PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang sangat cepat menuntut kita untuk senantiasa beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi. Banyak teknologi bermunculan, mulai dari perangkat keras (hardware)
hingga perangkat lunak (software) perkembangan teknologi tersebut mempermudah pelaksanaan
pekerjaan rutin sehari-hari.
Pada saat ini hampir semua instansi pemerintah/perusahaan telah beralih dari sistem lama
(manual) kepada sistem terkomputerisasi, yaitu dengan menggunakan aplikasi. Perubahan
tersebut salah satunya dilakukan pada sistem akuntansi keuangan. Perubahan sistem tersebut
dilakukan dengan harapan dapat mengoptimalkan pelaksanaan pekerjaan, meminimalisasi
terjadinya kesalahan (error), dan menghindari terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan negara.
Sejak tahun 2004, setiap Kementerian Negara/Lembaga diwajibkan untuk menyusun
sendiri laporan keuangan seperti yang disyaratkan oleh Undang-Undang Keuangan Negara No
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sebelumnya pelaksanaan pengelolaan keuangan
negara masih menggunakan ketentuan perundang-undangan yang disusun pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan UndangUndang Dasar 1945. Peraturan perundang-undangan tersebut belum dapat mengakomodasi
berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan
keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut harus disampaikan
kepada Kementerian Keuangan paling lambat dua bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga tersebut merupakan gabungan dari laporan
keuangan yang disusun oleh seluruh satuan kerja yang berada di bawahnya.
Pada saat penyusunan laporan keuangan, permasalahan atau kendala yang umum terjadi
pada tiap Kementerian/Lembaga/Instansi/Badan (K/L/I/B) adalah banyaknya unit kerja vertikal
yang berada dibawah K/L/I/B tersebut, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
proses rekonsiliasi laporan keuangan masing-masing unit kerja. Jumlah satuan kerja yang banyak
di seluruh Kementerian Negara/Lembaga ditambah dengan sedikitnya waktu yang tersedia untuk
menyusun laporan keuangan pada lingkup satuan kerja menjadi pertimbangan bagi Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan untuk memberikan kemudahan pada mereka dalam
penyusunan laporan keuangan, yaitu dalam bentuk penyediaan aplikasi pengelolaan keuangan
negara.
Aplikasi keuangan tersebut memberikan kemudahan kepada unit satuan kerja untuk
mencatat transaksi-transaksi keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan menghasilkan
laporan-laporan yang di butuhkan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan satuan kerja.
Aplikasi tersebut juga mempermudah tiap satuan kerja untuk melakukan proses rekonsiliasi
mulai dari tingkat satuan kerja sampai dengan ke tingkat pusat. Hal ini dikarenakan masing-
masing satuan kerja diwajibkan untuk menggunakan aplikasi yang diseragamkan dan mengacu
pada standar akuntansi pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Salah satu instansi pemerintah yang telah menggunakan sistem akuntansi keuangan
adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serang. Penggunaan Sistem Akuntansi Keuangan
(SAK) bertujuan untuk menerapkan tata kelola keuangan negara yang baik sebagaimana yang
dipersyaratkan oleh Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003. Sering terjadinya
kesalahan (error), pelaporan unbalance pada jumlah saldo akhir dan posisi keuangan unit kerja,
mengakibatkan terjadinya permintaan konfirmasi berulang kali oleh Kantor Wilayah (Kanwil)
turut melatarbelakangi perubahan penggunaan sitem akuntansi keuangan yang digunakan.
Pada lingkup Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Serang, aplikasi yang digunakan oleh petugas akuntansi untuk level Satuan Kerja yaitu aplikasi
Sistem Akuntansi Kuasa Penggunaan Anggaran (SAKPA). Sistem Akuntansi tersebut disediakan
dan dikembangkan oleh Kementerian Keuangan selaku CFO (Chief Financial Officer). Dalam
aplikasi tersebut terakomodir peraturan perundang-undangan sebagai dasar penggunaan aplikasi
tersebut, dan akan otomatis terupdate apabila ada perubahan perundang-undangan.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BELANJA PEGAWAI DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK (KPP) PRATAMA SERANG
BAB II
KAJIAN TEORI
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pemerintah pusat.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007, Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.
2.2 Teori Akuntansi
A. Pengertian Akuntansi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar
Akuntansi
Pemerintahan,
akuntansi
adalah
proses
pencatatan,
pengukuran,
uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif.
B. Pengertian Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah suatu seni pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan
(Kohler).
Akuntansi keuangan adalah ilmu pengetahuan terapan dan seni pencatatan yang dilakukan
secara terus menerus menurut sistem tertentu, mengolah dan menganalisis catatan tersebut
sehingga dapat disusun suatu laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pimpinan
perusahaan atau lembaga terhadap kinerjanya (Dr.M.Gade).
Akuntansi keuangan atau ada juga yang menyebut akunting adalah bahasa atau alat
komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi)
berupa posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis dan
hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu (Sofyan, 2007:4).
2.3 Teori Belanja Pegawai
Belanja di lingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus keluar dari
aset atau segala bentuk penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu yang berasal dari
produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam kegiatan operasional
entitas.
Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement Nomor 4, belanja didefinisikan
sebagai jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau properti lain yang
ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi
dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima.
Belanja di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia diartikan sebagai semua
pengeluaran bendahara umum negara / daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya
oleh pemerintah.
Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, belanja dapat diklasifikasikan menurut :
1.
Klasifikasi Ekonomi (jenis belanja)
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja
untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi pada pemerintah pusat meliputi belanja
pegawai, barang, modal, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial. Klasifikasi ekonomi pada
pemda meliputi belanja pegawai, barang, modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
belanja tak terduga.
2.
Klasifikasi Organisasi
Klasifikasi organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran.
Untuk pemerintah pusat, belanja per kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi di
bawahnya. Untuk pemda, belanja sekertariat DPRD, sekertariat daerah provinsi/kota/kabupaten,
dinas pemerintah tingkat provinsi/kota/kabupaten, dan lembaga teknis daerah tingkat
provinsi/kota/kabupaten.
3.
Klasifikasi Fungsi
Klasifikasi fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama
pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh klasifikasi
berdasarkan fungsi adalah belanja pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, kesehatan, pariwisata dan
budaya, agama, dan pendidikan.
Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan
kepada pegawai pemerintah (pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS) yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaian
dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai output dalam kategori belanja
barang.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1
Metode Penulisan
Metode penelitian merupakan suatu cara yang harus ditempuh dalam kegiatan penelitan
agar pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian dapat memenuhi karya ilmiah, (Sutrisno
Hadi, (1994:3).
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut
Moh.Nazir (2009:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kejadian peristiwa
pada masa sekarang.
Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk mebuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Objek kajian penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2000:99). Objek kajian yang diteliti
penulis yaitu khusus mengenai sistem akuntansi keuangan belanja pegawai di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Serang.
3.2
Jenis Data
Menurut Muhammad Teguh (2005:121-122) jenis data dalam peneliian terbagi menjadi
dua, antara lain :
a. Data Primer
Data Primer yaitu jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya
(sumber asli) baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis menggunkan data primer berupa
wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil
pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir, data
sekunder yang digunakan penulis berasal dari dokumen-dokumen atau
catatan-catatan di KPP Pratama Serang, dan buku-buku yang ada kaitannya
dengan objek yang diteliti penulis.
2.
Sumber Data
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir, penulis menggunakan Data Primer dan Data
Sekunder. Sumber data yang diperoleh penulis berasal dari :
a.
Wawancara/Interview
Wawancara adalah metode mengumpulkan data untuk memperoleh informasi secara
langsung dari sumbernya dengan mengajukan pertanyaan kepada pejabat bagian keuangan
melalui daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, yaitu mengenai sistem akuntansi
keuangan belanja pegawai.
b.
Kepustakaan
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber yang telah ada sesuai dengan topik
pembahasan dan objek yang di teliti. Penulis membaca literature seperti peraturan perundangundangan, peraturan menteri keuangan, catatan/laporan dan dokumen-dokumen lain yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
c.
Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang ada di KPP
Pratama Serang sesuai dengan topik pembahasan dan objek yang diteliti. Penulis mengambil
contoh dokumen sumber untuk diinput kedalam aplikasi.
3.3
setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan
kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam metode ini penulis mengumpulkan informasi dari kepustakaan yang berhubungan
dengan topik penelitian. Sumber-sumber informasi diperoleh dari buku, peraturan perundangundangan, dan peraturan kementerian keuangan.
c.
Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot,
agenda dan sebagainya.
Dalam metode ini penulis mengumpulkan data-data dengan cara mengambil data-data
yang diperlukan yang berkenaan dengan sistem akuntansi keuangan belanja pegawai di KPP
Pratama Serang, seperti : Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).