2.2.4 Cara Kerja
a. Isi tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan
mikrohematokrit.
b. Tutuplah ujung satu dengan bahan penutup khusus.
b. Larutan turk
- Larutan gentian violet 1% 1 ml
- Asam asetat glasial 1 ml
- Aquadest 100 ml
2.4.4 Cara kerja
a. Hisap darah (kapiler, EDTA) dengan pipet leukosit sampai tepat
pada garis 0,5
b. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet bagian luar
dengan tissue secara cepat dari pertengahan pipet ke bawah.
c. Masukan ujung pipet dalam lar. Turk lalu hisap sampai garis tanda
11.
d. Angkat pipet dari lar. Turk dan tutup ujung pipet dengan ujung jari
lalu lepaskan karet penghisap.
e. Kocoklah pipet dengan menutup ujung ujung pipet dengan ibu jari
dan jari tengah selama 2 3 menit. Bila tidak segera diperiksa,
letakan pipet dalam posisi horizontal.
f. Ambil kamar hitung Improved Neubauer yang bersih, kemudian
letakan kamar hitung dengan kaca penutup terpasang mendatar di
atasnya.
g. Kocok kembali pipet yang telah diisi, buang cairan dalam batang
kapiler sebanyak 4 5 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30 pada permukaan kamar hitung serta menyinggung
pinggir kaca penutup.
h. Biarkan kamar hitung diatas mikroskop selama 2 menit agar leukosit
mengendap.Bila tidak segera dihitung, kamar hitung dapat disimpan
dalam petridish tertutup yang berisi kapas basah.
i. Cara menghitung lekosit :
j. Meja mikroskop harus dalam posisi horizontal.
k. Pakai lensa obyektif kecil (pembesaran 10 x), turunkan kondensor
atau kecilkan diaphragma
l. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam 4 bidang besar pada
sudut sudut peluruh permukaan.
m. Mulai menghitung dari sudut kiri terus ke kanan, turun ke bawah, ke
kiri, turun ke bawah, ke kanan, dan seterusnya.
n. Untuk sel sel yang menyinggung garis batas sebelah atas dan
sebelah kiri harus dihitung.Sel sel yang menyinggung garis batas
sebelah bawah dan sebelah kanan tidak dihitung
BAB III
HASIL
3.1 Hemoglobin
Pada uji coba hemoglobin didapatkan nilai 14 gr/dl. Hal ini berarti
hemoglobin probandus normal, karena pada laki-laki kadar hemoglobin
dalam darah 14-18 g/dl dan pada perempuan 12-16 gr/dl.
3.2 Hemotokrit
Pada uji coba hemotokrit didapatkan hasil pada kedua sampel, yaitu 50%.
Hal ini menunjukkan pada kedua sampel berarti diatas normal, karena kadar
hemotokrit normal pada laki-laki 40-48%.
3.3 Laju Endapan Darah
Hasil pengamatan
: 12 mm/ jam
Diagnosis
3.4 Leukosit
No
1.
2.
3.
4.
Kamar Hitung
Kiri atas
Kanan atas
Kiri bawah
Kanan Bawah
Total
Jumlah
50
44
20
29
143
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentu
oxihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru- paru ke jaringan-jaringan.(5) Hemoglobin
merupakan zat warna darah yang
disebabkan
oleh
ikatannya
bersama
oksigen. Hal tersebut yang membuat sel darah ada yang berwarna
merah. Bila kondisi darah kekurangan oksigen atau deoksigenasi maka sel
darah merah teresbut akan berwarna keunguan. Hemoglobin tidak hanya bisa
mengikat oksigen saja. Berikut adalah senyawa yang dapat diikat:(2)
a.
b.
c.
d.
Karbon dioksida
Karbon monoksida
Bagian ion hidrogen asam H+
Nitrat oksida
Protein
yang
serupa
fungsinya
dengan
hemoglobin
ialah
tetrapirol
siklik
mengalami
merupakan
metode
menjadi
warna
darah.
Walaupun
nilai
normal
dapat
bervariasi
antar
yang
dilakukan dengan
eritrosit pada suatu sampel darah yang diletakkan dalam tabung tertentu dan
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Laju endap darah memiliki tiga kegunaan
utama, yaitu alat bantu untuk mendeteksi proses peradangan, pemantauan
aktivitas atau perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penapisan/penyaring
(screening) untuk peradangan dan neoplasma yang tersembunyi. Metode
pengukuran laju endap darah yang digunakan pada praktikum ini adalah
metode Westergreen. Metode Westergreen adalah suatu metode pengukuran
laju endap darah yang menggunakan campuran 4 : 1 antara darah vena
dengan Natrium sitrat 3,8 % yang diletakkan dalam pipet Westergreen secara
vertical selama 1 jam. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah
darah vena dengan antikoagulan EDTA dari probandus laki laki dewasa
yang berumur 19 tahun. Digunakan antikoagulan EDTA (ethylene diamine
tetra acetate) karena, sebagai garam natrium atau kaliumnya, garam garam
tersebut dapat mengubah ion kalsium (Ca2+) dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga mencegah terjadinya penggumpalan. Tiap 1 mg EDTA
dapat mencegah membekunya 1 ml darah. Antikoagulan ini sangat cocok
digunakan untuk pemeriksaan hematologi seperti pengukuran laju endap
darah pada darah manusia. Pemeriksaan sampel dengan antikoagulan EDTA
harus dilakukan segera setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, namun
jika pemeriksaan terpaksa harus ditunda, maka sampel dapat diletakkan pada
lemari es dengan suhu 4oC dalam waktu 24 jam. Jika tidak, maka akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan.(9,1113)
Pengukuran laju endap darah dengan metode Westergreen dilakukan
dengan menggunakan pipet Westergreen, rak Westergreen, tabung reaksi 10
ml, push ball, dan Natrium sitrat 3,8 % sebagai antikoagulan sekaligus
pengencer. Namun pada praktikum ini Natrium sitrat 3,8 % digantikan
dengan Natrium Klorida (NaCl) 0,85 %. Digunakan NaCl karena sampel
darah vena yang digunakan telah ditampung dalam tabung ungu yang berisi
antikoagulan EDTA, sehingga telah terjadi pengenceran darah dengan
antikoagulan tersebut. Jika tetap digunakan Natrium sitrat 3,8 % maka akan
terjadi pengenceran darah berlebih karena Natrium sitrat merupakan salah
Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa kondisi tubuh probandus terutama
sistem kardiovaskulernya kemungkinan tidak dalam keadaan baik. Namun
pemeriksaan laju endap darah (LED) bukan merupakan pemeriksaan utama,
melainkan sebagai pemeriksaan pendukung untuk membantu dokter dalam
menegakkan diagnose penyakit. Nilai LED yang tinggi dapat terjadi pada :
(9,1113)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
oleh perubahan musim, umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan berat
badan probandus. Kecenderungan nilai - nilai LED meningkat pada usia tua.
Selain itu, beberapa studi telah menemukan bahwa nilai - nilai LED juga
dipengaruhi oleh faktor geografis. Sebagai contoh, beberapa studi
menemukan bahwa LED secara signifikan berkorelasi dengan ketinggian,
lintang, kelembaban relatif, suhu rata-rata tahunan dan curah hujan tahunan.
(9,1113)
b.
c.
d.
rendah.
Rasio eritrosit terhadap plasma, pada anemia LED meningkat, sedangkan
pada polisitemia LED rendah.
e.
f.
plasma
yang
tinggi
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Hemoglobin
Pada hasil hemoglobin, kadar Hb OP laki-laki sebesar 14 gr/dl, dimana
kadar hemoglobin normal pada laki-laki adalah 14-18%. Jadi kadar Hb pada
probandus adalah normal.
5.2 Hemotokrit
Pada uji hemotokrit ditemukan hasil berupa 50% pada kedua tabung.
Nilai hematokrit yang normal untuk pria adalah 40-48% dan wanita adalah
37-43% dengan tingkat ketelitian mencapai 2%. Hasil yang didapat yaitu
sebesar 50% pada kedua tabung menunjukkan bahwa hasil tersebut sedikit di
atas normal. Akan tetapi, dikarenakan tingkat ketelitian mencapai 2%, maka
hasil tersebut masih termasuk normal.
Silverthorn DU, Johnson BR, Ober WC, Ober CE, Silverthorn AC. Human
physiology: an integrated approach. Seventh edition. San Francisco: Pearson;
2016. 838 p.
2.
3.
Sacher RA, McPherson RA, Campos JM, Widmann FK. Widmanns clinical
interpretation of laboratory tests. Ed. 11. Philadelphia: Davis; 2000. 1092 p.
4.
5.
6.
Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Weil PA. Harpers
illustrated biochemistry. Thirtieth edition. New York Chicago San Francisco
Athens London Madrid Mexico City Milan New Delhi Singapore Sydney
Toronto: McGraw-Hill Education; 2015. 817 p. (A Lange medical book).
7.
8.
Moss PA., Pettit J., Hoffbrand A. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2005.
9.
10. Wilson DD. McGraw-Hills manual of laboratory & diagnostic tests. New
York: McGraw-Hill Medical; 2008. 666 p.
11. Yang Q, Mwenda KM, Ge M. Incorporating geographical factors with
artificial neural networks to predict reference values of erythrocyte
sedimentation rate. Int J Health Geogr. 2013 Mar 12;12:11.
12. Riswanto. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfa Media
dan Kanal Media. 2013.
13. Sofyan, Hadi Pranata. Studi Komparasi Ketetapan Nilai Hasil Laju Endap
Darah Menggunakan Alat Manual Pipet Westergreen Dengan Alat Automatic
Alifax Roller 20 Lc. Diss. Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2013.
14. Theml H, Diem H, Haferlach T, Theml H. Color atlas of hematology:
practical microscopic and clinical diagnosis. Stuttgart; New York: Thieme;
2004.
15. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat; 2004.
16. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology. 13th ed.
Hoboken, NJ: Wiley; 2012. 1 p.
17. Miale JB. Laboratory medicine, hematology. 5th ed. Saint Louis: C. V.
Mosby Co; 1977. 1199 p.
18. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC;
2011.