Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk 2004-2005


(Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Economic Value Added-EVA dan
Pengaruh EVA terhadap Market Value Added-MVA)

Oleh
LUSI BUDIHARTI
H24102007

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
Lusi Budiharti. H24102007. Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005. (Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap
Economic Value Added-EVA dan Pengaruh EVA terhadap Market Value AddedMVA). Di bawah bimbingan Budi Purwanto.
Krisis ekonomi Indonesia tahun 1997 telah melumpuhkan fungsi penting
perbankan sebagai lembaga intermediasi dana. Salah satu bank terbesar di
Indonesia yang terkena dampak dari krisis yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk (Bank BRI). Bank BRI berupaya untuk keluar dari krisis dengan
mengikuti program restrukturisasi yang dilakukan pemerintah. Untuk melakukan
restrukturisasi, Bank BRI membutuhkan dana berupa obligasi rekap sebesar
Rp 31,6 triliun. Akan tetapi, Bank BRI hanya mendapat Rp 29,1 triliun. Selain
program restrukturisasi, pemerintah juga menerbitkan cetak biru perbankan
Indonesia yang dikenal dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Salah satu
aspek penting dalam API yaitu klasifikasi perbankan berdasarkan tingkat
permodalan. Bank BRI sendiri pada akhir tahun 2002 mempunyai modal sebesar
Rp 8,45 triliun. Dalam rangka restrukturisasi dan memenuhi ketentuan
peningkatan permodalan API untuk menjadi bank nasional yang mengharuskan
Bank BRI mempunyai modal sebesar Rp 10 triliun atau lebih, Bank BRI berhasil
melakukan privatisasi melalui Initial Public Offering (IPO) dan menjadi
perusahaan go public pada tanggal 10 November 2003. Selain itu, privatisasi juga
dapat menjadi salah satu alternatif yang layak bagi pengembalian dana rekap.
Kini Bank BRI telah menjadi perusahaan publik. Peningkatan kinerja
keuangan juga harus terus menerus dilakukan oleh Bank BRI baik itu kinerja
operasional, kinerja ekonomis maupun kinerja pasar untuk menarik minat para
investor berinvestasi pada perusahaan. Manajer harus dapat membuktikan bahwa
modal yang diberikan oleh investor akan lebih menguntungkan dan produktif
apabila ditanamkan pada perusahaan tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: menganalisis tingkat
kesehatan Bank BRI dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), menganalisis pengaruh rasiorasio keuangan terhadap EVA Bank BRI, dan menganalisis pengaruh EVA
terhadap MVA Bank BRI. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan laba rugi dan neraca triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005,
dividen dan harga saham Bank BRI. Data dan informasi diolah baik secara
manual maupun dengan menggunakan software komputer (MinitabTM Release
14). Analisis dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan, EVA dan MVA,
serta pemodelan regresi dan korelasi. Analisis regresi digunakan untuk
mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap
MVA perusahaan. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui
hubungan antara rasio keuangan dengan EVA dan hubungan antara EVA dengan
MVA perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Bank BRI pada
tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004 jika ditinjau dari EVA dan MVA Bank
BRI. Nilai EVA pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 140,78 persen
jika dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 nilai EVA sebesar

Rp 3.101.832 juta meningkat menjadi Rp 7.468.664 juta pada tahun 2005. Nilai
MVA Bank BRI pada tahun 2005 mengalami peningkatan 4,05 persen menjadi
Rp 22.493.542 juta yang sebelumnya pada tahun 2004 hanya sebesar
Rp 21.618.716 juta. Akan tetapi, kalau dilihat dari rasio-rasio keuangan, tingkat
kesehatan Bank BRI pada tahun 2005 menurun jika dibandingkan dengan tahun
2004. Nilai NPM perusahaan pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 1,02
persen yaitu dari 21,40 persen pada tahun 2004 menjadi 21,18 persen pada tahun
2005. Nilai ROA pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 8,55 persen
menjadi 3,10 persen dibandingkan ROA tahun 2004 sebesar 3,39 persen. Nilai
ROE pada tahun 2005 mengalami penurunan 2,26 persen menjadi 28,52 persen
dibandingkan tahun sebelumnya, tahun 2004 yang mencapai 29,18 persen. Nilai
CAR pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 10,17 persen dari 18,09
persen pada tahun 2004 menjadi 16,25 persen pada tahun 2005. Nilai AUR pada
tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 8,81 persen dari 16,34 persen pada
tahun 2004 menjadi 14,90 persen pada tahun 2005.
Hasil regresi berganda antara rasio-rasio keuangan dengan EVA diperoleh
persamaan regresi yaitu: EVA = 23.776.084 1.135.320 CAR. Dimana CAR
berpengaruh negatif terhadap EVA, yang berarti bahwa penurunan CAR akan
meningkatkan EVA Bank BRI. Sehingga dari penjelasan di atas kita dapat
mengetahui bahwa penurunan kinerja operasional (rasio-rasio keuangan) yang
terjadi pada Bank BRI pada tahun 2004-2005 pada umumnya tidak berpengaruh
kecuali rasio CAR terhadap EVA Bank BRI. Hasil regresi sederhana antara EVA
dengan MVA diperoleh persamaan regresi yaitu: MVA = 13.674.080 + 1,61 EVA.
Dari persamaan tersebut, maka kita dapat melihat bahwa EVA mempunyai
pengaruh yang positif terhadap MVA Bank BRI, yang berarti bahwa kenaikan
EVA juga akan menaikan MVA Bank BRI.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN


PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk 2004-2005
(Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Economic Value Added-EVA dan
Pengaruh EVA terhadap Market Value Added-MVA)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
LUSI BUDIHARTI
H24102007

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN


PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk 2004-2005
(Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Economic Value Added-EVA dan
Pengaruh EVA terhadap Market Value Added-MVA)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
LUSI BUDIHARTI
H24102007
Menyetujui, Juni 2006

Ir. Budi Purwanto, ME


Dosen Pembimbing
Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Ujian: 5 Juni 2006

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 11 September 1983. Penulis


merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak H. Mamat
Rakhmat dan Ibu Hj. Emma Kominah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah IV
Jampangkulon pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri
2 Jampangkulon. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Jampangkulon, kemudian pada tahun 1999
melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Jampangkulon dalam
program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama perkuliahan, pada tahun 2006 penulis pernah mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam bidang Penelitian yang diadakan oleh
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) juga sebagai anggota dari Centre of
Management (COM@).

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk 2004-2005. (Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap Economic
Value Added-EVA dan Pengaruh EVA terhadap Markert Value Added-MVA).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluargaku tercinta: Bapak, Mama, Teh Fini, Neng Sri dan Gigin yang selalu
memberikan kasih sayang, motivasi, serta doa yang tulus sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan perhatian dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM dan Bapak Ali Mutasowifin, SE, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan berharga
demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis sejak menimba ilmu di
Departemen Manajemen.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Manajemen pada khususnya dan IPB pada
umumnya atas ilmu pengetahuan yang telah diajarkan.
6. Seluruh staf karyawan/wati Departemen Manajemen FEM IPB atas
bantuannya.
7. Teman-temanku: Ela, Risa, Yulis, Ayu dan Nawang untuk kebersamaan yang
indah selama kuliah.

iv

8. Rangga Jatnika yang telah memberikan motivasi, doa dan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Eka atas petunjuk ilmu statistiknya,
Desti sebagai guide di Jakarta dan Rinta sebagai teman perjalanan ke Jakarta.
9. Mba Ida, Mba Reni KN dan Kak Doni atas masukan-masukan yang berarti
dalam pembuatan skripsi ini.
10. Teman-teman kosan Nabila Dahlia atas kegembiraan dan dukungan selama
ini.
11. Rekan-rekan satu bimbingan: Gupitri, Ahyani, Denden, Prima dan Syafar
untuk kerjasamanya.
12. Teman-teman seperjuangan, Manajemen 39 FEM IPB.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas
bantuannya.
Tidak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk penyempurnaan
skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua. Amin.

Bogor, Juni 2006

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

iii

KATA PENGANTAR.................................................................................

iv

DAFTAR ISI................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

I.

PENDAHULUAN...............................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................

1
1
3
3
4

II.

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................


2.1. Pengertian Bank ...........................................................................
2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan .....................................................
2.3. Laporan Keuangan .......................................................................
2.3.1. Neraca ...............................................................................
2.3.2. Laporan Laba Rugi............................................................
2.4. Rasio Keuangan ...........................................................................
2.4.1. Rasio Rentabilitas .............................................................
2.4.2. Rasio Solvabilitas..............................................................
2.4.3. Rasio Efisiensi Usaha........................................................
2.4.4. Kelebihan dan Kekurangan Rasio Keuangan....................
2.5. Economic Value Added (EVA) ....................................................
2.5.1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/Laba Bersih
Setelah Pajak sebagai Komponen EVA ............................
2.5.2. Cost of Capital (COC)/Biaya Modal sebagai Komponen
EVA ..................................................................................
2.5.3. Kelebihan dan Kekurangan EVA......................................
2.6. Market Value Added (MVA)........................................................
2.6.1. Market Value (Nilai Pasar) sebagai Komponen MVA ....
2.6.2. Shares Outstanding (Jumlah Saham) sebagai Komponen
MVA .................................................................................
2.6.3. Book Value (Nilai Buku) sebagai Komponen MVA.........
2.6.4. Kelebihan dan Kekurangan MVA.....................................
2.7. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap EVA ..........................
2.8. Pengaruh EVA terhadap MVA ....................................................
2.9. Penelitian Terdahulu ....................................................................

5
5
5
6
6
7
7
8
9
10
10
11

vi

14
14
17
18
18
19
19
19
20
20
21

III.

METODOLOGI PENELITIAN ......................................................


3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................
3.2. Metode Penelitian .......................................................................
3.2.1. Pengumpulan Data ...........................................................
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data..........................................

24
24
28
28
28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................


4.1. Gambaran Umum Bank BRI.......................................................
4.1.1. Sejarah Bank BRI.............................................................
4.1.2. Visi, Misi dan Strategi Bank BRI ....................................
4.1.3. Manajemen dan Struktur Organisasi................................
4.1.4. Kegiatan Usaha Bank BRI ...............................................
4.2. Kinerja Keuangan Perusahaan ....................................................
4.2.1. Rasio-rasio Keuangan ......................................................
4.2.2. Economic Value Added (EVA) ........................................
4.2.3. Market Value Added (MVA)............................................
4.2.4. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap EVA ..............
4.2.5. Pengaruh EVA terhadap MVA ........................................

38
38
38
42
42
43
45
46
54
57
58
62

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................


1. Kesimpulan .............................................................................................
2. Saran .......................................................................................................

65
65
65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

67

LAMPIRAN.................................................................................................

69

vii

DAFTAR TABEL

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Halaman
Langkah-langkah perhitungan EVA ....................................................
Langkah-langkah perhitungan MVA ...................................................
Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA ............
NPM triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005......................................
NIM triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005.......................................
ROA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005......................................
ROE triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005 ......................................
CAR triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005 ......................................
AUR triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005......................................
EVA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005 ......................................
MVA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005 .....................................
Persamaan dan statistik pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
EVA ......................................................................................................
Persamaan dan statistik pengaruh CAR, NPM dan NIM terhadap
EVA ......................................................................................................
Hasil uji signifikasi pengaruh CAR, NPM dan NIM terhadap EVA ...
Persamaan dan statistik pengaruh CAR terhadap EVA .......................
Persamaan dan statistik pengaruh EVA terhadap MVA .....................

viii

30
31
35
47
49
50
51
52
54
55
57
59
60
60
61
63

DAFTAR GAMBAR

No.
1.
2.

Halaman
Alur penelitian......................................................................................
Kerangka pemikiran penelitian ............................................................

ix

25
27

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1. Struktur organisasi Bank BRI................................................................


2. Laporan neraca triwulanan Bank BRI tahun 2004 ................................
3. Laporan neraca triwulanan Bank BRI tahun 2005 ................................
4. Laporan laba rugi triwulanan Bank BRI tahun 2004.............................
5. Laporan laba rugi triwulanan Bank BRI tahun 2005.............................
6. Perhitungan Net Profit Margin (NPM)..................................................
7. Perhitungan Net Interest Margin (NIM)................................................
8. Perhitungan Return on Asset (ROA) .....................................................
9. Perhitungan Return on Equity (ROE)....................................................
10. Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR).........................................
11. Perhitungan Asset Utilization Ratio (AUR)...........................................
12. Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT).........................
13. Perhitungan biaya hutang (Kd*)............................................................
14. Perhitungan biaya ekuitas (Ke)..............................................................
15. Perhitungan struktur modal ...................................................................
16. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) ....................
17. Perhitungan Invested Capital (IC).........................................................
18. Perhitungan Cost of Capital (COC).......................................................
19. Perhitungan Economic Value Added (EVA) .........................................
20. Perhitungan Market Value Added (MVA).............................................
21. Output regresi berganda antara rasio-rasio keuangan dengan EVA......
22. Output regresi berganda antara CAR, NPM, dan NIM dengan EVA....
23. Output regresi sederhana antara CAR dengan EVA .............................
24. Output regresi berganda antara rasio-rasio keuangan dengan EVA
menggunakan stepwise regression ........................................................
25. Output regresi sederhana antara EVA dengan MVA ............................

70
71
73
75
76
77
77
77
78
78
78
79
79
79
79
79
80
80
80
81
81
82
83
83
84

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Krisis ekonomi Indonesia tahun 1997 mengakibatkan tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulan naik dari 10,5 persen
pada bulan Juni 1997 menjadi 70,8 persen pada bulan Juli 1998. Selain itu,
nilai tukar rupiah pun mengalami gejolak dan terdepresiasi secara
signifikan dari Rp 2.360 per US$ 1 pada tanggal 2 Januari 1997 hingga
mencapai Rp 16.950 per US$ 1 pada tanggal 17 Juni 1998. Dari data
statistik moneter, pada akhir tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 4,70 persen, sedangkan pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi
Indonesia menurun drastis mencapai angka negatif 3,02 persen (Sugema,
2004). Kondisi ekonomi yang memburuk ini telah melumpuhkan fungsi
penting perbankan sebagai lembaga intermediasi dana.
Salah satu bank terbesar di Indonesia yang terkena dampak dari
krisis yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI). Bank
BRI mengalami penurunan kinerja finansial secara drastis. Non
Performing Loan (NPL) meningkat tajam mencapai 52,92 persen pada
tahun 1998, diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar dan peningkatan suku
bunga yang menyebabkan nilai kredit dan beban bunga meningkat tajam.
Net Interest Margin (NIM) yang menunjukkan angka negatif 3,2 persen
pada tahun 1998, diakibatkan oleh total beban bunga lebih besar dari total
pendapatan bunga. Kerugian yang diderita kemudian menurunkan ekuitas
Bank BRI yaitu dari Rp 1.837 miliar pada tahun 1997 menjadi negatif
Rp 24.747 miliar pada tahun 1998 dan negatif Rp 26.286 miliar pada tahun
1999. Menurunnya ekuitas menekan tingkat kecukupan modal Bank BRI.
Pada tahun 1998, posisi CAR Bank BRI telah defisit sebesar negatif 61,5
persen dan menurun menjadi negatif 118,4 persen pada tahun 1999
(Sugema, 2004).
Bank BRI berupaya untuk keluar dari krisis dengan mengikuti
program restrukturisasi yang dilakukan pemerintah. Restrukturisasi yaitu
kebijakan pemerintah untuk membangun kembali sistem perbankan yang

sehat dengan menyelesaikan masalah perbankan yang telah terjadi. Untuk


melakukan restrukturisasi, Bank BRI membutuhkan dana berupa obligasi
rekap sebesar Rp 31,6 triliun. Akan tetapi, Bank BRI hanya mendapat
Rp 29,1 triliun. Selain program restrukturisasi, pemerintah juga
menerbitkan cetak biru (blueprint) perbankan Indonesia yang dikenal
dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API merupakan kerangka
dasar pembangunan sistem perbankan Indonesia yang menyeluruh 5-10
tahun ke depan dengan memperkuat struktur perbankan nasional. Salah
satu aspek penting dalam API yaitu klasifikasi perbankan berdasarkan
tingkat permodalan. Bank diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu:
(1) Bank Internasional dengan jumlah modal Rp 50 triliun ke atas,
(2) Bank Nasional dengan jumlah modal antara Rp 10 triliun sampai
Rp 50 triliun, (3) Bank dengan fokus yaitu yang memiliki modal Rp 0,1
triliun sampai Rp 10 triliun dan (4) Bank dengan kegiatan usaha terbatas
yang meliputi BPR dan bank-bank kecil yang memiliki modal dibawah
Rp 100 miliar. Bank BRI sendiri pada akhir tahun 2002 mempunyai modal
sebesar Rp 8,45 triliun (Sugema, 2004).
Dalam rangka restrukturisasi dan memenuhi ketentuan peningkatan
permodalan API untuk menjadi bank nasional, Bank BRI berhasil
melakukan privatisasi melalui Initial Public Offering (IPO) dan menjadi
perusahaan go public pada tanggal 10 November 2003. Selain untuk
memenuhi ketentuan restrukturisasi dan API, privatisasi juga dapat
menjadi salah satu alternatif yang layak bagi pengembalian dana rekap.
Kini Bank BRI telah menjadi perusahaan publik dan tercatat
sahamnya di bursa efek. Pencapaian ini menjadi pemicu untuk semakin
ditegakkannya keterbukaan informasi dan praktik tata kelola perusahaan
yang baik untuk mendukung kinerja usaha yang terbaik. Karena sejak saat
ini, apapun perkembangan Bank BRI, baik ataupun buruk, akan direspon
seketika oleh pelaku pasar di bursa. Peningkatan kinerja keuangan juga
harus terus menerus dilakukan oleh Bank BRI baik itu kinerja operasional,
kinerja ekonomis maupun kinerja pasar untuk menarik minat para investor
berinvestasi pada perusahaan, karena pada saat ini untuk memperoleh dana

pada pasar modal tidaklah mudah. Mobilitas modal sangat tinggi, dalam
hitungan detik modal dapat segera berpindah dari satu perusahaan ke
perusahaan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan kerja keras dari manajer
sebagai pengelola perusahaan. Manajer harus dapat membuktikan bahwa
modal yang diberikan oleh investor akan lebih menguntungkan dan
produktif apabila ditanamkan pada perusahaan tersebut, karena memang
sudah menjadi karakteristik investor pada umumnya, mereka berinvestasi
pada perusahaan yang dapat memberikan nilai pada saham-sahamnya.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan Bank BRI dengan menggunakan rasiorasio keuangan, Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA)?
2. Apakah nilai tambah ekonomis (EVA) Bank BRI dipengaruhi oleh
rasio-rasio keuangan Bank BRI?
3. Apakah nilai tambah pasar (MVA) Bank BRI dipengaruhi oleh EVA
Bank BRI?

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat kesehatan Bank BRI dengan menggunakan rasiorasio keuangan, EVA dan MVA.
2. Menganalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA Bank BRI.
3. Menganalisis pengaruh EVA terhadap MVA Bank BRI.

1.4.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih
mendalam mengenai kinerja Bank BRI dalam penciptaan rasio-rasio
keuangan, EVA dan dalam sudut pandang investor (MVA) serta pengaruh
antara rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap
MVA perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Bank
Kasmir (2003) mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya. Arti lembaga keuangan itu sendiri adalah setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya baik
hanya

menghimpun

dana

atau

kedua-duanya

menghimpun

dan

menyalurkan dana.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998
tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.2.

Kinerja Keuangan Perusahaan


Menurut Lesmana dan Surjanto (2003) kinerja keuangan adalah
analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan
evaluasi kinerja di masa yang lalu, dengan melakukan berbagai analisis,
sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas
perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut.
Alat analisis yang biasa digunakan adalah analisis rasio yaitu
perbandingan dari data keuangan perusahaan yang berhubungan sehingga
dapat memperoleh gambaran tentang kinerja perusahaan.
Analisis kinerja terbaru yang dikembangkan oleh lembaga
konsultan Stern Strewart & Co mulai digunakan yaitu analisis nilai tambah
ekonomis (Economic Value Added/EVA) dan nilai tambah pasar (Market
Value Added/MVA). EVA mempertimbangkan biaya modal sehingga
kepentingan pemegang saham terpenuhi dan EVA dapat menjawab
masalah keagenan.

2.3.

Laporan Keuangan
Laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang diterbitkan
setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini
berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi
perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan
(Bringham dan Houston, 2001).
Laporan keuangan digunakan oleh para manajer sebagai informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga harus disiapkan
secara periodik, karena selain manajer, ada pihak-pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan antara lain:
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat umum untuk perusahaan
yang sudah go public.
Kinerja

keuangan

perusahaan

dapat

dievaluasi

dengan

menggunakan laporan keuangan. Ada empat laporan keuangan dasar yang


biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan yaitu: (1) neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan ekuitas dan
(4) laporan arus kas. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok laporan
keuangan bank yang akan digunakan, yaitu neraca dan laporan laba rugi.
2.3.1. Neraca
Menurut Brigham dan Houston (2001) Neraca adalah
laporan posisi keuangan pada suatu waktu tertentu. Neraca
memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban atau hutang
dan ekuitas pemilik untuk periode waktu tertentu. Aktiva
menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan bagaimana
seluruh sumber daya perusahaan didanai.

2.3.2. Laporan Laba Rugi


Menurut Brigham dan Houston (2001) laporan laba rugi
adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban
perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya
setiap kuartal atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan
pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode
tertentu. Laporan atas laba dan dividen per saham disajikan pada
bagian bawah laporan.

2.4.

Rasio Keuangan
Menurut Munawir (1995), rasio keuangan menggambarkan
mathematical relationship (hubungan atau perimbangan) antara jumlah
tertentu dengan jumlah lainnya pada laporan keuangan. Penggunaan rasio
keuangan akan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik
buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan, terutama bila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan
sebagai standar industri.
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Setiap bentuk dari analisis rasio mempunyai tujuan tertentu atau
digunakan untuk menentukan perbedaan penekanan hubungan (Brigham
dan Houston, 2001).
Menurut Keown, et al. (2001), rasio keuangan membantu kita
mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.
Analisis rasio dapat diklasifikasikan ke dalam enam kelompok yaitu:
(1) rasio likuiditas, (2) rasio rentabilitas, (3) rasio solvabilitas, (4) rasio
efisiensi usaha, (5) rasio hutang (leverage) dan (6) rasio nilai pasar. Dalam
penelitian ini terdapat tiga kelompok rasio keuangan bank yang akan
digunakan, yaitu rasio rentabilitas, rasio solvabilitas dan rasio efisiensi
usaha.

Pemilihan

ketiga

kelompok

rasio

ini

didasarkan

pada

kerelevanannya dengan peningkatan aset perusahaan, kerelatifannya


dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan standar pembanding untuk

dipublikasikan oleh setiap bank sebagai acuan dalam menilai kinerja


keuangan perusahaan.
2.4.1. Rasio Rentabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2001), rasio rentabilitas
atau sering juga disebut rasio profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Dapat juga dikatakan bahwa
rasio rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio rentabilitas
perusahaan diukur dari kemampuannya dalam menggunakan aktiva
secara produktif. Dengan demikian, rentabilitas perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu
periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan
dalam periode yang sama.
Rasio rentabilitas dapat diukur dengan menggunakan
beberapa rasio. Rasio tersebut antara lain: Net Profit Margin
(NPM), Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE).
Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan net income (laba bersih)
dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut juga tingkat
kemampulabaan suatu perusahaan.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biayabiaya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih atas total aset
yang dimiliki bank dan mengindikasikan perusahaan menggunakan

seluruh aset yang tersedia dengan baik. ROA digunakan untuk


mengevaluasi aktivitas keseluruhan perusahaan.
Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba
bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi pemakaian
modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung
dengan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu
perusahaan, maka semakin baik perusahaan dalam mengelola
manajemennya (Keown et al., 2001).
2.4.2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau sering juga disebut rasio permodalan
merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk
membiayai kegiatannya (Kasmir dalam Imamah, 2005). Suatu
bank dikatakan solvabel apabila bank tersebut mempunyai aktiva
yang cukup untuk membayar semua hutangnya. Salah satu rasio
yang digunakan untuk menilai tingkat solvabilitas bank adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR).
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan
kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan suratsurat berharga (Martono dalam Imamah, 2005).
Menurut laporan keuangan Bank BRI, terdapat tiga macam
perhitungan CAR. Pertama, CAR dengan memperhitungkan risiko
kredit. Kedua, CAR dengan memperhitungkan risiko kredit dan
risiko pasar. Ketiga, CAR yang didapat dari perbandingan antara
aktiva tetap terhadap modal. Perhitungan aktiva tetap adalah
sebelum dikurangi akumulasi penyusutan. Sedangkan menurut
ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 tanggal

10

17 Juli 2003, CAR diperoleh dari perbandingan antara total modal


dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
2.4.3. Rasio Efisiensi Usaha
Rasio efisiensi usaha atau sering juga disebut rasio aktivitas
digunakan untuk mengukur apakah bank telah menggunakan
semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna
(Martono dalam Imamah, 2005). Melalui rasio-rasio keuangan ini
dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai
oleh manajemen bank yang bersangkutan. Salah satu rasio efisiensi
usaha yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asset Utilization
Ratio (AUR).
Asset Utilization Ratio (AUR)
Asset Utilization Ratio (AUR) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen suatu bank dalam memanfaatkan aktiva
yang dikuasai untuk memperoleh total income, yang terdiri dari
operating income dan non operating income.
2.4.4. Kelebihan dan Kekurangan Rasio Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2001) kelebihan rasio
keuangan antara lain:
1. Rasio keuangan mudah dalam perhitungannya.
2. Rasio

keuangan

menganalisis,

dapat

digunakan

mengendalikan

dan

untuk

membantu

memperbaiki

operasi

perusahaan.
3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menentukan
kemampuan perusahaan membayar utang.
4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko
dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Walaupun rasio keuangan dapat memberikan informasi
yang berguna tentang operasi dan kondisi keuangan perusahaan,
namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang perlu

11

diperhatikan. Kekurangan tersebut antara lain (Brigham dan


Houston, 2001):
1. Rasio

keuangan

lebih

berguna

bagi

perusahaan

kecil

dibandingkan perusahaan multidivisi.


2. Inflasi dapat memberikan nilai yang dicatat seringkali berbeda
dengan nilai yang sebenarnya pada neraca perusahaan.
3. Faktor-faktor musiman dapat mendistorsi analisis rasio
keuangan.
4. Perusahaan dapat menggunakan window dressing untuk
membuat laporan keuangan nampak lebih baik.
5. Praktik

akuntansi

yang

berbeda

dapat

mendistorsi

perbandingan.
6. Sangat sulit untuk menyamaratakan apakah suatu rasio tertentu
baik atau buruk.
7. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang
kelihatan bagus dan yang lainnya kelihatan buruk, yang
membuat sulit untuk menyatakan apakah perusahaan tersebut
kuat atau lemah.
8. Tidak memperhitungkan biaya modal.

2.5.

Economic Value Added (EVA)


Economic Value Added (EVA) pertama kali digambarkan oleh
Alfred Marshall pada tahun 1890 dalam bukunya yang berjudul Principle
of Economic. Dasar teoritis dari konsep nilai tambah ekonomis disajikan
dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961
oleh dua ekonom keuangan, yaitu Merton H. Miller dan Franco
Modigliani, yang memenangkan hadiah nobel dalam bidang ekonomi.
Mereka berargumentasi bahwa laba ekonomis merupakan sumber
penciptaan nilai di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian ditentukan
berdasarkan risiko yang diasumsikan oleh investor. Akan tetapi, Miller dan
Modigliani tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis
dalam suatu perusahaan. Konsep EVA mulai digunakan secara luas pada

12

tahun 1990an, tepatnya dipopulerkan pertama kali oleh G. Bennett


Stewart, III, Managing Partner dari Stern Stewart and Co dalam bukunya
The Quest for Value (Tunggal, 2001).
EVA adalah nilai tambah yang diberikan oleh manajemen kepada
pemegang saham selama satu tahun tertentu (Bringham dan Houston,
2001). EVA membantu manajer memastikan bahwa perusahaannya dapat
menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan
EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya.
EVA sangat bermanfaat apabila digunakan sebagai penilai kinerja
perusahaan di mana fokus penilaian kinerjanya adalah pada penciptaan
nilai. Secara sederhana, angka EVA diperoleh dari laba usaha dikurangi
biaya-biaya

atas

modal

yang

diinvestasikan.

Pendekatan

EVA

memasukkan semua unsur dalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan
(Utama, 1997).
Menurut Young dan OByrne (2001) EVA sama dengan Net
Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT
merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang
diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Biaya modal sama dengan
modal yang diinvestasikan oleh perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang
dari biaya modal (Weighted Average Cost of Capital/WACC). WACC
sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal- hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham- ditimbang
berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada
nilai pasar. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak
menanggung bunga (non interest bearing liabilities) seperti hutang upah
yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang
diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh
hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga,
hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya.

13

Jadi, komponen EVA terdiri dari Net Operating Profit After TaxNOPAT (laba bersih setelah pajak), dan Cost of Capital-COC (biaya
modal). Cost of Capital-COC (biaya modal) merupakan perkalian antara
Weighted Average Cost of Capital-WACC (biaya modal rata-rata
tertimbang) dengan Invested Capital-IC (modal yang diinvestasikan).
Dengan demikian, EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT Cost of Capital
= NOPAT - (WACC x Invested Capital)
di mana NOPAT

= Net Operating Profit After Tax (laba operasi


setelah pajak).

WACC

= Weighted Average Cost of Capital (biaya


modal rata-rata tertimbang).

Invested Capital = Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan


untuk membiayai usahanya yang terdiri dari
hutang dan modal sendiri.
Hasil perhitungan EVA akan bernilai lebih besar dari nol (positif),
lebih kecil dari nol (negatif), dan sama dengan nol (Poeradisastra, 2001)
yang berarti:
1. Kondisi

EVA

yang

positif

(EVA>0)

mencerminkan

tingkat

kompensasi yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Ini berarti
manajemen telah mampu menciptakan peningkatan nilai kekayaan
perusahaan. Semakin positif EVA berarti semakin bagus kinerja
perusahaan tersebut, artinya manajemen telah menjalankan tugasnya
dengan baik.
2. Kondisi EVA yang negatif (EVA<0) menunjukkan adanya penurunan
nilai kekayaan karena laba yang tersedia tidak mampu memberikan
kompensasi yang setimpal dengan investasi yang ditanam.
3. Kondisi EVA sama dengan nol (EVA=0) berarti laba yang tersedia
impas untuk memenuhi harapan pemodal dan kinerja keuangan
perusahaan tergolong sehat.

14

2.5.1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/Laba Bersih Setelah


Pajak sebagai Komponen EVA
Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan
laba operasi perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan
menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih
setelah pajak ditambah dengan beban bunga. Untuk perhitungan
NOPAT dapat diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan
(Tunggal, 2001).
2.5.2. Cost of Capital (COC)/Biaya Modal sebagai Komponen EVA
Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik
berasal dari hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang
digunakan untuk investasi atau membiayai operasional perusahaan
dikenakan suatu biaya disebut biaya modal. Baik hutang maupun
modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau dalam
modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic,
sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benarbenar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran
bunga. Biaya tersebut harus mencerminkan rata-rata tertimbang
berbagai sumber dana yang digunakan (Husnan, 1998).
Total biaya modal menunjukkan besarnya tingkat dari
pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana atas modal
yang

diinvestasikan

di

perusahaan.

Besarnya

kompensasi

tergantung pada tingkat risiko perusahaan yang bersangkutan.


Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi tingkat
pengembalian yang dituntut oleh investor (Utama, 1997).
Weighted Average Cost of Capital (WACC)/Biaya Modal Ratarata Tertimbang
Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah tingkat
pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi
masing-masing instrumen pembiayaan dalam struktur permodalan
perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi

15

ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Pembobotan perlu,


karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda baik jangka pendek
maupun jangka panjang tidak sama resikonya bagi investor. Maka
tiap-tiap bentuk pembiayaan yang dipilih perusahaan memiliki
biaya yang berbeda. Bentuk pembiayaan yang dipergunakan
perusahaan

bermacam-macam,

tetapi

secara

umum

dapat

diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu hutang dan ekuitas


(Tunggal, 2001).
Menurut Rousana (1997), WACC terdiri dari komponen
biaya hutang dan biaya ekuitas. Biaya hutang (Kd) adalah rate
yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar sekarang untuk
mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya hutang
terjadi dalam perusahaan akibat adanya penggunaan dana
pinjaman. Hutang disini mencakup semua hutang baik jangka
panjang maupun jangka pendek yang didapat dari kelompok di luar
perusahaan.
Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan
beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah
secara tertimbang (weighted). Adanya pembayaran bunga oleh
perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak,
maka Kd harus dikoreksi dengan faktor (1-T), dengan T adalah
tingkat pajak yang dikenakan. Hal tersebut serupa dengan
pernyataan Brigham dan Houston (2001) yang menyatakan bahwa
adanya biaya bunga yang wajib dibayarkan dikurangi dengan
penghematan pajak yang timbul. Bunga dalam perhitungan pajak
ini bersifat tax deductible sehingga dikalikan dengan (1-T), dimana
T adalah tarif pajak marjinal dari perusahaan.
Sedangkan biaya ekuitas (Ke) adalah biaya yang timbul
akibat investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada
perusahaan. Mereka berhak untuk mendapatkan pembagian dividen
di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial
perusahaan tersebut. Besarnya dividen tidak ditentukan pada saat

16

investor menyerahkan dananya, tetapi bersifat tidak tentu


tergantung pada kinerja perusahaan tersebut di masa yang akan
datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang yang sudah
memperhitungkan kepastian tingkat suku bunga yang disetujui.
Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan return yang
diharapkan oleh pemegang saham. Untuk itu harus berdasarkan
nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.
Struktur Modal
Keputusan mengenai struktur modal menurut Brigham dan
Gapenski (1996) adalah hal yang sangat penting dalam menghitung
biaya rata-rata tertimbang dari modal. Struktur modal perusahaan
terdiri dari proporsi modal terhadap ekuitas. Adanya perubahan
struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko yang
terkandung pada saham biasa perusahaan yang pada akhirnya
mempengaruhi harga saham dan laba ditahan.
Perusahaan yang menetapkan struktur modal yang optimal
akan menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat
pengembalian sehingga akan memaksimumkan harga saham.
Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung
menurunkan

harga

saham,

tetapi

meningkatnya

tingkat

pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham


tersebut (Utama, 1997).
Invested Capital (IC)/Modal yang Diinvestasikan
Menurut Tunggal (2001), Invested Capital (IC) adalah
jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka
pendek tanpa bunga atau non interest bearing liabilities. Yang
termasuk dalam kategori non interest bearing liabilities yaitu
hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak dan
uang muka pelanggan.

17

Ada dua cara untuk menentukan IC, yaitu dengan


pendekatan operasional dan pendekatan keuangan. Menurut
pendekatan operasional, IC diperoleh dari penjumlahan aktiva
tetap, kas dan working capital requirement, yaitu total aktiva
dikurangi hutang dagang dan hutang beban lainnya. Sedangkan
menurut pendekatan keuangan, IC diperoleh dari penjumlahan
interest bearing liabilities (pinjaman jangka pendek dan jangka
panjang) dengan ekuitas pemegang saham.
2.5.3. Kelebihan dan Kekurangan EVA
Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA
sebagai pengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut
Utama (1997) kelebihan EVA antara lain:
1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai
kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada
penciptaan nilai (value creation).
2. EVA

akan

menyebabkan

perusahaan

untuk

lebih

memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA


memperhitungkan biaya modal.
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau
proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada
biaya modalnya.
Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan
yang tinggi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode
EVA juga mempunyai beberapa kelemahan (Utama, 1997), yaitu:
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu
periode tertentu, padahal nilai suatu perusahaan merupakan
akumulasi selama seumur hidup perusahaan.
2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah
karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas
biaya modal, dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang
belum go public sulit dilakukan dengan tepat.

18

2.6.

Market Value Added (MVA)


Sistem perhitungan MVA pertama kali dipopulerkan oleh Stern
Steward Management Service yang merupakan perusahaan konsultan dari
Amerika Serikat. Menurut Brigham dan Houston (2001), MVA adalah
perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang
diinvestasikan investor. Sedangkan menurut Young dan OByrne (2001)
MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas
dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar
dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada
tanggal tertentu (jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang
diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada
tanggal yang sama.
Menurut Ruky (1997) terdapat dua komponen pembentuk MVA,
yakni market value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital
supplied by shareholders atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Market value equity adalah nilai pasar yang dicerminkan
dengan harga saham perusahaan yang dikalikan dengan jumlah saham
yang beredar. Sedangkan equity capital supplied by sharesholders dapat
diperoleh dari nilai buku perusahaan.
Dengan demikian, MVA dapat dirumuskan sebagai berikut:
MVA = (Market Value x Shares Outstanding) Book Value
Jika MVA lebih besar daripada nol, maka perusahaan telah
menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai
negatif, maka perusahaan telah melakukan kinerja yang buruk karena telah
menghancurkan modal investor.
2.6.1. Market Value (Nilai Pasar) sebagai Komponen MVA
Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal.
Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di
pasar modal. Jadi, nilai pasar perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan harga saham.

19

2.6.2. Shares Outstanding (Jumlah Saham) sebagai Komponen MVA


Jumlah saham di sini adalah jumlah saham yang diedarkan
oleh sebuah perusahaan. Saham yang beredar tersebut merupakan
hak atas sebagian dari perusahaan terbatas atas suatu bukti
penyertaan atau partisipasi dalam modal suatu perusahaan (Keown
et al., 2001). Seorang investor yang memiliki saham suatu
perusahaan berarti turut memiliki sebagian dari perusahaan
tersebut.
2.6.3. Book Value (Nilai Buku) sebagai Komponen MVA
Nilai buku ekuitas adalah total nilai ekuitas atau modal
yang ditanamkan pada perusahaan yang tercantum pada laporan
neraca keuangan perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya
historikal aktiva daripada nilai pasar sekarang.
2.6.4. Kelebihan dan Kekurangan MVA
Menurut Young dan OByrne (2001) kelebihan penggunaan
MVA di antaranya adalah MVA dapat mencerminkan keputusan
pasar mengenai bagaimana manajer suatu perusahaan sukses
meningkatkan kinerja perusahaan dengan menginvestasikan modal
yang sudah dipercayakan kepadanya.
MVA secara konseptual sebagai tolok ukur kinerja juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan MVA menurut Young
dan OByrne (2001), yaitu:
1. MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang
saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat
divisi.
2. Untuk suatu periode waktu tertentu, tidak memberikan solusi
peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham.
3. MVA

mengabaikan

kesempatan

biaya

modal

yang

diinvestasikan dalam perusahaan.


4. Pengukuran MVA gagal memperhitungkan uang kas pada masa
lalu kepada pemegang saham.

20

2.7.

Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap EVA


Dari perspektif keuangan, analisis rasio keuangan merupakan salah
satu penggerak EVA. Hal ini disebabkan karena analisis EVA tidak terlalu
praktis digunakan untuk manajer tingkatan yang lebih rendah, dan sebagai
respon terhadap tantangan ini, perusahaan beralih kepada penggerak EVA,
yaitu rasio-rasio keuangan yang dapat lebih akurat diukur pada tingkat
yang lebih rendah dan lebih sesuai dengan tanggung jawab dari unit
manajer. Analisis EVA secara progresif memilah rasio keuangan dan
menjadi bagian dari EVA serta memberikan wawasan penting ke dalam
sumber-sumber EVA. Analisis rasio dapat mengaitkan EVA sehingga
dapat mengkuantifikasi dampak peningkatan atau pemburukan rasio kunci
pada EVA.
Nilai tambah ekonomis perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor
di dalam maupun di luar perusahaan. Kinerja operasional keuangan (rasiorasio keuangan) yang baik akan mempengaruhi nilai tambah ekonomis
yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio-rasio keuangan perusahaan
memiliki hubungan dengan penciptaan nilai tambah ekonomis yang
dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena belum adanya patokan standar
baku rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi EVA, maka hal ini hanya
dapat dilihat dari rasio-rasio yang relevan dengan peningkatan aset, rasiorasio yang dijadikan standar pembanding untuk dipublikasikan oleh setiap
bank sebagai acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan serta
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA). Rasio keuangan yang digunakan yaitu Net Interest Margin
(NIM), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Asset Utilization Ratio
(AUR).

2.8.

Pengaruh EVA terhadap MVA


Investor yang ingin menanamkan modalnya pada sebuah
perusahaan

go

public

menggunakan

market

value

sebagai

alat

penilaiannya. Umumnya, fluktuasi nilai market value disebabkan oleh

21

adanya perubahan laba perusahaan yang tercermin dalam laporan kinerja


keuangan, sehingga pengukuran kinerja keuangan menjadi sangat penting
bagi perusahaan dalam menarik investor untuk berinvestasi. Kinerja
keuangan perusahaan yang baik adalah kinerja keuangan yang dapat
mempengaruhi nilai dari market value. Perusahaan dapat meningkatkan
MVA dengan meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran kinerja
internal perusahaan. Nilai EVA yang semakin tinggi akan meningkatkan
nilai perusahaan. Di mana penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada
harga saham yang lebih tinggi.

2.9.

Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan, khususnya bank
telah banyak dilakukan. Umumnya kinerja keuangan bank dianalisis
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added
(EVA).
Pada tahun 2005, Hamidatul Imamah meneliti kinerja keuangan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004 dengan menggunakan rasiorasio keuangan dan EVA serta mencari pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap Economic Value Added (EVA). Rasio-rasio keuangan yang
digunakan terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin
(NIM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam
penelitian ini tidak dianalisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai
tambah pasar (Market Value Added/MVA) juga pengaruh EVA terhadap
MVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003-2004 pada umumnya menjadi lebih
baik. Hasil analisis rasio-rasio keuangan dan EVA menunjukkan kinerja
yang berbeda. Artinya, kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
menurut rasio keuangan pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2003
karena sebagian besar pengukur kinerja keuangan perusahaan mengalami
peningkatan. Akan tetapi, kalau diukur dengan EVA, pada tahun 2004
kinerja keuangan perusahaan kurang baik daripada tahun 2003 karena

22

EVA mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2004
pendayagunaan sumber daya perusahaan menurun dari tahun 2003 bila
ditinjau dari AUR. Artinya, Bank Mandiri mengalami penurunan kinerja
dalam hal pengelolaan aset perusahaan.
Pada tahun 2004, Evi Sari Priantini meneliti kinerja keuangan dan
lingkungan strategik PT. Bank Mandiri Tbk dengan menggunakan metode
EVA dan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan
terdiri dari Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Net
Interest Margin (NIM) dan Non Performing Loan (NPL). Dalam
penelitian ini dianalisis pengaruh rasio keuangan terhadap EVA. Tetapi
tidak dianalisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar
(Market Value Added/MVA) dan pengaruh EVA terhadap MVA
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT.
Bank Mandiri Tbk dari tahun 2000-2002 menjadi lebih baik. Ini
menunjukkan bahwa pihak manajemen PT. Bank Mandiri Tbk telah
mampu menciptakan nilai bagi investor. Hasil analisis rasio-rasio
keuangan dan EVA menunjukkan kinerja yang sama.
Pada tahun 2003, Wahyu Widayanti meneliti kinerja keuangan
PT. Bank Unibank Tbk dengan menggunakan metode EVA dan rasio-rasio
keuangan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan terdiri dari Credit
Growth (CG), Equity Ratio, Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Legal Lending Limit (LLL), Foreign Exchange Liability, Liquidity
Ratio, Cost of Raising Fund, Placement dan Capital Adequacy Ratio
(CAR). Dalam penelitian ini tidak dianalisis pengaruh rasio-rasio
keuangan terhadap EVA, karena analisis yang dilakukan secara terpisah.
Di samping itu, dalam penelitian ini juga tidak dianalisis penilaian kinerja
perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) dan
pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja keuangan PT. Bank Unibank Tbk dari tahun 1994-2001
mengalami fluktuasi. Hasil analisis rasio-rasio keuangan dengan EVA
menunjukkan kinerja yang sama.

23

Pada tahun 2002, dalam penelitian yang terpisah, Ni Putu


Winaningsih meneliti kinerja keuangan PT. Bank Internasional Indonesia
Tbk, Syofiani meneliti kinerja keuangan PT. Bank Umum Nasional Tbk,
dan Candra Satria meneliti kinerja keuangan PT. Bank Dagang Nasional
Indonesia dengan menggunakan analisis rasio-rasio keuangan dan EVA
untuk mengetahui nilai tambah ekonomis perusahaan. Rasio-rasio
keuangan yang digunakan terdiri dari Credit Growth (CG), Equity Ratio,
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Legal Lending Limit
(LLL), Foreign Exchange Liability, Liquidity Ratio, Cost of Raising Fund,
Placement dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Dalam penelitian ini tidak
dianalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA, karena analisis
yang dilakukan secara terpisah. Di samping itu, dalam penelitian ini juga
tidak dianalisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar
(Market Value Added/MVA) dan pengaruh EVA terhadap MVA
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT. Bank Dagang Nasional
Indonesia dari tahun 1991-2001 mengalami fluktuasi. Hasil analisis rasiorasio keuangan dan EVA menunjukkan kinerja yang sama. Sedangkan
PT. Bank Umum Nasional Tbk menurut hasil penelitian, menunjukkan
kinerja keuangan yang berfluktuasi dari tahun 1991-2000. Hasil analisis
rasio-rasio keuangan dan EVA menunjukkan kinerja yang berbeda.
Artinya, kalau dilihat dari rasio-rasio keuangan, kinerja keuangan
perusahaan terlihat sangat baik karena mampu menghasilkan laba bersih,
sedangkan apabila dilihat dari sudut pandang ekonomis yaitu dengan
melakukan analisis EVA, kinerja keuangan bank tergolong tidak ekonomis
sebab EVA yang dihasilkan negatif.

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian


Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ),
secara periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Laporan
keuangan tersebut dapat dijadikan acuan secara fundamental bagaimana
kinerja perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat menciptakan nilai
bagi pemegang sahamnya.
Pengukuran kinerja keuangan Bank BRI menggunakan analisis
rasio-rasio keuangan, EVA, dan MVA. Rasio keuangan digunakan untuk
mengukur kinerja operasional perusahaan yang menjelaskan dan
memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi
keuangan perusahaan. Economic Value Added (EVA) menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis,
sedangkan Market Value Added (MVA) menggambarkan harapan investor
terhadap kinerja suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Evaluasi kinerja keuangan berasal dari data yang terdapat dalam
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang digunakan adalah
laporan laba rugi dan neraca Bank BRI. Laporan keuangan tersebut
sebelum dipublikasikan terlebih dahulu harus sudah di audit oleh kantor
akuntan publik independen.
Metode rasio keuangan dan EVA memberikan kinerja perusahaan
secara keseluruhan, sedangkan metode MVA memberikan ukuran kinerja
pasar. Dengan mencari pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan
pengaruh EVA terhadap MVA maka didapat kinerja keuangan secara
keseluruhan. Diharapkan dengan mengetahui kinerja keuangan secara
keseluruhan akan membantu perusahaan meningkatkan kinerja sekarang
dan masa yang akan datang. Khususnya dalam penelitian ini yaitu Bank
BRI dalam menciptakan nilai bagi para pemegang saham.
Ukuran pengelolaan perusahaan menghasilkan nilai tambah atau
tidak adalah pasar. Jika pasar menghargai perusahaan itu melebihi nilai
modal yang diinvestasikan, berarti manajemen mampu menciptakan nilai

25

untuk pemegang sahamnya. Sebaliknya, jika harga pasar justru jauh lebih
rendah dari modal dapat disimpulkan manajemen tidak mampu
menciptakan nilai tambah.
Investor yang potensial akan memperkirakan MVA yang tinggi
apabila mereka berspekulasi bahwa perusahaan dengan konsisten akan
memperoleh pemasukan lebih besar daripada biaya total modal. Demikian
juga MVA negatif, akan terus berlangsung jika pemasukan yang
diperkirakan, berada di bawah atau lebih kecil dari biaya total modal para
investor. Secara ringkas alur penelitian yang mendasari penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

Bank BRI

Pasar Modal / BEJ

Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi

Rasio Keuangan

Neraca

Nilai Pasar Ekuitas

EVA

Kinerja Perusahaan

MVA

Kinerja Pasar

Kinerja Keuangan

Investor

Gambar 1. Alur penelitian


Keterangan :

= komponen pembentuk
= komponen yang mempengaruhi

Untuk melihat pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan


pengaruh EVA terhadap MVA maka dibuat suatu bagan yang
menghubungkan ketiganya. Dengan mengetahui unsur-unsur identitas

26

rasio keuangan, EVA dan MVA maka akan diperoleh hubungan dari
ketiganya.
EVA secara sederhana didefinisikan sebagai Net Operating Profit
After Tax (laba operasi setelah pajak) dikurangi Cost of Capital (COC)
yaitu hasil perkalian antara Weighted Average Cost of Capital (biaya
modal rata-rata tertimbang) dengan seluruh modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut (Invested Cost/IC). IC diperoleh dari
penjumlahan hutang dan ekuitas dikurangi non interest bearing liabilities
(hutang beban). Sedangkan hutang dan ekuitas merupakan asset (total
aktiva) yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio antara ekuitas dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) menghasilkan CAR. NOPAT sendiri
diperoleh dari net income ditambah interest (beban bunga).
Perbandingan antara margin interest dengan earning asset akan
menghasilkan NIM. Sedangkan perbandingan net income dengan asset
menghasilkan ROA. Net income diperoleh dari operating income
dikurangi tax. Penjumlahan antara operating income dengan non operating
income disebut total income. Perbandingan antara total income dengan
asset menghasilkan AUR. Net income berbanding sales memunculkan
NPM. Sedangkan perbandingan net income dengan ekuitas perusahaan
menghasilkan ROE.
MVA dipengaruhi oleh market value equity atau nilai pasar ekuitas
dan equity capital supplied by shareholders atau jumlah modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity adalah nilai pasar
yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan dikalikan dengan
jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied by
sharesholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan (ekuitas).
Teori dan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki
hubungan antara satu dengan lainnya. Secara keseluruhan dapat dilihat
pada Gambar 2.

27

28

3.2.

Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang merupakan
data sekunder. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis
dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. Terakhir, ditarik
kesimpulan dan diberikan saran.
3.2.1. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai
dengan Mei 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari publikasi beberapa instansi yaitu
dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Jakarta (PRPM BEJ)
dan Perpustakaan Bank Indonesia.
Data yang digunakan antara lain: (1) Laporan keuangan
bank berupa neraca dan laporan laba rugi periode 2004 dan 2005,
dividen dan harga saham. Laporan keuangan yang digunakan
adalah laporan laba rugi dan neraca triwulanan perusahaan. Alasan
memilih laporan keuangan triwulanan sebagai data yang digunakan
dikarenakan keterbatasan jumlah sampel bila menggunakan
laporan keuangan tahunan.
3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian
diolah baik secara manual menggunakan kalkulator maupun
menggunakan bantuan program software komputer MinitabTM
Release 14 untuk dianalisis secara kuantitatif. Hasil analisis
kuantitatif ini kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Adapun
analisis

kinerja

keuangan

Bank

BRI

dilakukan

dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan, Economic Value Added


(EVA), dan Market Value Added (MVA). Di samping itu
digunakan pula analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi
digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap
EVA dan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan, sedangkan

29

analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara


rasio-rasio keuangan dengan EVA dan

hubungan antara EVA

dengan MVA perusahaan.


1). Analisis Rasio-rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan yang dipakai untuk menganalisis
kinerja keuangan dalam penelitian ini yaitu Net Profit Margin
(NPM), Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Asset Utilization Ratio (AUR). Berikut ini perumusannya.

NPM =

Net Income
...............................................
Operating Income

(1)

NIM =

Interest
Earning Asset

...............................................

(2)

ROA =

Net Income
Asset

...............................................

(3)

ROE =

Net Income
Equity

...............................................

(4)

CAR =

Total Modal
ATMR

...............................................

(5)

AUR =

Operating Income + Non Operating Income


........
Asset

(6)

2). Analisis Economic Value Added (EVA)


Proses

mendapatkan

nilai

EVA

berbeda

dengan

mendapatkan nilai rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan


membandingkan pos keuangan tertentu dengan pos yang lainnya,
sedangkan dalam menghitung EVA ada beberapa tahapan. EVA
dihitung setelah semua komponen pembentuknya diketahui.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus perhitungan EVA
(Tabel 1).

30

Tabel 1. Langkah-langkah perhitungan EVA


Tahapan
Perhitungan
1. NOPAT NOPAT=Laba Bersih+Biaya Bunga
2. Kd*
Kd = Biaya Bunga
Hutang
Kd* = Kd (1-T)
3. Ke
Ke = Dividen + Growth
Harga Saham
4. Struktur Wd = Hutang
Modal
Aset
We = Ekuitas
Aset
5. WACC WACC = [ (Kd* x Wd) + (Ke x We) ]
6. IC
IC = AssetNon Interest Bearing
Liabilities
7. COC
COC = WACC x IC
8. EVA
EVA = NOPAT COC

Sumber
Laba Rugi
Laba Rugi
Neraca
Diketahui
Neraca

Diketahui
Neraca
Diketahui
Diketahui

Dalam menghitung Net Operating Profit After Tax


(NOPAT) digunakan pendekatan keuangan di mana laba bersih
atau net income dijumlahkan dengan interest (biaya bunga). Pada
perhitungan NOPAT ini diasumsikan telah dilakukan penyesuaianpenyesuaian dengan menambahkan perubahan periodik ekivalen
ekuitas pada laba tersebut.
Biaya hutang (Kd) dihitung dengan membagi antara biaya
bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total hutang. Pajak
atas biaya modal yang pada penelitian ini dinotasikan dengan Kd*,
adalah berdasarkan peraturan kebijaksanaan yang diterapkan
masing-masing perusahaan. Besar pajak yang dikenakan tercantum
secara implisit dalam perhitungan laba bersih setelah pajak yang
terdapat dalam laporan keuangan atau prospektus tahunan di mana
tarif yang dikenakan berbeda untuk tiap perusahaan.
Pada penelitian ini, untuk menghitung biaya ekuitas (Ke),
digunakan pendekatan Discounted Cash Flow Model. Model ini
melihat Ke sebagai nilai dividen per harga saham ditambah dengan
persentase pertumbuhan dari harga saham tersebut.
Struktur modal perusahaan merupakan persentase yang
seimbang dari tiap-tiap komponen hutang dan modal yang dimiliki

31

perusahaan. Persentase komponen hutang dilambangkan dengan


Wd, sedangkan persentase komponen modal yaitu We.
Perhitungan WACC dengan menggunakan penjumlahan
hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang dan
komponen modal ekuitas perusahaan dari keseluruhan struktur
modal perusahaan dengan persentase masing-masing biaya hutang
dan biaya ekuitas.
Invested Capital (IC) merupakan modal perusahaan (hutang

dan ekuitas) dalam mengelola usahanya dikurangi dengan non


interest bearing liabilities. Perhitungan biaya modal merupakan

perkalian antara biaya rata-rata tertimbang dengan modal yang


diinvestasikan. Economic Value Added (EVA) dihitung setelah
semua komponen pembentuk EVA (NOPAT/Net Operating Profit
After Tax dan COC/Cost of Capital) diketahui, selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumus perhitungan EVA, yaitu dengan
mengurangkan antara NOPAT dengan COC.
3). Analisis Market Value Added (MVA)
Untuk menghitung MVA, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan. Setelah semua komponen pembentuk MVA diketahui,
selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus perhitungan MVA
(Tabel 2).
Tabel 2. Langkah-langkah perhitungan MVA
Tahapan
Perhitungan
1.Market
Harga penutupan saham setiap
akhir triwulan
value
2. Shares
Jumlah saham yang beredar
outstanding
3. Book value Ekuitas
4. MVA
MVA = (Market value x Shares
outstanding) Book value

Sumber
Diketahui
Diketahui
Neraca
Diketahui

Nilai pasar (market value) perusahaan dicerminkan dari


harga saham yang tercantum pada akhir periode penutupan selama
triwulan tersebut berlangsung. Shares Outstanding merupakan

32

jumlah lembar saham yang beredar yang dimiliki oleh perusahaan.


Nilai buku ekuitas perusahaan diperoleh dari total ekuitas yang
tercatat pada neraca perusahaan. Setelah semua komponen
diketahui, selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus perhitungan
MVA. Rumus perhitungan MVA, yaitu:
4).

Analisis

Pengaruh

Rasio-rasio

Keuangan

terhadap

EVA
Rasio-rasio keuangan memiliki pengaruh yang berbedabeda sesuai dengan kaitannya dengan nilai EVA perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif untuk
mengetahui

pengaruh

rasio-rasio

keuangan

terhadap

EVA

perusahaan. Model analisis yang dikembangkan adalah sebuah


persamaan regresi (estimating equation) yaitu formula matematika
yang dirancang untuk mencari nilai variabel dependen dari nilai
variabel independen yang telah diketahui. Di samping itu
digunakan pula model analisis korelasi untuk mengetahui
bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Pada penelitian ini
digunakan persamaan regresi berganda (multiple regression model)
karena terdapat lebih dari satu variabel independen yang diteliti.
Formulasi persamaan regresi berganda yang dikembangkan
dan pengertian komponen pembentuknya yaitu:
Y = + 1 X1 + 2 X2 + + n Xn +
Y

= variabel dependen

X1, X2, , Xn = variabel independen

= konstanta

1, 2, , n

= koefisien parameter regresi

= faktor kesalahan
Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh

yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel


dependennya (Y). Pada penelitian ini digunakan persamaan regresi
berganda karena memiliki 6 variabel independen yang diteliti, yaitu

33

NPM, NIM, ROA, ROE, CAR, dan AUR. EVA sebagai variabel
dependen.
Persamaan regresi berganda yang dikembangkan yaitu:
EVA = a + b1 NPM + b2 NIM + b3 ROA + b4 ROE
+ b5 CAR + b6 AUR
di mana, EVA

.........................................

(7)

= nilai EVA (juta rupiah)

NPM = nilai NPM (%)


NIM

= nilai NIM (%)

ROA = nilai ROA (%)


ROE = nilai ROE (%)
CAR = nilai CAR (%)
AUR = nilai AUR (%)
a

= konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, dan b6

= koefisien parameter regresi

Penelitian ini menggunakan data time series (deret waktu)


karena data ini merupakan kumpulan data dari suatu fenomena
tertentu dalam hal ini kinerja keuangan Bank BRI dan dalam
beberapa interval waktu tertentu yaitu dari tahun 2004 sampai
tahun 2005. Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan
alat statistik regresi dan korelasi untuk menunjukkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen serta hubungan
antar variabel-variabel tersebut. Program statistik yang digunakan
adalah program MinitabTM Release 14 untuk membuktikan
hipotesis yang dirumuskan.
Perumusan dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang
bersifat sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu
memberikan pola terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti
yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah variabel-variabel yang telah didefinisikan

34

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA (atau perubahan


EVA) suatu perusahaan. Dengan perumusan sebagai berikut:
Ho

b1 = b2 = = b6 = 0, berarti tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel-variabel independen terhadap EVA.


Ha

ada variabel yang lebih besar atau lebih kecil dari nol.

Berarti ada pengaruh antara variabel-variabel independen


terhadap EVA.
Ho menunjukkan hipotesis nol, Ha menunjukkan hipotesis
alternatif, serta b1, b2, , b6 menunjukkan koefisien dari variabel
independen.
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan
model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependennya. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi ()
sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis
diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik.
Asumsi dasar agar persamaan regresi yang diperoleh
terpenuhi, dilakukan uji multikolinearitas. Multikolinearitas yaitu
suatu

keadaan

di

mana

variabel

independennya

saling

mempengaruhi. Jika terjadi multikolinearitas maka besarnya


pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang
ditunjukkan oleh koefisien variabel bebas menjadi tidak dapat
digunakan. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas
ditunjukkan oleh VIF variabel yang lebih besar dari 10. untuk
mengatasi masalah multikolinearitas digunakan metode stepwise
regression yaitu metode pembuatan model persamaan regresi

terbaik yang sudah diperhitungkan multikolinearitasnya sehingga


hasil yang di dapat tidak ada variabel yang saling berkorelasi. Uji
signifikasi terhadap kontribusi masing-masing variabel independen
ditunjukkan oleh besarnya nilai p (pvalue). Hipotesis awal
pengaruh masing-masing variabel terhadap EVA dapat dilihat pada
Tabel 3. Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi ()

35

sebesar 5 persen. Penolakan atau penerimaan terhadap variabel


independen diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program
statistik.
Tabel 3. Hipotesis awal pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
EVA
Variabel
Prediktor
Pengaruh
b1
NPM
Positif
b2
NIM
Positif
b3
ROA
Positif
b4
ROE
Positif
b5
CAR
Positif
b6
AUR
Positif
5). Analisis Pengaruh EVA terhadap MVA
Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan

yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham. EVA yang


semakin tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, di mana
penciptaan nilai tersebut akan tercermin pada harga saham yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan
pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh EVA terhadap
MVA perusahaan. Model analisis yang dikembangkan adalah
sebuah persamaan regresi (estimating equation) yaitu formula
matematika yang dirancang untuk mencari nilai variabel dependen
dari nilai variabel independen yang telah diketahui. Di samping itu
digunakan pula model analisis korelasi untuk mengetahui
bagaimana hubungan antar variabel tersebut. Pada penelitian ini
digunakan persamaan regresi sederhana karena hanya ada satu
variabel independen yang diteliti.
Formulasi

persamaan

regresi

sederhana

yang

dikembangkan dan pengertian komponen pembentuknya yaitu:


Y = + X +
Y

= variabel dependen

= variabel independen

= konstanta

36

= koefisien parameter regresi

= faktor kesalahan
Persamaan regresi dirancang untuk mengetahui pengaruh

yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel


dependennya (Y). Pada penelitian ini digunakan persamaan regresi
sederhana karena memiliki satu variabel independen yang diteliti,
yaitu EVA. Sedangkan MVA sebagai variabel dependen.
Persamaan regresi sederhana yang dikembangkan yaitu:
MVA = a + b EVA ...........................................................

(8)

di mana, MVA = nilai MVA (juta rupiah)


EVA = nilai EVA (juta rupiah)
a

= konstanta

= koefisien parameter regresi

Penelitian ini menggunakan data time series (deret waktu)


karena data ini merupakan kumpulan data dari suatu fenomena
tertentu dalam hal ini kinerja keuangan Bank BRI dan dalam
beberapa interval waktu tertentu yaitu dari tahun 2004 sampai
tahun 2005. Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan
alat statistik regresi dan korelasi untuk menunjukkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen serta hubungan
antar variabel-variabel tersebut. Program statistik yang digunakan
adalah program MinitabTM Release 14 untuk membuktikan
hipotesis yang dirumuskan.
Perumusan dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai pernyataan dan jawaban yang
bersifat sementara, diharapkan teruji kebenarannya serta mampu
memberikan pola terbaik dalam menyelesaikan masalah seperti
yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah variabel yang telah didefinisikan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap MVA (atau perubahan MVA)
suatu perusahaan. Dengan perumusan sebagai berikut:

37

Ho : b = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara


variabel independen terhadap MVA.
Ha : variabel lebih besar atau lebih kecil dari nol. Berarti ada
pengaruh antara variabel independen terhadap MVA.
Ho menunjukkan hipotesis nol, Ha menunjukkan hipotesis
alternatif,

serta

menunjukkan

koefisien

dari

variabel

independen.
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kelayakan
model yang dirancang serta bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independennya berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependennya. Uji signifikasi terhadap kontribusi masing-masing
variabel independen ditunjukkan oleh besarnya nilai p (pvalue).
Asumsi yang digunakan yaitu tingkat signifikasi () sebesar 5
persen. Penolakan atau penerimaan terhadap variabel independen
diperoleh dari nilai p yang diperoleh dari program statistik.

38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Bank BRI


4.1.1. Sejarah Bank BRI
Pada awalnya Bank BRI didirikan di Purwokerto, Jawa
Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 yang kemudian dijadikan
sebagai hari kelahiran Bank BRI. Proses kelahiran Bank BRI
dibidani oleh seorang Patih Banyumas yang bernama Raden Bei
Aria Wirjaatmadja. Dengan bantuan Asisten Residen Banyumas,
E. Sieburgh, kemudian didirikan sebuah bank dengan nama
De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs
Ambtenaren atau bank bantuan dan simpanan milik pegawai

pangreh praja berkebangsaan pribumi (Indonesia).


Pada

tahun

1897

namanya

diubah

menjadi

Purwokertosche Hulp, Spaar en Landbouw Credietbank oleh


asisten Residen Banyumas baru yang bernama W.P.D. De Wolff
Van Westerrode seiring dengan reorganisasi yang meliputi:
pembentukan badan hukum, penyusutan prosedur, perluasan
keanggotaan, perluasan bidang usaha dan lain-lain.
Pada tahun 1898 namanya lebih dikenal sebagai Volksbank
atau Bank Rakyat yang tumbuh dengan pesat di berbagai tempat
sehingga mulai melibatkan pemerintahan Hindia Belanda secara
langsung dan namanya berganti lagi menjadi Volkscredietwezen.
Pada tahun 1934 didirikan Algemeene Volkscredietbank
(AVB) untuk mempersatukan banyak Volksbank yang mengalami
kesulitan, atau semacam merger di masa sekarang. Secara resmi
AVB didirikan pada tanggal 19 Februari 1934 yang dituangkan
dalam berita negara No. 82 tentang Bepalingen Betreffende De
Algemeene

Volkscredietbank.

Dalam

Staatsblad

tersebut

ditegaskan bahwa AVB bukanlah usaha yang dimiliki oleh Negara


(landsbedrijf), meskipun didirikan dengan keputusan pemerintah.

39

Oleh karena itu, pemerintah tidak dapat memberi pengaruh secara


langsung,

tetapi

memberi

kebebasan

secukupnya.

Dengan

demikian, AVB diusahakan untuk diatur dan dikelola sebagaimana


perusahaan swasta.
Memasuki

masa kemerdekaan,

Pemerintah Republik

Indonesia secara resmi mengambil alih

berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 1 tahun 1946, dimana salah satu pasal dalam
PP ini menyebutkan bahwa Bank BRI adalah Bank Pemerintah
pertama di Republik Indonesia.
Pada tahun 1948, kegiatan usaha sempat terhenti untuk
sementara waktu mengingat berkecamuknya perang kemerdekaan.
Setelah penandatanganan Perjanjian Renville pada tahun 1949,
aktif kembali dengan nama baru Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Pada tanggal 25 September 1956, status meningkat menjadi
bank devisa, berdasarkan Surat Dewan Moneter No. SEKR/BANK
BRI/328, tanggal 25 September 1956. Dengan status sebagai bank
devisa yang didukung jaringan kantor cabang di banyak kota di
Indonesia, dapat memberikan pelayanan yang lebih luas kepada
nasabah yang bergerak di bidang perdagangan luar negeri dan
kegiatan international banking.
Pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) No. 41 tentang
pembentukan Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang
merupakan hasil penggabungan atau peleburan tiga buah bank,
yaitu Bank BRI, Bank Tani dan Nelayan (BTN), serta
Nederlandsche

Handels

Maatschappij

(NHM).

Tujuan

pembentukan BKTN ini untuk dapat memberikan dukungan pada


pelaksanaan revolusi di bidang agraria yang dicetuskan pada
tanggal 24 September 1960 sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
Dektrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.
Pada tahun 1965, terjadi perubahan struktur kelembagaan
secara cepat pada bank-bank milik pemerintah. Berdasarkan

40

Peraturan Presiden (Penpres) No. 8 tahun 1965, Bank-bank Umum


Negara dan Bank Tabungan Negara (BTN) diintegrasikan ke dalam
Bank Indonesia (BI), kecuali Bank Dagang Negara (BDN). Sejalan
dengan itu, berdasarkan Penpres No. 9 tanggal 4 juni 1965, BKTN
diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia (BI) dengan nama Bank
Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (BIUKTN).
Setelah

berjalan

selama

satu

bulan,

pemerintah

mengeluarkan Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan


bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam
ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan
Nelayan (sebelumnya BIUKTN) diintegrasikan dengan nama Bank
Negara Indonesia unit II bidang rural, sedangkan NHM menjadi
Bank Negara Indonesia unit II bidang ekspor impor.
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang
Undang-Undang pokok perbankan dan Undang-Undang No. 13
tahun 1968 tentang Undang-Undang bank sentral, Bank Indonesia
dikembalikan fungsinya sebagai bank sentral, dan Bank Negara
Indonesia unit II bidang rural dan ekspor impor dipisahkan masingmasing menjadi dua bank yaitu Bank BRI dan Bank Ekspor Impor
Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun
1968, tugas-tugas pokok Bank BRI sebagai bank umum ditetapkan
kembali.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang
perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21
tahun 1992 status Bank BRI berubah menjadi PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) dan kepemilikannya masih 100 persen di
tangan pemerintah.
Perubahan menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
tersebut dituangkan dalam akta pendirian No. 113 tanggal 31 Juli
tahun 1992, yang dibuat dihadapan Muhani Salim, SH., Notaris di
Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia tanggal 12 Agustus 1992 dalam Surat

41

Keputusan No. C2-6584.HT.01.TH.92 dan telah didaftarkan dalam


buku register pada kantor pengadilan negeri Jakarta Pusat
No. 2155/1992 pada tanggal 15 Agustus 1992, serta telah
diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 73,
tambahan No. 3A tanggal 11 September 1992.
Pada tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan akta No. 6
tanggal 3 Oktober 2003 status Bank BRI berubah menjadi
perusahaan

Perseroan

Terbatas

Terbuka,

sehingga

untuk

selanjutnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) berubah


menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank BRI
memperoleh izin untuk melakukan penawaran umum perdana
(Initial Public Offering/IPO) sesuai dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam surat
No. P.001/4690/DPRRI/2003 tanggal 8 September 2003 mengenai
persetujuan tentang rencana penawaran umum perdana Bank BRI,
serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 49 tahun 2003
tanggal 13 Oktober 2003 tentang penjualan saham pada perusahaan
perseroan Bank BRI. Bank BRI melakukan pencatatan perdana
sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES) pada tanggal 10 November 2003. Januari 2004, Bank BRI
telah melakukan penawaran umum obligasi subordinasi I.
Kegiatan Bank BRI didasarkan pada bisnis yang berfokus
pada golongan masyarakat kecil, fokus ini masih konsisten sampai
saat ini dimana Bank BRI bergerak dalam pemberian fasilitas
kredit kepada golongan pengusaha kecil. Komitmen ini tercermin
dari besarnya komposisi pinjaman yang disalurkan kepada
pengusaha kecil, ritel dan menengah. Fokus bisnis ini dituangkan
dalam Business Plan Bank BRI 2000-2003, dimana minimal 80
persen dari total portofolio kredit Bank BRI ditujukan bagi Usaha
Kecil dan Menengah (UKM).

42

4.1.2. Visi, Misi, dan Strategi Bank BRI


Visi Bank BRI
Menjadi

bank

komersial

terkemuka

yang

selalu

mengutamakan kepuasan nasabah.


Misi Bank BRI
Visi Bank BRI kemudian dijabarkan dalam tiga misi
perusahaan, yaitu:
1. Melakukan

kegiatan

perbankan

yang

terbaik

dengan

mengutamakan pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah

(UMKM)

untuk

menunjang

perekonomian

masyarakat.
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya
manusia yang profesional dengan melakukan praktek good
corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat optimal kepada pihakpihak yang berkepentingan (stakeholder).
Strategi Bank BRI
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, strategi jangka
panjang yang hendak diterapkan adalah mengembangkan dan
meningkatkan usaha yang bersinergi dengan fokus pada bisnis
mikro, ritel dan menengah melalui jaringan luas yang didukung
oleh teknologi informasi mutakhir dan sumber daya manusia
profesional serta melaksanakan praktek risk management dan good
corporate governance.

4.1.3. Manajemen dan Struktur Organisasi Bank BRI


Salah satu bank terbesar yang ada di Indonesia adalah Bank
BRI. Kantor Pusat Bank BRI berkedudukan di Jl. Jendral Sudirman
Kavling 44-46 Jakarta 10210, Indonesia. Sejalan dengan
pertumbuhan usaha Bank BRI yang semakin pesat, data per

43

September 2004 memperlihatkan Bank BRI mempunyai unit kerja


yang terdiri dari 1 kantor pusat, 13 kantor wilayah, 325 kantor
cabang (dalam negeri), 163 kantor cabang pembantu, 16 cabang
bank syariah, 1 kantor cabang khusus, 1 kantor New York Agency,
1 kantor cabang Cayman Island, 1 kantor perwakilan Hongkong,
4.046 Bank BRI unit dan 140 pos pelayanan desa dengan jumlah
pegawai mencapai 36.715 orang.
Terkait dengan usahanya, Bank BRI membagi manajemen
perusahaannya menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Bisnis mikro
dan ritel, (2) Bisnis menengah, (3) Pengendalian kredit,
(4)

Keuangan

dan

international,

(5)

Operasional,

dan

(6) Kepatuhan. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi


Bank BRI dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.4. Kegiatan Usaha Bank BRI
Bank BRI menjalankan usahanya melalui divisi-divisi
bisnis mikro, bisnis ritel, bisnis umum, unit bisnis syariah serta
divisi treasury dan internasional. Fokus bisnis yang mengarah pada
pemberdayaan usaha mikro telah menjadi basis yang kuat yang
menempatkan Bank BRI sebagai bank terbesar ke dua dari sisi
penyaluran kredit.
Bank BRI melayani nasabah mikro melalui jaringan unit
yang diperpanjang dengan Pos Pelayanan Desa (PPD). Jaringan
bisnis yang dibangun Bank BRI merupakan unsur pendukung
utama sehingga Bank BRI dapat menguasai segmen ini. Produk
yang dikelola oleh divisi ini adalah produk pinjaman dan produk
simpanan. Produk pinjaman yang ditawarkan berupa Kupedes
Modal Kerja dan Kupedes Investasi yang diberikan kepada
pengusaha mikro dan pelaku usaha lainnya serta Kupedes untuk
golongan berpenghasilan tetap yang diberikan untuk pekerja
perusahaan swasta, lembaga-lembaga pemerintah, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), terutama pegawai negeri sipil dan

44

pensiunan. Produk simpanan berupa giro, tabungan dan deposito


berjangka (termasuk sertifikat deposito).
Bisnis ritel dilaksanakan melalui kantor wilayah, kantor
cabang, dan kantor cabang pembantu. Divisi ritel menyediakan
kredit untuk perusahaan kecil dan menengah (UKM), termasuk
perusahaan swasta dan perusahaan perorangan. Produk pinjaman
yang diberikan adalah kredit modal kerja dan kredit investasi yang
diberikan kepada UKM, serta kredit Golbertap yang diberikan
kepada perorangan yang bekerja pada perusahaan swasta, BUMN,
dan Institusi Pemerintah. Produk simpanan berupa tabungan, giro,
deposito berjangka dan sertifikat deposito yang dikelola divisi
consumer banking. Produk lain yang ditawarkan adalah Letter of
Credit (L/C), bank garansi, produk-produk treasury dan reksa dana

melalui relationship manager.


Bisnis menengah meliputi komersial, kredit korporasi dan
agribisnis. Kredit komersial diberikan kepada nasabah dalam
jumlah lima miliar rupiah sampai dengan 50 miliar rupiah. Kredit
korporasi merupakan fasilitas kredit diatas 50 miliar rupiah,
sedangkan kredit agribisnis diberikan kepada debitur yang bergerak
dalam industri agribisnis.
Bidang usaha consumer banking menawarkan kredit
kendaraan bermotor, kredit kepemilikan rumah dan kredit talangan
haji. Produk simpanan berupa tabungan, giro, deposito berjangka
dan sertifikat deposito. Produk lain yang ditawarkan adalah kartu
debit, kartu kredit, jasa pembayaran tagihan, jasa pengiriman dana
dan safe deposit box.
Produk pendanaan yang ditawarkan Bank BRI antara lain
berupa tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito
yang diberikan kepada nasabah mikro, ritel, UKM, BUMN dan
pemerintah.

45

Produk pendanaan berupa Simpedes, Simaskot, Britama


Rupiah, Britama Dollar, Giro dan Deposito Berjangka. Simpedes
merupakan tabungan yang ditawarkan melalui Bank BRI unit,
ditawarkan kepada nasabah yang menginginkan tabungan yang
aman dan nyaman. Simaskot ditawarkan melalui Bank BRI unit
yang terletak di kota. Britama Rupiah ditawarkan melalui kantor
cabang dan kantor cabang pembantu. Britama Dollar merupakan
produk tabungan dalam mata uang asing yaitu Dollar AS.
Produk dan jasa lain yang ditawarkan oleh Bank BRI
adalah jasa internasional dan trade finance, unit bisnis syariah,
divisi treasury, jasa kustodian dan wali amanat. Bank BRI
memberikan jasa pembiayaan antar negara, termasuk export bill,
Letter of Credit (L/C), remittances travelers cheque, serta jasa
bank note. Divisi treasury memberikan jasa pelayanan pasar uang,

antara lain jasa penasehat transaksi perdagangan mata uang asing,


jasa perantara produk-produk lindung nilai termasuk swap tingkat
suku bunga dan forward contract serta produk pendapatan tetap.
Jasa kustodian dan wali amanat memberikan pemasukan berupa fee
atas transaksi dan jasa yang diberikan.
Bank BRI menawarkan produk-produk syariah yang
meliputi pembiayaan, pendanaan dan jasa-jasa lainnya yang
berdasarkan prinsip-prinsip hukum islam.

4.2.

Kinerja Keuangan Perusahaan


Nilai rasio keuangan menjelaskan dan memberikan gambaran
tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Nilai
EVA pada suatu perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah ekonomis, sedangkan MVA menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah pasar.

46

4.2.1. Rasio-rasio Keuangan


Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua
laporan tersebut. Rasio ini menggambarkan hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain
dalam suatu laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis rasio
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pos-pos yang
terdapat dalam laporan keuangan. Alat analisis rasio ini dapat
memberikan gambaran baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan jika dibandingkan dengan angka pembanding yang
digunakan sebagai standar. Rasio keuangan dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas letak kekurangan dan kelebihan dari
perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya.
Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu rasio rentabilitas yang ditunjukkan oleh Net Profit Margin
(NPM), Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA), dan
Return on Equity (ROE), rasio solvabilitas ditunjukkan oleh
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan rasio efisiensi usaha

ditunjukkan oleh Asset Utilization Ratio (AUR). Pemilihan keenam


rasio ini didasarkan pada kerelevanannya dengan peningkatan aset,
kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) serta rasio-rasio ini pula yang dijadikan

standar pembanding untuk dipublikasikan oleh setiap bank sebagai


acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
a. Net Profit Margin (NPM)
Rasio marjin laba bersih menunjukkan tingkat keuntungan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan
perusahaan. Nilai NPM pada tahun 2004 berfluktuasi pada setiap
triwulan. Nilai tertinggi diperoleh pada triwulan I sebesar 25,75
persen dan terendah pada triwulan II sebesar 20,46 persen. Seperti

47

nilai NPM pada tahun 2004, nilai NPM pada tahun 2005 juga
mengalami fluktuasi, dengan nilai tertinggi pada triwulan I sebesar
25,89 persen dan terendah pada triwulan III sebesar 19,07 persen
(Tabel 4). Nilai ini menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah
penjualan, perusahaan mampu menghasilkan keuntungan bersih
sebesar Rp 190.700.
Tabel 4. NPM triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
NPM (%)
Triwulan
2004
2005
I
25,75
II
20,46
III
21,48
IV
21,40
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)

25,89
22,20
19,07
21,18

Nilai NPM perusahaan pada tahun 2005 mengalami


penurunan sebesar 1,02 persen yaitu dari 21,40 persen pada tahun
2004 menjadi 21,18 persen pada tahun 2005. Penurunan nilai NPM
pada tahun 2005 diakibatkan oleh persentase peningkatan
penjualan lebih besar daripada persentase peningkatan laba bersih
perusahaan. Laba bersih perusahaan meningkat 4,83 persen dari
Rp 3.633.228 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 3.808.587 juta
pada tahun 2005, sedangkan penjualan mengalami kenaikan
sebesar yaitu 5,89 persen dari Rp 16.977.604 juta pada tahun 2004
menjadi Rp 17.978.326 juta pada tahun 2005. Akibatnya pada
tahun 2005 nilai NPM menurun.
Pada triwulan II tahun 2004 nilai NPM mengalami
penurunan sebesar 20,54 persen dari 25,75 persen pada triwulan I
tahun 2004 menjadi 20,46 persen pada triwulan II tahun 2004. Hal
ini disebabkan karena persentase peningkatan penjualan lebih besar
daripada persentase peningkatan laba bersih perusahaan. Laba
bersih perusahaan meningkat 55,90 persen dari Rp 1.099.352 juta
pada triwulan I tahun 2004 menjadi Rp 1.713.915 juta pada
triwulan II tahun 2004, sedangkan penjualan mengalami kenaikan
yang sangat tinggi yaitu 96,26 persen dari Rp 4.268.883 juta pada

48

triwulan I tahun 2004 menjadi Rp 8.378.158 juta pada triwulan II


tahun 2004. Nilai NPM pada triwulan IV tahun 2005 mengalami
kenaikan sebesar 11,06 persen dari 19,07 persen pada triwulan III
tahun 2005 menjadi 21,18 persen pada triwulan IV tahun 2005. Hal
ini disebabkan karena persentase peningkatan laba bersih lebih
besar daripada persentase peningkatan penjualan. Laba bersih
perusahaan meningkat sebesar 51,62 persen dari Rp 2.511.943 juta
pada triwulan III tahun 2005 menjadi Rp 3.808.587 juta pada
triwulan IV tahun 2005, sedangkan penjualan mengalami
peningkatan sebesar 36,49 persen dari Rp 13.171.653 juta pada
triwulan III tahun 2005 menjadi Rp 17.978.326 juta pada triwulan
IV tahun 2005 (Lampiran 6).
Penurunan nilai rasio NPM pada tahun 2005 menunjukkan
kemampuan

yang

kurang

baik

bagi

perusahaan

dalam

mendatangkan laba setiap tahunnya. Sehingga kalau dilihat dari


nilai rasio NPM, rentabilitas perusahaan pada tahun 2004 lebih
baik daripada tahun 2005.
b. Net Interest Margin (NIM)
Rasio marjin bunga bersih merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan aset bank dalam menghasilkan bunga
bersih. Aset yang dimaksud terdiri dari efek-efek, deposito
berjangka, pinjaman rupiah maupun valas dan modal penyertaan.
Nilai NIM tertinggi pada tahun 2004 diperoleh pada triwulan II
sebesar 12,18 persen dan terendah pada triwulan III sebesar 11,65
persen. Pada tahun 2005, Nilai NIM tertinggi pada triwulan III
sebesar 12,29 persen dan terendah pada triwulan I sebesar 11,44
persen (Tabel 5). Nilai NIM sebesar 11,44 persen, artinya dari
setiap satu rupiah earning asset, perusahaan dapat menghasilkan
bunga bersih sebesar Rp 114.400.

49

Tabel 5. NIM triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005


NIM (%)
Triwulan
2004
2005
I
11,71
II
12,18
III
11,65
IV
12,16
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)

11,44
12,12
12,29
12,17

Pada tahun 2005 nilai NIM perusahaan mengalami


kenaikan sebesar 0,082 persen menjadi 12,17 persen yang
sebelumnya pada tahun 2004 sebesar 12,16 persen. Hal ini
disebabkan oleh persentase peningkatan bunga bersih lebih besar
daripada persentase peningkatan earning asset perusahaan. Bunga
bersih

mengalami peningkatan sebesar 10,48 persen dari

Rp 11.257.627 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 12.436.942 juta


pada tahun 2005, sedangkan earning asset meningkat sebesar
10,38 persen dari Rp 92.579.170 juta pada tahun 2004 menjadi
Rp 102.193.443 juta pada tahun 2005. Pada triwulan III tahun 2004
nilai NIM mengalami penurunan sebesar 4,35 persen dari 12,18
persen pada triwulan II tahun 2004 menjadi 11,65 persen pada
triwulan III tahun 2004. Hal ini disebabakan karena persentase
peningkatan earning asset lebih besar daripada persentase
peningkatan bunga bersih perusahaan. Bunga bersih mengalami
peningkatan 51,23 persen dari Rp 8.371.666 juta pada triwulan II
tahun 2004 menjadi Rp 11.257.627 juta pada triwulan III tahun
2004, sedangkan earning asset meningkat lebih besar yaitu sebesar
58,11 persen dari Rp 45.449.549 juta pada triwulan II tahun 2004
menjadi Rp 71.859.794 juta pada triwulan III tahun 2004
(Lampiran 7).
Peningkatan nilai rasio NIM pada tahun 2005 menunjukkan
kemampuan yang baik dari perusahaan dalam mengelola earning
asset perusahaan untuk mendatangkan bunga bersih setiap

tahunnya. Sehingga kalau dilihat dari nilai rasio NIM, rentabilitas


perusahaan pada tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004.

50

c. Return on Asset (ROA)


Rasio

tingkat

pengembalian

aktiva

menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas


aktiva perusahaan. Setiap perusahaan harus mampu melaksanakan
manajemen aktiva dengan efisien. Nilai ROA pada setiap triwulan
baik pada tahun 2004 maupun tahun 2005 mengalami peningkatan.
Nilai ROA tertinggi pada tahun 2004 diperoleh pada triwulan IV
sebesar 3,39 persen dan terendah pada triwulan I sebesar 1,16
persen. Pada tahun 2005, Nilai ROA tertinggi pada triwulan IV
sebesar 3,10 persen dan terendah pada triwulan I sebesar 1,08
persen (Tabel 6). Nilai ROA sebesar 1,08 persen, menyatakan
bahwa dalam setiap satu rupiah aset, akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp 10.800.
Tabel 6. ROA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
ROA (%)
Triwulan
2004
2005
I
1,16
II
1,73
III
2,73
IV
3,39
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)

1,08
1,71
2,22
3,10

Nilai ROA pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar


8,55 persen menjadi 3,10 persen dibandingkan ROA tahun 2004
sebesar 3,39 persen. Penurunan ini disebabkan oleh persentase
peningkatan aset lebih besar daripada persentase peningkatan laba
bersih perusahaan. Laba bersih perusahaan meningkat 4,83 persen
dari Rp 3.633.228 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 3.808.587 juta
pada tahun 2005, sedangkan aset mengalami kenaikan 14,70 persen
dari Rp 107.040.172 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 122.775.579
juta pada tahun 2005 (Lampiran 8). Akibatnya pada tahun 2005
nilai ROA menurun.
Penurunan nilai rasio ROA pada tahun 2005 menunjukkan
kemampuan

yang

kurang

baik

bagi

perusahaan

dalam

menghasilkan keuntungan dari aktiva yang dimiliki perusahaan.

51

Sehingga kalau dilihat dari nilai rasio ROA, rentabilitas perusahaan


pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2005.
d. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat
dihasilkan

perusahaan

atas

modal

sendiri

(ekuitas)

yang

ditanamkan untuk membiayai usaha. Nilai ROE pada tahun 2004


mengalami peningkatan pada setiap triwulan. Nilai tertinggi
diperoleh pada triwulan IV sebesar 29,18 persen dan terendah pada
triwulan I sebesar 11,50 persen. Seperti nilai ROE pada tahun
2004, nilai ROE sepanjang triwulan 2005 juga mengalami
peningkatan, dengan nilai tertinggi pada triwulan IV sebesar 28,52
persen dan terendah pada triwulan I sebesar 8,73 persen (Tabel 7).
Tabel 7. ROE triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
ROE (%)
Triwulan
2004
I
11,50
II
18,12
III
24,43
IV
29,18
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)

2005
8,73
16,44
21,97
28,52

Nilai ROE pada tahun 2005 mengalami penurunan 2,26


persen menjadi 28,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya,
tahun 2004 yang mencapai 29,18 persen. Nilai ini menunjukkan
bahwa dari setiap satu rupiah modal sendiri (ekuitas), perusahaan
mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 291.800.
Adapun penurunan nilai rasio ROE ini disebabkan oleh persentase
kenaikan nilai ekuitas perusahaan yang lebih besar daripada
persentase kenaikan

laba bersih perusahaan. Laba bersih

perusahaan meningkat 4,83 persen dari Rp 3.633.228 juta pada


tahun 2004 menjadi Rp 3.808.587 juta pada tahun 2005, sedangkan
nilai ekuitas juga mengalami kenaikan yang lebih besar dari laba
bersih perusahaan yaitu sebesar 7,25 persen dari Rp 12.450.294

52

juta pada tahun 2004 menjadi Rp 13.352.982 juta pada tahun 2005
(Lampiran 9).
Penurunan nilai rasio ROE yang terjadi pada tahun 2005
menunjukkan semakin menurunnya kemampuan modal sendiri
(ekuitas) perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Sehingga
rentabilitas perusahaan pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun
2005 jika ditinjau dari nilai rasio ROE.
e. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) mengukur kemampuan

permodalan bank untuk menutup kemungkinan-kemungkinan


risiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan
surat-surat berharga. Bank Indonesia menetapkan nilai CAR
minimum bagi setiap bank sebesar 8 persen dan Bank BRI telah
memenuhi persyaratan tersebut.
Nilai rasio CAR di setiap triwulan, baik pada tahun 2004
maupun tahun 2005, terus mengalami penurunan. Nilai CAR
tertinggi pada tahun 2004 diperoleh pada triwulan I sebesar 22,85
persen dan terendah pada triwulan IV sebesar 18,09 persen,
sedangkan pada tahun 2005 nilai CAR tertinggi diperoleh pada
triwulan I sebesar 20,86 persen dan terendah pada triwulan III
sebesar 16,11 persen (Tabel 8).
Tabel 8. CAR triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
CAR (%)
Triwulan
2004
2005
I
22,85
II
20,36
III
19,65
IV
18,09
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)

20.86
17,00
16,11
16,25

Nilai CAR pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar


10,17 persen dari 18,09 persen pada tahun 2004 menjadi 16,25
persen pada tahun 2005. Hal ini disebabkan karena persentase
kenaikan modal lebih kecil daripada persentase kenaikan ATMR.

53

Nilai ATMR meningkat 29,80 persen dari Rp 60.499.284 juta pada


tahun 2004 menjadi Rp 78.527.600 juta pada tahun 2005,
sedangkan

modal

meningkat

sebesar

16,61

persen

dari

Rp 10.944.874 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 12.762.451 juta


pada tahun 2005 (Lampiran 10). Sehingga mengakibatkan nilai
rasio CAR menurun.
Penurunan nilai rasio CAR yang terjadi pada tahun 2005
menunjukkan semakin menurunnya kemampuan perusahaan.
Sehingga kalau dilihat dari nilai rasio CAR, solvabilitas perusahaan
pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2005.
f. Asset Utilization Ratio (AUR)
Asset Utilization Ratio (AUR) adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva dalam


proses penciptaan operating income (pendapatan operasi) dan non
operating income (pendapatan non operasi). Nilai rasio AUR di

setiap triwulan, baik pada tahun 2004 maupun tahun 2005 terus
mengalami peningkatan. Nilai rasio AUR tertinggi pada tahun
2004 diperoleh pada triwulan IV sebesar 16,34 persen dan terendah
pada triwulan I sebesar 4,52 persen. Pada tahun 2005, Nilai AUR
tertinggi pada triwulan IV sebesar 14,90 persen dan terendah pada
triwulan I sebesar 4,19 persen (Tabel 9). Nilai rasio AUR sebesar
4,19 persen artinya dari setiap satu rupiah total aktiva yang
dimanfaatkan, akan menghasilkan pendapatan operasional dan non
operasional sebesar Rp 41.900.
Nilai AUR pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar
8,81 persen dari 16,34 persen pada tahun 2004 menjadi 14,90
persen pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh persentase
peningkatan pendapatan operasional dan non operasional lebih
kecil

daripada

persentase

peningkatan

total

aktiva.

Laba

operasional dan non operasional perusahaan meningkat 4,37 persen


dari Rp 17.488.770 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 18.288.099
juta pada tahun 2005, sedangkan aset mengalami kenaikan yang

54

sangat tinggi yaitu 14,70 persen dari Rp 107.040.172 juta pada


tahun 2004 menjadi Rp 122.775.579 juta pada tahun 2005
(Lampiran 11). Akibatnya nilai AUR menurun pada tahun 2005.
Tabel 9. AUR triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
AUR (%)
Triwulan
2004
2005
I
4,52
4,19
II
8,53
7,77
III
12,83
11,70
IV
16,34
14,90
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)
Penurunan nilai rasio AUR yang terjadi pada tahun 2005
menunjukkan semakin menurunnya kemampuan aset perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan operasional dan pendapatan non
operasional perusahaan. Sehingga efisiensi usaha Bank BRI pada
tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2005 jika ditinjau dari nilai
rasio AUR.
4.2.2. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan suatu sistem

keuangan untuk mengukur laba ekonomis suatu perusahaan.


Dengan mengetahui nilai EVA perusahaan maka dapat diketahui
peningkatan atau penurunan nilai ekonomis perusahaan pada
periode tertentu. Nilai EVA pada tahun 2005 mengalami
peningkatan sebesar 140,78 persen jika dibandingkan dengan tahun
2004. Pada tahun 2004 nilai EVA sebesar Rp 3.101.832 juta
meningkat menjadi Rp 7.468.664 juta pada tahun 2005 (Tabel 10).
Nilai EVA terbesar diperoleh pada triwulan IV tahun 2005 sebesar
Rp 7.468.664 juta. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan nilai
komponen EVA. Komponen EVA terdiri dari Net Operating Profit
After Tax (NOPAT) dan Cost of Capital (COC).

55

Tabel 10. EVA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005


EVA (juta rupiah)
Triwulan
2004
2005
I
-1.961.092
1.304.390
II
-589.602
3.024.924
III
1.429.184
4.780.400
IV
3.101.832
7.468.664
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)
Hasil perhitungan NOPAT pada tahun 2004 dan 2005 dari
triwulan I sampai triwulan IV terus mengalami peningkatan.
Peningkatan ini disebabkan karena laba bersih dan juga biaya
bunga setiap triwulan baik pada tahun 2004 maupun tahun 2005
mengalami peningkatan. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai
NOPAT. Peningkatan laba bersih dan biaya bunga pada tahun 2005
lebih besar daripada tahun 2004. Sehingga hasil perhitungan
NOPAT pada tahun 2005 lebih besar daripada tahun 2004.
Perhitungan NOPAT dapat dilihat pada Lampiran 12.
Biaya hutang (Kd*) perusahaan mengalami kenaikan dari
2,87 persen pada tahun 2004 menjadi 2,99 persen pada tahun 2005
(Lampiran 13), sedangkan biaya ekuitas (Ke) perusahaan turun dari
132,91 persen pada tahun 2004 menjadi 10,29 persen pada tahun
2005 (Lampiran 14).
Proporsi hutang meningkat dari 88,37 persen pada tahun
2004 menjadi 89,12 persen pada tahun 2005, sedangkan proporsi
ekuitas menurun dari 11,63 persen pada tahun 2004 menjadi 10,88
persen pada tahun 2005 (Lampiran 15).
Nilai WACC perusahaan menurun sebesar 79,00 persen
menjadi 3,78 persen pada tahun 2005 yang sebelumnya sebesar
18,00 persen pada tahun 2004. Hal ini disebabkan karena besarnya
penurunan nilai biaya ekuitas (Ke) lebih besar dari peningkatan
biaya hutang (Kd*). Biaya ekuitas (Ke) perusahaan menurun dari
15,46 persen pada tahun 2004 menjadi 1,12 persen pada tahun
2005, sedangkan nilai biaya hutang (Kd*) perusahaan meningkat

56

dari 2,54 persen pada tahun 2004 menjadi 2,66 persen pada tahun
2005. Perhitungan WACC dapat dilihat pada Lampiran 16.
Nilai

Invested

Capital

(IC)

perusahaan

mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan


karena peningkatan jumlah hutang dan ekuitas perusahaan yang
lebih besar daripada peningkatan hutang beban yang merupakan
bagian dari non interest bearing liabilities sebagai pengurang dari
modal yang diinvestasikan. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai
hutang beban pada tahun 2004 dan 2005 juga meningkat akan
tetapi peningkatan dari hutang beban ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai IC karena peningkatan hutang beban lebih
kecil daripada peningkatan hutang dan ekuitas perusahaan.
Sehingga menyebabkan nilai IC tetap saja mengalami peningkatan.
Perhitungan IC dapat dilihat pada Lampiran 17.
Persentase penurunan WACC yang lebih besar daripada
persentase kenaikan IC mengakibatkan Cost of Capital (COC)
atau biaya modal perusahaan menurun. Sehingga COC pada tahun
2004 lebih besar daripada tahun 2005 (Lampiran 18). Turunnya
biaya modal perusahaan mengakibatkan rata-rata nilai EVA pada
tahun 2005 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun 2004 (Lampiran 19).
Nilai EVA perusahaan pada triwulan I dan II pada tahun
2004 bernilai negatif (EVA<0). Hal ini berarti bahwa pada triwulan
tersebut perusahaan belum dapat menghasilkan nilai tambah
ekonomis bagi pemegang saham karena laba yang tersedia tidak
bisa memenuhi keseluruhan biaya modal. Hal ini dapat dimengerti
karena Bank BRI baru saja menjalani privatisasi dengan menjadi
perusahaan go public. Pada triwulan III dan IV tahun 2004 dan
triwulan I sampai dengan triwulan IV pada tahun 2005 nilai EVA
perusahaan bernilai positif (EVA>0) karena NOPAT sudah
melebihi biaya modal yang dikeluarkan perusahaan untuk

57

menghasilkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa manajer sudah


dapat menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham.
4.2.3. Market Value Added (MVA)
Proses perbaikan atau penurunan yang dilakukan oleh
perusahaan akan terlihat dari pergerakan nilai MVA dari tahun ke
tahun sehingga investor dapat menilai kinerja dari perusahaan
tersebut. Nilai MVA Bank BRI yang dihasilkan baik pada tahun
2004 maupun 2005 bernilai positif dan juga nilai MVA Bank BRI
rata-rata mengalami peningkatan. Nilai MVA terbesar pada yaitu
pada triwulan II sebesar Rp 22.554.698 juta dan terkecil pada
triwulan I sebesar Rp 8.381.025 juta (Tabel 11).
Tabel 11. MVA triwulanan Bank BRI tahun 2004-2005
MVA (Juta)
Triwulan
2004
2005
I
8.381.025
20.568.448
II
10.244.599
22.554.698
III
12.925.903
20.563.061
IV
21.618.716
22.493.542
Sumber: Laporan keuangan Bank BRI (diolah)
Pada tahun 2005 nilai MVA Bank BRI mengalami
peningkatan 4,05 persen menjadi Rp 22.493.542 juta yang
sebelumnya pada tahun 2004 hanya sebesar Rp 21.618.716 juta.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah dapat menghasilkan
nilai tambah pasar bagi investor. Peningkatan nilai MVA ini
disebabkan karena harga saham yang meningkat dan jumlah saham
yang beredar juga meningkat (Lampiran 20). Harga saham yang
meningkat menunjukkan kuatnya permintaan dan penawaran
saham Bank BRI di lantai bursa. Peningkatan jumlah saham yang
beredar yang semula berjumlah 11.764.705.000 lembar saham pada
akhir triwulan III tahun 2004 menjadi 11.850.090.500 lembar
saham pada triwulan IV tahun 2004 atau bertambah sebesar
85.385.500 lembar saham (0,72 persen) disebabkan karena adanya
tambahan saham baru yang berasal dari exercise opsi yang telah

58

dikonversi menjadi saham baru dalam program opsi pembelian


saham bagi manajemen atau Management Stock Option Program
(MSOP).
Nilai MVA pada triwulan I tahun 2005 mengalami
penurunan.

Penurunan

ini

disebabkan

karena

terjadinya

peningkatan yang sangat besar dari nilai buku ekuitas perusahaan


sebagai pengurang terhadap nilai MVA ditambah dengan nilai
pasar ekuitas saham perusahaan yang turut juga mengalami
penurunan sehingga menyebabkan turunnya nilai MVA perusahaan
meskipun jumlah saham yang beredar tetap. Adapun penurunan
nilai MVA pada triwulan III tahun 2005 disebabkan karena
menurunnya nilai pasar ekuitas yang ditunjukkan dengan harga
saham Bank BRI dari Rp 2.900 per lembar saham pada akhir Juni
2005 menjadi Rp 2.700 per lembar saham pada akhir September
2005.
4.2.4. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap EVA
Nilai tambah ekonomis perusahaan dipengaruhi oleh faktorfaktor baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Kinerja
operasional keuangan yang baik akan mempengaruhi nilai tambah
ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian yang dapat memberikan gambaran kinerja
operasional yang dapat mempengaruhi penciptaan nilai tambah
ekonomis bagi perusahaan.
Rasio keuangan perusahaan memiliki hubungan dengan
penciptaan nilai tambah ekonomis yang dilakukan oleh perusahaan.
Oleh karena belum adanya patokan standar baku rasio-rasio
keuangan yang mempengaruhi EVA, maka dengan melihat
perkembangan rasio-rasio keuangan dari tahun ke tahun dan
melihat hubungannya dengan EVA merupakan salah satu alat
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Analisis yang
digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan enam variabel
independen (NPM, NIM, ROA, ROE, CAR, AUR) dan satu

59

variabel dependen (EVA). Pemilihan keenam rasio ini didasarkan


pada kerelatifannya dengan Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) serta rasio-rasio ini pula yang

dijadikan standar pembanding untuk dipublikasikan oleh setiap


bank sebagai acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Dengan memasukkan semua variabel independen maka didapat
persamaan dan statistik pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
EVA dari program MinitabTM Release 14 pada Tabel 12.
Tabel 12. Persamaan dan statistik pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap EVA
Persamaan EVA = 39.539.328 18.135.439 ROA + 999.771
ROE 1.534.560 CAR + 2.390.294 AUR
regresi
+ 1.470.997 NPM 3.846.790 NIM
96,7 %
R2
0,335
p-value
Dari hasil regresi berganda dapat dilihat bahwa walaupun
2

nilai R nya besar yang berarti bahwa 96,7 persen dari EVA yang
dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh NPM, NIM, ROA,
ROE, CAR dan AUR akan tetapi semua variabel independen tidak
signifikan pada taraf nyata 5 persen karena p-value dari persamaan
regresi yang dihasilakan sebesar 0,335 (p-value>) sehingga
model persamaan regresi yang didapat tidak dapat digunakan untuk
menentukan

pengaruh

variabel

independen

terhadap

EVA

perusahaan. Koefisien regresi untuk peubah variabel independen


juga tidak berpengaruh signifikan terhadap model regresi. Dari
output regresi berganda pada Lampiran 21 dapat dilihat ada empat
variabel yang nilai VIFnya besar yaitu ROA, ROE, AUR dan
NPM. Hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Untuk
mengatasi masalah ini maka diambil salah satu dari keempat
variabel tersebut yang bisa mewakili yaitu rasio yang mempunyai
nilai VIF terkecil diantara semuanya. Maka didapat rasio NPM
sehingga sekarang hanya ada tiga variabel independen yang akan
diregresikan yaitu CAR, NPM dan NIM. Persamaan dan statistik

60

pengaruh CAR, NPM, dan NIM terhadap EVA dari program


MinitabTM Release 14 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Persamaan dan statistik pengaruh CAR, NPM dan NIM
terhadap EVA
EVA = 45.600.881 1.484.448 CAR +
Persamaan
253.216 NPM 1.742.048 NIM
regresi
89,1 %
R2
0,021
p-value
Dari hasil regresi berganda dapat dilihat bahwa nilai R2nya
sebesar 89,1 persen yang berarti bahwa 89,1 persen dari EVA yang
dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh CAR, NPM, dan
NIM. Model persamaan regresi di atas signifikan pada taraf nyata 5
persen karena p-value dari persamaan regresi yang dihasilakan
sebesar 0,021 (p-value<) sehingga model persamaan regresi yang
diperoleh dapat digunakan untuk menentukan pengaruh variabel
independen

terhadap

EVA

perusahaan.

Walaupun

model

persamaan regresi di atas signifikan pada taraf nyata 5 persen akan


tetapi pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap
EVA ada yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini
dapat diketahui dari nilai p-value dari uji signifikasi variabel
independen. Sedangkan untuk menguji adanya multikolinearitas
dapat dilihat melalui nilai VIF. Output regresi berganda antara
CAR, NIM, dan NPM dengan EVA dari program MinitabTM
Release 14 dapat dilihat pada Lampiran 22. Dari Tabel 14 dapat

dilihat hanya CAR yang mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap EVA walaupun semua variabel independen tidak
mengalami multikolinearitas.
Tabel 14. Hasil uji signifikasi pengaruh variabel CAR, NPM dan
NIM terhadap EVA
Prediktor
p-value
VIF
Signifikasi Pengaruh
CAR
0,010
2,4
Signifikan
Negatif
NPM
0,543
3,5
Tidak
Positif
NIM
0,577
3,3
Tidak
Negatif

61

Karena hanya rasio CAR yang signifikan pada taraf nyata 5


persen maka NPM dan NIM dikeluarkan dari model persamaan
regresi karena koefisiennya tidak berpengaruh signifikan terhadap
model. Oleh karena itu, sekarang hanya ada rasio CAR dan EVA
yang akan diregresikan. Persamaan dan statistik pengaruh CAR
terhadap EVA dari program MinitabTM Release 14 dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Persamaan dan statistik pengaruh CAR terhadap EVA
p-value
Persamaan regresi
R2
EVA = 23.776.084 1.135.320 CAR

83,5%

0,002

Persamaan regresi yang diperoleh dari output program


MinitabTM Release 14 adalah:
EVA = 23.776.084 1.135.320 CAR
Nilai ini berarti, bila tidak ada variabel CAR, maka nilai
EVA akan sebesar Rp 23.776.084 juta. Tetapi bila dimasukan
variabel CAR maka nilai EVA akan berkurang sebesar
Rp 1.135.320 juta karena CAR berpengaruh negatif terhadap EVA,
penurunan CAR akan berdampak pada kenaikan nilai EVA
perusahaan. Sehingga pengaruh CAR terhadap EVA tidak sesuai
dengan hipotesis sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
penurunan rasio CAR akan berakibat pada penurunan aset
perusahaan sehingga dengan menurunnya aset perusahaan maka
akan

berpengaruh

pada

perhitungan

EVA

dimana

aset

mempengaruhi biaya modal sehingga kalau aset menurun maka


akan menyebabkan biaya modal menurun. Jika diasumsikan
NOPAT tidak berubah, maka nilai EVA akan bertambah karena
biaya modal dalam perhitungan EVA merupakan komponen
pengurang. Sehingga dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui
bahwa CAR memang berpengaruh negatif terhadap EVA.
Nilai koefisien determinasi (R2) yang digunakan sebagai
pengukur test of goodness of fit dari model persamaan regresi nilai

62

variabel independen terhadap variabel dependen yang didapat


sebesar 83,5 persen. Hal ini berarti bahwa 83,5 persen dari EVA
yang dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh CAR sedangkan
sisanya (16,5 persen) lainnya tidak dapat dijelaskan oleh
persamaan regresi di atas atau dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model analisis.
Tingkat signifikasi yang dihasilkan sebesar 0,002 lebih
kecil dari sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model
persamaan regresi yang didapat signifikan (p-value< ) pada taraf
nyata 5 persen dengan besar nilai p-value nya 0,002. Artinya,
model persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk
menentukan pengaruh CAR terhadap EVA perusahaan. Selain itu,
koefisien regresi untuk peubah CAR juga berpengaruh nyata
terhadap model regresi. Hasil output regresi sederhana antara CAR
dengan EVA dari program MinitabTM Release 14 dapat dilihat pada
Lampiran 23.
Hasil yang sama juga akan diperoleh jika menggunakan
stepwise regression yaitu metode pembuatan model persamaan

regresi terbaik yang sudah diperhitungkan multikolinearitasnya


sehingga hasil yang di dapat tidak ada variabel yang saling
berkorelasi. Output regresi berganda antara rasio-rasio keuangan
dengan EVA dengan mengguanakan stepwise regression dari
program MinitabTM Release 14 dapat dilihat pada Lampiran 24.
4.2.5. Pengaruh EVA terhadap MVA
Investor yang ingin menanamkan modalnya pada sebuah
perusahaan go public menggunakan market value sebagai alat
penilaiannya. Umumnya, fluktuasi nilai market value disebabkan
oleh adanya perubahan laba perusahaan yang tercermin dalam
laporan kinerja keuangan, sehingga pengukuran kinerja keuangan
menjadi sangat penting bagi perusahaan dalam menarik investor
untuk berinvestasi. Kinerja keuangan perusahaan yang baik adalah
kinerja keuangan yang dapat mempengaruhi nilai dari market

63

value. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian yang dapat

membuktikan metode penilaian kinerja perusahaan yang dapat


mempengaruhi nilai market value.
Pengujian hubungan antara EVA dengan MVA dipisahkan
dengan pengujian hubungan antara rasio dengan EVA karena
perbedaan karakteristik dari MVA dan rasio-rasio keuangan
terpilih. MVA banyak dipengaruhi oleh faktor di luar kendali
manajemen sedangkan rasio-rasio keuangan merupakan hasil dari
operasional perusahaan.
Seperti pengaruh antara rasio-rasio keuangan dengan EVA,
maka dilakukan juga pengujian pengaruh antara EVA dengan
MVA menggunakan program MinitabTM Release 14. Dalam
menganalisis pengaruh diantara keduanya, alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi sederhana dengan EVA sebagai
variabel independen dan MVA sebagai variabel dependen.
Persamaan dan statistik pengaruh EVA terhadap MVA dari
program MinitabTM Release 14 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Persamaan dan statistik pengaruh EVA terhadap MVA
Persamaan regresi
MVA = 13.674.080 + 1,61 EVA

R2

p-value

68,1%

0,012

Persamaan regresi yang diperoleh dari output program


MinitabTM Release 14 adalah:
MVA = 13.674.080 + 1,61 EVA
Nilai ini berarti, bila tidak ada variabel EVA, maka nilai
MVA akan sebesar Rp 13.674.080 juta. Tetapi bila dimasukan
variabel EVA maka nilai MVA akan bertambah sebesar Rp 1,61
juta.
Nilai koefisien determinasi (R2) yang digunakan sebagai
pengukur test of goodness of fit dari model persamaan regresi
nilai-nilai variabel independen terhadap variabel dependen yang

64

didapat sebesar 68,1 persen. Hal ini berarti bahwa 68,1 persen dari
MVA yang dihasilkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh EVA
sedangkan sisanya (31,9 persen) lainnya tidak dapat dijelaskan oleh
persamaan regresi di atas atau dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model analisis. MVA banyak dipengaruhi oleh faktor di luar
kendali manajemen. Faktor di luar kendali manajemen tersebut
berada di tangan pasar modal yang cenderung berubah-ubah
bahkan terkadang tidak rasional dalam menilai saham perusahaan.
Selain itu, isu-isu seperti keamanan dalam dan luar negeri, politik,
dan isu lingkungan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
Tingkat signifikasi yang dihasilkan sebesar 0,012 lebih
kecil dari sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model
persamaan regresi yang didapat signifikan (p-value<) pada taraf
nyata 5 persen dengan besar nilai p-valuenya sebesar 0,012.
Artinya model persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk
menentukan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan. Selain itu,
koefisien regresi untuk peubah EVA juga berpengaruh nyata
terhadap model regresi.
EVA berpengaruh positif terhadap MVA, kenaikan EVA
akan

berdampak

merupakan

pada

pengukuran

kenaikan
saat

MVA
ini

perusahaan.
sedangkan

EVA
MVA

memperhitungkan waktu yang akan datang, sehingga pasar


mengharapkan kondisi perusahaan yang membaik pada waktu yang
akan datang. EVA yang tinggi akan meyakinkan pasar untuk
mempercayai saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga
akan meningkatkan harga saham perusahaan di pasaran. EVA
merupakan salah satu kekuatan perusahaan yang dapat dijadikan
sentimen untuk harga pasar saham. Output analisis regresi
sederhana antara EVA dengan MVA dari program MinitabTM
Release 14 dapat dilihat pada Lampiran 25.

65

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan Bank BRI pada tahun 2005 lebih baik daripada
tahun 2004 jika ditinjau dari EVA dan MVA Bank BRI. Hal ini berarti
bahwa pihak manajemen telah dapat menciptakan nilai bagi investor.
Akan tetapi, kalau dilihat dari rasio-rasio keuangan, tingkat kesehatan
Bank BRI pada tahun 2005 menurun jika dibandingkan dengan tahun
2004.
2. Hasil pengujian pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA
menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan pada umumnya tidak
berpengaruh kecuali rasio CAR terhadap EVA. CAR berpengaruh
negatif terhadap EVA yang berarti bahwa setiap penurunan CAR
sebesar 1 persen akan menaikan EVA sebesar Rp 1.135.320 juta.
Sehingga dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa
penurunan kinerja operasional (rasio-rasio keuangan) yang terjadi pada
Bank BRI pada tahun 2004-2005 pada umumnya tidak berpengaruh
kecuali rasio CAR terhadap EVA Bank BRI.
3. Hasil pengujian pengaruh EVA terhadap MVA menunjukkan bahwa
EVA berpengaruh positif terhadap MVA. Tiap-tiap kenaikan EVA
sebesar Rp 1 juta akan menaikan MVA sebesar RP 1,6 juta.

2.

Saran
Saran yang direkomendasikan yaitu:
1. Untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank sebaiknya menggunakan
Economic Value Added (EVA) daripada rasio-rasio keuangan. Rasio-

rasio keuangan yang baik belum tentu mencerminkan kondisi


perusahaan yang baik pula karena rasio-rasio keuangan tidak
memperhitungkan biaya modal. Sedangkan dengan menggunakan

66

EVA, kita dapat mengetahui nilai sebenarnya yang diciptakan oleh


manajer karena EVA dalam perhitungannya memperhitungkan biaya
modal.
2. Rasio CAR dijaga agar memenuhi standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yaitu sebesar 8 persen karena kalau rasio CAR terlalu besar
maka akan mengakibatkan EVA menjadi menurun (CAR berpengaruh
negatif terhadap EVA).

67

DAFTAR PUSTAKA

Bank Rakyat Indonesia. 2006. Laporan Keuangan Triwulanan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk 2004-2005. Bursa Efek Jakarta, Jakarta.
Brigham, E. F., and Louis C Gapenski. 1996. Intermediate Financial
Management. 5 th Ed. The Dryden Press.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2001. Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi
kedelapan. Erlangga, Jakarta.
Husnan, S. 1998. Manajemen Keuangan. Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang). Buku 1. Edisi keempat. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Imamah, H. 2005. Kinerja Keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004
(Hubungan Rasio Keuangan dengan Economic Value Added-EVA).
Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Iriawan, N., dan Astuti, S. P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Keown, A.J., et al. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi
ketujuh. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Lesmana dan Surjanto. 2003. Financial Performance Analizing. PT. Elex
Komputindo, Jakarta.
Munawir, S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta.
Poeradisastra, T. 2001. Menelanjangi Kinerja Manajemen. SWA 20/XVII/4-7,
Jakarta.
Priantini, E. S. 2004. Analisis Kinerja dan Lingkungan Strategik Keuangan
PT. Bank Mandiri. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rousana, M. 1997. Memanfaatkan EVA untuk Menilai Perusahaan di Pasar
Modal Indonesia. Majalah Usahawan No. 04 Tahun XXVI April 1997,
Jakarta.
Ruky, S. M. 1997. Lebih Dalam Tentang Economic Value Added: EVA dan
Penciptaan Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan No. 09 Tahun XXVI
September 1997, Jakarta.

68

Satria, C. 2002. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Dagang Nasional Indonesia
dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Rasio
Keuangan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sugema, I., dkk. 2004. Bank BRI Keluar dari Krisis. Dari Restrukturisasi sampai
IPO. INDEF, Jakarta.
Syofiani. 2002. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Umum Nasional Tbk dengan
Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Rasio
Keuangan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Tunggal, A. W. 2001. EVA: Teori, Soal dan Kasus. Harvarindo, Jakarta.
Undang-Undang RI No.10 tanggal 10 November Tahun 1998 tentang Perbankan.
Penerbit Bank Indonesia, Jakarta.
Utama, S. 1997. Economic Value Added: Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan.
Majalah Usahawan No. 04 Tahun XXVI April 1997, Jakarta.
Widayanti, W. 2003. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Unibank Tbk dengan
Menggunakan Konsep Economic Value Added (EVA) dan Rasio
Keuangan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Winaningsih, N. P. 2002. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Internasional
Indonesia Tbk dengan Menggunakan Metode Economic Value Added
(EVA) dan Rasio Keuangan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Young, S. D. dan OByrne, S. F. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai:
Panduan Praktis untuk Implementasi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

69

LAMPIRAN

70

Lampiran 1. Struktur organisasi Bank BRI

71

Lampiran 2. Laporan neraca triwulanan Bank BRI tahun 2004


NERACA
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-46 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)

2004
POS-POS
1.
2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.
9.

10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Aktiva
Kas
Penempatan pada Bank Indonesia
a.
Giro Bank Indonesia
b.
Sertifikat Bank Indonesia
c.
Lainnya
Giro pada Bank Lain
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
Penempatan pada Bank Lain
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
PPAP-Penempatan pada Bank lain -/Surat Berharga yang dimiliki
a. Rupiah
i.
Diperdagangkan
ii. Tersedia untuk dijual
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo
b. Valuta Asing
i. Diperdagangkan
ii. Tersedia untuk dijual
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo
PPAP-Surat Berharga yang dimiliki -/Obligasi Rekapitulasi Pemerintah
a.
Diperdagangkan
b.
Tersedia untuk dijual
c.
Dimiliki hingga jatuh tempo
Surat Berharga yang dibeli dengan janji
dijual kembali (reverse repo)
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
PPAP- Surat Berharga yang dibeli
dengan janji dijual kembali -/Tagihan Derivatif
PPAP-Tagihan Derivatif -/Kredit yang diberikan
a. Rupiah
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
b. Valuta Asing
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
PPAP-Kredit yang diberikan -/Pembiayaan Syariah
a.
Pembiayaan Murabahah
b. Pembiayaan mudharabah
PPAP-Pembiayaan Syariah -/Tagihan Akseptasi
PPA-Tagihan Akseptasi -/Penyertaan
PPA-Penyertaan -/Pendapatan yang masih akan diterima
Biaya dibayar dimuka
Uang Muka Pajak
Aktiva pajak Tangguhan
Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan Aktiva Tetap -/Aktiva Sewa Guna
Akumulasi penyusutan Aktiva Sewa Guna -/Agunan yang diambil alih
Aktiva lain-lain
Jumlah Aktiva

Maret

Juni

September

Desember

2.022.780
12.451.825
3.961.549
7.825.276
665.000
635.087
3.001
632.086
1.747.286
735.000
1.012.286
(23.824)
2.675.511
1.132.051
1.130.025

2.181.200
12.210.284
4.141.211
4.262.110
3.806.963
607.796
3.630
604.166
2.166.509
245.000
1.921.509
(27.743)
2.186.582
384.569
382.591

2.199.340
9.566.616
6.511.613
536.828
2.518.175
539.454
21.818
517.636
2.061.192
990.000
1.071.192
(26.006)
3.109.918
1.155.378
1.153.016

2.280.808
15.240.225
7.783.149
3.736.955
3.720.121
359.394
26.346
333.048
1.490.095
506.000
984.095
(18.495)
3.247.601
1.424.346
1.424.304

2.026
1.543.460
857.505

1.978
1.802.013
1.033.418

2.362
1.954.540
1.088.064

685.955
(103.167)
25.910.226
2.466.432

768.595
(57.029)
25.785.032
2.539.721
2.506.017
20.739.294

866.476
(30.218)
25.147.589
4.247.394
9.560.901
11.339.294

42
1.823.255
993.620
139.623
690.012
(21.158)
22.686.255
1.524.132
9.822.829
11.339.294

(149)
19.640
(196)
49.862.905
46.254.130
245.229
46.008.901
3.608.775

4.594
(46)
54.799.756
50.988.326
272.301
50.716.025
3.811.430

2.593
(26)
58.119.332
54.112.503
258.648
53.853.819
4.006.829

1.215
(12)
62.367.695
58.127.541
260.841
57.866.700
4.240.154

3.608.775
(4.817.124)
97.872
95.267
3.935
(1.330)
161.166
(4.566)
58.638
(570)
968.557
328.821

3.811.430
(5.382.253)
244.898
243.603
3.647
(2.352)
181.848
(4.328)
62.937
(632)
1.495.867
152.667

4.006.829
(5.248.812)
258.560
257.606
4.781
(3.827)
108.224
(4.727)
61.308
(547)
854.368
234.635

4.240.154
(478.794)

849.744
2.680.196
(1.333.247)
462.668
(393.666)
3.657
227.581
94.502.507

915.139
2.767.061
(1.376.566)
505.735
(389.404)
6.344
251.147
99.287.395

950.938
2.857.119
(1.436.672)
417.642
(315.102)
3.920
655.971
100.086.609

913.838
3.082.106
(1.536.365
390.424
(298.232)

23.443.794
14.856
14.856

293.335
(6.971)
59.721
(548)
1.180.451
127.994

325.545
107.040.172

72

Lanjutan Lampiran 2
NERACA
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-46 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)

2004
POS-POS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Pasiva
Giro
a.
Rupiah
b. Valuta Asing
Giro Wadiah
Kewajiban segera lainnya
Tabungan
Tabungan Mudharabah
Simpanan Berjangka
a. Rupiah
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
b. Valuta Asing
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
Deposito Berjangka Mudharabah
Sertifikat Deposito
a.
Rupiah
b. Valuta Asing
Simpanan dari Bank Lain
Surat Berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo)
Kewajiban Derivatif
Kewajiban Akseptasi
Surat Berharga yang Diterbitkan
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
Pinjaman yang diterima
a. Fasilitas Pendanaan jangka pendek BI
b.Lainnya
i. Rupiah
Pihak terkait dengan bank
Pihak lain
ii. Valuta Asing
Pihak terkait dengan bank
Pihak lain
Estimasi kerugian Komitmen dan Kontijensi
Kewajiban Sewa Guna Usaha
Beban yang masih harus dibayar
Taksiran Pajak Penghasilan
Kewajiban Pajak Tangguhan
Kewajiban Lain-lain
Pinjaman Subordinasi
a.
Pihak terkait dengan bank
b. Pihak lain
Modal Pinjaman
a.
Pihak terkait dengan bank
b. Pihak lain
Kewajiban Syariah
Hak Minoritas
Ekuitas
a.
Modal Disetor
b. Tambahan Modal Disetor
c.
Agio (Disagio)
d. Modal Lainnya-MSOP
e.
Modal Sumbangan
f.
Selisih Penjabaran Laporan Keuangan
g. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
h. Laba (Rugi) yang belum direalisasi dari
Surat Berharga
i.
Pendapatan Komprehensif Lainnya
j.
Saldo laba (Rugi)
Jumlah Pasiva

Maret

Juni

September

Desember

13.353.358
12.058.535
1.294.823
4.349
1.350.771
37.913.475
26.551
24.305.953
22.427.837
99.787
22.328.050
1.878.116
1.019
1.877.097
91.915
11.706
11.706

14.631.362
12.709.848
1.921.514
3.340
2.434.694
39.830.795
35.533
25.064.520
22.458.970
82.952
22.376.018
2.605.550
1.118
2.604.432
72.259
11.515
11.515

12.967.563
11.676.542
1.291.021
7.880
1.356.598
41.099.314
43.147
24.368.374
21.914.882
57.462
21.857.420
2.453.492
996
2.452.496
80.754
956
956

13.363.672
12.335.275
1.028.397

329.135

325.880

228.412

804.669

102.716
1.582
161.166

102.716
29.372
181.848

603.792
14.818
108.224

614.559
16.710
293.335

1.389.097

940.084

1.146.272

2.431.559

1.389.097
414.259
30.150
384.109
974.838

940.084
553.727
30.150
523.577
386.357

1.146.272
794.795
30.150
764.645
351.477

2.431.559
2.013.775
15.075
1.998.700
417.784

974.838
49.402
186.660
105.678
130.044

386.357
52.712
204.031
118.793
459.055

351.477
104.030
207.434
226.335
657,549

417.784
74.993
190.458
271.530
277.105

3.172.681
2.256.118

2.963.299
2.364.305

3.338.579
2.334.798

3.072.547
2.342.527

2.256.118

2.364.305

2.334.798

2.342.527

9.560.150
5.882.352

9.461.282
5.882.352

11.191.742
5.882.352

12.450.294
5.925.045

1.681.911
10.746

1.681.911
17.632

1.681.911
24.594

1.731.425
29.158

104.939
786

104.796.
786

103.474
786

103.602
786

301.517

1.006.401

1.268.677

1.472.288
99.287.395

2.492.224
100.086.609

3.391.601
107.040.172

1.879.416
94.502.507

1.799.826
44.569.139
44.476.576
92.563
24.465.936
22.150.596
68.004
22.082.592
2.315.340
823
2.314.517
1.313
1.313

73

Lampiran 3. Laporan neraca triwulanan Bank BRI tahun 2005


NERACA
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-46 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)
2005
POS-POS
Maret
Juni
September
1.
2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.
9.

10.

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Aktiva
Kas
Penempatan pada Bank Indonesia
a.
Giro Bank Indonesia
b. Sertifikat Bank Indonesia
c.
Lainnya
Giro pada Bank Lain
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
Penempatan pada Bank Lain
a.
Rupiah
b. Valuta Asing
PPAP-Penempatan pada Bank lain -/Surat Berharga yang dimiliki
a. Rupiah
i.
Diperdagangkan
ii. Tersedia untuk dijual
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo
b. Valuta Asing
i. Diperdagangkan
ii. Tersedia untuk dijual
iii. Dimiliki hingga jatuh tempo
PPAP-Surat Berharga yang dimiliki -/Obligasi Rekapitulasi Pemerintah
a.
Diperdagangkan
b. Tersedia untuk dijual
c.
Dimiliki hingga jatuh tempo
Surat Berharga yang dibeli dengan
janji dijual kembali (reverse repo)
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
PPAP- Surat Berharga yang dibeli
dengan janji dijual kembali -/Tagihan Derivatif
PPAP-Tagihan Derivatif -/Kredit yang diberikan
a. Rupiah
Pihak terkait dengan bank
i.
ii. Pihak lain
b. Valuta Asing
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
PPAP-Kredit yang diberikan -/Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan mudharabah
PPAP-Pembiayaan Syariah -/Tagihan Akseptasi
PPA-Tagihan Akseptasi -/Penyertaan
PPA-Penyertaan -/Pendapatan yang masih akan diterima
Biaya dibayar dimuka
Uang Muka Pajak
Aktiva pajak Tangguhan
Aktiva tetap
Akumulasi penyusutan Aktiva Tetap -/Aktiva Sewa Guna
Akumulasi penyusutan Aktiva Sewa Guna -/Agunan yang diambil alih
Aktiva lain-lain
Jumlah Aktiva

2.280.129
14.195.790
7.267.612
3.932.256
2.995.922
277.060
4.266
272.794
2.377.853
678.000
1.699.853
(26.550)
5.464.943
3.709.610
3.707.569

2.401.386
15.080.309
9.800.309
5.280.000

2.041
1.755.333
913.322
188.483
653.528
(19.306)
20.083.304
929.155
7.814.855
11.339.294
10,081

476
1.897.682
953.499
243.813
700.370
(20.972)
18.312.972
442.788
6.530.890
11.339.294
478.775

944.652
9.099
935.553
2.221.848
1.441.000
780.848
(31.665)
5.704.329
3.806.647
3.806.171

Desember

2.530.348
12.192.387
7.887.387
3.255.000
1.050.000
866.758
15.156
851.602
2.910.545
1.847.000
1.036.545
(48.273)
5.212.229
3.097.084
3.072.884

2.763.958
18.140.742
8.707.695
2.784.478
6.648.569
652.945
11.271
641.674
2.961.163
1.699.000
1.262.163
(36.141)
4.885.892
2.751.567
2.732.540

24.200
2.115.145
1.048.860
262.086
804.199
(23.393)
17.193.359
292.733
5.561.332
11.339.294

19.027
2.134.325
977.416
345.917
810.992
(15.312)
17.721.871
453.824
5.928.753
11.339.294

4.696
(47)
71.899.553
67.239.471
335.369
66.904.102
4.660.082

6.371
(64)
75.533.234
70.826.155
364.154
70.462.001
4.707.079
436
4.706.643
(5.410.249)

478.775
10.081
(101)
1.837
(18)
62.988.416
58.476.022
250.529
58.476.022
4.261.865

(4.788)
5.848
(58)
68.279.186
63.762.942
242.040
63.520.902
4.516.244

4.261.865
(5.312.401)
359.579
357.184
10.111
(7.716)
318.045
(7.005)
59.091
(548)
928.875
369.131

4.516.244
(5.734.372)
660.152
655.099
15.764
(10.711)
554.145
(17.045)
63.759
(553)
1.153.160
128.911
180.569
885.615
3.455.928
(1.672.285)
387.832
(324.035)
5.075
375.426
113.474.104

965.372
3.194.588
(1.597.387)
387.501
(310.727)
3.602
223.126
107.214.28

4.660.082
(5.477.310)
824.486
812.093
26.375
(13.982)
620.278
(16.528)
68.419
(548)
996.070
204.772
997.654
3.560.325
(1.745.874)
387.183
(339.771)
5.057
574.786
113.397.161

470.208
(14.827)
65.859
(1.188)
1.182.444
153.677
943.845
3.719.008
(1.808.873)
378.611
(359.476)
841.881
122.775.579

74

Lanjutan Lampiran 3
NERACA
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-46 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)
2005
Maret
Juni
September
POS-POS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Pasiva
Giro
a.
Rupiah
b. Valuta Asing
Giro Wadiah
Kewajiban segera lainnya
Tabungan
Tabungan Mudharabah
Simpanan Berjangka
a. Rupiah
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
b. Valuta Asing
i.
Pihak terkait dengan bank
ii. Pihak lain
Deposito Berjangka Mudharabah
Sertifikat Deposito
a.
Rupiah
b. Valuta Asing
Simpanan dari Bank Lain
Surat Berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo)
Kewajiban Derivatif
Kewajiban Akseptasi
Surat Berharga yang Diterbitkan
a.
Rupiah
b.
Valuta Asing
Pinjaman yang diterima
a. Fasilitas Pendanaan jangka pendek BI
b. Lainnya
i. Rupiah
Pihak terkait dengan bank
Pihak lain
ii. Valuta Asing
Pihak terkait dengan bank
Pihak lain
Estimasi kerugian Komitmen dan Kontijensi
Kewajiban Sewa Guna Usaha
Beban yang masih harus dibayar
Taksiran Pajak Penghasilan
Kewajiban Pajak Tangguhan
Kewajiban Lain-lain
Pinjaman Subordinasi
a.
Pihak terkait dengan bank
b. Pihak lain
Modal Pinjaman
a.
Pihak terkait dengan bank
b. Pihak lain
Kewajiban Syariah
Hak Minoritas
Ekuitas
a.
Modal Disetor
b. Tambahan Modal Disetor
c.
Agio (Disagio)
d. Modal Lainnya-MSOP
e.
Modal Sumbangan
f.
Selisih Penjabaran Laporan Keuangan
g. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
h. Laba (Rugi) yang belum direalisasi dari
Surat Berharga
i.
Pendapatan Komprehensif Lainnya
j.
Saldo laba (Rugi)
Jumlah Pasiva

Desember

14.626.119
12.991.263
1.634.856
10.079
1.377.402
43.366.154
51.108
24.654.592
21.344.316
99.604
21.244.712
3.310.276
840
3.309.436
110.371
1.134
1.134

20.179.922
18.314.235
1.865.687
9.924
3.175.720
44.355.513
56.425
24.709.003
21.577.358
68.372
21.508.986
3.131.645
866
3.130.779
169.182
670
670

16.727.301
15.139.053
1588.248
14.954
1.577.713
46.221.814
65.413
27.005.307
23.062.713
83.196
22.979.517
3.942.594
1.183
3.941.411
165.959
340
340

17.383.641
15.822.067
1.561.574

338.091

365.637

636.828

1.181.856

102.575
37.605
318.045

103.210
6.123
554.145

103.316
32.066
620.287

102.681
36.872
470.208

2.552.123

1.734.696

1.818.592

1.799.919

2.552.123
2.058.646
15.075
2.043.571
493.477

1.734.696
1.568.865
15.075
1.553.790
165.831

1.818.592
1.657.735
15.075
1.642.660
160.857

1.799.919
1.630.058

493,477
68.718
175.565
260.014
303.985

165.831
62.678
164.408
271.512

160.857
37.275
151.146
281.395
270.616

169.861
44.204
125.591
374.235
236.047

3.292.042
2.364.248

3.350.896
2.393.875

3.764.440
2.470.225

3.661.039
2.387.445

2.364.248

2.393.875

2.470.225

2.387.445

13.204.310
5.931.008

11.810.565
5.939.186

11.432.183
5.939.516

1.738.340
48.158

1.747.826
66.638

1.748.208
86.961

13.352.982
6.017.850
1.916.284
76.587

103.642
786

103.645
786

103.710
786

103.522
786

837.871

599.852

(369.706)

(292)

4.544.505
107.214.280

3.352.632
113.474.104

3.992.708
113.397.161

5.238.245
122.775.579

1.956.467
49.372.027
49.237.323
134.704
30.289.801
26.723.766
115.679
26.608.087
3.566.035
1.135
3.564.900
564
564

1.630.058
169.861

75

Lampiran 4. Laporan laba rugi triwulanan Bank BRI tahun 2004


LAPORAN LABA RUGI
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-45 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)
POS-POS
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Pendapatan dan Beban Operasional


Pendapatan Bunga
a. Hasil Bunga
i.
Rupiah
ii.
Valuta Asing
b. Provisi dan Komisi
i.
Rupiah
ii.
Valuta Asing
Jumlah Pendapatan Bunga
Beban Bunga
a. Beban Bunga
i.
Rupiah
ii.
Valuta Asing
b. Provisi dan Komisi
Jumlah Beban Bunga
Pendapatan (Beban) Bunga Bersih
Pendapatan Operasional Lainnya
a. Pendapatan Provisi, Komisi dan Fee
b. Pendapatan Transaksi Valuta Asing
c. Pendapatan Kenaikan Nilai Surat
Berharga
d. Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
Beban (Pendapatan) Penghapusan Aktiva
Produktif
Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan
Kontijensi
Beban penyisihan (pemulihan) Aktiva
lain-lain
Beban Operasional Lainnya
a. Beban Administrasi dan Umum
b. Beban Personalia
c. Beban Penurunan Nilai Surat
Berharga
d. Beban Transaksi Valuta Asing
e. Beban Promosi
f. Beban Lainnya
Jumlah Beban Operasional Lainnya
Laba (Rugi) Operasional
Pendapatan dan Beban Non Operasional
Pendapatan Non Operasional
Beban Non Operasional -/Pendapatan (Beban) Non Operasional
Pendapatan (Beban) Luar Biasa
Laba (Rugi) sebelum Pajak Penghasilan
Taksiran Pajak Penghasilan -/Laba (Rugi) tahun berjalan
Hak Minoritas -/Saldo Laba (Rugi) awal tahun
a. Dividen -/b. Lainnya -/Saldo Laba (Rugi) akhir periode

2004
September

Maret

Juni

Desember

3.714.226
3.636.019
78.207
74.599
74.280
319
3.788.825

7.511.891
7.369.582
142.309
182.934
182.366
568
7.694.825

11.298.884
11.062.503
236.381
261.826
261.180
646
11.560.710

15.178.822
14.855.220
323.602
351.998
351.274
724
15.530.820

1.187.305
1.145.962
41.343
108
1.187.413
2,601.412

2.158.929
2.071.898
87.031
141
2.159.070
5.535.755

3.187.378
3.061.635
125.743
1.666
3.189.044
8.371.666

4.273.139
4.107.177
165.962
54
4.273.193
11.275.627

102.548
34.460
302.501

191.467
155.496
253.577

349.329
131.678
608.612

502.210
130.196
712.608

40.549
480.058
505.867

82.793
683.333
1.029.976

78.367
1.167.986
1.216.442

101.770
1.446.784
1.327.814

(25.031)

(21.721)

29.597

560

6.214

16.397

355.491
795.840

687.273
1.687.355

1.163.826
2.582.570

1.724.709
3.717.498

69.867
1.221.198
1.373.222

352.078
2.726.706
2.467.730

50.319
360.863
4.157.578
4.136.035

110.330
536.234
6.088.771
5.287.266

5.206
1.057
4.149

90.280
1.460
88.820

112.991
4.723
108.268

511.166
67.007
444.159

1.377.371
(278.019)
1.099.352

2.556.550
(842.635)
1.713.915

4.244.303
(1.510.452)
2.733.851

5.731.425
(2.098.197)
3.633.228

780.064

780.064
(990.471)
(31.220)

780.064
(990.471)
(31.220)

3.633.228
990.471
(31.220)

1.879.41

1.472.288

2.492.224

3.391.601

76

Lampiran 5. Laporan laba rugi triwulanan Bank BRI tahun 2005


LAPORAN LABA RUGI
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.
Jl. Jendral Sudirman Kavling 44-45 Jakarta
(Dalam Jutaan Rupiah)
POS-POS
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Pendapatan dan Beban Operasional


Pendapatan Bunga
a. Hasil Bunga
i.
Rupiah
ii.
Valuta Asing
b. Provisi dan Komisi
i.
Rupiah
ii.
Valuta Asing
Jumlah Pendapatan Bunga
Beban Bunga
a. Beban Bunga
i.
Rupiah
ii. Valuta Asing
b. Provisi dan Komisi
Jumlah Beban Bunga
Pendapatan (Beban) Bunga Bersih
Pendapatan Operasional Lainnya
a. Pendapatan Provisi, Komisi dan Fee
b. Pendapatan Transaksi Valuta Asing
c. Pendapatan Kenaikan Nilai Surat
Berharga
d. Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
Beban (Pendapatan) Penghapusan Aktiva
Produktif
Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan
Kontijensi
Beban penyisihan (pemulihan) Aktiva
lain-lain
Beban Operasional Lainnya
a. Beban Administrasi dan Umum
b. Beban Personalia
c. Beban Penurunan Nilai Surat Berharga
d. Beban Transaksi Valuta Asing
e. Beban Promosi
f. Beban Lainnya
Jumlah Beban Operasional Lainnya
Laba (Rugi) Operasional

Maret

Juni

2005
September

Desember

3.916.813
3827.720
89.093
81.357
81.280
77
3.998.170

7.988.934
7.786.967
201.967
216.335
216.177
158
8.205.269

12.302.051
11.984.731
317.320
327.974
327.741
233
12.630.025

16.816.372
16.368.685
447.687
437.340
437.107
233
17.253.712

1.162.200
1.116.057
46.143
4
1.162.204
2.835.966

2.152.768
2.055.770
96.998
53
2.152.821
6.052.448

3.337.347
3.177.794
159.553
54
3.337.401
9.292.624

4.816.705
4.585.165
231.540
65
4.816.770
12.436.924

123.519
34.242
254.617

247.877
86.768
142.251

395.821
77.447

568.475
49.464

42.817
455.195
193.035

65.112
542.008
750.048

68.360
541.628
505.462

106.675
724.614
431.618

(6.275)

10.298

(37.718)

(30.789)

(88.342)

(157.287)

397.052
974.056
135.901

842.667
2.232.446

1.306.572
3.285.849
536.041

1.944.141
4.407.158
334.349

97.051
1.604.060
1.588.683

369.545
3.444.658
2.546.739

94.293
457.175
5.679.930
3.686.578

182.244
580.526
7.448.418
5.312.309

Pendapatan dan Beban Non Operasional


Pendapatan Non Operasional
Beban Non Operasional -/Pendapatan (Beban) Non Operasional
Pendapatan (Beban) Luar Biasa
Laba (Rugi) sebelum Pajak Penghasilan
Taksiran Pajak Penghasilan -/Laba (Rugi) tahun berjalan
Hak Minoritas -/Saldo Laba (Rugi) awal tahun
a. Dividen -/b. Lainnya -/-

40.484
2.323
38.161

74.370
5.110
69.260

100.513
6.397
94.116

309.773
14.130
295.643

1.626.844
(473.940)
1.152.904

2.615.999
(674.132)
1.941.867

3.780.694
(1.268.751)
2.511.943

5.607.952
(1.799.365)
3.808.587

3.391.601

3.391.601
(1.816.614)
(164.222)

3.391.601
(1.816.614)
(164.222)

3.391.601
1.816.614
(145.329)

Saldo Laba (Rugi) akhir periode

4.544.505

3.352.632

3.922.708

5.238.245

77

Lampiran 6. Perhitungan Net Profit Margin (NPM)


NPM

Mar '04

1.099.352
= 25,75%
4.268.883

NPM

Mar '05

1.152.904
= 25,89%
4.453.365

NPM

Jun ' 04

1.713.915
= 20,46%
8.378.158

NPM

Jun '05

1.941.867
= 22,20%
8.747.277

NPM

Sep ' 04

2.733.851
= 21,48%
12.728.693

NPM

Sep '05

2.511.943
= 19,07%
13.171.653

NPM

Des ' 04

3.633.228
= 21,40%
16.977.604

NPM

Des '05

3.808.587
= 21,18%
17.978.326

Mar '05

2.835.966
= 11,44%
24.789.913

Jun '05

6.052.448
= 12,12%
49.937.690

9.292.624
= 12,29%
75.611.262

12.436.942
= 12,17%
102.193.443

Lampiran 7. Perhitungan Net Interest Margin (NIM)


=

2.601.412
= 11,71%
22.215.304

NIM

Jun ' 04

5.535.755
= 12,18%
45.449.549

NIM

NIM

Sep ' 04

8.371.666
= 11,65%
71.859.794

NIM

Sep '05

NIM

Des ' 04

11.257.627
= 12,16%
92.579.170

NIM

Des '05

NIM

Mar ' 04

NIM

Lampiran 8. Perhitungan Return on Asset (ROA)


ROA Mar '04 =

1.099.352
= 1,16%
94.502.507

ROA Mar '05 =

1.152.904
= 1,08%
107.214.280

ROA Jun '04 =

1.713.915
= 1,73%
99.287.395

ROA Jun '05 =

1.941.867
= 1,71%
113.474.104

ROA Sep '04 =

2.733.851
= 2,73%
100.086.609

ROA Sep '05 =

2.511.943
= 2,22%
113.397.161

ROA Des '04 =

3.633.228
= 3,39%
107.040.172

ROA Des '05 =

3.808.587
= 3,10%
122.775.579

78

Lampiran 9. Perhitungan Return on Equity (ROE)


ROE Mar '04 =

1.099.352
= 11,50%
9.560.150

ROE Mar '05 =

1.152.904
= 8,73%
13.204.310

ROE Jun '04 =

1.713.915
= 18,12%
9.461.282

ROE Jun '05 =

1.941.867
= 16,44%
11.810.565

ROE Sep '04 =

2.733.851
= 24,43%
11.191.742

ROE Sep '05 =

2.511.943
= 21,97%
11.432.183

ROE Des '04 =

3.633.228
= 29,18%
12.450.294

ROE Des '05 =

3.808.587
= 28,52%
13.352.982

Lampiran 10. Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR)


CAR Mar '04 =

10.870.143
= 22,85%
47.566.525

CAR Mar '05 =

13.278.903
= 20,86%
63.660.725

CAR Jun '04 =

10.835.918
= 20,36%
53.215.363

CAR Jun '05 =

11.745.911
= 17,00%
69.090.816

CAR Sep '04 =

10.996.883
= 19,65%
55.949.930

CAR Sep '05 =

11.967.260
= 16,11%
74.277.280

CAR Des '04 =

10.944.874
= 18,09%
67.610.604

CAR Des '05 =

12.762.451
= 16,25%
83.494.366

Lampiran 11. Perhitungan Asset Utilization Ratio (AUR)


AUR Mar '04 =

4.274.089
= 4,52%
94.502.507

AUR Mar '05 =

4.493.849
= 4,19%
107.214.280

AUR Jun '04 =

8.468.438
= 8,53%
99.287.395

AUR Jun '05 =

8.821.647
= 7,77%
113.474.104

AUR Sep '04 =

12.841.687
= 12,83%
100.086.609

AUR Sep '05 =

13.272.166
= 11,70%
113.397.161

AUR Des '04 =

17.488.770
= 16,34%
107.040.172

AUR Des '05 =

18.288.099
= 14,90%
122.775.579

79

Lampiran 12. Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT)


Laba Bersih
(a)
(juta rupiah)
1.099.352
1.713.915
2.733.851
3.633.228
1.152.904
1.941.867
2.511.943
3.808.587

Periode

Maret 2004
Juni 2004
September 2004
Desember 2004
Maret 2005
Juni 2005
September 2005
Desember 2005

Biaya Bunga
(b)
(juta rupiah)
1.187.413
2.159.070
3.189.044
4.273.193
1.162.204
2.152.821
3.337.401
4.816.770

NOPAT
(a + b)
(juta rupiah)
2.286.765
3.872.985
5.922.895
7.906.421
2.315.108
4.094.688
5.849.344
8.625.357

Lampiran 13. Perhitungan biaya hutang (Kd*)

Tahun

2004
2005

Biaya Bunga
(a)
(juta rupiah)
4.273.193
4.816.770

Hutang
(b)
(juta rupiah)
94.589.878
109.422.579

Kd
(c = a : b)
(%)
4,52
4,40

Kd*
(c (1-T))
(%)
2,87
2,99

Lampiran 14. Perhitungan biaya ekuitas (Ke)

Tahun

2004
2005

Pertumbuhan
Saham
(a)
(%)
83,58
130,00
153,30
5,22

Dividen
Saham

Dividen Yield
(b)
(%)
2,91
5,07

Ke
(a + b)
(%)
132,91
10,29

Lampiran 15. Perhitungan struktur modal

Tahun

2004
2005

Hutang
(a)
(juta rupiah)
94.589.878
109.422.579

Ekuitas
(b)
(juta rupiah)
12.450.294
13.352.982

Aset
(c)
(juta rupiah)
107.040.172
122.775.579

Wd
(a : c)
(%)
88,37
89,12

We
(b : c)
(%)
11,63
10,88

Lampiran 16. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Tahun

2004
2005

Struktur Modal
Wd
We
(a)
(b)
(%)
(%)
88,37
11,63
89,12
10,88

Kd*
(c)
(%)
2,87
2,99

Ke
(d)
(%)
132,91
10,29

axc
(e)
(%)
2,54
2,66

bxd
(f)
(%)
15,46
1,12

WACC
(e + f)
(%)
18,00
3,78

80

Lampiran 17. Perhitungan Invested Capital (IC)

Periode

Maret 2004
Juni 2004
September 2004
Desember 2004
Maret 2005
Juni 2005
September 2005
Desember 2005

Hutang
(a)
(juta rupiah)

Ekuitas
(b)
(juta rupiah)

84.942.357
89.826.113
88.894.867
94.589.878
94.009.970
101.663.539
101.964.987
109.422.597

9.560.150
9.461.282
11.191.742
12.450.294
13.204.310
11.810.565
11.432.183
13.352.982

Hutang
Beban
(c)
(juta
rupiah)
105.678
118.793
226.355
271.530
260.014
271.512
281.395
374.235

IC
(a + b c)
(juta rupiah)

94.396.829
99.168.602
99.860.254
106.768.642
106.954.266
113.202.592
113.115.775
122.401.344

Lampiran 18. Perhitungan Cost of Capital (COC)

Periode

Maret 2004
Juni 2004
September 2004
Desember 2004
Maret 2005
Juni 2005
September 2005
Desember 2005

WACC
(a)
(%)
18,00
18,00
18,00
18,00
3,78
3,78
3,78
3,78

IC
(b)
(juta rupiah)
94.396.829
99.168.602
99.860.254
106.768.642
106.954.266
113.202.592
113.115.775
122.401.344

COC
(3/12 x a x b)
(juta rupiah)
4.247.857
4.462.587
4.493.711
4.804.589
1.010.718
1.069.764
1.068.944
1.156.693

Lampiran 19. Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Periode

Maret 2004
Juni 2004
September 2004
Desember 2004
Maret 2005
Juni 2005
September 2005
Desember 2005

NOPAT
(a)
(juta rupiah)
2.286.765
3.872.985
5.922.895
7.906.421
2.315.108
4.094.688
5.849.344
8.625.357

COC
(b)
(juta rupiah)
4.247.857
4.462.587
4.493.711
4.804.589
1.010.718
1.069.764
1.068.944
1.156.693

EVA
(a b)
(juta rupiah)
-1.961.092
-589.602
1.429.184
3.101.832
1.304.390
3.024.924
4.780.400
7.468.664

81

Lampiran 20. Perhitungan Market Value Added (MVA)


Nilai
Pasar
(a)

Periode

Maret 2004
Juni 2004
September 2004
Desember 2004
Maret 2005
Juni 2005
September 2005
Desember 2005

Jumlah Saham
(b)
(Lembar)

1.525
1.675
2.050
2.875
2.850
2.900
2.700
3.025

11.764.705.000
11.764.705.000
11.764.705.000
11.850.090.500
11.850.090.500
11.850.090.500
11.850.090.500
11.850.090.500

Nilai Buku
(c)
(juta
rupiah)
9.560.150
9.461.282
11.191.742
12.450.294
13.204.310
11.810.565
11.432.183
13.352.982

MVA
((a x b) c)
(juta rupiah)

8.381.025
10.244.599
12.925.903
21.618.716
20.568.448
22.554.698
20.563.061
22.493.542

Lampiran 21. Output regresi berganda antara rasio-rasio keuangan dengan EVA
Regression Analysis: EVA versus ROA, ROE, CAR, AUR, NPM, NIM
The regression equation is
EVA =39539328 -18135439 ROA + 999771 ROE - 1534560 CAR + 2390294 AUR
+ 1470997 NPM - 3846790 NIM
Predictor
Constant
ROA
ROE
CAR
AUR
NPM
NIM

Coef
39539328
-18135439
999771
-1534560
2390294
1470997
-3846790

S = 1458681
PRESS = 2.769056E+14

SE Coef
51369568
16546754
987989
413025
2720040
1031533
3994474

T
0.77
-1.10
1.01
-3.72
0.88
1.43
-0.96

R-Sq = 96.7%
R-Sq(pred) = 0.00%

P
0.582
0.471
0.496
0.167
0.541
0.389
0.512

VIF
678.9
181.5
3.3
507.5
20.6
5.2

R-Sq(adj) = 76.6%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
Source
ROA
ROE
CAR
AUR
NPM
NIM

DF
SS
MS
6 6.15190E+13 1.02532E+13
1 2.12775E+12 2.12775E+12
7 6.36468E+13
DF
Seq SS
1 2.60048E+13
1 5.29160E+11
1 2.89795E+13
1 6.63333E+11
1 3.36892E+12
1 1.97332E+12

Durbin-Watson statistic = 2.62

F
4.82

P
0.335

82

Lanjutan Lampiran 21
Correlations: ROA, ROE, CAR, AUR, NPM, NIM
ROA
0.985
0.000

ROE

ROE

CAR

AUR

CAR

-0.615
0.105

-0.657
0.077

AUR

0.992
0.000

0.993
0.000

-0.666
0.071

NPM

-0.633
0.092

-0.735
0.038

0.734
0.038

-0.719
0.045

NIM

0.487
0.221

0.597
0.118

-0.721
0.044

0.564
0.145

NPM

-0.816
0.013

Cell Contents: Pearson correlation


P-Value

Lampiran 22. Output regresi berganda antara CAR, NPM, dan NIM dengan EVA
Regression Analysis: EVA versus CAR, NPM, NIM
The regression equation is
EVA =45600881 - 1484448 CAR + 253216 NPM - 1742048 NIM
Predictor
Constant
CAR
NPM
NIM

Coef
45600881
-1484448
253216
-1742048

S = 1317032
PRESS = 1.754913E+13

SE Coef
41681247
317809
381019
2875229

T
1.09
-4.67
0.66
-0.61

R-Sq = 89.1%
R-Sq(pred) = 72.43%

P
0.335
0.010
0.543
0.577

VIF
2.4
3.5
3.3

R-Sq(adj) = 80.9%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
Source
CAR
NPM
NIM

DF
SS
MS
3 5.67085E+13 1.89028E+13
4 6.93829E+12 1.73457E+12
7 6.36468E+13
DF
Seq SS
1 5.31187E+13
1 2.95300E+12
1 6.36749E+11

Durbin-Watson statistic = 1.54

Correlations: CAR, NPM, NIM


NPM

NIM

CAR
0.734
0.038
-0.721
0.044

NPM

-0.816
0.013

Cell Contents: Pearson correlation


P-Value

F
10.90

P
0.021

83

Lampiran 23. Output regresi sederhana antara CAR dengan EVA


Regression Analysis: EVA versus CAR
The regression equation is
EVA =23776084 - 1135320 CAR
Predictor
Constant
CAR

Coef
23776084
-1135320

S = 1324640
PRESS = 1.898314E+13

SE Coef
3927160
206344

T
6.05
-5.50

R-Sq = 83.5%
R-Sq(pred) = 70.17%

P
0.001
0.002
R-Sq(adj) = 80.7%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
SS
MS
1 5.31187E+13 5.31187E+13
6 1.05280E+13 1.75467E+12
7 6.36468E+13

F
30.27

P
0.002

Durbin-Watson statistic = 2.04

Lampiran 24. Output regresi berganda antara rasio-rasio keuangan dengan EVA
menggunakan stepwise regression
Stepwise Regression: EVA versus ROA, ROE, CAR, AUR, NPM, NIM
Alpha-to-Enter: 0.05
Response is

EVA

Step
Constant

1
23776084

CAR
T-Value
P-Value

-1135320
-5.50
0.002

S
R-Sq
R-Sq(adj)
C-p

Alpha-to-Remove: 0.05
on

6 predictors, with N =

1324640
83.46
80.70
0.9

Regression Analysis: EVA versus CAR


The regression equation is
EVA =23776084 - 1135320 CAR
Predictor
Constant
CAR

Coef
23776084
-1135320

S = 1324640
PRESS = 1.898314E+13

SE Coef
3927160
206344

T
6.05
-5.50

R-Sq = 83.5%
R-Sq(pred) = 70.17%

P
0.001
0.002
R-Sq(adj) = 80.7%

84

Lanjutan Lampiran 24
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
SS
MS
1 5.31187E+13 5.31187E+13
6 1.05280E+13 1.75467E+12
7 6.36468E+13

F
30.27

P
0.002

Durbin-Watson statistic = 2.04

Lampiran 25. Output regresi sederhana antara EVA dengan MVA


Regression Analysis: MVA versus EVA
The regression equation is
MVA =13674080 + 1.61 EVA
Predictor
Constant
EVA

Coef
13674080
1.6121

S = 3593837
PRESS = 1.532392E+14

SE Coef
1646001
0.4505

T
8.31
3.58

R-Sq = 68.1%
R-Sq(pred) = 36.92%

P
0.000
0.012
R-Sq(adj) = 62.8%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
SS
MS
1 1.65419E+14 1.65419E+14
6 7.74940E+13 1.29157E+13
7 2.42913E+14

Durbin-Watson statistic = 0.89

F
12.81

P
0.012

NonOperating
Income

Net
Income

Operating
Income
NPM

NOPAT

Interest

Tax
ROA

Equity
Cost

EVA

ROE

WACC
Debt
Cost

COC
IC

CAR
NIM

AUR

Debt
Asset
Equity

Market Value Equity


MVA

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian


Keterangan :

= hubungan identitas
= hubungan fungsional

RUPS
Dewan Syariah

Komisaris
DIREKSI
Komite Audit

Divisi Sekretariat
Perusahaan

Direktur
Audit

Direktur Bisnis
Mikro dan Ritel

Direktur Bisnis
Menengah

Direktur
Pengendalian Kredit

Direktur Keuangan
dan International

Direktur
Operasional

Direktur
Kepatuhan

Perencanaan Bisnis

Perencanaan Bisnis

Divisi Analisis
Risiko kredit

Perencanaan Bisnis

Perencanaan Bisnis

Divisi Bisnis Mikro

Divisi Agribisnis

Divisi Treasury

Divisi Operasional

Divisi
Kepatuhan &
Manajemen
Resiko

Divisi Akuntansi,
Manajemen &
Keuangan

Divisi Teknologi
Sistem Informasi

Divisi
Perencanaan
Strategis

Divisi Sumber
Daya Manusia

Divisi
Hukum

Divisi Bisnis Ritel

Divisi Bisnis Umum

Divisi Consumer
Banking

Divisi Kredit
Program

Desk IVP

Kantor Cabang
Khusus

Divisi
Restrukturisasi &
Penyelesaian Kredit
Bermasalah
Divisi
Administrasi Kredit

Divisi International

Desk Administrasi
& Operasional

Unit Usaha Syariah


Kanwils
Kancas Syariah

Unit Kerja Luar


Negeri

Divisi Logistik

Anda mungkin juga menyukai