PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan
dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan
99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada
sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per
tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat
jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh
Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian,
penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain untuk menyelesaikan salah satu tugas
kepaniteraan klinik stase pediatri, juga untuk mengetahui serta mempelajari lebih jauh
mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan yang tepat pada pasien di lapangan.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas pasien
Nama
: An. N
Usia
: 5 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Tgl MRS
: 08 Juni 2015
Keluhan Utama :
BAB 8 x/hari sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Demam, lemas
1 hari SMRS os BAB sebanyak >8x/hari, BAB cair, ada ampas tapi sedikit, disertai lendir,
tidak ada busa dan darah. Setiap BAB kira kira 1/4 gelas, warna kuning hijau, tidak berbau.
Muntah 1x dan BAB tidak disertai nyeri perut.
HRMS os sejak pagi merasa lemas, tidak mau bermain, hanya tergeletak di kasur, tidak
menangis, tidak rewel, tidak mau minum. Saat di bawa ke UGD os tampak letargi, BAB cair
> 4 x hingga sampai di UGD. BAK 2 jam yang lalu.
Riwayat Pengobatan
1 hari SMRS sudah berobat ke Puskesmas diberi obat penurun panas dan obat diare
tetapi tidak ada perbaikan
Riwayat Kehamilan :
Riwayat kelahiran
Lahir SC indikasi panggul lahir kecil, langsung menangis dan tidak biru
Pola Makan
Riwayat Imunisasi :
BCG
: 1x
Hepatisis : 3x
Polio
: 4x
DPT
: 3x
Campak : 1x
Kesan : imunisasi dasar lengkap
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Letargi
Tanda-tanda vital
Suhu
: 40oC
Nadi
: 130 x/menit
Pernapasan
: 40x/menit
Tekanan Darah
: Tidak dilakukan
Antropometri
BB
: 24 kg
PB
: 117 cm
Ling.kepala
: 60 cm
LILA
: 28 cm
Status Gizi
BB/U : 24/20 X 100% = 120 % (gizi lebih)
PB/U : 117/115 X 100% = 101 % (normal)
BB/TB : 24/21 X 100% = 114 % (gizi lebih)
KESAN : Gizi Lebih
Status Generalis
Kepala
: Normochepal
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
: Bibir pucat (+), bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB.
Thoraks
Paru
Inspeksi
: Dada simetris
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Absdomen
Inspeksi
: Perut cembung
Auskultasi
Palpasi
: Abdomen supel, turgor kembali lambat, tidak teraba pembesaran hepar dan
lien
Perkusi
Ekstremitas atas
Akral : dingin pucat
Edema : -/Sianosis : -/CRT
: >2 s / > 2 s
Ekstremitas bawah
Akral : dingin pucat
Edema : -/Sianosis : -/CRT
: >2 s / > 2 s
Genitalia
Sudah disunat karena indikasi fimosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tanggal: 10 Juni
2015
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Na darah
K darah
Cl darah
Nilai
Nilai Normal
Satuan
11,2
32
14,32
257
3,86
83
29
35
131
3,3
96
(10,8-15,6)
(33-45)
(5-14,50)
(181-521)
(3,8-5,8)
(69-93)
(22-34)
(32-36)
135-147
3,5-5,0
94-111
gr/dL
%
103/L
103/L
103/L
f
Pg
g/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
10
Resume
An. Laki-laki usia 5 tahun 7 bulan BB: 24 kg datang ke UGD dengan keluhan diare
>8x sejak 1 hari SMRS, muntah 1x, febris sejak 3 hari SMRS disertai batuk berdahak,
pilek sejak 2 hari SMRS, tampak letargi, tidak mau minum, dan tampak pucat.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien letargi, suhu : 40oC, nadi : 130x/menit,
pernapasan : 40x/menit, konjungtiva anemis, faring hiperemis, mukosa bibir kering
extremitas superior dan inferior dingin pucat, RCT>2 detik, turgor kembali dengan
lambat.
Dari hasil lab didapatkan : leukosit normal, HB: 11,2, Na:131 mEq, K: 3,3 mEq, Ph
7,505, PC02 18,08, PO2 105,9, HCO 15, SaO2 98,6, CO2 15,6
Assesment
Diare Akut
Dehidrasi Berat
Bronkopneumonia
Hipokalemia
Hiponatremia
Febris hari ke 4
Asidosis Metabolik
Diagnosis
Klinis
Gizi
: Gizi lebih
Imunisasi
Tum-Bang
: Sesuai usia
11
Penatalaksanaan
Kebutuhan Cairan: BB: 24 kg, usia 5 tahun 24 x 185 = 4440
-
1110 x 15
4 x 60
= 69, 37 = 69 tpm
= 41,62 = 42 tpm
: Injeksi ondancentron 2 mg IV
Injeksi Metamizole Natrium 10-15 mg/kgBB
Terapi Oral
Probiotik 1 x 1
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
B.
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,
keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya
13
diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas,
Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria
phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,
Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
D.
Faktor resiko
Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman meningkat :
-
Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum masak
Kurang gizi/malnutrisi
Campak
Imunodefisiensi/imunosupresi
14
Variasi musiman
Infeksi asimtomatik
E.
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya
bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi
karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
15
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,
produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi
usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan
menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika
akan berkembang bebas.
F.
Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
G.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Mula-mula anak cengeng,
gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.Tinja mungkin
disertai lendir dan darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi
dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai maka gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lendir bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut
maka akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat,
nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak lemah dan kesadaran
menurun, diuresis berkurang.
16
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal ini terjadi maka pasien akan
tampak pucat, napas cepat dan dalam (Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan
terjadikehilangan cairan kurang dari 5%,Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan
antara 5%-10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.
Tabel Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus
(Sumber : Gray dkk., 1979)
Simtom dan gejala
rotavirus
Dari
permulaan
+
tenesmus
Panas
Sakit
Gejala lain
E.coli
enterotoksikgeni
k
-
E.coli
enteroinvas
if
Salmonell
a
Shigella
V.cholera
e
jarang
jarang
Kadangkadang
+
Tenesmus
kolik
hipotensi
+
Tenesmu
s kolik
pusing
Dapat
ada
kejang
kolik
Sering
distensi
abdomen
+
Tenesmus
kolik
pusing
Bakteriemi
a,
toksemia
sistemik
Sangat
banyak
Hampir
terus
menerus
berair
flacks
Volume
sedang
banyak
sedikit
sedikit
sedikit
Frekuensi
Sampai
10/lebih
sering
sering
sering
Sering
sekali
Konsistensi
Mukus
Darah
berair
jarang
-
berair
+
-
kental
+
+
berlendir
+
Kadang
kental
sering
sering
Bau
Bau tinja
Hijau
kuning
-
Tidak
berwarna
-
Bau telur
busuk
hijau
Tak
berbau
hijau
anyir
Warna
Tidak
spesifik
hijau
+
Tinja
seperti air
cucian
beras
Leukosit
Sifat lain
natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah
diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah, kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi.Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa sehingga pada
keadaan asidosis metabolik dapat terjadi hipokalemia.Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan.Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan.Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.
18
H.
Langkah Diagnosis
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun,
Kolera
hari
- Tidak mengandung darah
- Diare air cucian beras yang sering, banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dihidrasi berat selama terjadi
KLB kolera atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
Disentri
Diare persisten
Diare dengan gizi buruk
Vibrio cholerae
Diare disertai darah
Diare berlangsung selama 14 hari
Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi
buruk
Mendapat
Invaginasi
pengobatan
antibiotik
oral
spektrum luas
- Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intraabdominal
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Pemeriksaan fisik
Timbang BB
Perhatikan tingkat kesadaran anak
Cari tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, berat
Tanda invaginasi ( massa intraabdominal, tinja hanya lendir dan darah)
19
Menilai dehidrasi
Tabel 2. Penilaian derajat dehirasi pada diare akut
PENILAIAN
DIARE TANPA
DIARE
DEHIDRASI
RINGAN SEDANG
LIHAT:
KEADAAN UMUM
Baik, sadar
* Gelisah, rewel
* Lesu, lunglai,
Normal
Cekung
Ada
Tidak ada
Tidak
Basah
Kering
Sangat
* Haus
* Malas
ada
kering
Rasa haus
Minum biasa
Kembali cepat
* Kembali lambat
* Kembali
lambat
% TURUN BB
<5%
5 10 %
> 10 %
I.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopik
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
20
2.
3.
21
J.
Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang
hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan
beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Cairan ini
dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi
berat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Obat-obat
yang
berkhasiat
menghentikan
diare
secara
cepat
seperti
anti
Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
< 1 tahun
1-4 tahun
BAB
50-100 cc
100-200 cc
disediakan di rumah
400 ml /hari ( 2 bungkus)
600 800 ml/ hari ( 3-4
>5 tahun
200-300 cc
bungkus)
800 1000 ml/hari ( 4-5
300-400 cc
bungkus)
1200 2800 ml / hari
Dewasa
2.
oralit
yang
Dewasa
2400 cc
timbangan
-
3.
23
Umur
Pemberian pertama
30 ml/kgBB selama
Pemberian
berikutnya
70 ml/kgBB selama
Bayi (<12 bulan)
1 jam*
5 jam
Anak (sampai 5 tahun) 30 menit*
2,5 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam pada bayi
atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc.
- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi dehidrasi
kemudian pilih rencana terapi yang sesuai
- Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi dilakukan
dengan pipa nasogastrik
K.
Komplikasi
- Dehidrasi
- Hipoglikemi
- Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena beberapa hal, yakni :
Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma >150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline 55 dextrose selama 8 jam.Hitung kebutuhan cairan
menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah
8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam
lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan
gunakan 0,18% saline 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam.Tambahkan
10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat
kencing.Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.Lanjutkan
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak
boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB
x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan
fungsi ginjal dan aritmia jantung.Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan
kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan
26
Pencegahan
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu :
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis
6. Pembuangan tinja yang aman
7. Imunisasi campak
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan caracara mengurangi penularan. (Behrman, 2000)
27
M.
Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia.
28
DAFTAR PUSTAKA
Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.
Jakarta : EGC.
Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007
Juffrie, Mohammad. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Jakarta. 2010
Pedoman Tatalaksana Diare. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.
Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ketiga.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005
29