Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek
dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena
infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah
sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan
dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan
99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada
sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka
itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per
tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di
Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat
jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh
Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare akut
yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian,
penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah selain untuk menyelesaikan salah satu tugas
kepaniteraan klinik stase pediatri, juga untuk mengetahui serta mempelajari lebih jauh
mengenai kasus diare hingga penatalaksanaan yang tepat pada pasien di lapangan.

BAB II
STATUS PASIEN

Identitas pasien
Nama

: An. N

Usia

: 5 tahun 7 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Kebon Kacang, Jakarta Pusat

Tgl MRS

: 08 Juni 2015

ALLOANAMNESA (kepada ibu OS)

Keluhan Utama :
BAB 8 x/hari sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan :
Demam, lemas

Riwayat Penyakit Sekarang


3 hari SMRS os mengeluh panas mendadak, naik turun, serta batuk tidak berdahak. Nafsu
makan menurun, tidak terdapat nyeri menelan, tidak ada muntah, tidak ada tanda-tanda
mimisan atau perdarahan pada gusi.
2 hari SMRS panas tetap naik turun, sudah berobat namun tidak ada perubahan.
3

1 hari SMRS os BAB sebanyak >8x/hari, BAB cair, ada ampas tapi sedikit, disertai lendir,
tidak ada busa dan darah. Setiap BAB kira kira 1/4 gelas, warna kuning hijau, tidak berbau.
Muntah 1x dan BAB tidak disertai nyeri perut.
HRMS os sejak pagi merasa lemas, tidak mau bermain, hanya tergeletak di kasur, tidak
menangis, tidak rewel, tidak mau minum. Saat di bawa ke UGD os tampak letargi, BAB cair
> 4 x hingga sampai di UGD. BAK 2 jam yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu

Os belum pernah mengalami hal yang seperti ini sebelumnya

Riwayat kejang demam disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita hal yang serupa

Riwayat penyakit atopik, hipertensi dan DM disangkal

Riwayat Pengobatan

1 hari SMRS sudah berobat ke Puskesmas diberi obat penurun panas dan obat diare
tetapi tidak ada perbaikan

Riwayat Kehamilan :

ANC teratur di Bidan

Ibu Os tidak pernah sakit saat hamil

Riwayat kelahiran

Cukup bulan (37 minggu)

Lahir SC indikasi panggul lahir kecil, langsung menangis dan tidak biru

BBL 3200 gram; PB 52 cm

Pola Makan

ASI eksklusif < 6 bulan

Susu formula dan pisang diberikan pada usia < 6 bulan

Makanan nasi + lauk pauk ( daging, telur ) sebanyak 3 x sehari

Riwayat Imunisasi :
BCG

: 1x

Hepatisis : 3x
Polio

: 4x

DPT

: 3x

Campak : 1x
Kesan : imunisasi dasar lengkap

Riwayat Tumbuh kembang

Tengkurap pada usia 6 bulan

Berdiri pada usia 10 bulan

Berjalan pada usia 11 bulan


5

Saat ini os sudah masuk TK dan aktif bermain bersama temannya.

Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia

Riwayat Alergi

Alergi udara disangkal

Alergi susu disangkal

Alergi makanan disangkal

Alergi obat disangkal

Riwayat Psikososial

Tinggal bersama dengan keluarga besar, 1 rumah berisi 5 orang

Tinggal di lingkungan padat penduduk

Terdapat sinar matahari yang masuk ke dalam rumah

Anggota keluarga ada yang merokok

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

: Tampak Sakit Berat

Kesadaran

: Letargi

Tanda-tanda vital
Suhu

: 40oC

Nadi

: 130 x/menit

Pernapasan

: 40x/menit

Tekanan Darah

: Tidak dilakukan

Antropometri
BB

: 24 kg

PB

: 117 cm

Ling.kepala

: 60 cm

LILA

: 28 cm

Status Gizi
BB/U : 24/20 X 100% = 120 % (gizi lebih)
PB/U : 117/115 X 100% = 101 % (normal)
BB/TB : 24/21 X 100% = 114 % (gizi lebih)
KESAN : Gizi Lebih

Status Generalis
Kepala

: Normochepal

Rambut

: Hitam, distribusi merata, tidak rontok, ubun-ubun sudah menutup

Mata

: Cekung (+/+), Edema palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (+/+), Sklera


ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor

Hidung

: Pernapasan cuping hidung (-/-), secret (-/-)

Telinga

: Normotia, serumen (-/-)

Mulut

: Bibir pucat (+), bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)

Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB.

Thoraks
Paru
Inspeksi

: Dada simetris

Palpasi

: vocal fremitus sama

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: Vesikular, tidak ada whezzing, ronki (+/+)

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS4

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)

Absdomen
Inspeksi

: Perut cembung

Auskultasi

: Bising usus meningkat

Palpasi

: Abdomen supel, turgor kembali lambat, tidak teraba pembesaran hepar dan
lien

Perkusi

: Timpani seluruh abdomen


8

Ekstremitas atas
Akral : dingin pucat
Edema : -/Sianosis : -/CRT

: >2 s / > 2 s

Ekstremitas bawah
Akral : dingin pucat
Edema : -/Sianosis : -/CRT

: >2 s / > 2 s

Genitalia
Sudah disunat karena indikasi fimosis

Anus dan Rektum


Tidak ada kelainan pada anus dan rektum

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Tanggal: 10 Juni
2015
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Na darah
K darah
Cl darah

Nilai

Nilai Normal

Satuan

11,2
32
14,32
257
3,86
83
29
35
131
3,3
96

(10,8-15,6)
(33-45)
(5-14,50)
(181-521)
(3,8-5,8)
(69-93)
(22-34)
(32-36)
135-147
3,5-5,0
94-111

gr/dL
%
103/L
103/L
103/L
f
Pg
g/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L

10

Resume

An. Laki-laki usia 5 tahun 7 bulan BB: 24 kg datang ke UGD dengan keluhan diare
>8x sejak 1 hari SMRS, muntah 1x, febris sejak 3 hari SMRS disertai batuk berdahak,
pilek sejak 2 hari SMRS, tampak letargi, tidak mau minum, dan tampak pucat.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien letargi, suhu : 40oC, nadi : 130x/menit,
pernapasan : 40x/menit, konjungtiva anemis, faring hiperemis, mukosa bibir kering
extremitas superior dan inferior dingin pucat, RCT>2 detik, turgor kembali dengan
lambat.

Dari hasil lab didapatkan : leukosit normal, HB: 11,2, Na:131 mEq, K: 3,3 mEq, Ph
7,505, PC02 18,08, PO2 105,9, HCO 15, SaO2 98,6, CO2 15,6

Assesment

Diare Akut

Dehidrasi Berat

Bronkopneumonia

Hipokalemia

Hiponatremia

Febris hari ke 4

Asidosis Metabolik

Diagnosis
Klinis

: Diare akut dengan dehidrasi berat dan bronkopneumonia

Gizi

: Gizi lebih

Imunisasi

: Imunisasi dasar lengkap

Tum-Bang

: Sesuai usia
11

Penatalaksanaan
Kebutuhan Cairan: BB: 24 kg, usia 5 tahun 24 x 185 = 4440
-

IVFD RL 4 jam pertama: x 4440 = 1110

1110 x 15
4 x 60

= 69, 37 = 69 tpm

- IVFD RL 20 jam kedua : x 4440 = 3330


3330 x 15
20 x 60
Terapi IV

= 41,62 = 42 tpm
: Injeksi ondancentron 2 mg IV
Injeksi Metamizole Natrium 10-15 mg/kgBB

Terapi Oral

Probiotik 1 x 1

Zink syrup 10 mg / 5 ml (dosis: 20 mg/hari)

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
B.

Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta

kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang


berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes,
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat.
C.

Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,

keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun
yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya

13

diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
Compylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas,
Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria
phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,
Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
D.

Faktor resiko
Perilaku yg menyebabkan penyebaran kuman meningkat :
-

Tidak memberikan ASI secara penuh utk 4-6 bulan pertama

Menggunakan botol susu

Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

Menggunakan air minum yg tercemar oleh bakteri yg berasal dari tinja

Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum masak

Tidak membuang tinja dengan benar


Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan tehadap diare :

Kurang gizi/malnutrisi

Campak

Imunodefisiensi/imunosupresi
14

Umur 2 tahun pertama rentan

Variasi musiman

Infeksi asimtomatik

E.

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,

sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya
bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi
karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
15

mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,
produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi
usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan
menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika
akan berkembang bebas.
F.

Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang

terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
G.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diare akibat virus dan bakteri berbeda. Mula-mula anak cengeng,

gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare.Tinja mungkin
disertai lendir dan darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi
dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai maka gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lendir bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut
maka akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat,
nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak lemah dan kesadaran
menurun, diuresis berkurang.
16

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal ini terjadi maka pasien akan
tampak pucat, napas cepat dan dalam (Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan
terjadikehilangan cairan kurang dari 5%,Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan
antara 5%-10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.
Tabel Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus
(Sumber : Gray dkk., 1979)
Simtom dan gejala

rotavirus

Mual dan muntah

Dari
permulaan
+
tenesmus

Panas
Sakit
Gejala lain

E.coli
enterotoksikgeni
k
-

E.coli
enteroinvas
if

Salmonell
a

Shigella

V.cholera
e

jarang

jarang

Kadangkadang

+
Tenesmus
kolik
hipotensi

+
Tenesmu
s kolik
pusing
Dapat
ada
kejang

kolik

Sering
distensi
abdomen

+
Tenesmus
kolik
pusing
Bakteriemi
a,
toksemia
sistemik

Sangat
banyak
Hampir
terus
menerus
berair
flacks

Volume

sedang

banyak

sedikit

sedikit

sedikit

Frekuensi

Sampai
10/lebih

sering

sering

sering

Sering
sekali

Konsistensi
Mukus
Darah

berair
jarang
-

berair
+
-

kental
+
+

berlendir
+
Kadang

kental
sering
sering

Bau

Bau tinja

Hijau
kuning
-

Tidak
berwarna
-

Bau telur
busuk
hijau

Tak
berbau
hijau

anyir

Warna

Tidak
spesifik
hijau
+

Tinja
seperti air
cucian
beras

Leukosit
Sifat lain

Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi


hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m 150 mEg/L ) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso
17

natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah
diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal (8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah, kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul). Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi.Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa sehingga pada
keadaan asidosis metabolik dapat terjadi hipokalemia.Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan.Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan.Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.

18

H.

Langkah Diagnosis
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah, kesadaran menurun,

rasa haus, rewel, kapan terakhir kencing.


Jumlah cairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang tidak biasa
Apa ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak

Diare cair akut

Didasarkan pada keadaan


- Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung < 14

Kolera

hari
- Tidak mengandung darah
- Diare air cucian beras yang sering, banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dihidrasi berat selama terjadi
KLB kolera atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk

Disentri
Diare persisten
Diare dengan gizi buruk

Vibrio cholerae
Diare disertai darah
Diare berlangsung selama 14 hari
Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi

Diare terkait antibiotik

buruk
Mendapat

Invaginasi

pengobatan

antibiotik

oral

spektrum luas
- Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intraabdominal
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Pemeriksaan fisik
Timbang BB
Perhatikan tingkat kesadaran anak
Cari tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, berat
Tanda invaginasi ( massa intraabdominal, tinja hanya lendir dan darah)

19

Menilai dehidrasi
Tabel 2. Penilaian derajat dehirasi pada diare akut
PENILAIAN

DIARE TANPA

DIARE

DIARE DEHIDRASI BERAT


DEHIDRASI

DEHIDRASI
RINGAN SEDANG

LIHAT:
KEADAAN UMUM

Baik, sadar

* Gelisah, rewel

* Lesu, lunglai,

anak tdk sdr


Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung dan kering


Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak

Mulut dan lidah

Basah

Kering

Sangat

* Haus

* Malas

ada

kering
Rasa haus

Minum biasa

minum, tdk bs mnm


PERIKSA:
Turgor kulit
sangat

Kembali cepat

* Kembali lambat

* Kembali

lambat

% TURUN BB

<5%

5 10 %

> 10 %

I.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopik

Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh

enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.


Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica,
B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur

20

dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering


terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garisgaris darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
- Mikroskopik

Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang


menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi
sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y.
enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali

pada S. typhii mononuklear.


Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic
Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada

2.

tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.


Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur dan tes

3.

kepekaan terhadap antibiotik.


Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman penyebab
secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang disebabkan
Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk spora.

21

J.

Tatalaksana
Prinsip utama tatalaksana diare adalah penggantian cairan serta garam dan mineral yang

hilang melalui kotoran, muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan
beratnya muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Cairan ini
dapat diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami dehidrasi
berat.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Obat-obat

yang

berkhasiat

menghentikan

diare

secara

cepat

seperti

anti

spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk keadaan.


Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, gangguan
digesti dan absorpsi lainnya. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah
kembung dan dehidrasi bertambah berat.
Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan sebagainya, telah
terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan
sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya
adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock), sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu
pemberian cairan secepatnya.
1.

Rencana terapi A (diare tanpa dehidrasi)


- Pengobatan diare di rumah
- Berikan cairan lebih banyak dari biasanya
o Oralit, cairan RT (air tajin, sup, yogurt, air)
-

Berikan makanan cegah kurang gizi


o ASI, susu formula yg biasa diberikan
22

o Sari buah segar (pisang : kalium)


o Makanan tambahan selama & setelah diare (2 mg)
-

Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau

menderita sebagai berikut :


o Buang Air besar cair lebih sering
o Muntah berulang-ulang
o Rasa haus yang nyata
o Makan atau Minum sedikit
o Demam
o Tinja berdarah
Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang cukup untuk 2 hari
Umur

Jumlah oralit tiap Jumlah

< 1 tahun
1-4 tahun

BAB
50-100 cc
100-200 cc

disediakan di rumah
400 ml /hari ( 2 bungkus)
600 800 ml/ hari ( 3-4

>5 tahun

200-300 cc

bungkus)
800 1000 ml/hari ( 4-5

300-400 cc

bungkus)
1200 2800 ml / hari

Dewasa
2.

oralit

yang

Rencana terapi B (diare dengan dehidrasi ringan/sedang)


- Upaya rehidrasi oral (URO)
- Oralit untuk 3 jam pertama
< 1 tahun
Ada timbangan
Tidak
ada 300 cc

1-5 tahun >5tahun


75 cc/kgBB
600 cc
1200 cc

Dewasa
2400 cc

timbangan
-

Tunjukkan pada ibu cara pemberian oralit


Berikan tablet zink selama 10 hari
Nilai kembali setelah 3 jam klasifikasi derajat dehidrasi lalu tentukan rencana
terapi yang sesuai (A/B/C)

3.

Rencana terapi C (diare dengan dehidrasi berat)


- Beri cairan intravena secepatnya

23

Umur

Pemberian pertama
30 ml/kgBB selama

Pemberian

berikutnya
70 ml/kgBB selama
Bayi (<12 bulan)
1 jam*
5 jam
Anak (sampai 5 tahun) 30 menit*
2,5 jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam pada bayi
atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc.
- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi dehidrasi
kemudian pilih rencana terapi yang sesuai
- Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi dilakukan
dengan pipa nasogastrik

Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam

Evaluasi penderita setiap 1-2 jam

Muntah, kembung, tidak perbaikan dalam 3 jam rujuk untuk pengobatan


IV

Sesudah 6 jam klasifikasi dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang


sesuai

K.

Komplikasi
- Dehidrasi
- Hipoglikemi
- Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena beberapa hal, yakni :
Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga

benda keton tertimbun dalam tubuh.


Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal


Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
(Suraatmaja, 2005)
24

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni


pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul.Pernapasan ini
merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan
pH darah. (Suraatmaja, 2005)
-

Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma >150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline 55 dextrose selama 8 jam.Hitung kebutuhan cairan
menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah
8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam
lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan
gunakan 0,18% saline 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam.Tambahkan
10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat
kencing.Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.Lanjutkan

pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.


Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na < 130
mol/L).hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
hampir semua anak dengan hiponatremia.Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer
Laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar Na serum
25

yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.

Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.

Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak
boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB
x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan
fungsi ginjal dan aritmia jantung.Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan
kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan

yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.


Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi.Kejang tersebutdapat disebabkan oleh
karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,

hiperpireksia, hiponatremia atau hipernatremia.


Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat.Kemudian dapat

26

mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan penurunan kesadaran dan bila


tidak diatasi dengan segera maka pasien dapat meninggal. (Suraatmaja, 2005)
L.

Pencegahan
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan

meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu :
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis
6. Pembuangan tinja yang aman
7. Imunisasi campak
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan caracara mengurangi penularan. (Behrman, 2000)

27

M.

Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi

antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia.

28

DAFTAR PUSTAKA

Feigin, Stadler, Diare : dalam Behrman, Vaughan, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.
Jakarta : EGC.
Herman,diki pribadi. Pediatri Praktis edisi 3. Bandung. 2007
Juffrie, Mohammad. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Ikatan Dokter Anak
Indonesia : Jakarta. 2010
Pedoman Tatalaksana Diare. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.
Risan,neli amalia, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi ketiga.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD. 2005

29

Anda mungkin juga menyukai