(H1A013001)
(H1A013002)
(H1A013003)
(H1A013019)
(H1A013034)
(H1A013039)
(H1A013054)
(H1A013059)
(H1A013055)
(H1A012012)
(H1A012063)
(H1A011039)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkahNyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi
tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Rika Hastuti, M.Kes sebagai
tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Tidak lupa pula ucapan
terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses
tutorial ini.
Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam
laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan
untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
Mind Map...
Skenario 7
Ny. L, prempuan, 48 tahun datang ke poliklinik RSJ Prov NTB dengan keluhan sulit
tidur pada malam hari. Sulit tidur sudah dirasakan hampir 5 bulan terakhir. Sulit tidur berupa
sulit untuk memulai tidur dan mudah terbangun saat tertidur. Pada pagi dan siang hari, pasien
merasa tidak bertenaga, mudah letih, dan sulit berkonsentrasi. Pasien juga sering merasa
khawatir dan sering berdebar-debar. Pasien tidak dapat menyebutkan dengan pasti hal-hal yang
membuatnya khawatir, menurutnya saat ini banyak hal yang dapat dengan mudah membuatnya
khawatir dibanding sebelumnya. Jika sedang khawatir atau sedang memikirkan sesuatu hal,
kadang pasien juga merasakan kepalanya menjadi sangat sakit seperti diikat erat. Nafsu makan
juga dirasakan menurun. Menurut anak pasien, pasien juga sering tampak melamun, menjadi
lebih sensitif dan mudah tersinggung. Pasien akhir-akhir ini juga malas beraktivitas, hampir tidak
pernah berkumpul untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan yang sebelumnya aktif ia jalani. Saat
ini pasien hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya di rumah setelah suami menikah lagi 5
bulan lalu.
Learning Objectives
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fisiologi tidur
Tipe gangguan tidur
Penyebab sulit tidur pada scenario
Hubungan keluhan utama dengan keluhan melamun, lebih sensitive & tersinggung
Hubungan khawatir dengan sakit kepala
Diagnosis
- Anamnesis Psikiatri
- Anamnesis status mental
- Pemeriksaan multiaksial
7. DD : Psikosomatis
8. Tatalaksana
- Non farmakologi
- Farmakologi
9. Prognosis
Mind map
RIWAYAT PENYAKIT:
n yang lalu sulit tidur, ditinggalsuamisejak5 bulan yang lalu
Pemeriksaan:
Diagnosis multiaksial
Diagnosis banding
Gangguancemasmenyeluruh
Prognosis
TatalaksanadanEvaluasiFarmakologi
Non farmakologi
Keadaanemergensi
BAB I
Pembahasan
1. Fisiologi tidur
1.1. Defenisi Tidur
Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur adalah
suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu. Tidur
merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan
aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras
selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari.
1.2. Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia yang
dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan
oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan
siang hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada
malam hari.
Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan
berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja. Sistem yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar
synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak.
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons.
Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada
di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR.
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement
(REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur
diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur
stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM. Fase NREM
dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam.
1.3.1. Tidur stadium satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan
mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat.
1.3.2. Tidur stadium dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu
tubuh menurun. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti.
1.3.3. Tidur stadium tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini individu sulit untuk
dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan
sering merasa bingung selama beberapa menit.
1.3.4. Tidur stadium empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat.
Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik.
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat
restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di
siang hari. Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit,
setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung
lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun.
Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak mata tetap
tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan
nadi meningkat. Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi
dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori
jangka panjang.
1.4. Siklus Tidur
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi
berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok
harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat
mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,
keadaan fisik menjadi kurang gesit.
Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam
kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang.
Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu.
1.5. Mekanisme Tidur
Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis. NREM ditandai
oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang
rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang
cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas
dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan penurunan
tonus otot dan peningkata aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi
dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks.
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90
menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM
menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai
mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata
menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM.
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut
Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini meningkat maka orang
tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut
akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh
aktivitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, histaminergik.
1.5.1. Sistem serotoninergik
Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino triptofan.
Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga
meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/ tidur. Bila serotonin dalam triptofan
terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/ jaga. Menurut beberapa
peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis
di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis di nucleus raphe dorsalis
dengan tidur REM.
1.5.2. Sistem adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan sel nucleus
cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi
penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas
neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan
peningkatan keadaan jaga.
Pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur
kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam kedaan jaga. Gangguan
aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang
depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik
(scopolamine) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka tampak
gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
1.5.4. Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
1.5.5. Sistem hormon
Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal Corticotropin Hormone
(ACTH), Growth Hormon (GH), Tyroid Stimulating Hormon (TSH), Lituenizing Hormon
(LH). Hormon-hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis
anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmitter norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur
dan bangun.
1.6. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di
sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,
sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Kualitas tidur, menurut American Psychiatric
Association, didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi.
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu
yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman
dan kepulasan tidur. Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang
dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi tidur.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90%. Di
sisi lain, kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada
malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur
tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari,
perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur
baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG yang
merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau
permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul
dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur,
keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan
sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta.
Selain itu, kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur
dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja
tanda fisik dan psikologis yang dialami.
1.6.1. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva
kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak
mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti
penglihatan kabur, mual dan pusing.
1.6.2. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara,
daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran,
kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
Neurotransmiter serotonin bila meningkat akan menyebabkan individu mengantuk, pada skenario
pasien mengalami depresi, dimana pada orang yang mengalami depresi akan menyebabkan
produksi serotoninnya menurun sehingga akan menyebabkan sulit tidur.
4. Hubungan keluhan utama dengan keluhan melamun, lebih sensitive & tersinggung
Keluhan seperti sering melamun, kemudian lebih sensitive dan mudah
tersinggung merupakan 3 diantara beberapa gejala depresi. Hubungan antara keluhan
tersebut seperti sering melamun, lebih sensitive dan mudah tersinggung (gejala depresi)
dengan keluhan sulit tidur adalah karena depresi merupakan salah satu pencetus
terjadinya gangguan tidur. Bahkan bisa sebaliknya, sulit tidur juga dapat membuat
seseorang menjadi depresi. Depresi dapat dicetuskan oleh berbegai faktor, dan apabila
depresi ini dibiarkan tidak hanya gangguan tdur yang dapat diakibatkan namun dapat juga
mengakibatkan gangguan pada kesehatan fisik bahkan orang-orang yang mengalami
depresi berat dapat membehayakan dirinya sendiri. Seseorang yang mengalami depresi
berat pada akhirnya akan dirawat di rumah sakit jiwa(RSJ) atau bahakan sampai
kehilangan nyawa.
5. Hubungan khawatir dengan sakit kepala
Ada hubungannya, sakit kepala pada skenario seperti diikat tali merupakan ciri dari Tension
headache dimana salah satu faktor pencetusnya bisa di karenakan depresi.
6. Diagnosis
- Anamnesis Psikiatri
Pada saat dilakukannya wawancara, pemeriksa haruslah mengidentifikasi psikopatologi
pada pasien, kemudian menginterpretasikan ke dalam suatu gejala atau sindroma klinik esensial
untuk menegakkan diagnosis. Hal-hal yang harus ditanyakan pada pemeriksaan psikiatri,
meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Riwayat sekolah
Perkembangan kognitif dan motorik
Seksualitas
Masa dewasa
- Riwayat pekerjaan
- Riwayat perkawinan dan persahabatan
- Riwayat pendidikan
- Keagamaan
- Aktifitas social
- Riwayat hukum
Riwayat psikoseksual
Mimpi dan fantasi
Nilai-nilai
Anamnesis status mental
a. Mengidentifikasi penampilan umum
Pasien seorang perempuan berusia 35 tahun, tampak lemas dan tertekan.
b. Menidentifikasi perilaku dan aktivitas psikomotor pasien
Belum diketahui (tidak terdapat pada skenario)
c. Meningidentifikasi sikap pasien terhadap pemeriksa selama wawancara
berlangsung Kooperatif, saat wawancara pasien dapat menceritakan keluhan
kepada pemeriksa dengan lancar
d. Mengidentifikasi cara berbicara pasien (kontak)
Masih baik (dalam batas normal)
e. Mengidentifikasi kesadaran (sensorium), orientasi (tempat, waktu dan orang)
Orientasi pasien masih bagus, karena pasien masih bisa berkomunikasi dengan
baik kepada pemeriksa. Kompos mentis
f. Mengidentifikasi dan menjelaskan mood pasien
Mood tidak tergambar jelas dalam scenario (tertekan)
g. Mengidentifikasi dan menjelaskan afek pasien
Serasi dengan mood
h. Mengidentifikasi dan menjelaskan arus pikir pasien
Relevan (perlu ditanya lagi)
i. Mengidentifikasi dan menjelaskan isi pikiran paisen
Terdapat kecurigaan yang menuduh orang lain jahat, licik, dan memanfaatkan
dirinya tanpa sebab (dapat digolongkan ke dalam waham), namun harus ditanya
lagi apakah dapat dibantah atau tidak
j. Mengidentifikasi dan menjelaskan bentuk pikiran pasien
Koheren (perlu ditanya lagi)
k. Mengidentifikasi dan menjelaskan adanya gangguan persepsi pasien (halusinasi,
dll) Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi pada scenario (perlu ditanya lagi)
lanjut)
m. Mengidentifikasi dan menjelaskan konsentrasi dan perhatian pasien
Secara umum masih terlihat baik, namun butuh pemeriksaan lebih lanjut
n. Mengidentifikasi dan menjelaskan visuspasial pasien
Belum diketahui (butuh pemeriksaan lebih lanjut)
o. Mengidentifikasi dan menjelaskan judgement pasien
Belum diketahui (butuh pemeriksaan lebih lanjut)
p. Mengidentifikasi dan menjelaskan insight pasien
2 : sadar bahwa mereka sakit tetapi menyangkal lagi
q. Mengidentifikasi dan menjelaskan value pasien
Butuh pemeriksaan lebih lanjut
- Pemeriksaan multiaksial
Aksis I
: F32.2
F51.0
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
o
o
o
o
o
kualitas
tidur
insomnia.
Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia
menyebabkan insomnia.
Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur,
tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di
tengah malam.
Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas
dan sering buang
air
kecil,
kemungkinan
mereka
untuk
mengalami
insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi
ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit
paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson
dan penyakit Alzheimer.
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,
sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal,
7. DD : Psikosomatis
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya
tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat (DSM IV)
istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis yang
mempengaruhi kondisi medis.
Gangguan psikofisiologis merupakan gangguan kesehatan yang umum dijumpai di populasi,
namun seringkali menimbulkan kesalahpahaman dibidang medis. Psikosomatis merupakan salah
satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik.
Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa
hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya.
Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem
pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindahpindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian
pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan
berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan
memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan.
Teori-teori dan sudut pandang mengenai psikosomatik sangat beragam. Menggunakan istilah
umum dari berbagai teori psikosomatik tersebut, psikosomatik dapat didefinisikan sebagai tidak
ada penyakit somatic (ketubuhan) tanpa didahului oleh antesenden-antesenden emosional dan
atau social. Sebaliknya, tidak ada penyakit-penyakit psikis tanpa memunculkan simtom-simtom
somatic. Jelasnya, istilah reaksi-reaksi psikosomatik berarti terjadinya reaksi tubuh yang
muncul dalam organ-organ yang berbeda sebagai konsekuensi dari reaksi emosi dan situasisituasi yang penuh tekanan (stressfull situations) seperti gangguan perut, asma bronchial, dan
lain-lainnya. Sebaliknya istilah reaksi-reaksi somato-psikis berarti keadaan psikologis
ditentukan dalam simton-simton penyakit somatic. Sebagai contoh, kemurungan dan kesedihan
yang mendalam dihubungkan penyakit kanker.
Menurut model pendekatan psikosomatik, penyakit berkembang melalui saling mempengaruhi
antara factor-faktor fisikal dan mental secara terus menerus yang saling memperkuat satu sama
lain, melalui suatu jaringan timbal balik yang kompleks. Penyembuhan dari penyakit
diasumsikan akan terjadi dengan cara yang sama juga (Tamm, 1993). Secara singkat, Kellner
(1994) mengungkapkan bahwa istilah psikosomatik menunjukkan hubungan antara jiwa dan
badan. Gangguan psikosomatik didefinisikan sebagai suatu gangguan atau penyakit fisik dimana
proses psikologis memainkan peranan penting, sedikitnya pada beberapa pasien dengan
sindroma ini.
Jurang antara aspek-aspek biologis dan psikologis dari keadaan sakit masih tetap berlanjut
sampai suatu pendekatan baru muncul dan mulai dikembangkan pada awal abad kedua puluh.
Sigmund Freud, Ivan Pavlov dan WB Cannon berjasa besar dalam hal ini. Penjelasan Freud
mengenai ketidaksadaran, penelitian Pavlov mengenai reflek yang terkondisi dan perhatian
Cannon mengenai reaksi menyerang dan menghindar menyediakan konsep-konsep psikologis
yang penting yang merangsang tumbuhnya pendekatan psikosomatik dalam bidang perawatan
kesehatan.
Istilah psikosomatik sendiri dikembangkan oleh Helen Flanders Dunbar pada sekitar tahun
1930-an yang antara tahun 1930 sampai tahun 1940-an mempublikasikan sejumlah tulisantulisan ilmiah. Buku-bukunya mengawali serangkaian perkembangan yang intensif dalam bidang
penelitian psikosomatik (Tamm, 1993).
Para penderita psikosomatik, umumnya mengeluhkan gangguan yang berkaitan dengan sistem
organ, seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Serebro vaskuler: keluhan pusing, sering lupa, sukar konsentrasi, kejang epilepsi.
Selain itu, masalah kejiwaan yang menyertainya yaitu gejala anxietas dan gejala depresi.
Ciri-ciri Psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain seperti :
1.
Pegal-pegal
2.
3.
4.
Sendawa
5.
6.
Sakit kepala
7.
Nyeri
bagian
dada,punggung
dan
tulang
belakang
Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti atau berpindahpindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga harus sering periksa ke dokter.
A.
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak didapatkan
penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan masalah. Pada 239
penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering
didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa
kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:
Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang
tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburuburu, kurang istirahat.
Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual, anakanak yang nakal dan menyusahkan.
Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah
dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat,
status didalam keluarga dan stres yang timbul.
8. Tatalaksana
Pengobatan gangguan psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara dengan
mempertimbangkan pengobatan somatis (berorientasi pada organ tubuh yang mengalami
gangguan), pengobatan secara psikologis (psikoterapi dan sosioterapi) serta psikofarmakoterapi
(penggunaan obat-obatan yang berhubungan dengan psikologi). Metode mana yang kemudian
dipilih oleh dokter sangat tergantung pada jenis kasus dan faktor-faktor yang terkait dengannya.
Pada kasus tahap awal, biasanya pengobatan hanya ditujukan kepada faktor somatis (fisik). Hal
ini dapat menyebabkan penyakit timbul kembali dan yang lebih parah akan menurunkan
kepercayaan pasien akan kemungkinan penyakitnya sembuh yang sebenarnya akan memperparah
kelainan psikosomatiknya sendiri. Akan tetapi memang agak sulit untuk membedakannya dengan
gangguan psikosomatis sehingga baru dapat dibedakan bila kejadiannya telah berulang. Disinilah
perlunya psikoterapi sebagai pendamping terapi somatik.
Perlu dipertimbangkan penggunaan psikofarmaka (obat-obat yang biasa digunakan dalam bidang
psikologi) karena mungkin gangguan psikologis yang diderita berhubungan dengan kondisi
kimiawi di otak yang mengalami ketidakseimbangan.
Dewasa ini therapy dengan menggunakan metode Hipnosis sudah mulai dapat diterima di
beberapa kalangan medis. HIPNOSIS dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak
penggemarnya. Bahkan, tak hanya orang dewasa yang menjalani terapi tersebut untuk
membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kesulitan
belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara yang sangat mudah,
cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan
menyembuhkan pikiran yang sakit.
TERAPI INSOMNIA
A. Pendekatan non pharmacologic
Meliputi: sleep hygiene, relaxation therapy, stimulus control, dan sleep restriction. Pendekatanpendekatan ini mengacu pada terapi cognitive behaviour. Dan ada juga terapi gizi yang
dikemukakan oleh Prof. DR. Ali Khomsan.
Sleep Hygiene: meliputi beberapa langkah sederhana untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas tidur, antara lain:
Tidur secukupnya, sesuai waktu yang butuhkan untuk beristirahat; jangan tidur
berlebihan.
Berolahraga secara teratur sedikitnya 20 menit setiap hari, paling baik dilakukan
4-5 jam sebelum waktu tidur. Hindari olahraga berat sebelum tidur!
Hindari memaksakan diri untuk tidur.
Tetapkan jadwal tidur dan bangun setiap hari secara teratur (misalnya: tidur jam
penggunaan kafein.
Hindari minum alkohol sebelum tidur.
Jangan merokok, terutama di malam hari. Merokok menjelang tidur dapat
memicu insomnia. Selain itu, sangat baik untuk mengurangi merokok.
Jangan pergi tidur dalam keadaan lapar namun juga hindari makanan berat dan
minum berlebihan sebelum waktu tidur - hentikan makan dan mencamil 1 jam
dsb).
Jangan pergi tidur bersama dengan kekhawatiran anda; usahakan untuk
menyelesaikannya sebelum anda pergi tidur.
Relaxation Therapy: teknik ini melatih otot-otot dan pikiran menjadi relax dengan cara
yang cukup sederhana seperti: meditasi dan relaksasi otot atau mengurangi cahaya
penerangan, dan memutar musik yang menyejukkan tepat sebelum anda pergi tidur.
Stimulus Control: meliputi beberapa langkah sederhana yang dapat membantu pasien
dengan chronic insomnia, antara lain:
bangunlah dan pergi ke ruangan lain kemudian lanjutkanlah teknik relaksasi anda.
Aturlah alarm jam anda untuk bangun pada waktu yang telah anda tentukan setiap
pagi, lakukan ini bahkan ketika weekends/ akhir pekan. Jangan tidur berlebihan!
Hindari tidur terlalu lama di siang hari. Batasi tidur siang anda kurang dari 15
menit kecuali atas arahan dokter. Jika memungkinkan, pilihlah untuk menghindari
tidur siang karena ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur anda di
malam hari. Kecuali untuk kasus ganguan tidur tertentu yang justru bisa
mendapatkan keuntungan dari tidur siang - diskusikan issue ini bersama dokter
anda.
Sleep Restriction: membatasi waktu anda di tempat tidur hanya untuk tidur dapat
meningkatkan kualitas tidur anda. Atur waktu tidur dan bangun secara rigid dan paksakan
diri untuk bangun ketika sudah waktunya sekalipun anda masih mengantuk. Ini akan
membuat anda tidur dengan lebih baik di malam sesudahnya sebagai ganti gangguan tidur
yang anda alami di malam sebelumnya.
Penanganan sederhana lainnya yang dapat dilakukan, antara lain: Terapi Gizi. Makanan
dan minuman yang dianjurkan dalam rangka menangani insomnia adalah:
Asupan gizi magnesium dan kalsium cukup dapat menangkal imsonia dan
depresi.
Antihistamines - menyebabkan kantuk tapi tidak meningkatkan tidur dan tidak tidak
dapat digunakan untuk menangani chronic insomnia.
TERAPI DEPRESI
1. Strategi terapi
Tujuan terapi depresi adalah menurunkan gejala depresi dan memfasilitasi pasien untuk
kembali ke kondisi normal. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut ialah menggunakan terapi
non farmakologi atau farmakologi dengan antidepresan yang dapat memodulasi kadar serotonin
dan norepinefrin di otak.
2.
Fase pengobatan
menghilangkan gejala
Fase lanjut, berlangsung selama 4-9 bulan setelah remisis tercapai, di mana
FARMAKOLOGIS
1. Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi
reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor
dari neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam
mengobati gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi.
Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine dengan dosis 25 mg/hari,
dan amitryiptilene dengan dosis yang sama.
2. Monoamine Oxidase Inhibitors
Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase
Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat
aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan melemahkan atau mengurangi
neurotransmitter dalam sambungan sinaptik. MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic
Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih berbahaya . Contoh
obat golongan ini adalah fenelzin dengan dosis 15 mg/hari.
3. Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs
Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi
SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI
lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasien-pasien
yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan dengan
obat ini.
Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan
lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan
dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam
pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan
panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual. Contoh obat dalam golongan ini adalah
Fluoksetin dengan dosis 20 mg/hari dan Citalopram dengan dosis yang sama.
Tabel
Efek
samping
Efek samping
Efek kardiovaskuler
Aritmia
obat
antidepresan
dan
pengatasannya
Jenis antidepresan
Pengatasan
TCA
innstabilitas
TCA, MAOI
Tambahkan
fludrokortison,
tambahkan garam pada
dietnya
Antikolinergik
konstipasi
TCA
Delirium
TCA
tambahkan
Mulut kering
Gangguan visual
TCA
TCA
yang lain
Sarankan
penggunaan
permen
karet
atau
permen
Berikan
tetes
mata
pilokarpin
Gangguan neurologis
Sakit kepala
SSRI
Cek
kejang
TCA, SSRI
penyebab lain
Cek
kemungkinan
kemungkinan
bila diperlukan
Gangguan seksual
Disfungsi ereksi
TCA, SSRI,
Tambahkan
sildenafil,
bupropion
Tambahkan
sildenafil,
SSRI,
Mual muntah
Osteopenia
hari
sebelum
berikan
terapi
SSRI
perilaku kognitif
Gunakan setelah makan
SSRI
densitas
tambahkan
suplemen
Sedasi
TCA
vitamin D, bifosfonat
Gunakan sebelum tidur,
tambahkan
kalsium,
modafinil
atau metilfedinat
Sarankan olah raga dan
rujuk ke ahli nutrisi, jika
akan
mengubah
antidepresan,
pertimbangkan
antidepresan yang kurang
menyebabkan
kenaikan
Serotonin sindrom
MAOI
berat badan
Lakukan evaluasi darurat,
bawa ke ICU
NON FARMAKOLOGIS
1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time
penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad,
cognitive schemas, dan cognitive errors.
Terapi kognitif dipraktikan diluar sesi terapi dan menjadi modal utama dalam mengubah gejala.
Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas:
1.
2.
3.
3. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal seorang individu,
yang dapat memicu terjadinya gangguan mood .
Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para
terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut.
9. Prognosis
A. Tanpa pengobatan
- Bila episode berlangsung 6 bulan / lebih, biasanya terjadi remisi lengkap gejala dan fungsi
kembali ke tingkat premorbid
- Pasien engan episode baru, 5% mengalami manik (bipolar)
- Bunuh diri 1% depresi akut dan 25% depresi kronis.
B. Dengan terapi
- Dengan antidepresan mulai resolusi bebrapa gejala setelah 4-6 minggu
- Penggunaan yang adekuat 6-8 bulan mengurangi kekambuhan.
BAB II
PENUTUPAN
Kesimpulan
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam mempertahankan
tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres,
kecemasan berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan kondisi
medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap pola tidur penderita,
pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis,
aktivitas fisik, dan kebutuhan tidur secara individual.
Insomnia dapat disertai dengan cemas ataupun episode depresi. Pada skenario pasien
mengalami insomnia dan juga depresi sedang. Tatalaksana yang dilakukan adalah mengatasi
depresi terlebih dahulu karena depresi sesuai PDGJ III lebih didahulukan dibandingkan insomnia
non organik. Tatalaksana dapat berupa farmako yaitu antidepresan golongan SSRI. Psikoterapi
untuk mengatasi insomnia dilakukan dengan terapi CBT, terutama sleep hygiene.
DAFTAR PUSTAKA
Teter, CJ, Kando, JC, Wells, BG, Hayes, PE, 2008, Depressive disorrder, in DiPiro
(eds): Pharmacotherapy, A Pathophsyological Approach, 7th edition, McGraw Hill, New
York, 1101
Aminoff MJ, et al. 2005. Clinical Neurology sixth edition. Mc-Graw-Hill: New York.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC.
Mansjoer A. dkk. 2013.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius: Jakarta.
Othmer E, Othmer SC. 1994. The Clinical Interview Using DSM IV. Volume I : Fundamentals.
Washington : American Psychiatric Press. Inc.
Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
Sadock BJ, Kaplan HI. 2010.Kaplan Sadock. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara.