Ret
Ret
PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan
diAmerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam
Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo
Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika ia dalam praktek terapi mendapatkan
bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara teoritis
(Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy
yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic
Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive
Behavior Therapy atauComprehensive Therapy.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik
yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard,
Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian
dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan
Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep dasar / landasan historis
2. Hakekata manusia
3. Hakekat konseling
4. Tujuan konseling
5. Karakteristik konseling
6. Peran dan fungsi konselor
7. Hubungan konselor dengan klien
8. Tahap konseling
9. Teknik konseling
10. Kelebihan dan keterbatasan
11. Asumsi perilaku bermasalah
12. Contoh kasus penerapan
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar / landasan historis Rasional Emotif
2. Untuk mengetahui hakikat manusia Rasional Emotif
3. Untuk mengetahui hakikat konseling Rasional Emotif
4. Untuk mengetahui tujuan konseling Rasional Emotif
5. Untuk mengetahui karakteristik Rasional Emotif
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi Rasional Emotif
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
Rational Emotive Therapy adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan
berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia
bebas,
berpikir,
bernafas,
dan
berkehendak.
Yang
dimaksud
dengan
(acting). Teori ini menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam terhadap
cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan
dan berperilaku.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji
dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun
tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence(C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau
teori ABC.Makalah ini memberikan rincian penting tentang bagaimana A, B, dan
C, serta kognisi, emosi, dan perilaku semua penting mempengaruhi satu sama lain
dan bagaimana mereka menjadi digabungkan menjadi disfungsional, Asumsi inti
menuntut Dasar filsafat yang mengarah pada gangguan neurotik. Untuk mengubah
dan
terus
berubah
asumsi
dasar
disfungsional, Rational
Emotive
siswa,
dan
seleksi
masuk
bagi
calon
karyawan
manusia
menurut Rational
Emotive
Therapy sebagaimana
Dalam
memandang
hakekat
manusia Rational
Emotive
C. HAKIKAT KONSELING
Sasaran konseling yang menempati nilai penting/sentral dalam terapi
behavioral. Sasaran umumnya adalah untuk bisa menciptakan kondisi belajar yang
baru. Asumsinya adalah bahwa belajar bisa memperbaikiperilaku bermasalah
(corey, 1996: 287). Ada dua perilaku penting dalam konseling ini yaitu klien dan
konselor, bagi klien konseling adalah belajar kembali atau segala kesalahannya
dalam belajar sebelumnya, sedangkan bagi konselor konseling adalah mengajar
kembali terhadap
klien yang bermasalah. Jadi, konseling behavioral pada hakikatnya adalah
proses belajar mengajar kembali. Focus terapi adalah faktor yang mempengaruhi
perilaku yang ada dan apa yang bisa dilakukan untuk mengubah perilaku itu.
D. TUJUAN KONSELING
Tujuan dari Konseling RET ini antara lain:
1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah
laku kognitif dan afektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan
pendekatan rasional-emotif :
1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar
artinta
bahwa
hubungan
konseling
yang
secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang harus memikul tanggung
jawab secara keseluruhan terhadap masalahnya sendiri.
3. Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan mengajak klien untuk
menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak rasional. Konselor
tidaklah cukup menunjukkan klien bagaimana proses ketidaklogisan
berfikir ini, tetapi lebih jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak
klien mengubah cara berfikirnya dengan cara menghilangkan gagasan4.
utama pada kehangatan hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi
bahwa hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang terlalu empatik bisa
menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa ketergantungan akan
persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya, terapis TRE bisa menerima konselinya
sebagai orang yang tidak sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan
hubungan antar pribadi, melainkan berbagai teknik non personal bisa digunakan,
seperti mengajar,biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam Gerald Corey,
1995) tetapi selalu memberi contoh serta juga mengajarkan penerimaan secara
penuh tanpa syarat.Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE memberikan
penekanan pada pentingnya membangun hubungan saling mengerti dan hubungan
kerjasama yang kadarnya lebih kuat daripada yang diberikan Ellis. Weslerdan
Wesler dalam Geral Corey (1995:475) sepakat bahwa kondisi terapeutik Rogers
(pertimbangan positif tanpa syarat, empati, dan keaslianterapis) memang bisa
menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka menambahkan: Kita juga
percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini adalah penting, tetapi kesemuanya
itu dapat dilakukan dalam situasi yang direktif maupun tidak direktif. Namun,
kalau semuanya itu tidak dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya
tidak akan mampu menghasilkan sesuatu. Berkembangnya hubungan saling
mengerti yang baik antara konseli dan konselor dipandang Walen, DiGiuseppe,
dan Wessler dalam Geral Corey(1995:475-476) sebagai ramuan kunci dalam hal
memaksimalkan keuntungan terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka
menekankan bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai dengan
pengembangan hubungan profesional berdasarkan kompetensi,kredibilitas, saling
menghormati, dan komitmen untuk menolong konseli agar bisa berubah.Terapis
rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan
dan nilai mereka sendiri. Ada beberapa orang yang sedia untuk berbagi ketidak
sempurnaan dirinya dengan konseli sebagai cara untuk mempertanyakan pendapat
konseli yang tidak realistik, yaitu bahwa terapis adalah manusia yang pribadinya
utuh. Dalam hal ini,transferensi tidaklah dianjurkan, dan kalaupun itu sampai
terjadi maka terapis mungkin akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan
bahwa hubungan transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu
10
bahwa konsseli haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau sosok orangtua)
(Ellis dalam Gerald Corey, 1995).
H. TAHAP KONSELING
George dan Cristiani (dalam Latipun, 2010: 80) mengemukakan tahaptahap konseling RET adalah sebagai berikut:
1. Proses untuk menunjukkan kepada kline bahwa dirinya tidak logis,
membantu mereka memahami bagaimana dan mengapa menjadi demikian,
dan menunjukkan hubungan gangguan yang irasional itu tidak dengan
kebahagiaan dan gangguan emosional yang di alami.
2. Membantu klien meyakini bahwa berfikir dapat ditentang dan diubah.
Kesediaan klien untuk di eksplorasi secara logis terhadap gagasan yang
dialami oleh klien dan konselor mengarahkan pada klien untuk
melakukan disputingterhadap keyakinan klien yang irasional
3. Membantu klien lebih mendebatkan (disputing) gangguan yang tidak tepat
atau tidak rasional yang dipertahankan selama ini menuju berfikir yang
lebh rasional dengan cara reinduktrinasi yang rational termasuk bersikap
secara rataional.
I. TEKNIK KONSELING
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang
bersifat afektif, behavioristik, dan kognitif yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1) Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan
untuk
melatih,
mendorong,
dan
11
b.
Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Konselor
:Disini nanti kita akan bermain peran, dimana kamu
dapat mengungkapkan kekecewaan kamu dan kemauan kamu demi
kebahagiaan kamu nantinya
Klien
:Terus apa yang harus saya lakukan Bu?
Konselor
:Kamu bisa menganggap saya sebagai orang yang
ingin kamu marahi, dan katakan semua yang ingin kamu
12
dan
menyesuaikan
dirinya
dan
13
Konselor
14
15
7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan
sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh
orang lain terhadap individu.
Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang
diprogram untuk selalu menanggapi pengondisian-pengondisian semacam ini.
Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan
absolut. Ada beberapa jenis pikiran-pikiran yang keliru yang biasanya
diterapkan orang, di antaranya:
1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
2. Terpaku pada yang negatif,
3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
16
dengan
menerima
pandangan
terapis
tanpa
benar-benar
17
lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman saya! Sumber semangat belajarkudan
pendukung ita-itaku sudah lenyap!.
Prabawa bolos sekolah satu minggu. Ketika masuk sekolah kembali, dia
dipanggil oleh konselor di sekolahnya.
Langkah-langkah kerja :
1. Membangun hubungan pribadi dengan prabawa. Di sini konselor
menjelaskan alasan prabawa dipanggil, yaitu selama satu minggu tidak
masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu yang
ingin dibicarakannya berkaitan dengan hal itu. Mula-mula Prabawa
kelihatan ragu-ragu, tetapi akhirnya mengatakan bahwa memang ada
sesuatu yang ingin dibicarakan.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian uingkapan pikiran dan perasaan
Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang,setelah
mengalami pukulan amat berat, di siswi sekelas yang selama satu tahun
sering mau diajak pergi berdua, tetapi tiba-tiba mengundurkan diri setelah
dimarahi oleh orang tuanya. Pada hal, katanya, tidak ada gadis lain yang
pantas dicintai. Prabawa beranggapan bahwa masa depannya menjadi
sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi yang mendukung citacitanya menjadi guru akutansi disekolah menengah (pikiran irasional).
3. Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
mengenai kaitan antara A,B,C ( Activating Event, Belief, Consquences).
Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irasional
yang di duga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan
mengusahakan supaya Prabawa berfikir rasional dalam menghadapi
persoalannya.
a. Kejadian yang dialami ialah terputusnya hubungan percintaan dengan
gadis yang dikaguminya, yang memutuskan hubungan ialah pihak
putri, dengan memberikan alasan dilarang oleh orang tuanya.
b. Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran yang irasional atau
tidak masuk akal. Prabawa berfikir : Ini musibah besar, karena
cimtaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja. Tidak ada
gadis lain yang lain yang akan kucinta. Gadis lain juga tidak akan
18
darah
terus-menerus
(Consquences dalam
alam
19
situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa sendiri;
Orang
tuanya
mungkin
menginginkan,
supaya
anak
mereka
akan
menerima
kenyataan
ini.
Memang
saya
tidak
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert
Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif terapi
berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam
Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat
komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
emosi, kognisi, dan perilaku.
Tujuan Rational Emotive Therapyyaitumemperbaiki dan mengubah segala
perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan dirinya.
B. SARAN
Diharapkan agar konselor mampu memahami dan mengubah klien
21
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2005. Teknik dan praktek Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Hayat,Abdul.2010.Teori dan Teknik Pendekatan Konseling.Banjarmasin:Lanting
Media Aksara
22