Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan
diAmerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam
Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo
Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan
bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis
(Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy
yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic
Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive
Behavior Therapy atauComprehensive Therapy.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik
yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard,
Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian
dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan
Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep dasar / landasan historis
2. Hakekata manusia
3. Hakekat konseling
4. Tujuan konseling
5. Karakteristik konseling
6. Peran dan fungsi konselor
7. Hubungan konselor dengan klien
8. Tahap konseling
9. Teknik konseling
10. Kelebihan dan keterbatasan
11. Asumsi perilaku bermasalah
12. Contoh kasus penerapan
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar / landasan historis Rasional Emotif
2. Untuk mengetahui hakikat manusia Rasional Emotif
3. Untuk mengetahui hakikat konseling Rasional Emotif
4. Untuk mengetahui tujuan konseling Rasional Emotif
5. Untuk mengetahui karakteristik Rasional Emotif
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi Rasional Emotif
1

7. Untuk mengetahui hubungan konselor dengan konseli Rasional Emotif


8. Untuk mengetahui tahap konseling Rasional Emotif
9. Untuk mengetahui teknik konseling Rasional Emotif
10. Untuk mengetahui asumsi perilaku bermasalah Rasional Emotif
11. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan Rasional emotif
12. Untuk mengetahui contoh kasus Rasional Emotif

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
Rational Emotive Therapy adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan
berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia
bebas,

berpikir,

bernafas,

dan

berkehendak.

Yang

dimaksud

dengan

konseling Rational Emotive Therapy adalah konseling yang menekankan interaksi


berfikir dan akal sehat (rational thingking), perasaan (emoting), dan berperilaku

(acting). Teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap
cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan
dan berperilaku.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji
dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun
tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence(C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau
teori ABC.Makalah ini memberikan rincian penting tentang bagaimana A, B, dan
C, serta kognisi, emosi, dan perilaku semua penting mempengaruhi satu sama lain
dan bagaimana mereka menjadi digabungkan menjadi disfungsional, Asumsi inti
menuntut Dasar filsafat yang mengarah pada gangguan neurotik. Untuk mengubah
dan

terus

berubah

asumsi

dasar

disfungsional, Rational

Emotive

Therapymenggunakan sejumlah teknik intelektual, afektif, dan tindakan yang


sering diterapkan secara kuat, terus-menerus, aktif-direktif. Hal ini lebih kognitif
daripada kebanyakan kognitif-perilaku terapi lain yang mencoba untuk membantu
banyak (tidak semua) klien untuk membuat perubahan filosofis elegan atau
mendalam.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,
tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan
bagi

siswa,

dan

seleksi

masuk

bagi

calon

karyawan

merupakan antecendent event bagi seseorang.


2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu
keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan
cara berpikir atau sistem keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan atau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan kerana itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai
akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan

emosi dalam hubungannya denganantecendent event (A). Konsekuensi


emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh
beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB
maupun yang iB.
4. D (disputing intervention) adalah yang meragukan atau membantah. Pada
isensinya merupakan aplikasi dari metode ilimiah untuk menolong klien
membantah keyakinan irasional. Ellis dan Bernard melukiskan tiga
komponen dari proses membantah ini:
Pertama: klien belajar cara mendeteksi keyakinan irasional mereka,
terutama kemutlakan seharusnya dan harus, sifat berlebihan, dan
pelecehan pada diri sendiri.
Kedua: klien memperdebatkan keyakinan yang disfungsional itu dengan
belajar cara mempertanyakan semua itu secara logis dan empiris dan
dengan sekuat tenaga mempertanyakan kepada diri sendiri serta berbuat
untuk tidak mempercayainya.
Ketiga: klien belajar untuk mendiskriminasikan keyakinan yang irasional
dan rasional.
5. E (effect) adalah falsafah efektif, yang memiliki segi praktis. Falsafah
rasional yang baru dan efektif terdiri dari menggantikan yang tidak pada
tempatnya dengan yang cocok. Apabila itu berhasil maka akan tercipta F
atau new feeling .
6. F (new feeling) adalah perangkat perasaan yang baru. Kita tidak lagi
merasakan cemas yang sungguh-sungguh, melainkan kita mengalami
segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada.
B. HAKIKAT MANUSIA
Konsep

manusia

menurut Rational

Emotive

Therapy sebagaimana

disebutkan Corey adalah :


1. orang mengkondisikan dirinya sebagai individu yang merasakan adanya
suatu gangguan dan bukan dikondisikan oleh sumber yang berasal dari
luar darinya.
2. orang ada yang kecenderungan biologis dan budaya untuk berpikir
berbelit-belit dan menimbulkan gangguan pada diri sendiri, sesuatu yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. Contoh: jika seseorang bermimpi giginya
tanggal maka ia percaya dalam waktu dekat saudaranya akan ada yang
4

meninggal dunia. Oleh karena itu, pikirannya sering terganggu karena ia


sering memikirkan tentang hal itu. Sebagai manusia yang normal
hendaknya tidak perlu percaya tentang hal-hal seperti itu agar tidak
menimbulkan gangguan pada diri sendiri.
3. manusia itu adalah unik artinya bahwa mereka menemukan keyakinan
yang mengganggu dan membiarkan dirinya terganggu oleh adanya
gangguan itu.
4. orang ada yang kapasitas untuk mengubah proses kognitif, emotif, dan
behavioral mereka. Mereka bisa memilih untuk memberikan reaksi mereka
secara berbeda dengan pola yang biasanya mereka anut, bisa menolak
untuk membiarkan dirinya menjadi manusia dan bisa melatih diri mereka
sendiri sehingga pada akhirnya nanti mereka bisa bertahan mengalami
gangguan yang minim menyelamatkan sisi hidupnya.
Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran
dan perasaan. Rational Emotive Therapy beranggapan bahwa setiap manusia yang
normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung
secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan perilaku, perasaan
mempengaruhi pikiran dan perilaku dan perilaku mempengaruhi pikiran dan
perasaan.

Dalam

memandang

hakekat

manusia Rational

Emotive

Therapy memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan


dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu. Asumsi tentang
hakekat manusia menurut Rational Emotive Therapy adalah sebagai berikut,
1. Individu adalah Unik, yaitu memiliki kecenderungan untuk berfikir
rasional dan irasional.
2. Reaksi emosional disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi
yang didasari ataupun tidak didasari oleh individu.
3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berfikir yang
tidak logis dan irasional.
4. Berfikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh
dari orang tua dan kultur tempat dibesarkan.
5. Berfikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan.
Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berfikir yang salah dan
verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berfikir yang tepat pula.

C. HAKIKAT KONSELING
Sasaran konseling yang menempati nilai penting/sentral dalam terapi
behavioral. Sasaran umumnya adalah untuk bisa menciptakan kondisi belajar yang
baru. Asumsinya adalah bahwa belajar bisa memperbaikiperilaku bermasalah
(corey, 1996: 287). Ada dua perilaku penting dalam konseling ini yaitu klien dan
konselor, bagi klien konseling adalah belajar kembali atau segala kesalahannya
dalam belajar sebelumnya, sedangkan bagi konselor konseling adalah mengajar
kembali terhadap
klien yang bermasalah. Jadi, konseling behavioral pada hakikatnya adalah
proses belajar mengajar kembali. Focus terapi adalah faktor yang mempengaruhi
perilaku yang ada dan apa yang bisa dilakukan untuk mengubah perilaku itu.

D. TUJUAN KONSELING
Tujuan dari Konseling RET ini antara lain:
1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah
laku kognitif dan afektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan
pendekatan rasional-emotif :
1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar

sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima


(antecedent event) pada saat yang lalu.
2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa
apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang
irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan
emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang
irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

minat kepada diri sendiri,


minat sosial,
pengarahan diri,
toleransi terhadap pihak lain,
fleksibel,
menerima ketidakpastian,
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya,
penerimaan diri,
berani mengambil risiko,
menerima kenyataan.

Ellis berulang kali menegaskan bahwa betapa pentingnya kerelaan menerima


diri-sendiri. Dia mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun yang akan
disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka
yang keliru. Kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima
sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia mengkritik teori-teori yang
terlalu menekankan kemuliaan pribadi dan ketegaran ego serta konsep-konsep
senada lainnya
E. KARAKTERISTIK
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih
aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.

2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus


pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang
rasional.
3. Emotif-ekspreriensial,

artinta

bahwa

hubungan

konseling

yang

dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan


mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.

F. PERAN DAN FUNGSI


Peran konselor dalam proses konseling rasional emotif akan tampak jelas
dengan langkah-langkah konseling sebagai berikut:
1. Langkah pertama
Dalam langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada klien bahwa
masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak
rasional. Disini klien harus belajar untuk memisahkan keyakinan rasional
dari yang tidak rasional. Pada tahap ini peranan konselor adalah sebagai
propagandis yang berusaha mendorong, membujuk, meyakinkan, bahkan
sampai kepada mengendalikan klien untuk menerima gagasan yang logis
dan rasional. Jadi, pada langkah ini peran konseling ialah menyadarkan
klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh
cara berfikirnya yang tidak logis.
2. Langkah kedua
Peranan konselor adalah meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah
yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. Maka dari itu dalam
konseling rasional emotif ini konselor berperan untuk menunjukkkan dan
menyadakan klien, bahwa gangguan emosional yang selama ini
dirasakannya akan terus menghantuinya apabila dirinya akan tetap berfikir

secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang harus memikul tanggung
jawab secara keseluruhan terhadap masalahnya sendiri.
3. Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan mengajak klien untuk
menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak rasional. Konselor
tidaklah cukup menunjukkan klien bagaimana proses ketidaklogisan
berfikir ini, tetapi lebih jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak
klien mengubah cara berfikirnya dengan cara menghilangkan gagasan4.

gagasan yang tidak rasional.


Langkah keempat
Peranan konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis
dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional. Konselor
berperan untuk menyerang inti cara berfikir yang tidak rasional dari klien
dan mengajarkan bagaimana caranya mengganti cara berfikir yang tidak

rasional dengan rasional.


Fungsi konselor dalam Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan
membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah
pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus
terang.
G. HUBUNGAN KONSELOR DAN KONSELI
Isu hubungan pribadi antara terapis dan konseli dalam TRE memiliki
makna yang berbeda dengan yang ada dalam sebagian besar bentuk terapi yang
lain. Kesesuaian dengan konsep terpusat pada pribadi dari pandangan positif tanpa
syarat merupakan konsep TRE pada penerimaan sepenuhnya atau toleransi. Ide
dasar di sini adalah menolong konseli dalam hal menghindari sifat mengutuk diri
sendiri. Meskipun konseli mungkin mengevaluasi perilaku mereka sasarannya
adalah agar mereka menolak untuk menilai diri mereka sebagai pribadi, betapa
pun tidak efektifnya beberapa dari perilakunya. Terapis menunjukkan sikap
penerimaan mereka secara penuh dengan jalan menolak untuk mengevaluasi
konselinya sebagai pribadi sementara pada saat yang bersamaan menunjukkan
kesediaannya untuk tiada hentinya berkonfrontasi dengan pemikiran konselinya
yang tidak masuk akal serta perilaku yang bersifat merusak diri sendiri. Tidak
seperti terapis yang berorientasi pada hubungan, TRE tidak memberikan arti

utama pada kehangatan hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi
bahwa hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang terlalu empatik bisa
menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa ketergantungan akan
persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya, terapis TRE bisa menerima konselinya
sebagai orang yang tidak sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan
hubungan antar pribadi, melainkan berbagai teknik non personal bisa digunakan,
seperti mengajar,biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam Gerald Corey,
1995) tetapi selalu memberi contoh serta juga mengajarkan penerimaan secara
penuh tanpa syarat.Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE memberikan
penekanan pada pentingnya membangun hubungan saling mengerti dan hubungan
kerjasama yang kadarnya lebih kuat daripada yang diberikan Ellis. Weslerdan
Wesler dalam Geral Corey (1995:475) sepakat bahwa kondisi terapeutik Rogers
(pertimbangan positif tanpa syarat, empati, dan keaslianterapis) memang bisa
menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka menambahkan: Kita juga
percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini adalah penting, tetapi kesemuanya
itu dapat dilakukan dalam situasi yang direktif maupun tidak direktif. Namun,
kalau semuanya itu tidak dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya
tidak akan mampu menghasilkan sesuatu. Berkembangnya hubungan saling
mengerti yang baik antara konseli dan konselor dipandang Walen, DiGiuseppe,
dan Wessler dalam Geral Corey(1995:475-476) sebagai ramuan kunci dalam hal
memaksimalkan keuntungan terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka
menekankan bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai dengan
pengembangan hubungan profesional berdasarkan kompetensi,kredibilitas, saling
menghormati, dan komitmen untuk menolong konseli agar bisa berubah.Terapis
rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan
dan nilai mereka sendiri. Ada beberapa orang yang sedia untuk berbagi ketidak
sempurnaan dirinya dengan konseli sebagai cara untuk mempertanyakan pendapat
konseli yang tidak realistik, yaitu bahwa terapis adalah manusia yang pribadinya
utuh. Dalam hal ini,transferensi tidaklah dianjurkan, dan kalaupun itu sampai
terjadi maka terapis mungkin akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan
bahwa hubungan transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu

10

bahwa konsseli haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau sosok orangtua)
(Ellis dalam Gerald Corey, 1995).
H. TAHAP KONSELING
George dan Cristiani (dalam Latipun, 2010: 80) mengemukakan tahaptahap konseling RET adalah sebagai berikut:
1. Proses untuk menunjukkan kepada kline bahwa dirinya tidak logis,
membantu mereka memahami bagaimana dan mengapa menjadi demikian,
dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional itu tidak dengan
kebahagiaan dan gangguan emosional yang di alami.
2. Membantu klien meyakini bahwa berfikir dapat ditentang dan diubah.
Kesediaan klien untuk di eksplorasi secara logis terhadap gagasan yang
dialami oleh klien dan konselor mengarahkan pada klien untuk
melakukan disputingterhadap keyakinan klien yang irasional
3. Membantu klien lebih mendebatkan (disputing) gangguan yang tidak tepat
atau tidak rasional yang dipertahankan selama ini menuju berfikir yang
lebh rasional dengan cara reinduktrinasi yang rational termasuk bersikap
secara rataional.
I. TEKNIK KONSELING
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang
bersifat afektif, behavioristik, dan kognitif yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1) Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan

untuk

melatih,

mendorong,

dan

membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan


dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Konselor : Kamu pasti bisa hidup tanpa dia, karena di dunia ini
masih banyak orang yang sayang sama kamu
Klien
: Iya Bu, tetapi bagaimana caranya?
Konselor
:Kamu bisa melakukan aktifitas yang kamu sukai
sehingga pikiran kamu bisa tenang dan kamu bisa semangat lagi
Klien
:Iya Bu, saya akan berusaha untuk menghadapi ini
semua dengan kumpul sama teman-teman, main futsal, atau
ngeband dengan teman-teman saya

11

b.

Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Konselor
:Disini nanti kita akan bermain peran, dimana kamu
dapat mengungkapkan kekecewaan kamu dan kemauan kamu demi
kebahagiaan kamu nantinya
Klien
:Terus apa yang harus saya lakukan Bu?
Konselor
:Kamu bisa menganggap saya sebagai orang yang
ingin kamu marahi, dan katakan semua yang ingin kamu

ungkapkan selama ini


Klien
:Baik Bu, saya mengerti
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan
tingkah lakunya sendiri yang negatif.
Konselor :Coba kamu lihat Bu Arum, guru matematika yang
selalu sabar dalam mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya,
ia selalu tersenyum dan semangat dalam menghadapi muridmuridnya yang selalu seenaknya sendiri
Klien
:Apakah saya bisa sabar seperti beliau?
Konselor :Kamu pasti bisa untuk sabar dalam menghadapi
kenyataan seperti halnya Bu Arum
2) Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien
dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan
memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling

12

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada


klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu
model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru),
mengobservasi,

dan

menyesuaikan

dirinya

dan

menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial


dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
3) Teknik-teknik Kognitif
Terapis kognitif memperlakukan klien mereka dengan terapi yang disebut
restrukturisasi kognitif. Hal ini juga disebut reframing kognitif. Klien
yang memiliki pikiran irasional diajarkan untuk melihat situasi mereka
dari perspektif yang berbeda.Albert Ellis memulai terapi disebut rasionalemotif terapi. Dia percaya bahwa emosiberada di balik pikiran irasional
yang manusia miliki. Terapis kognitif akan berusaha untuk mengubah cara
klien mereka pikirkan atau rasakan jika pikiran dan perasaan membawa
mereka Rational Emotive Therapys dan cemas, memimpin mereka untuk
membuat keputusan yang buruk, atau melompat ke kesimpulan yang salah.
a) Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan
yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan
tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya
yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas
yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta
kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

13

Konselor

:saya akan memberikan kertas ini sama kamu dan

kamu isi kolom yang kosong dengan memberikan kata ya atau


tidak, lalu kamu tunjukkan kertas ini pada saat kamu bertemu
dengan saya, tujuannya yaitu agar kamu dapat melatih sikap kamu
menjadi lebih baik
Klien
:Iya Bu, saya mengerti
b) Latihan assertive
eknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui
bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai

hal yang berhubungan dengan emosinya;


membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan
hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak

asasi orang lain;


mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri; dan meningkatkan kemampuan untuk
memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk
diri sendiri.
Konselor

:Ayo, kamu pasti bisa mengungkapkan

semua perasaan kamu, anggaplah saya sebagai orang yang


ingin kamu marahi dan katakan semua kekecewaan kamu
dan keinginan kamu
Klien
:Saya kurang yakin untuk melakukan hal
itu.
Konselor

:Setelah kamu mengungkapkan semuanya

maka paling tidak kamu bisa merasa tenang


Klien
:Iya Bu, akan saya coba
J.

ASUMSI PERILAKU BERMASALAH


Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku

bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara


berpikir yang irrasional.

14

Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :


1. Tidak dapat dibuktikan
2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka)
yang sebenarnya tidak perlu
3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari
yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:
1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara
kenyatan dan imajinasi.
2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.
3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional
yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator sebab keyakinan irasional adalah:
1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh
orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan.
2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak,
jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan
dihukum.
3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka,
bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada
berusaha untuk menghadapi dan menanganinya.
5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan
bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
menghilangkan penderitaan emosional tersebut.
6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap
kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu
pada saat sekarang.

15

7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan
sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh
orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang
diprogram untuk selalu menanggapi pengondisian-pengondisian semacam ini.
Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan
absolut. Ada beberapa jenis pikiran-pikiran yang keliru yang biasanya
diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.

Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional:


1. Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang
tidak berguna:
2. Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka
akan menderita.
3. Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa
K. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN
Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis
mempunyai Kelebihan sebagai berikut :
1. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk
meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang
klien anut.
2. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman
yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu
mempraktekkan perilaku baru mereka.

16

3. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif


dan eklektik.
4. Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi
sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :
1. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam
proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien
dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat
terapis.
3. Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang
terapis

dengan

menerima

pandangan

terapis

tanpa

benar-benar

menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.


4. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.
L. CONTOH KASUS
Prabawa adalah seorang siswa suatu SMA di kota besar, kelas III,
semester kedua, program studi IPS.Dia tinggal bersama orang tuanya, yang
mendukung ita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa berharap dapat
diterima di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak kelas 1
supaya nilai rata-rata dalam rapor setiap semester minimal 7. Dalam usaha ini dia
berhasil.
Selain itu, sejak awal kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati
seorang siswi yang duduk di kelas yang sama. Mereka sudah biasa pergi rekreasi
bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backsRational Emotive Therapyet
karena orang tuanya belum mengizinkan untuk berpacaran. Pada awal semester
kedua siswi mengatakan bahwa orang tuanya telah mengetahui petualangannya
dan memarahi dia, bahkan mereka mengancam ini dan itu. Siswa itu merasa
terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak berani melawan orang tua.
Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan berfikir : Apa gunanya meneruskan
hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh gadis lain ataupun menintai gadis

17

lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman saya! Sumber semangat belajarkudan
pendukung ita-itaku sudah lenyap!.
Prabawa bolos sekolah satu minggu. Ketika masuk sekolah kembali, dia
dipanggil oleh konselor di sekolahnya.
Langkah-langkah kerja :
1. Membangun hubungan pribadi dengan prabawa. Di sini konselor
menjelaskan alasan prabawa dipanggil, yaitu selama satu minggu tidak
masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu yang
ingin dibicarakannya berkaitan dengan hal itu. Mula-mula Prabawa
kelihatan ragu-ragu, tetapi akhirnya mengatakan bahwa memang ada
sesuatu yang ingin dibicarakan.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian uingkapan pikiran dan perasaan
Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang,setelah
mengalami pukulan amat berat, di siswi sekelas yang selama satu tahun
sering mau diajak pergi berdua, tetapi tiba-tiba mengundurkan diri setelah
dimarahi oleh orang tuanya. Pada hal, katanya, tidak ada gadis lain yang
pantas dicintai. Prabawa beranggapan bahwa masa depannya menjadi
sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi yang mendukung citacitanya menjadi guru akutansi disekolah menengah (pikiran irasional).
3. Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
mengenai kaitan antara A,B,C ( Activating Event, Belief, Consquences).
Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irasional
yang di duga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan
mengusahakan supaya Prabawa berfikir rasional dalam menghadapi
persoalannya.
a. Kejadian yang dialami ialah terputusnya hubungan percintaan dengan
gadis yang dikaguminya, yang memutuskan hubungan ialah pihak
putri, dengan memberikan alasan dilarang oleh orang tuanya.
b. Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran yang irasional atau
tidak masuk akal. Prabawa berfikir : Ini musibah besar, karena
cimtaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja. Tidak ada
gadis lain yang lain yang akan kucinta. Gadis lain juga tidak akan
18

mencintai diriku setulus teman siswi itu. Dunia telah bertindak


kejam terhadap diriku, apa gunanya menyambung benang hidupku
ini?. Siapa lagi yang akan memberikan inspirasi kepadaku untuk
mengejar cita-citaku kalau bukan dia? (Irational Belief)
c. Sebagai akibat dari cara berfikir yang demikian, Prabawa mengalami
gejolak emosional dan goncangan dalam alam perasaannya, seperti
merasa kehilangan semangat hidup dan gairah untuk belajar, merasa
putus asa dan merasa seperti orang yang lukanya menganga lebar dan
mengeluarkan

darah

terus-menerus

(Consquences dalam

alam

perasaan). Akibatnya lebih lanjut ialah Prabawa memutuskan untuk


tidak masuk sekolah; ini tindakan penyesuain diri yang salah dan
malah membahayakan sukses dalam belajarnya (Consquences dalam
perilaku nyata). Namun, karena teguran orang tuanya dia terpaksa
kembali ke sekolah setelah membolos satu minggu.
4. Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini.
Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisis di atas,
sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya sehingga
keadaannya sekarang begini. Kemudiaan konselor memulai menantang
seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya dengan melontarkan
pertanyaan : Apa alasanmu berpendapat telah ditimpa musibah beasr?. ;
Apakah pengalaman memang sudah pasti bahwa cinta pertama ini
merupakan cinta abadi?. ; Apakah inspirasi dan semangat belajar hanya
dapat diberikan oleh gadis itu? ; Apakah orang tua siswi yang masih di
bawah umur itu tidak berhak ikut bicara? ; Apakah kamu mempunyai
hak menuntut supaya dunia ini memenuhi keinginan dengan serba cepat?,
dan lain sebagainya.
Disamping itu, konselor memberikan pandangan-pandangan baru kepada
Prabawa, misalnya : Pada umur sekarang belum tentulah bahwa gadis itu
adalah jodohmu. Mungkin saja hubungan ini akan berubah bila Prabawa
dan siswi itu sudah menginjak dewasa: Anggaplah pengalaman
berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu Prabawa sudah
mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari harus melihat

19

situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa sendiri;
Orang

tuanya

mungkin

menginginkan,

supaya

anak

mereka

menyelesaikan studinya lebih dahulu sebelum mengikat diri. Selain itu,


tindakan backsRational Emotive Therapyet tidak tepat dilakukan oleh
gadis remaja, karena ini menghancurkan hubungan terbuka antara orang
tua dan anak; Tidak lebih baikkah Prabawa menyelesaikn SMA lebih
dahulu dan nantinya melihat lagi kemungkinan untuk menyambung
kembali hubungan dengan gadis itu, kalau dia memang cocok untuk
Prabawa? ; Lebih baiklah bagi pemuda untuk mendapatkan kepastian
tentang suatu pekerjaan, shingga dia dapat menghidupi keluarga. Orang
tua pihak putri ingin supaya kehidupan anaknya, yang diserahkan kepada
seorang pria, betul-betul terjamin ; Kegagalan dalam cinta di masa
remaja bukan musibah yang menghancurkan masa depan; Merasa
kecewa sekarang ini adalah perasaan yang wajar pada umurmu sekarang;
dan lain-lain pertimbangan.
Efek dari diskusi ini ialah, bahwa Prabawa mulai berubah pikiran dan
memandang pengalaman ini dengan cara yang lebih masuk akal, misalnya,
Saya

akan

menerima

kenyataan

ini.

Memang

saya

tidak

mengharapkannya, tetapi apa boleh buat? Lebih baik saya memusatkan


perhatian pada studi dahulu, supaya cita-cita saya dapat diraih.
Pengalaman cinta pertama ini saya simpan sebagai kenangan yang manis,
yang nantinya dapat disambung lagi, dan lain sebagainya (r-afektif).
Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi mengajak teman siswi itu
pergi berdua dan mengejar pelajaran yang ketinggalan (perilaku, Rasional)
5. Mengakhiri hubungan pribadi dengan Prabawa.

20

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert
Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif terapi
berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam
Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat
komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
emosi, kognisi, dan perilaku.
Tujuan Rational Emotive Therapyyaitumemperbaiki dan mengubah segala
perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan dirinya.
B. SARAN
Diharapkan agar konselor mampu memahami dan mengubah klien

mempunyai fikiran rasional dari fikiran irasional sebelumnya.


Konselor diharapkan mampu mengubah sikap positif terhadap klien
yang diawali dengan mengubah fikiran irasional menjadi rasional.

21

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2005. Teknik dan praktek Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Hayat,Abdul.2010.Teori dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting
Media Aksara

22

Anda mungkin juga menyukai