Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma 200 Tohpati
periode 3 Maret 2015 sampai 30 Maret 2015 dan pada akhirnya dapat menyelesaikan
laporan Praktek Kerja Lapangan. Praktek Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma
200 Tohpati memberikan bekal pengetahuan dan wawasan yang luar biasa bagi
penulis sebagai calon Tenaga Teknis Farmasi dalam melakukan pengelolaan dan
pelayanan kefarmasian di apotek.
Penulis menyadari bahwa pengetahuan dalam melakukan pelayanan
kefarmasian di apotek dan penyelesaian laporan ini tercapai berkat bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. I Gede Made Saskara Edi, M.Psi.,Apt. selaku direktur Akademi
Farmasi Saraswati Denpasar dan penanggung jawab pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan.
2. Ibu Sri Dian Fitria S.Si.,Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma 200
Tohpati, yang telah memberikan bimbingan dan fasilitas selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan.
3. Bapak I Made Agus Sunadi Putra, Ssi, M.Biomed, Apt.,selaku pembimbing
kampus di Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.
4. Bapak dan Ibu seluruh panitia pelaksana Praktek Kerja Lapangan Akademi
Farmasi Saraswati Denpasar.
5. Segenap staf pegawai dan karyawan di Apotek Kimia Farma 200 Tohpati yang
telah membantu dan membimbing selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
6. Sahabat dan rekan-rekan yang membantu dalam penyelesaian laporan Praktek
Kerja Lapangan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
mengingat kemampuan penulis yang masih sangat terbatas. Untuk itu penulis
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2
2.11.1Obat Bebas.................................................................................................26
2.11.2 Obat Bebas Terbatas atau Obat Daftar W (Waarschuwing)......................27
2.11.3 Obat Keras atau Obat Daftar G (Gevaarlijk = berbahaya).......................29
2.11.4 Obat Wajib Apotek....................................................................................29
2.11.5 Obat Narkotika atau Obat Bius (Obat Daftar O = Opium).......................30
2.11.6 Obat Psikotropika.....................................................................................32
2.11.7 Obat Generik.............................................................................................33
2.11.8 Obat Generik Berlogo...............................................................................33
2.11.9 Obat Paten.................................................................................................34
2.11.10 Obat Tradisional......................................................................................34
2.12 Pengelolaan Apotek.........................................................................................36
2.13 Pelayanan Farmasi..........................................................................................37
BAB III........................................................................................................................45
HASIL KEGIATAN.....................................................................................................45
3.1 Tinjauan Tentang Apotek...................................................................................45
3.1.2 Maksud dan Tujuan Didirikan PT. Kimia Farma........................................46
3.1.3 Visi, Misi dan Motto Apotek Kimia Farma................................................46
3.1.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma..................................................47
3.1.5 Sarana dan Prasarana..................................................................................48
3.2 Sumber Daya Manusia (SDM) Apotek..............................................................49
3.3 Pengelolaan Aset Apotek...................................................................................50
3.4 Pengelolaan Keuangan Apotek..........................................................................50
3.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi Apotek................................................................51
3.5.1 Perencanaan sediaan apotek.......................................................................51
3.5.2 Pengadaan sediaan farmasi.........................................................................52
3.5.3 Penerimaan barang.....................................................................................54
3.5.4 Penataan dan penyimpanan........................................................................54
3.5.5 Alur dan administrasi barang......................................................................56
3.5.6 Pelayanan kefarmasian...............................................................................58
3.6 Membuat Promosi dan Edukasi.........................................................................65
3.7 Melaksanakan Pelayanan Swamedikasi............................................................65
3.8 Pelayanan Home Care.......................................................................................66
BAB IV........................................................................................................................67
4
PEMBAHASAN..........................................................................................................67
BAB V.........................................................................................................................75
PENUTUP...................................................................................................................75
5.1 Kesimpulan........................................................................................................75
5.2 Saran..................................................................................................................75
5.2.1 Akademi Farmasi Saraswati.......................................................................75
5.2.2 Apotek Kimia Farma 200...........................................................................75
5.2.3 Mahasiswa..................................................................................................76
BAB I
PENDAHULUAN
kepada peserta didik melalui latihan kerja yang disebut Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
Latihan keterampilan yang secara intensif diberikan di laboraturium hanyalah
dasar untuk bekerja di dunia kerja, yaitu keterampilan meracik obat, mengenal bahan
obat dan alat kesehatan dalam jumlah terbatas. Keterampilan lain seperti
pengendalian obat (Inventory control), pelayanan kefarmasian, administrasi,
penerapan sikap yang baik sebagai tenaga kesehatan serta kemampuan untuk
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan cara memecahkan masalah yang
terjadi di lapangan tidaklah diberikan di sekolah secara khusus. Untuk itu praktek
kerja lapangan merupakan cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.
memperluas
dan
menetapkan
keterampilan
dan
2. Mengenal
kegiatan-kegiatan
penyelenggaraan
program
kesehatan
3. Memberikan
kesempatan
kepada
mahasiswa
untuk
mendapatkan
serta
meningkatkan
penyelenggaraan
pendidikan
3. Dapat mengetahui peranan ahli madya farmasi dan sejauh mana tugas dan
tanggung jawabnya di apotek.
4. Untuk mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan.
5. Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan di sekolah guna
menunjang peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan selanjutnya.
1.4 Metodologi
Adapun metodelogi untuk memperoleh data-data dalam pembuatan laporan ini
adalah:
1. Interview (wawancara)
Yaitu suatu metode dalam mengumpulkan informasi dengan melakukan tanya
jawab secara langsung. Dalam hal ini tanya jawab dilakukan kepada
pembimbing teknis fungsional ataupun pada karyawan Apotek Kimia Farma
200 Tohpati tentang pelayanan kesehatan di apotek dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini.
2. Observasi (pengamatan)
Yaitu suatu metode pengumpulan informasi dengan melakukan pengamatan
secara langsung. Dalam hal ini pengamatan langsung dilakukan di unit yang
bersangkutan di selasela pelaksanaan praktek.
Dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan, cara kerja dan sifatsifat staf yang ada di apotek. Kemudian mencatat hal-hal yang penting.
3. Reading (membaca)
Yaitu suatu metode pengumpulan informasi dengan menggunakan sumber
sumber bukubuku terkait yang ada kaitannya dan bermanfaat dalam kegiatan
praktek kerja lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengendalian
mutu
sediaan
farmasi,
pengamanan,
pengadaan,
Kesehatan
Republik
Indonesia
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
bentuk
akte
hak
milik/sewa/kontrak.
e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan
nomor surat izin kerja.
f. Asli dan salinan/fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan Apotek.
g. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap
pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di
apotek lain.
h. Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri,
anggota ABRI dan pegawai instansi pemerintah lainnya.
i. Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana
Apotek.
j. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang obat.
2. Dengan menggunakan Formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja, setelah menerima permohonan dapat
meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan. Formulir APT-2
juga dibuat tembusannya kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta serta satu
rangkap untuk arsip Apotek.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan
menggunakan contoh Formulir APT-3. Formulir APT-3 kemudian dibuat dalam
rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Permohonan satu rangkap
Satu rangkap arsip
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, maka Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi setempat dan Menteri Kesehatan
RI di Jakarta dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin
Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5. Formulir APT-5 ini
dibuat tembusannya kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model
APT-6 yang juga dibuat tembusannya kepada Menteri Kesehatan RI di Jakarta dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
8. Terhadap permohonan izin Apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
dimaksud pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi Apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan
10
11
12
13
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan label
Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
3.Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan
khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
2.9 Sumber Daya Manusia (SDM) Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 Tentang Pelayan
Kefarmasian di Apotek, Bab IV, Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan
oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin
Kerja.. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan
14
atau
apoteker
yang
bekerjasama
dengan
pemilik
sarana
untuk
15
untuk
bertanggung
jawab
terhadap
kelangsungan hidup dan seluruh kegiatan apotek. Apoteker pengelola apotek harus
mampu mengkoordinasikan segala kegiatan apotek mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengontrolan dan melakukan evaluasi seluruh
kegiatan di apotek. Selain itu, apoteker pengelola apotek dapat melakukan sebagian
pekerjaan administrasi, terutama kegiatan pembukuan keuangan apotek dan
pengembangan apotek dengan meningkatkan pelayanan dan penyediaan obat yang
lengkap, tepat waktu, tepat isi dan tepat guna. Pengawasan terhadap pelayanan resep
dan mutu obat yang dijual juga harus dilaksanakan dengan baik sebab berhubungan
langsung dengan kesembuhan pasien. Apoteker pengelola apotek harus mampu
memberikan pelayanan obat secara maksimal dan memberikan KIE kepada pasien
yang membutuhkan. Pelaporan narkotika dan psikotropika juga merupakan tanggung
jawab seorang apoteker pengelola apotek.
Tugas seorang APA dalam Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 Bab VI
& VII yang meliputi pengelolaan apotek dan pelayanan yaitu:
a) Berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
b) Melakukan pemusnahan obat dan perbekalan farmasi karena tidak dapat
lagi digunakan atau dilarang digunakan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan dan dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan
apotek yang wajib dibuatkan berita acaranya, untuk pemusnahan
narkotika wajib mengikuti ketentuan peraturan peundang-undangan yang
berlaku.
c) APA bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelayanan resep dan wajib
melayaninya sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
16
d) APA tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam
resep dengan obat paten.
e) Jika pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep maka
APA wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan yang tepat.
f) APA wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan obat yang
diserahkan dan penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas
permintaan masyarakat.
g) Bila Apoteker menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat maka harus diberitahukan pada dokter
penulis resep.
h) Apoteker wajib menandatangani salinan resep.
i) Dapat menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib
Apotek tanpa resep.
b. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 yang dimaksud dengan Apoteker Pendamping adalah
apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola
apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3
(tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki surat izin kerja dan tidak bertindak
sebagai apoteker pengelola di apotek lain.
Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
17
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002) adalah:
1. Melayani masyarakat di bidang kesehatan mulai dari penerimaan resep sampai
menyerahkan obat yang diperlukan, baik pelayanan langsung maupun melalui
telepon atau faximile.
2. Memeriksa kelengkapan dan kebenaran resep, meracik resep, memberi etiket,
salinan resep dan bila perlu kwitansi.
3. Mengatur dan mengawasi kelengkapan obat-obatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, mengontrol barang di gudang dan menuliskan permintaan barang
pada buku defecta. Apabila obat habis maka harus dengan segera dipesan.
4. Menyusun obat-obat dan mencatat serta memeriksa keluar masuknya obat
dengan menggunakan kartu stok.
5. Memelihara kebersihan ruangan apotek beserta alat-alatnya, lemari obat serta
obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, agar lingkungan apotek tetap
higienis dan indah untuk dipandang.
6. Mengatur dan mengawasi penyimpanan obat-obatan berdasarkan syarat teknis
farmasi agar mudah dijangkau dan diawasi untuk kecepatan dan ketepatan
dalam pelayanan.
7. Mengerjakan pembuatan sediaan obat sehari-hari menyangkut peracikan obat,
pengemasan obat, penulisan etiket dan pembuatan salinan resep.
8. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan nota-nota penjualan
obat bebas serta laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh APA.
9. Menyusun dan merapikan obat-obatan berdasarkan penggolongannya.
10. Mengatur daftar giliran dinas, pembagian tugas dan tanggung jawab.
18
11. Menuliskan dan menyerahkan surat pemesanan kepada PBF yang sebelumnya
telah mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh Apoteker.
dan
a. Metode epidemiologi
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit
dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.
b. Metode konsumsi
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam kelompok fast
moving maupun slow moving.
c. Metode kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode
konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola penyebaran
penyakit dan melihat kebutuhan periode sebelumnya
d. Metode just in time (JIT).
Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di apotek dalam
jumlah terbatas. Perencanaan ini untuk obat-obat yang jarang dipakai atau
diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.
20
2. Pengadaan
Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan
disesuaikan dengan anggaran keuangan yang tersedia. Pengadaan barang meliputi
proses pemesanan, pembelian, dan penerimaan barang. Untuk sediaan farmasi yang
fast moving disediakan dalam jumlah yang lebih banyak, sedangkan perbekalan
farmasi yang slow moving disediakan dalam jumlah cukup sehingga setiap resep yang
masuk dapat dilayani. Pengadaan yang biasa dilakukan di apotek yaitu pengadaan
dalam jumlah terbatas, pengadaan secara berencana, dan pengadaan secara spekulatif.
adalah
21
Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok dan harus
memenuhi ketentuan yang berlaku. Obat yang tersimpan harus terhindar dari
pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, kelembaban, panas, dan
cahaya. Obat dan sediaan farmasi yang dibeli tidak langsung dijual, tetapi ada yang
disimpan di gudang sebagai persediaan.
Penyimpan obat digolongkan berdasarkan bentuk bahan baku, seperti bahan
padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau bahan yang setengah padat. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindarkan zat-zat yang bersifat higroskopis, demikian pula
halnya terhadap barang-barang yang mudah terbakar. Serum, vaksin, dan obat-obat
yang mudah rusak atau meleleh dalam suhu kamar disimpan dalam lemari es.
Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
Menurut PerMenKes No.28/MenKes/Per/1987 tentang tata cara penyimpanan
narkotika pasal 5 dan 6 menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotika yang memenuhi persyaratan yaitu:
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
3. Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan
untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan
sehari-hari.
4. Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40x80x100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh MenKes.
6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak
diketahui oleh umum.
4. Administrasi
22
untuk
digunakan
dalam
menetapkan
diagnosis,
mencegah,
23
2.11.1Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diperoleh oleh masyarakat tanpa harus
menggunakan resep dokter, biasanya dijual bebas dan dapat dibeli di Apotek, toko
obat, supermarket atau toko yang menyediakan. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83 tanggal 15 Juni 1983, obat bebas harus
diberi tanda khusus berupa lingkaran dengan diameter 1,5 cm atau disesuaikan
dengan kemasannya. Pada kemasan obat bebas terdapat tanda khusus, warna hijau di
dalam lingkaran warna hitam (Anief,2003).
toko
obat.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.2380/A/SK/VI/83 tanggal 15 Juni 1983, obat bebas terbatas diberi tanda khusus
berupa lingkaran hitam diameter 1,5 cm atau disesuaikan dengan kemasannya dengan
warna biru di dalam lingkaran warna hitam.
Khusus untuk golongan Obat Bebas Terbatas, selain terdapat tanda khusus
lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.6355/DirJen/SK/69 tanggal 28 Oktober
1969, tanda peringatan berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
atau disesuaikan dengan kemasannya dan memuat pemberitahuan dengan huruf
berwarna putih.
P. No. 2
Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur jangan
ditelan
P. No. 3
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari
badan
P. No. 5
Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan
P. No. 4
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No. 6
Awas ! Obat Keras
Obat wasir, jangan ditelan
Peraturan
dan
Peraturan
Menteri
Menteri
Kesehatan
Kesehatan
26
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra indikasi,
efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter adalah obat-obat
yang sesuai dengan PerMenKes No.919/MenKes/Per/X/1993, yaitu:
a. Tidak dikontraindikasikan penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya digunakan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Pertimbangan pemerintah dalam pelayanan OWA adalah peningkatan
kemampuan masyarakat dalam pengobatan sendiri untuk mengatasi masalah
kesehatan secara tepat, aman dan rasional.
27
28
29
dan kepada Pasien. Obat golongan psikotropika hanya boleh diserahkan kepada
seseorang dengan resep dokter dan tidak boleh diulang serta apotek diwajibkan
melaporkan jumlah dan jenisnya setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kota setempat
dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan BPOM (selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya). Tanda obat psikotropika sama dengan obat
keras, yaitu pada kemasan terdapat lingkaran dengan huruf K di dalamnya dengan
warna hitam dan dasar merah, tepi lingkaran berwarna hitam.
yang
dikandungnya.
Sesuai
dengan
Permenkes
Nomor
30
Jamu
Fitofarmaka
31
bentuk,
pencampuran,
32
33
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Pelayanan Resep
B. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a. Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c. Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
klinis lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep.
34
B. Dispensing
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat
Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan);
3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang
sedang praktik profesi;
5. melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
36
Konseling
Konseling
merupakan
proses
interaktif
antara
Apoteker
dengan
37
38
39
G.
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
2.Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster dan penyuluhan.
3. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Salah satu layanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh apotek adalah
Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). KIE merupakan kegiatan
pelayanan apotek yang wajib dilakukan oleh apoteker seperti yang tercantum dalam
Permenkes Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Bab VI pasal 15 ayat 4 untuk
meningkatkan ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat, mengurangi dan
menghindari kesalahan penggunaan obat (misuse) dan penyalahgunaan obat (abuse).
Penggunaan obat yang salah akan merugikan dan membahayakan
masyarakat. Penggunaan obat yang kurang tepat, cara penggunaan yang salah, dosis
yang kurang atau berlebihan, dan juga cara penyimpanan yang salah dapat
menyebabkan penyakit tidak sembuh, membuat penyakit semakin parah atau
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Pengobatan yang semakin mahal
dan semakin gencarnya promosi obat di berbagai media mendorong seseorang untuk
melakukan pengobatan sendiri (self medication). Informasi tentang obat non resep
sebagian besar hanya berasal dari iklan obat yang belum tentu benar dan lengkap.
Tentunya hal ini menyebabkan semakin pentingnya peran apoteker untuk melakukan
komunikasi, member informasi dan edukasi kepada pasien agar tidak salah memilih
dan menggunakan obat, karena apoteker merupakan sumber yang mudah diakses,
paling mengerti tentang obat dan dapat dipercaya. Informasi yang dapat diberikan
meliputi indikasi, cara penggunaan, efek samping, cara penyimpanan, kontraindikasi,
toksisitas, dan interaksi obat, sehingga dapat memastikan efektifitas dan keamanan
obat, meningkatkan ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat, mengurangi serta
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat.
40
BAB III
HASIL KEGIATAN
PKL merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa calon Tenaga
Teknis Kefarmasian di apotek untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan
tentang manajemen apotek, meliputi pengelolaan obat dan non obat, pengelolaan
keuangan, serta pengelolaan ketenagaan dan diharapkan mampu melakukan
pelayanan kefarmasian di apotek yang meliputi penerimaan, penataan, peracikan,
penyerahan obatdan perbekalan farmasi lainnya serta mampu untuk memberikan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien sebagai penerapan ilmu dari
teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan. Salah satu tempat yang dipilih
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi calon ahli madya farmasi
adalah Apotek Kimia Farma. Membuat promosi dan edukasi, melasanakan pelayanan
swamedikasi, serta pelayanan home care di apotek.
3.1 Tinjauan Tentang Apotek
3.1.1
Sejarah Berdirinya PT. Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan,
pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia
Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Persero).
41
Negara.
Selain
itu,
maksud
dan
tujuannya
adalah
mampu
1.
2. Misi :
1.
Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta
2.
3.
dengan
berdasarkan
prinsip
GCG
(Good
Corporate
3. Motto
I Care
I :Innovative, yaitu memiliki budaya berfikir out of the box dan membangun
produk unggulan.
C :Customer First, yaitu mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra.
A :Accountability, yaitu bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan.
R :Responsibility, memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu,
tepat sasaran, dan dapat diandalkan.
E :Eco-Friendly, yaitu menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa
layanan yang ramah lingkungan.
3.1.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma
A. Struktur organisasi Business Manager (BM)
Adapun struktur organisasi Business Manager (BM) Denpasar adalah
sebagai berikut:
BM (BUSINESS MANAGER)
Bagian Pengadaan
Asman Management Support (KTU)Kepala Gudang
43
berikut:
Apoteker
Asisten Apoteker
3.
4.
5.
6.
brosur/materi informasi.
Ruang untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi.
Ruang racikan.
Ruang praktek dokter.
Tempat untuk test gula darah, tekanan darah, dan kolesterol.
Selain sarana yang telah disebutkan tersebut, ada pula beberapa prasarana
yang dimiliki oleh Apotek Kimia Farma 200, antara lain yaitu:
a. Apotek Kimia Farma 200 berlokasi pada daerah yang mudah diakses oleh
masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan nama yang ditulis secara jelas dengan kata
Apotek.
44
Gambar 7. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 200 Tohpati
petugas apotek dibagi menjadi dua shift, yaitu Shift Pagi mulai dari pukul 08.0015.00 WITA (terdiri atas 3 orang petugas apotek) dan Shift Sore mulai dari pukul
15.00-22.00 WITA (terdiri atas 3 orang petugas apotek).
Untuk Sales Promotion Girls (SPG) apotek pengaturan jam kerja dibagi
menjadi dua shift, yaitu Shift Pagi mulai dari pukul 08.00-15.00 WITA (terdiri atas 4
orang SPG) Shift Sore mulai dari pukul 15.00-22.00 WITA (terdiri atas 4 orang SPG).
Perencanaan dilakukan dengan tujuan agar pelayanan dapat dilakukan dengan
optimal. Dalam melaksanakan pengelolaan sehari-hari, Apotek Kimia Farma 200
memiliki seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan dibantu oleh tiga orang
Asisten Apoteker (AA), tiga orang juru resep, dan satu orang kasir.
Apotek Kimia Farma 200 selalu berusaha memberikan pelayanan yang tepat
dan baik kepada masyarakat. Kemampuan karyawan yang memadai serta adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan di apotek. Dengan adanya pembagian tugas
dan tanggung jawab tersebut, diharapkan karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik dan maksimal. Segala kegiatan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
200 didasarkan atas perencanaan dan pengorganisasian. Dalam pelaksanaan kegiatan
di apotek, seluruh pelaksanaan kegiatan apotek dipimpin oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA).
Di Apotek Kimia Farma 200 pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pengawasan di apotek Kimia Farma 200 meliputi
semua kegiatan yang dilakukan di apotek antara lain kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien sampai kegiatan
operasional lainnya. Hal ini bertujuan agar semua kegiatanan di apotek dapat berjalan
dengan baik dan memuaskan demi tercapainya tujuan apotek. Tercapainya tujuan
apotek itu sendiri dapat dinilai dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
45
suatu standar yang telah ditetapkan (target), untuk kemudian dilakukan koreksi dan
usaha perbaikan lebih lanjut.
46
47
kepada dokter praktek tersebut yang meminta secara langsung obat-obat yang harus
disediaakan oleh pihak apotek.
48
macam obat dan dibuat rangkap dua serta ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Surat pesanan rangkap yang pertama (SP1) diserahkan kepada
distributor/PBF dan surat pesanan rangkap ke dua (SP2) untuk arsip apotek.
d. Pengadaan cito
Pengadaan obat golongan apapun yang diperlukann saat hari itu juga dipesan
lewat telepon ke BM pusat. Saat pasien datang ke apotek mencari obat tertentu yang
kebetulan tidak tersedia , akan dipesankan ke BM, apabila bila pihak BM memiliki
obat yang diinginkan, maka salah seorang dari pihak apotek akan mengambilkan obat
yang dipesan. Obat tersebut datang pada hari itu juga, pasien akan di telepon untuk
memberitahukan obat tersebut sudah ada.
e. Droping
Sistem droping merupakan pengadaan obat dimana salah satu apotek Kimia
Farma membutuhkan obat tertentu, karena obat tersebut persediaanya kosong atau
jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan. Maka apotek tersebut akan melakukan
permintaan kepada apotek Kimia Farma lain yang mempunyai stok berlebih.
3.5.3 Penerimaan barang
Penerimaan barang Apotek Kimia Farma 200 terdiri dari dua macam, yaitu
penerimaan langsung dari PBF untuk sediaan Psikotropika dan Narkotika dan
penerimaan barang dari BM untuk barang lainnya. Penerimaan barang dilakukan oleh
Asisten Apoteker (AA) atau Juru Resep (JR). Penerimaan barang dilakukan dengan
cara mencocokkan antara fisik (nama, jenis, jumlah, harga, potongan harga, nomor
batch, dan tanggal kadaluarsa) dengan faktur dan juga dengan Bon Permintaan
Barang Apotek (BPBA) atau Surat Pesanan (SP).
Setelah selesai dilakukan pemeriksaan dan barang dinyatakan diterima maka
faktur ditandatangi oleh penerima barang disertai nama terang, tanggal penerimaan
barang dan stempel Apotek Kimia Farma 200. Kemudian dilakukan penyimpanan
pada barang tersebut.
49
50
51
52
c. Buku hutang
Apabila seorang pembeli memesan obat dalam jumlah yang banyak
dan jumlah obat yang dipesan lebih banyak dari stok obat yang tersedia, maka
petugas apotek akan menulis jumlah obat yang kurang ke dalam buku ini,
untuk kemudian dilakukan pemesanan ke distributor. Setelah obat tersebut
datang, maka karyawan atau asisten apoteker akan menghubungi pembeli
bahwa obat yang kurang tersebut telah ada dan memberi sesuai dengan jumlah
obat yang ada di buku hutang.
d. Buku penolakan
Apabila seorang pembeli yang datang keapotek untuk menebus resep
atau membeli obat bebas yang tidak ada diapotek, maka asisten apoteker atau
juru resep mencatatnya dalam buku penolakan sesuai dengan HV, UPDS atau
resep dengan mencantumkan nama obat, jumlah dan harganya, sehingga dapat
diketahui berapa besar omzet kerugian yang ditolak.
53
Pasien
Menanyakan obat
Petugas apotek mengecek ketersediaan obat yang diminta melalui computer dan memberitahukan harganya
B.
Pelayanan resep dokter
Apotek Kimia Farma 200 menerima peresepan dari dokter umum, dokter
spesialis (spesialis anak, spesialis kandungan, spesialis kejiwaan, spesialis mata, dll),
dokter gigi dan dokter hewan. Adapun alurnya sebagai berikut :
54
Petugas
Resep ditolak
Resep diterima
Resep tunai
Resep kredit
Pengerjaan resep
Non Racikan
Racikan
Pengambilan obat
Pemberian etiket
Pengemasan obat
Pembuatan copy resep (bila perlu)
Perhitungan racikan
Pengambilan obat
Pengecekan
Pengerjaan racikan
Pengemasan dan pemberian etiket
Pembuatan copy resep (bila perlu)
Pemeriksaan akhir:
Kesesuaian obat/jumlah obat dengan resep
Kesesuaian copy resep dengan resep asli
Kesesuaian etiket
Kesesuaian kuitansi
Benar
Koreksi
Penyerahan
informasi
keDokter
pasien
Gambar 3.4obat
Alur dan
Pelayanan
Resep
Salah
1. Pasien menyerahkan resep atau salinan resep kepada Asisten Apoteker (AA)
a. Asisten Apoteker (AA) mengecek keabsahan resep yang meliputi nama dan
alamat dokter serta nomor SIP dokter, paraf dokter, nama obat atau bahan
obat, serta mengecek rasionalitas resep, lalu mengecek ketersediaan obat yang
ada dalam resep, lalu Asisten Apoteker (AA) akan menanyakan kepada pasien
apakah obat ditebus semua atau sebagian, kemudian menetapkan harga.
b. Bagian penerima resep memberitahukan harga obat kepada pasien atas resep
yang ditebusnya. Bila pasien setuju, bagian penerima resep akan menanyakan
c.
d.
2.
1.
a.
resep atau kuitansi jika diperlukan, pemberian etiket, dan pengemasan obat.
2. Bila resep racikan :
a. Asisten Apoteker (AA) melakukan pengambilan bahan obat sesuai resep yang
diminta, dan diletakkan dalam satu wadah untuk setiap racikan.
b. Sebelum peracikan dilakukan pengecekan oleh asisten apoteker yang bertugas
meracik obat mengenai kebenaran nama obat, dosis, bentuk sediaan, dan
jumlah obat yang akan diracik. Saat akan melakukan peracikan harus
dipastikan mortir dan stamper ataupun blender telah bersih dan bebas dari sisa
bahan obat sebelumnya. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan kapas
c.
hasil peracikan.
d. Asisten Apoteker (AA) menuliskan copy resep atau kuitansi (bila perlu).
56
3.
1.
2.
B. Resep Kredit
1. Pasien menyerahkan resep kepada Asisten Apoteker (AA)
a. Asisten apoteker (AA) mengecek keabsahan resep yang meliputi nama dan
alamat dokter serta nomor SIP dokter, paraf dokter, nama obat atau bahan
obat, serta memeriksa rasionalitas resep, lalu memeriksa ketersediaan obat
yang ada dalam resep, diperiksa kelengkapannya, lengkap dengan persyaratan
yang telah ditentukan untuk mempermudah penagihan pembayaran pada
instansi masing-masing.
b. Petugas apotek menempelkan nomor resep warna merah untuk menandai
bahwa resep kredit.
2. Resep dilayani
a. Bila resep non racikan
1. Bagian pengerjaan melakukan pengambilan obat yang diletakkan dalam
satu wadah untuk setiap resep, tujuannya adalah supaya obat yang diambil
untuk resep tersebut tidak tercampur dengan resep lain.
2. Pengambilan obat sesuai dengan jumlah yang diminta, kemudian petugas
apotek yang mengambil obat menuliskan pada buku stok yaitu jumlah obat
yang keluar serta sisa obat tersebut.
3. Asisten Apoteker (AA) melakukan pengecekan obat yang diambil,
penulisan copy resep atau kwitansi jika diperlukan, pemberian etiket, dan
pengemasan obat.
b. Bila resep racikan
57
1.
2.
yang diminta, dan diletakkan dalam satu wadah untuk setiap racikan.
Sebelum peracikan dilakukan pengecekan oleh asisten apoteker yang
bertugas meracik obat mengenai kebenaran nama obat, dosis, bentuk
sediaan, dan jumlah obat yang akan diracik. Saat akan melakukan
peracikan harus dipastikan mortir dan stamper ataupun blender telah bersih
dan bebas dari sisa bahan obat sebelumnya. Pembersihan dilakukan dengan
58
Apotek Kimia Farma 200 menyediaakan obat generik untuk membantu dan
meningkatkan pelayanan kefarmasian di apotek, serta untuk menunjang kelancaran
program pemerintah. Apabila pasien ingin mengganti obat didalam resep yang
merupakan obat bermerk dengan obat generik yang sama komponen aktifnya terkait
faktor ekonomi, maka apotek dapat melayani dengan terlebih dahulu menelpon dokter
untuk meminta persetujuan dari dokter.
e. Pelayanan tes gula darah, tekanan darah, asam urat, dan kolesterol
Apotek Kimia Farma 200 juga dilengkapi dengan fasilitas pelayanan tes gula
darah, tekanan darah, asam urat dan kolesterol. Tes ini dilakukan oleh petugas apotek
atau SPG yang bertugas saat itu.
59
60
BAB IV
PEMBAHASAN
Ditinjau dari lokasinya Apotek Kimia Farma 200 berada dijalur lalu lintas
yang ramai sehingga sangat baik untuk pelayanan kesehatan. Selain terletak
dikawasan yang lalu lintasnya ramai Apotek Kimia Farma 200 juga terletak diantara
Rumah Sakit antara lain RSU Dharma Yadnya.
Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi syarat
yang ada karena Apotek Kimia Farma 200 memiliki sarana yang cukup lengkap untuk
sebuah apotek. Apotek Kimia Farma juga memiliki tiga dokter praktek spesialis
dalam menunjang pelayanannya, yaitu dokter sepesialis anak, dokter spesialis
kejiwaan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan serta terdapat pula dokter umum
dan dokter gigi.
61
termasuk
menyusun
dan
merapikan
obat-obatan
berdasarkan
farmakoterapi dan alfabetis agar mudah dijangkau untuk kecepatan dan ketepatan
dalam pelayanan dan membantu memelihara kebersihan ruangan apotek beserta
lemari obat terutama lemari es agar lingkungan apotek tetap higienis dan indah untuk
dipandang. Serta dapat mengerjakan pembuatan sediaan obat sehari-hari yang
menyangkut pengemasan obat, penulisan etiket dan pembuatan salinan resep
termasuk memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani dan nota-nota penjualan
obat serta laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola
apotek. Serta dapat menuliskan dan menyerahkan surat pemesanan kepada PBF yang
sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh apoteker.
Sehingga secara singkat tenaga teknis kefarmasian berperan dalam pengelolaan
perbekalan
farmasi
yang
meliputi
perencanaan,
62
pengadaan,
penerimaan,
rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, maka barang diretur ke gudang. Tetapi
apabila telah sesuai maka akan di entry (export) ke komputer untuk kemudian
dilakukan penyimpanandan ditulis di masing-masing kartu stok obat.
Begitu juga dengan penerimaan barang dari PBF yang dilakukan pada saat
penerimaan adalah cek kelengkapannya, apabila ada yang tidak sesuai atau rusak
maka barang diretur ke PBF. Apabila barang sudah sesuai, di entry ke komputer untuk
kemudian dilakukan penyimpanan.
3. Penyimpanan
Penyimpanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 200 adalah
penyimpanan obat dan penyimpanan resep. Penyimpanan obat dilakukan oleh semua
karyawan. Dimana penyimpanan obat dilakukan secara alfabetis berdasarkan pada
bentuk sediaan, farmakoterapi, obat fast moving ,obat generik dan produk dari kimia
farma, OKT dan Narkotika disimpan di lemari kayu terkunci dua pintu, sediaan steril,
dan penyimpanan obat khusus dalam lemari pendingin. Penyimpanan obat dilakukan
dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu barang yang datang lebih
dahulu diletakkan paling depan dan barang yang datang belakangan diletakkan di
belakangnya dan FEFO (First Expired First Out) pada masing-masing penyimpanan
dilengkapi dengan kartu stok.
Penyimpanan resep dilakukan oleh asisten apoteker. Resep disimpan
(diarsipkan) perhari berdasarkan tanggal dan juga struk dari UPDS dan HV. Kecuali
untuk resep kredit diarsipkan berdasarkan pada nama instansi atau debitur untuk
kemudian ditagih.
4. Pelayanan
Petugas Apotek Kimia Farma 200 telah memberikan pelayanan yang cukup
baik kepada pasien. Pelayanan di Apotek Kimia Farma 200 mencakup pelayanan
resep tunai, resep kredit, obat-obatan serta alat kesehatan. Setiap petugas yang
menerima resep selalu memperhatikan isi resep yang menyangkut nama obat, bentuk
obat, umur pasien, aturan pakai dan cara penggunaan obat apabila petugas apotek
ragu maka petugas bertanya kepada dokter yang menulis resep. Sebelum obat
disiapkan, petugas apotek memberikan harga resep dan mengecek ada atau tidak stok
64
obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan jenis obat, petugas
apotek menyiapkan obatnya. Penyerahan obat di apotek kepada pasien diserahkan
oleh petugas apotek, baik AA maupun APA disertai dengan informasi yang jelas
tentang cara pemakaian, penggunaan, khasiat obat dari setiap obat yang diserahkan ke
pasien. Bila pasien yang belum memahami informasi yang jelas tentang obat maka
petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Untuk penulisan etiket
meliputi tanggal penulisan, nama pasien, nomor resep, umur, aturan pakai yang jelas
serta keterangan obat sebelum atau sesudah makan, nama dan jumlah obat.
5. Pencatatan dan pelaporan
Pada Apotek Kimia Farma 200 resep yang masuk diarsipkan berdasarkan
tanggal, bulan dan tahun. khusus untuk resep-resep yang mengandung narkotika atau
psikotropika dan resep kredit diarsipkan tersendiri secara terpisah. Pencatatan
dilakukan setiap hari atas obat yang keluar atau obat yang persediaannya sudah tidak
ada. Pencatatan setiap obat yang keluar dicatat di kartu stok tiap jenis obat sedangkan
untuk obat yang telah habis dicatat di buku defecta. Pencatatan pada kartu stok
psikotropik berbeda dengan pencatatn pada kartu stok obat lainnya. Form pencatatan
psikotropika isiya nomer, nomer resep, jumlah yang keluar, sisa persediaan, nama
pasien dan alamat pasien, nama dokter pada resep, serta paraf dari AA (Asisten
Apoteker) .Pelaporan di Apotek Kimia Farma 200 Tohpati dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Laporan harian, yaitu mencakup pendapatan harian apotek (pendapatan waktu
pagi, siang, malam dibedakan) serta pengeluaran apotek yang setiap harinya
Apotek Kimia Farma 200 malakukan setor hasil penjualan ke bank (bank
Mandiri).
b) Laporan bulanan, yaitu mencakup laporan hasil penjualan, pembeliaan, stock
opname serta laporan narkotika dan psikotropika.
Laporan narkotika dan psikotropika dibuat setiap satu bulan sekali dengan
mencantumkan surat pengantar dan laporan narkotika dan psikotropika bersangkutan
seperti: nama obat, satuan (tablet dan kapsul), saldo awal, pemasukan (dari dan
jumlah), penggunaan (untuk dan jumlah) serta saldo akhir. Pelaporan narkotika dan
psikotropika ditandatangani oleh APA dengan tembusan ke Kepala Balai POM
65
Denpasar, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Penanggung jawab Narkotika PT. Kimia
Farma Tbk, dan Arsip untuk apotek Kimia Farma 200. Laporan ini biasanya dibuat
oleh Kortek (Asisten Senior), dengan memasukkan data pada kartu stok ke komputer
setelah data dimasukkan kemudian di print dan dikirim. Untuk obat narkotika tidak
disediakan di apotek tetapi pelaporannya tetap dibuat sesuai dengan prosedur yang
ada.
Kegiatan selama PKL calon ahli madya farmasi di Apotek Kimia Farma 200
terkait dengan pelayanan KIE dan pharmaceutical care yaitu ikut melaksanakan
pelayanan resep sesuai dengan alur standar yang berlaku di Apotek Kimia Farma 200
antara lain: memeriksa kelengkapan administrasi resep, menghitung jumlah obat yang
digunakan untuk sediaan racikan, menyiapkan obat, meracik, mengemas dan
memberi etiket yang sesuai.
Sumber daya manusia di Apotek Kimia Farma 200 sudah sangat efektif
dalam pembagian-pembagian tugas pada setiap pegawainya, dimana shift dibagi
menjadi dua yaitu shift pagi dan shift malam. Pembagian shift pagi terdapat satu
orang asisten apoteker, satu orang juru resep, satu orang kasir dan ditemani oleh
seorang apoteker. Sedangkan pada sore harinya terdapat dua orang asisten apoteker
dan dua orang juru resep. Namun karena seorang asisten apoteker sedang sakit dan
dirawat dirumah sakit, maka untuk shift sore hanya terdapat satu orang asisten
apoteker dan dua orang juru resep. Hal ini sangat berpengaruh pada pelayanan resep
diapotek,dikarenakan adanya praktek dokter umum dan spesialis yang mulai praktek
dari jam enam sore hingga jam sepuluh malam, sehingga banyak resep yang masuk
ke apotek baik resep tunai maupun kredit.
Sarana dan prasarana yang ada di Apotek Kimia Farma 200 saat ini menurut
kami belum begitu memadai dimana jika pasien sedang ramai menunggu resep obat,
masih terdapat pasien yang berdiri. Itu dikarenakan karena ruang tunggu belum
begitu luas. Namun jauh dari itu, terdapat ruang konseling yang nyaman bagi pasien
yang dilengkapi dengan meja dan kursi. Serta tersedia tempat meracik obat yang
cukup memadai. Untuk pelayanan kefarmasian diberikan tempat yang terpisah dari
aktifitas pelayanan dan penjualan produk lainnya.
66
pesatnya perkembangan teknologi yang ditandai dengan muncul berbagai produkproduk baru dan maraknya informasi obat serta meningkatnya resiko penyalahgunaan
obat. Adapun pelayanan KIE yang diberikan oleh seorang Apoteker di apotek antara
lain:
1. Pemberian informasi mengenai pemilihan obat yang akan digunakan.
2. Pemberian informasi mengenai efek samping dan hal yang perlu diperhatikan
selama pemakaian obat.
3. Pemberian informasi mengenai cara penggunaan obat yang benar dan aturan
pakai obat tersebut.
4. Pemberian informasi mengenai cara menyimpan obat untuk menjaga stabilitas
obat.
6. Administrasi
Kegiatan administrasi pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 200
meliputi :
Pengarsipan resep
1. Pengarsipan resep BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan)
Setiap resep BPJS yang sudah dilayani akan segera
dimasukkan ke dalam laci plastik khusus. Nantinya resep BPJS
tersebut akan diambil dan diklaim oleh dokter praktek yang
bersangkutan.
2. Pengarsipan resep umum
Setiap resep dari dokter umum yang non BPJS maupun dari
dokter praktek diluar apotek Kimia Farma 200 ,dijadikan satu
terlebih dahulu kemudian pada hari berikutnya resep tersebut
akan diikat dan ditempatkan di kontainer.
3. Pengarsipan resep kredit
Setiap resep kredit akan ditempatkan di laci plastik khusus,
pada hari berikutnya semua resep kredit tersebut ditotal
harganya kemudian dilihat apakah sudah sesuai dengan struk.
Resep tersebut akan diberi tulisan rincian harga setiap resep
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Apotek merupakan tempat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi , perbekalan kesehatan lainnya selain obat dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kepada masyarakat. Dapat
diketahui bahwa tenaga teknis kefarmasian memiliki peran penting bagi masyarakat
yaitu sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi dan pelayanan informasi tentang
obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Apotek
Kimia Farma 200 sudah melaksanakan praktek kefarmasian dengan baik. Peranan
tenaga teknis kefarmasian di apotek sangat membantu apoteker maupun asisten
apoteker dalam melakukan kegiatan di apotek yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan, pencatatan dan pelaporan.
69
5.2 Saran
5.2.1 Akademi Farmasi Saraswati
Diharapkan kepada pembimbing praktek kerja lapangan dapat memantau
langsung jalannya praktek kerja lapangan di setiap instansi.
5.2.2 Apotek Kimia Farma 200
Untuk Apotek Kimia Farma 200 agar dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh mahasiswa PKL dan dapat membimbing
mahasiswa pada saat praktek. Serta memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
aktif dalam bertanya dan berkomunikasi yang baik di tempat PKL.
5.2.3 Mahasiswa
Mahasiswa calon tenaga teknis kefarmasian perlu meningkatkan kemampuan
dalam berkomunikasi dan pengetahuan tentang obat sehingga dapat memberikan
informasi kepada pasien dengan baik dan tidak menyesatkan.
70
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Klip obat
Lampiran 2
Copy resep
Lampiran 3
Etiket putih
Lampiran 4
Etiket biru
Lampiran 5
Blangko kwitansi
Lampiran 6
SP Narkotika
Lampiran 7
SP Psikotropika
Lampiran 8
Lemari Narkotika
Lampiran 9
Droping
Lampiran 10
Kartu Stok
Lampiran 11
Ettiket
Lampiran 12
Etiket
Lampiran 13
Daftar Penolakan
Lampiran 14
Laporan Psikotropika
Lampiran 15
Laporan Narkotika
Lampiran 16
Laporan Mophin dan Phetidin
Lampiran 17
Nota
Lampiran 18
Form Hasil pemeriksaan Darah dan Tekanan Darah
Lampiran 19
Surat Pengantar
Lampiran 20
Daftar Bon Permintaan Barang Apotek
10
Lampiran 21
Rekap penjualan harian
Lampiran 22
SP Obat
11
Lampiran 23
Buku Defecta
12
13