Anda di halaman 1dari 13

ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas


Mata Kuliah Etika Profesi

Oleh :
Karina Virgi Agustha
10512376

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016

PENDAHULUAN
Akuntan publik adalah suatu profesi yang dapat menyediakan bantuan bagi
para stakeholders perusahaan dengan cara memastikan bahwa asersi yang dibuat
oleh manajemen telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
terbebas dari salah saji materiil baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Profesi akuntan publik di Indonesia mengalami perkembangan yang berarti
sejak awal tahun 1970-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan
kepada perusahaan. Berbagai bank mewajibkan nasabah yang akan menerima
kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan secara periodik laporan
keuangan yang telah diperiksa akuntan publik.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia (Nomor:
43/KMK.017/1997; Bab I; Pasal 1; Poin a), dinyatakan bahwa:
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari menteri keuangan
untuk menjalankan pekerjaan akuntan publik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akuntan publik didefinisikan
sebagai berikut:
Akuntan publik adalah akuntan yang sesuai dengan ketentuan undangundang terdaftar pada register negara dan mempunyai izin dari menteri
keuangan untuk membuka kantor akuntan (swasta) yang bertugas
memberikan pelayanan jasa akuntansi kepada masyarakat atas pembayaran
tertentu.
(2002:69)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntan publik
merupakan profesi yang didapat oleh individu yang telah menempuh dan lulus
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik, memenuhi persyaratan profesional untuk
menjadi akuntan publik, dan telah mendapatkan izin dari menteri keuangan.

KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Aturan etika profesional Akuntan Publik dinyatakan dalam Kode Etik
Akuntansi Indonesia. Kode Etik Akuntansi Indonesia ditetapkan dalam kongres
VIII IAI di Jakarta pada tahun 1998. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
diadopsi American Institute of Public Accountant-Code of Professional Conduct.
Kode Etik Akuntansi Indonesia berkaitan dengan Akuntan Publik terdiri atas:
a. Prinsip Etika
1. Tanggung jawab profesi
Dalam pemenuhan tanggung jawabnya, sebagai seorang profesional,
Akuntan Publik harus menunjukkan kualitas profesional dan moral
dalam setiap aktivitasnya.
2. Kepentingan umum
Akuntan Publik harus menerima kewajibannya untuk melayani
kepentingan

publik,

menghormati

kepercayaan

publik,

dan

menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme.


3. Integritas
Akuntan Publik harus selalu berterus terang, jujur, dan bersungguhsungguh

dalam

mempertahankan

memenuhi
kepercayaan

tanggung
publik,

jawabnya.
Akuntan

Publik

Untuk
harus

melaksanakan tanggung jawab profesionalnya dengan integritas yang


tinggi.

4. Objektivitas
Objektif berarti tidak memihak, tidak bias dalam mengungkapkan
pendapat, tidak berprasangka dan adil bagi semua pihak. Akuntan
Publik harus mempertahankan objektivitasnya dan membebaskan diri
dari konflik kepentingan dalam pelaksanaan tanggung jawab
profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Professional
Akuntan Publik harus memiliki kemampuan dan keahliannya sesuai
dengan standar teknis dan mempertahankan tingkat kemampuannya
dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Pemenuhan
tanggung jawab profesionalisme Akuntan Publik diawali dengan sikap
kehati-hatian

profesional,

khususnya

dalam

pengungkapan

kecurangan.
6. Kerahasiaan
Akuntan Publik wajib menjaga kerahasiaan klien-nya. Akuntan Publik
wajib menghormati dan menghargai informasi rahasia kliennya, namun
ada kondisi-kondisi khusus kapan rahasia tersebut harus diungkapkan.
7. Perilaku Profesional
Perilaku profesional Akuntan Publik yang paling utama adalah
independensi. Baik in fact, maupun in appearence. Akuntan Publik
harus menunjukkan perilaku profesional dalam pemenuhan tanggung
jawab profesionalnya.

8. Standar Teknis
Dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya, Akuntan Publik
harus mematuhi standar teknis yang ditetapkan oleh IAI.
b. Aturan Etika-Kompartemen Akuntan Publik
100. Independensi, Integritas dan Objektivitas
101. Independensi
102. Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen, yang berarti
mampu membebaskan diri dari hal-hal yang mengganggu
integritas dan objektivitasnya (in fact), maupun membebaskan
diri dari dugaan bahwa profesi tidak independen lagi (in
appearence).
103. Integritas dan Objektivitas
104. Dalam

menjalankan

tugasnya,

anggota

KAP

harus

mempertahankan integritas dan objektivitasnya.


200. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201.

Standar Umum Meliputi:


Anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional
yang layak dan dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
Pemberian jasa profesional oleh anggota KAP dilaksanakan
dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.

Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi setiap


pelaksanaan pemberian jasa profesional secara memadai.
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai sehubungan dengan jasa profesionalnya.
202.

Kepatuhan terhadap Standar


Anggota KAP yang melaksanakan jasa profesionalnya wajib
mematuhi standar yang ditetapkan oleh IAI.

203.

Prinsip-prinsip Akuntansi
Anggota

KAP

wajib

melaksanakan

tanggung

jawab

profesionalnya dengan berdasarkan prinsip-prinsip Akuntansi.


300. Tanggung Jawab Kepada Klien
301. Informasi Klien yang Rahasia
302. Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia, tanpa persetujuan klien.
303. Fee Profesional
Besaran Fee
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien
dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra
profesi.
Fee Kontijen
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee
kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi.

400. Tanggung Jawab kepada Rekan


401.

Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi


Anggota KAP wajib memelihara citra profesi dengan tidak
melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak
reputasi rekan seprofesi.

402.

Komunikasi antar Akuntan Publik


Akuntan Publik wajib berkomunikasi tertulis dengan
Akuntan Publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan
audit menggantikan Akuntan Publik pendahulu atau periode
akuntansi yang sama ditunjuk Akuntan Publik lain dengan
tujuan yang berbeda.
Akuntan Publik pendahulu wajib menanggapi secara
tertulis permintaan komunikasi dari Akuntan Publik
pengganti secara memadai.

403.

Perikatan Atestasi

404.

Akuntan Publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan


atestasi dan periodenya sama dengan Akuntan Publik lain,
dikecualikan apabila dikakukan untuk memenuhi ketentuan
perundang-undangan

dan

peraturan

suatu

badan

berwenang.
500. Tanggung Jawab dan Praktik lain
501.

Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

yang

502.

Anggota KAP tidak diperkenankan melakukan tindakan


dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

503.

Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya

504.

Anggota KAP diperkenankan mencari klien melalui


pemasangan
pemasaran

iklan,
lainnya

melakukan
sepanjang

promosi,
tidak

dan

kegiatan

merendahkan

citra

profesinya.
505.

Komisi dan Fee Reveral


Anggota

KAP

tidak

diperkenankan

untuk

memberikan/menerima komisi apabila dapat mengurangi


independensi.
Fee reveral hanya diperkenankan bagi sesama profesi
506.

Bentuk Organisasi dan KAP

507.

Anggota hanya dapat berpraktik Akuntan Publik dalam


bentuk Kantor Akuntan Publik.

LATAR BELAKANG MUNCULNYA KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK


Sudah menjadi hal awam bahwa kredibilitas yang diemban oleh seorang
profesional merupakan hal yang dibutuhkan untuk mampu bertahan dalam
kegiatan profesinya. Akuntan publik membutuhkan kepercayaan dari publik dan
peran sosialnya dalam masyarakat harus mampu menyediakan suatu keyakinan
bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku serta bebas dari kesalahan ataupun kecurangan.

Tentu kredibilitas tersebut tidak akan didapat secara instan. Profesionalisme


akuntan publik merupakan suatu tingkatan mentalitas yang menunjukkan
kematangan kualitas, kompetensi, tingkah laku dan komitmen yang didapat
melalui proses yang panjang.

TUJUAN DIBENTUKNYA KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK


Secara umum, kode etik yang mengikat semua anggota profesi perlu
ditetapkan bersama, tanpa kode etik maka setiap individu dalam satu komunitas
akan memiliki standarisasi tingkatan profesioanl yang berbeda-beda sehingga
memunculkan kekacauan baik internal maupun eksternal dan akan berdampak
pada kualitas kinerja dan layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Dalam petikan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
470/KMK.017/1999 (Pasal 7), mensyaratkan bahwa setiap akuntan publik wajib
menjadi anggota IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) yang merupakan organisasi
profesi akuntan resmi di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1957. Tujuan
dari persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa para akuntan publik
mendapat akomodasi serta pengetahuan mengenai standarisasi profesionalisme
dan kode etik di bidang akuntan secara umum.
Di dalam IAI, profesi akuntan publik dibawahi oleh departemen khusus
yang dinamakan Kompartemen Akuntan Publik, atau sering disingkat IAI-KAP.
Tujuan pembentukan organisasi ini adalah:
1. Mengembangkan dan menjaga peran profesi Akuntan dalam masyarakat
sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Memelihara martabat dan kehormatan Profesi Akuntan.


3. Meningkatkan kecakapan dan tanggung jawab profesional Anggota.
4. Mengembangkan

penelitian,

pendidikan

dan

pelatihan,

serta

pemasyarakatan teori dan praktik profesi dan jasa-jasa lain yang terkait
dengan akuntansi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
lingkungannya.
5. Meningkatkan peran Profesi Akuntan dalam pembangunan nasional.

STUDI KASUS PELANGGARAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK


Berikut merupakan analisa dari sebuah kasus pelanggaran kode etik akuntan
publik yang terjadi di Indonesia dan Amerika Serikat secara bersamaan, yaitu
kasus yang melibatkan KPMG Siddharta Siddharta & Harsono (KPMG-SSH)
pada tahun 2001.
Kronologi:
Pada tanggal 12 September 2001, Badan Komisi Sekuritas dan Bursa
Amerika Serikat / Securities and Exchange Commission (SEC) bekerja
sama dengan Departemen Kehakiman AS mengajukan tuntutan terhadap
KPMG Siddharta Siddharta & Harsono ("KPMG-SSH"), sebuah firma
akuntan publik yang berpusat di Jakarta dan Sonny Harsono, rekanan dari
KPMG-SSH ke Kantor Pengadilan Distrik Texas.
Detail dari tuntutan yang diajukan yaitu diduga pada tahun 1999,
Harsono memerintahkan pegawai KPMG-SSH untuk menyuap apparat
pajak Indonesia dengan mengatasnamakan kliennya yaitu PT Eastman
Christensen (PTEC). PTEC adalah perusahaan Indonesia yang mayoritas

sahamnya dimiliki oleh Baker Hughes Inc, sebuah perusahaan tambang


yang bermarkas di Amerika Serikat.
Nominal suap sebesar US$ 75 ribu dikeluarkan dengan tujuan agar
kewajiban pajak PTEC dipangkas seminim mungkin, yaitu dari US$ 3,2 juta
menjadi hanya US$ 270 ribu. Kemudian untuk mengubur penyuapan itu
Harsono memerintahkan pegawainya agar mengeluarkan tagihan (invoice)
palsu atas nama KPMG-SSH yang didesain tidak hanya untuk menutupi
pembayaran uang suap kepada oknum petugas kantor pajak, namun
sekaligus untuk fee atas imbal jasa KPMG-SSH bagi PTEC.
Kasus ini dilaporkan oleh pihak manajemen senior Baker Hughes
sendiri yang sadar telah terjadi pemangkasan drastis terhadap nominal
kewajiban pajaknya, dengan tujuan untuk menghindari dakwaan hukum
yang lebih berat. Namun sebelum berlanjut di pengadilan, kasus ini
terselesaikan secara damai.
Analisa:
Sebagai titik awal, jelas bahwa praktek suap sangatlah bertentangan
dengan kode etik profesi akuntan. Secara teknis, praktek suap yang
dilakukan oleh Harsono telah melanggar keseluruhan prinsip etika profesi
akuntan, yaitu antara lain:
1.

Tanggung jawab profesi


Melakukan tindakan tidak bertanggung jawab melalui praktek suap

2.

Kepentingan umum
Menghiraukan kehormatan kepercayaan publik dan komitmen
terhadap profesionalisme.

3.

Integritas

Tidak berterus terang, jujur, dan bersungguh-sungguh dalam


memenuhi tanggung jawabnya.
4.

Objektivitas
Tidak

bertindak

kepentingan

professional

pribadi

dalam

dan

lebih

pelaksanaan

memprioritaskan
tanggung

jawab

profesionalnya.
5.

Kompetensi dan Kehati-hatian Professional


Sadar dan paham bahwa praktek suap yang dilakukan berpotensi
membahayakan firma akuntan miliknya dan seluruh bagian di
dalamnya, namun tetap memilih melakukan pelanggaran.

6.

Kerahasiaan
Praktek pelanggaran suap tidak seharusnya dirahasiakan.

7.

Perilaku Profesional
Telah mencoreng nama baik dirinya sendiri, profesi dan sekaligus
organisasi profesinya.

Berdasarkan kode etik yang ada, seorang akuntan publik yang


mendapat mandat untuk menyogok pejabat harus secara terang-terangan
menolak. Memfasilitasi penyogokan merupakan bentuk pelanggaran,
terlebih lagi jika memberikan nasihat / advis untuk melakukan penyuapan,
hal ini termasuk pelanggaran besar.
Sumber:
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/skandal-penyuapan-pajak

http://www.sec.gov/litigation/litreleases/lr17127.htm
https://www.cchdaily.co.uk/kpmg-affiliate-settles-bribery-case

Anda mungkin juga menyukai