Anda di halaman 1dari 11

Abstrak

Dewasa ini, penggunaan kawat gigi semakin menjamur di berbagai kalangan


masyarakat Indonesia. Bukan hanya para remaja, anak-anak hingga para orang tua
pun menggunakannya. Menjamurnya penggunaan kawat gigi tersebut dikarenakan
berbagai faktor, terutama faktor eksternal yaitu kawat gigi untuk ajang fashion. Hal
ini dikarenakan berbagai kalangan selebritas yang semakin gencar untuk memakai
kawat gigi hanya untuk mengikuti tren yang berkembang sehingga masyarakat juga
tertarik untuk memasangnya tanpa mengetahui fungsi utama penggunaan kawat gigi.
Sebenarnya, tujuan utama penggunaan kawat gigi adalah untuk memperbaiki susunan
dan letak gigi yang kurang baik atau rahang yang terlalu sesak sehingga dapat
mencegah kondisi yang membahayakan bagi kesehatan secara umum. Gigi yang tidak
rata dapat mempercepat penumpukan plak dan sisa-sisa makanan pada rongga mulu
sehingga menyebabkan peradangan pada gusi atau penyakit periodontal lainnya.
Selain itu, gigi yang tidak rata membuat makanan tidak dapat diolah dengan
sempurna oleh gigi sehingga bisa menyebabkan masalah pencernaan. Diharapkan
setelah penggunaan kawat gigi tersebut, fungsi berbicara dan mengunyah dari pasien
dapat menjadi lebih optimum. Sedangkan untuk memperbaiki penampilan atau tujuan
estetika merupakan tujuan kesekian dari penggunaan kawat gigi. Pemasangan kawat
gigi pun harus dilakukan oleh orang-orang yang profesional di dalam bidangnya,
yaitu dokter gigi maupun dokter gigi spesialis orthodonsia. Perawatan dengan kawat
gigi (perawatan orthodontik) yang dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami
ilmu ortodontik dapat memperbaiki kesalahan bentuk atau posisi dari rahang.
Perbaikan dari susunan gigi dan rahang juga akan mempengaruhi bentuk atau profil
wajah dari seseorang secara keseluruhan. Pemasangan kawat gigi oleh orang yang
bukan ahlinya sangat berbahaya dan dikhawatirkan malah terjadi ketidaksesuaian
bahkan kerusakan pada struktur gigi pasien karena tidak adanya pengalaman dari
orang tersebut.

Penggunaan kawat gigi untuk mendapatkan hasil yang terbaik

membutuhkan waktu sekitar 18-36 bulan. Sehingga, diperlukan ketelitian dalam


perawatan kebersihan kawat gigi karena penggunaan kawat gigi dapat membuat sikat
gigi lebih sulit menjangkau sisa-sisa makanan yang terselip di sela gigi. Penumpukan
1

tersebut dapat menyebabkan lubang pada gigi dan sakit gusi, serta hilangnya mineral
pada lapisan luar gigi. Untuk mencegah hal yang demikian, diperlukan sikat gigi
khusus untuk membersihkan gigi yang berkawat, yaitu sikat gigi proxabrush dan
dental floss (untuk membersihkan makanan yang menyangkut pada sela gigi).

BAB I
PENDAHULUAN
2

1.1 Latar Belakang Masalah


Tren pemakaian kawat gigi mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat.
Benda yang satu ini dikenal sebagai alat perapi gigi modern. Kawat gigi
merupakan produk kesehatan yang digunakan pada bidang kedokteran gigi untuk
memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur. Tujuan utama dari pemakaian kawat
gigi adalah merapikan dan meratakan gigi sehingga gigi lebih mudah untuk
dibersihkan.Mereka yang direkomendasikan untuk memakai kawat gigi adalah
orang yang mengalami rahang maju atau mundur, pertumbuhan gigi yang jarang
atau jarak gigi yang satu dengan yang lain jauh, adanya caling3, gigi yang
bertumpuk, dan jumlah gigi yang tidak normal. Untuk itulah dipasang kawat gigi
agar susunan gigi geligi tersebut dapat menjadi lebih rapi dan tidak menimbulkan
kelainan.
Kini tujuan pemakaian kawat gigi sudah sedikit berubah. Kalau dulu orang
akan merasa sedikit malu memakai kawat gigi, sekarang justru orang-orang yang
sudah memiliki gigi rapi dan bagus pun banyak yang memakai kawat gigi. Dulu
memakai kawat gigi dianggap aneh dan kuno, mulai dari rasa tidak nyaman
hingga takut diolokolok teman. Oleh karena itu, kawat gigi merupakan benda yang sebisa mungkin
dihindari oleh orang-orang dengan susunan gigi yang berantakan. Sekarang ini,
kawat gigi mulai booming4 di Indonesia, banyak remaja bahkan orang dewasa
yang memakai kawat gigi. Tren kawat gigi tidak hanya terjadi pada kaum
wanitanya saja, pria juga ingin memperbaiki struktur gigi yang kurang rapi agar
terlihat lebih baik. Tidak sedikit dari mereka yang juga melakukannya untuk
kepentingan fashion, sebagai bagian dari ekspresi modernitas atau gaya hidup
(Friedmann, 1995).
Pemasangan kawat gigi yang tergolong lama kurang lebih dua tahun,
membuat tren ini cukup bisa bertahan. Banyak orang yang memakai kawat gigi
hanya sekedar untuk melengkapi penampilan. Pemakai kawat gigi pun tak ada
batasan usianya. Artinya, memakai kawat gigi sudah menjadi tren di semua
lapisan umur dan sosial masayarakat. Fungsi utama dari kawat gigi adalah untuk
memperbaiki struktur gigi dan menjaga kualitas gigi agar tetap sehat dan terawat.
Sekarang kawat gigi justru dianggap mampu menambah cantik penampilan dan
rasa percaya diri pada setiap pemakainya. Oleh sebab itu kami tertarik untuk
membahas tentang kegunaan kawat gigi atau sering di sebut behel itu sendiri
dalam hal kesehatan gigibukan dalam segi penunjang penampilan saja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kawat gigi (behel)?
2. Apa kegunaan kawat gigi (behel)?
3

3. Bagaimana bahaya penggunaan kawat gigi (behel)?


4. Bagaimana pengaruh penggunaan kawat gigi (behel) terhadap kesehatan
gigi?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian kawat gigi (behel)
2. Untuk mengetahui kegunaan kawat gigi (behel)
3. Untuk mengetahui bahaya penggunaan kawat gigi (behel)
4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kawat gigi (behel) terhadap
kesehatan gigi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tubuh dalam kajian sosiologi dan budaya merupakan objek keindahan.


Persepsi keindahan tubuh selalu melekat pada identitas diri sang pemilik tubuh, orang
semakin bernilai di tengah lingkungan sosialnya ketika tampilan tubuhnya dibalut
dengan berbagai hiasan. Tubuh adalah penanda penting bagi status sosial, posisi
keluarga, umur, gender, dan lain-lain. Gerak tubuh dalam berbagai ritus hingga tatto
menjadi tematik yang pentingdalam setiap studi sosiologi dan budaya.
Synnott (1992) mengungkapkan bahwa tubuh adalah diri, dan diri adalah
tubuh. Tubuh bukan telah ada, sebagai sebuah kategori sosial, dengan makna
yang berbeda-beda yang disusun, dihasilkan dan dikembangkan di setiap zaman oleh
masing-masing individu. Douglas (Aprilia, 2005:51) melihat tubuh sebagai suatu
sistem simbol, ia mengatakan, Sebagaimana segala sesuatu melambangkan tubuh,
demikian tubuh juga adalah simbol bagi segala sesuatu. Menurutnya, tubuh terbagi
menjadi dua: the self (individual body) dan the society (the body politics).
The body politics membentuk bagaimana tubuh itu secara fisik dirasakan.
Oleh karena itu tubuh sebagai penanda identitas individu, maka orang-orang
seringkali sengaja memodifikasi diri mereka supaya mempunyai kesan dan citra baik
di dalam lingkungan sosialnya. Seperti halnya fenomena trend behel yang belakangan
ini digandrungi kaum remaja seperti mahasiwa. Behel pada akhirnya menjadi simbol
kecantikan dan juga identitas sosial pada diri penggunanya.
Pada konteks ini, pemakai kawat gigi atau yang lumrah disebut behel
mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai berkaitan dengan identitas diri
mereka yakni status sebagai seorang yangmodis. Hal inilah yang justru menjadi
mainstream kaum muda mahasiswa saat ini. Descartes seorang pendiri filsafat
modern melihat tubuh sebagai mesin. Tubuh hanyalah objek yang harus mengikuti
mainstream budaya. Oleh karena itu tubuh terus dimodifikasi sesuai dengan tuntutan
zaman (Pramono, 2010:5).
Pramono (2010) menegaskan bahwa kesenangan tubuh jauh lebih baik
daripada kesenangan jiwa. Kesenangan tubuh diartikan sebagai suatu pemujaan
terhadap tubuh, pemujaan seseorang terhadap tubuhnya akan mencapai puncaknya
ketika dibarengi dengan apresiasi sosial yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu
keindahan tubuh dipelajari sebagai bagian dari estetika. Misal pada seorang
perempuan suatu kecantikan yang ideal adalah suatu entitas yang dikagumi, atau
memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu. Tubuh
telah dianggap ornamen, maka penggunaan make-up dan pemilihan pakaian adalah
semata karena tubuh merupakan objek estetis. Tubuh sebagai estetika sebenarnya kata
lain dari tubuh sebagai media yang memperkenalkan diri individu kepada lingkungan
sosialnya, yakni dalam rangka membentuk citra, kesan mengenai pemilik tubuh
tersebut. Kesadaran untuk memperindah dan mempercantik diri merupakan tindakan
yang disengaja, seperti halnya behel, suatu tanda yang ditafsirkan sebagai simbol
fashion
dikalangan mahasiswa, sehingga tidak heran apabila tidak sedikit mahasiswa yang
keranjingan untuk memasang, karena apabila behel itu melekat pada tubuhnya akan
menjadi simbol yang mewakili diri dan identitas mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dengan orang lain seringkali atribut
yang melekat pada tubuh justru dapat mengkomunikasikan makna mengenai diri
5

seseorang. Proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti


terhadap orang lain yang terlibat (Ritzer & Douglas, 2004: 294). Orang lain
menafsirkan simbol dan mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan
penafsiran
mereka. Hal ini
sebagai
eksternalisasi,
objektivasi,
dan
internalisasi. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke
dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik (Berger & Luckman, 1990: 45). Behel merupakan hasil eksternalisasi secara sengaja yang pada akhirnya
dikonsumsi publik dan menjadi suatu fashion yang digandrungi kalangan remaja
terutama mahasiswa. Ketika hal itu menjadi kesepakatan sosial untuk dipakai di
dalam suatu masyarakat, maka behel telah terobjektivasi, atau yang disebut sebagai
realitas objektif.
Dapat disimpulkan, behel telah melembaga menjadientitas budaya gaya
hidup yang cendrung mengikatindividu yang ada di dalamnya.Baudrillard (1998)
menuliskan tentang logika sosialkonsumsi dalam perubahan objek dan
perubahankebutuhan. Pengulangan pendapat yang sama dengancara yang berlainan
(karena
tautology yang besar): aku beli ini, karena aku membutuhkannya, di
era posmodernisme justru berbeda yakni aku beli ini, karena ingin bergaya. Oleh
karenanya mitologi rasionalisterhadap kebutuhan dan kepuasan juga sama naif
dantidak berdaya dengan obat tradisional berhadapan dengangejala (tanda) histeris
atau psikosomatik. Mengikuti pemikiran di atas, gaya hidup sebagai suatu
trend budaya, bukan hadir di ruang hampa, akan tetapi diciptakan dan dibentuk.
Menurut Wolf, mitos-mitos kecantikan juga sengaja dibangun oleh para penguasa
industri untuk menciptakan manipulasi pasar (Bestiana, 2012:9). Industri yang
berkaitan dengan dier, operasi plastik, kosmetik, dan juga behel. Pembidik utamanya
adalah perempuan sebagai mangsa empuk untuk meraup keuntungan materi yang
sangat besar. Media massa adalah senjata yang mereka gunakan untuk membidik
bangsa.
Dari penggunaan behel tersebut dapat menyebabkan beberapa faktor. Yaitu:
adanya karang gigi. Karena area di bawah dan di sekitar kurung logam dan kawat
yang sulit untuk dibersihkan, sisa-sisa makanan bisa terjebak di daerah-daerah
yang sulit dijangkau sikat gigi, yang mengarah ke penumpukan plek. Hal ini
mengakibatkan orang dengan kawat gigi logam dapat berisiko tinggi mengalami
kerusakan gigi dan penyakit gusi. Untuk menghindari masalah ini, Anda harus
menggunakan sikat khusus untuk membersihkan gigi Anda. Selanjutnya adalah
penyakit menular seksual. Kawat logam yang dipasang pada gigi Anda sering
berbenturan dan dapat menyebabkan luka kecil pada bibir dan bagian dalam pipi
Anda. Nah, saat Anda terlibat dalam aktivitas seksual seperti seks oral atau bahkan
berciuman, luka kecil di dalam mulut Anda akan menyediakan jalan masuk untuk
penyakit, termasuk hepatitis dan HIV, memasuki aliran darah Anda. Yang terakhir
adalah alergi pada gigi. Kawat gigi logam mengandung berbagai logam, termasuk
nikel, tembaga dan kromium. Sekitar 30 persen pasien ortodontik dari semua pasien
ortodontik lainnya memiliki alergi terhadap logam ini yang dapat menyebabkan rasa
sakit dan telinga tersumbat.
Selain itu, pasien yang tidak memiliki alergi sebelum mereka memakai
kawat gigi berpotensi terkena alergi setelah mereka memakainya. Untungnya, alergi
6

terhadap nikel, tembaga dan kadmium umumnya ringan dan mudah diobati dengan
mengubah jenis logam yang digunakan dalam kawat gigi.
.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kawat Gigi

Kedokteran gigi tidak hanya membahas tentang bagaimana cara mengobati


atau menjaga kesehatan gigi, namun juga memperhatikan nilai estetik pada gigi
pasien. Orthodonti merupakan salah satu departemen dalam kedokteran gigi yang
membahas bagaimana cara mendapatkan penampilan susunan gigi dan wajah yang
menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang baik dan dengan gigi-gigi dalam
posisi stabil. Orthodonti berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang berarti lurus
dan dons yang berarti gigi. Istilah orthodonti digunakan pertama kali oleh Le Foulon
pada tahun 1839. Perawatan orthodonti ditangani oleh seorang dokter gigi yang telah
selesai menempuh pendidikan spesialis orthodonsia.
Dalam bahasa kedokteran kawat gigi disebut dengan dental braces atau
orthodontic braces. Kawat gigi ditemukan pada abad ke 17. Tokoh yang dikenal
sebagai Bapak Orthodonti adalah Edward H. Angle. Beliau yang memperkenalkan
kawat gigi yang bisa dilepas pasang oleh pasiennya, dari alat yang bentuknya paling
bulky (besar) sampai dengan yang lebih sederhana bentuknya. Kawat gigi mulai
banyak digunakan pada abad ke 18. Pada saat itu bentuk dari kawat gigi masih kurang
enak dipandang namun seiring berkembangnya teknologi, diciptakan kawat gigi yang
dapat meningkatkan nilai estetik pada gigi karena memiliki warna yang bermacammacam melalui karet penahannya dan lebih nyaman digunakan. Dengan begitu,
banyak orang menggunakan kawat gigi tidak hanya untuk merapikan giginya tetapi
juga agar kelihatan gaul dan bergaya.
3.2 Kegunaan Kawat Gigi
Gigi-gigi merupakan satu kesatuan pada tulang rahang yang disebut dengan
lengkung gigi. Pada lengkung gigi tersebut, terdapat gigi yang teratur dan tidak
teratur. Ada bagian gigi yang tonggos (maju), gigi jarang-jarang, gigi terlalu ke
belakang, gigi gingsul, dan lain-lain. Keadaan tersebut dikenal dengan nama
malposisi (salah letak gigi) dan maloklusi (hubungan gigi geligi atas dan bawah yang
tidak semestinya). Dengan keadaan tersebut, maka akan membuat senyum kita tidak
menarik dan akan mempengaruhi penampilan wajah yang pada akhirnya dapat
menurunkan rasa percaya diri.
Malposisi maupun maloklusi dapat diatasi dengan cara melakukan perawatan
orthodonti yang menggunakan alat bantu berupa kawat gigi dan alat penahannya yang
berupa karet. Maksud dan tujuan dari perawatan orthodonti adalah:
1. Menciptakan dan mempertahankan kondisi rongga mulut yang sehat
2. Memperbaiki cacat muka, susuan gigi geligi yang tidak rata, dan fungsi alatalat pengunyah agar diperoleh bentuk wajah yang seimbang dan penelanan
yang baik
3. Memperbaiki cacat waktu bicara, waktu bernafas, pendengaran, dan
mengembalikan rasa percaya diri seseorang

4. Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang akibat gigitan yang tidak normal
5. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti menghisap ibu jari, menggigit-gigit
bibir menonjolkan lidah serta bernafas melalui mulut
3.3 Bahaya Penggunaan Kawat Gigi
Penggunaan kawat gigi atau yang sering disebut behel, tentu bertujuan untuk
hal yang baik dan positif. Penggunaan behel diharapkan mampu memperbaiki
posisi gigi agar menjadi lebih rapi. Tentu tujuan itu bersifat positif bagi pengguna
behel. Namun di samping hal positif yang muncul, terdapat pula hal-hal negatif
yang diakibatkan oleh penggunaan behel. Beberapa hal negatif yang muncul di
antaranya adalah terciptanya karang gigi, timbulnya alergi, gigi menjadi goyah,
bahkan presentasi penularan penyakit pun meningkat.
Keberadaan kawat gigi menghalangi sikat gigi untuk membersihkan gigi
secara menyeluruh. Akibatnya terdapat sisa-sisa makanan di sela-sela gigi dengan
behel. Sisa makanan menyebabkan munculnya kuman dan bakteri yang dapat
merusak struktur gigi. Pada mulanya kuman dan bakteri yang terakumulasi dapat
menyebabkan bau mulut. Lebih lanjut lagi akan terbentuk plak, yang bila terus
dibiarkan akan menjadi karang gigi. Akibatnya gigi menjadi kotor dan tidak sehat.
Di sisi lain, bahan penyusun kawat gigi yang sebagian besar terdiri dari bahan
logam dapat menyebabkan masalah. Beberapa pengguna behel mungkin memiliki
alergi tertentu, salah satunya adalah alergi terhadap bahan-bahan penyusun behel
yaitu logam. Pengguna behel yang memiliki alergi terhadap bahan penyusun
behel seperti logam berpotensi mengalami masalah pada jaringan mulut. Misalnya
muncul alergi pada bagian gusi atau mukosa mulut yang menyebabkan luka.
Alergi sebagai dampak dari penggunaan behel dapat muncul baik bagi mereka
yang memang telah memiliki alergi terhadap jenis-jenis logam maupun mereka
yang semula justru tidak memiliki alergi.
Penggunaan behel juga dapat menyebabkan gigi goyah. Kawat yang mencekat
gigi dapat menyebabkan akar gigi mengikuti tarikan atau tekanan dari kawat
tersebut, akibatnya akar gigi berpotensi menjadi goyah. Selain tekanan dari behel,
gigi goyah juga dapat disebabkan oleh pembentukan saku atau pocket pada gusi
yang diakibatkan oleh karang gigi. Pocket pada gusi menyebabkan jarak antara
gigi dengan gusi lebih jauh dari yang seharusnya. Hal ini menyebabkan gigi
mudah goyah dan bahkan dapat tanggal atau terlepas sebelum usia lanjut.
Struktur behel yang cukup keras dapat menjadi pemicu masalah, yaitu ketika
behel melukai bagian dalam mulut. Kawat logam yang berbenturan dapat
menimbulkan luka baik pada bibir maupun dinding rongga mulut (mukosa
mulut). Luka kecil yang ditimbulkan dapat menjadi jalan masuknya kuman,
bakteri, dan virus penyakit ke dalam tubuh. Penyakit yang berpotensi tinggi untuk
ditularkan antara lain hepatitis dan HIV/AIDS.
9

3.4 Pengaruh Kawat Gigi terhadap Kesehatan Gigi


Behel bertujuan untuk memperbaiki struktur gigi yang tidak rapat dan rapi.
Namun saat ini tujuan penggunaan kawat gigi sudah sedikit berubah dikalangan
masyarakat. Sebagian besar kalangan remaja memakai behel untuk memperbaiki
penampilan lebih baik dari aslinya. Dengan alasan ini, tentunya nilai kesehatan
behel berkurang oleh perkembangan zaman.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI)
menjelaskan pemasangan kawat gigi yang dilakukan tukang gigi menimbulkan
banyak efek samping. Terutama pada gigi yang bermasalah, baik ntuk efek
samping ringan hingga berat.
Dampak positif dari pemakaian behel bagi kesehatan gigi dan mulut yaitu
membuat gigi terlihat lebih rapi dan teratur. Mengurangi kesulitan mengunyah
akibat gigi miring dan membentuk rahang yang proporsional.
Tidak hanya memiliki dampak positif, behel juga memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan gigi dan mulut. Behel dapat menyebabkan gigi rusak karena
susah dibersihkan, menyebabkan resiko penularan penyakit, menjadi tempat
bersarangnya kuman dan bakteri.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kedokteran gigi tidak hanya membahas tentang bagaimana cara mengobati
atau menjaga kesehatan gigi, namun juga memperhatikan nilai estetik pada gigi
pasien. Penggunaan kawat gigi menjadi salah satu pilihan masyarakat dizaman
sekarang, utamanya dikalangan anak muda telah menjadikan kawat gigi atau behel

10

sebagai salah satu gaya hidup. Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk
menggunakan kawat gigi, salah satunya adalah masalah gigi yang tidak rata atau gigi
bertumpuk, dalam hal ini memang tidak harus dilakukan pemasangan kawat gigi,
namun tuntutan kesempurnaan dalam penampilan yang mendoring seseorang
melakukan tindakan yang memiliki banyak efek baik dan buruk ini.
4.2 Saran
Dalam penggunaan kawat gigi atau behel tentunya banyak faktor yang
mendorong kita melakukan tindakan tersebut, namun tentu banyak juga efek yang
ditimbulkan oleh penggunaan kawat gigi, salah satunya dalam jangeka pendek
penyakit mulut ringan atau biasanya sariawan. Mudahnya penularan penyakit juga
dapat terjadi, selaun itu yang paling jelas adalah kerusakan pada gigi, misalnya
timbulnya karang gigi dikarenakan menumpuknya plak pada sela-sela kawat gigi krn
bekas makanan yang sulit dijangkau ketika kita tidak benar dalam membersihkan dan
merawat kawat gigi kita. Oleh karena itu dalam.penggunaan kawat gigi atau behel
hendaknya memperhatikan prosedur prosedur yang sesuai dan lebih serius dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut, agar tidak terjadi efek efek buruk yang tidak
diinginkan.

11

Anda mungkin juga menyukai