Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Aset Tetap
Dosen Pengampu: Aviani Widyastuti.,SE.,AK.,CA
Makalah Ini Dibuat Untuk Menyelesaikan Tugas Tugas Kelompok Mata Kuliah Akuntansi
Pajak
Disusun oleh :
Arsa Tribuana
201310170311106
201310170311115
201310170311125
Heri Dakwansyah
201310170311134
Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aset Tetap untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dengan tepat waktu.
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
penambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagi penulis sendiri dan para pembaca
mengenai materi perpajakan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Akuntansi Perpajakan yaitu, Aviani Widyastuti.,SE.,AK.,CA yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan tugas
makalah ini.
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah
ini masih terdapat kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaan makalah di waktu
yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aset tetap bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemennya dalam setiap
periode atau setiap tahun. Aset ini digolongkan menjasi aset tetap berwujud dan aset tetap
tidak berwujud. Aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun.
Dari pengertian diatas betapa pentingnya mengetahu seluk beluk tentang Aset Tetap,
baik berwujud maupun tidak berwujud. Maka dengan pembahasan-pembahasan yang lebih
rinci diharapkan dapat diaplikasikan dalam pencatatan neraca yang berguna bagi pihak
interen maupun eksteren.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengakuan Aset Tetap dengan ketentuan - ketentuannya
2. Bagaimana perolehan aset tetap dengan berbagai cara
3. Bagaimana penyusutan aset tetap serta metode - metode yang digunakan
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan dapat menjelaskan aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud.
2. Mengetahui cara perolehan aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud.
BAB II
PEMBAHASAN
ASET TETAP BERWUJUD
A. Pengakuan Aset Tetap
Disimpulkan bahwa suatu benda berwujud dapat dikelompokkan sebagai aset tetap
sesuai ketentuan akuntansi komersial apabila :
1. manfaat keekonomian masa yang akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut
kemungkinan akan mengalir ke dalam perusahaan dan
2. biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Diperlukan adanya penilaian tingkat kepastian aliranmanfaat ekonomi masa akan
datang sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Adanya pengakuan langsung, contoh transaksi
pertukaran karena mempunyai bukti pembelian aset yang memberikan identifikasi biayanya.
Aset yang dibuat sendiri, pengukuran dari sisi biaya dapat dibuat melalui transaksi dengan
pihak luar perusahaan dan perusahaan mengakumulasi biaya yang digunakan ke dalam
bersangkutan.
Contoh, harga bangunan + tanah = Rp 300.000.000
(termasuk biaya notaris, bea balik nama, bea perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan, dll).
Jenis Aset
Tanah
Harga Wajar
150.000.000
2.
Bangunan
100.000.000
10 x 300.000.000 = 120.000.000 +
25
Jumlah
Ayat jurnal :
250.000.000
Tanah
180.000.000
Bangunan
120.000.000
300.000.000
300.000.000
Rp 5.000.000
Rp 2.000.000
Jumlah pembayaran
Rp 7.000.000
Angsuran bulanan
Rp 5.000.000
Rp 1.916.700
Jumlah pembayaran
Rp 6.916.700
Ayat Jurnal :
1. saat pembelian aset tetap
Mobil/kendaraan (dalam angsuran)
120.000.000
Utang angsuran
2.
120.000.000
saat pembayaran
Utang angsuran
5.000.000
Beban Bunga
2.000.000
7.000.000
5.000.000
Beban Bunga
1.916.700
Rp 6.916.700
Rp 120.000.000
Rp. 60.000.000
Rp 180.000.000
120.000.000
120.000.000
2. saat pembayaran
Utang angsuran
6.000.000
Beban Bunga
1.500.000
7.500.000
pertukaran sebagian.
Pertukaran sebagian, untuk suatu aset tetap yang tidak serupa aset lain. Biaya
diukur pada nilai wajar aset yang dipertukarkan atau diperoleh, yang paling andal,
sebanding nilai wajar aset yang dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas
atau setara kas yang dtransfer.
Contoh, harga perolehan truk lama Rp 60.000.000 telah disusutkan Rp 40.000.000 ditukar
dengan truk baru Rp 80.000.000 dan kekurangannya dibayar tunai.
Perhitungan laba atau rugi pertukaran :
Harga perolehan truk lama
Rp 60.000.000
Penyusutan
Rp 40.000.000 -
Rp 20.000.000
Rp 80.000.000
Rp 60.000.000
Tidak terdapat rugi atau laba, karena truk lama dihargai sama dengan harga sisa buku.
Contoh, pada Laba atau Rugi
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance) Rp 24.000.000
Harga perolehan truk lama
Rp 60.000.000
Penyusutan
Rp 40.000.000 -
Rp 20.000.000
Rp 4.000.000
Rp 80.000.000
Rp 56.000.000
Ayat Jurnal :
Akumulasi Penyusutan
Rp 40.000.000
Rp 80.000.000
Rp 56.000.000
Rp 60.000.000
Laba pertukaran
Rp 4.000.000
Rp 60.000.000
Penyusutan
Rp 40.000.000 -
Rp 20.000.000
Rp 2.000.000
Rp 80.000.000
Rp 62.000.000
Ayat Jurnal :
Akumulasi Penyusutan
Rp 40.000.000
Rp 80.000.000
Rugi pertukaran
Rp 2.000.000
Rp 60.000.000
Rp 62.000.000
PT Rakhmat
Rp 120.000.000
Rp 150.000.000
Harga Pasar
Rp 80.000.000
Rp 160.000.000
biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan aset yang diperoleh, yaitu meliputi seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk pembanguna aset sampai siap dipakai. Termasuk biaya tidak
langsung, efisiensi atau inefiensi, dan bunga selama masa kontruksi.
-
harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal yang berasal dari sumbangan
atau donasi.
Contoh, aset tetap berupa tanah dan bangunan harga pasar Rp 250.000.000 diterima
sebagai sumbangan.
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak Pasal 4 ayat 3 UU Pajak Penghasilan.
1. apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan, sumbangan, harta hibah, atau warisan,
syarat yang harus dipenuhi bedasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf a dan b adalah :
Tidak termasuk objek pajak
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintha dan
para penerima zakat yan berhak.
2) harta hibhan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
leurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan sesuai Pasal4 ayat 3 huruf a UndangUndang Pajak Penghasilan dengan contoh konkret yaitu harta hibahan yang diberikan
tersebut
ternyata
mempunyai
hubungan
usaha,
pekerjaan,
kepemilikan,
atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan maka dasar penilaian bagi yang
menerima penghibhan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Demikian pada akuntansi pajak atas penerimaan hibah juga akan dibukukan sebelah
kredit pada akunmodal donasisebagai alokasi sistematis rasional harga perolehan aset
berwujud.
Contoh, ayat jurnal atas hibah Rp 300.000.000 diatur sbb :
1. memenuhi syarat Pasal 4 Ayat 3
Kas dan Bank
300.000.000
Modal Donasi
100.000.000
dikenakan
Pajak Penghasilan
Kas dan Bank
300.000.000
Penghasilan Sumbangan/bantuan
300.000.000
300.000.000
300.000.000
Rp 100.000.000
akukumulasi penyusutan
Rp 60.000.000
Rp 40.000.000
harga pasar
Rp 55.000.000
40.000.000
Akumulasi Penyusutan
60.000.000
Kendaraan
100.000.000
Kendaraan
40.000.000
Modal hibahan
40.000.000
55.000.000
Akumulasi Penyusutan
60.000.000
Kendaraan
100.000.000
15.000.000
55.000.000
Penghasilan hibah
55.000.000
2.
3.
lain yang disubtitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa.
Aset tetap yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut akuntansi pajak
tidak dapat disusutkan, yaitu :
1. aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasai dan dibawa pulang pegawai,
termasuk juga yang ada di daerah terpencil
2. aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan didaerah terpencil yang
ditempati pegawai yang tida diberi tunjangan oleh perusahaan.
E. Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan Komersial
1. Dasar waktu
a. metode garis lurus
10
Ayat jurnal
Biaya penyusutan aset tetap
52.000.000
52.000.000
Harga perolehan
300.000.000
300.000.000
300.000.000
300.000.000
300.000.000
Biaya penyusutan
52.000.000
52.000.000
52.000.000
52.000.000
52.000.000
Ak. Penyusutan
52.000.000
104.000.000
156.000.000
208.000.000
260.000.000
Tarif penyusutan = pembilang angka tahun masa manfaat dengan pembalikan tahun
dari athun terakhir dan pembilang adalah jumlah angka tahun pertama sampai
terakhir.
Contoh : masa manfaat 5 tahun 1+2+3+4+5 = 15
Harga perolehan aset tetap Rp 300.000.000
Nilai residu
Rp. 45.000.000
11
Penyusutan :
Th.
1.
2.
3.
4.
5.
= 85.000.000
= 68.000.000
= 51.000.000
= 34.000.000
= 17.000.000
Harga
perolehan
300.000.000
300.000.000
300.000.000
300.000.000
300.000.000
Tarif
penyusutan
5/15
4/15
3/15
2/15
1/15
Biaya
Penyusutan
85.000.000
68.000.000
51.000.000
34.000.000
17.000.000
Ak.
Penyusutan
85.000.000
153.000.000
204.000.000
238.000.000
255.000.000
Nilai sisa
buku
215.000.000
147.000.000
96.000.000
62.000.000
45.000.000
Rp. 45.000.000
Biaya
Penyusutan
40% x 300.000.000 =
120.000.000
40% x 180.000.000 =
72.000.000
40% x 108.000.000 =
43.200.000
40% x 64.800.000 =
25.920.000
1.120.000 (penyesuaian)
Ak.
Penyusutan
120.000.000
192.000.000
235.200.000
261.120.000
260.000.000
Nilai sisa
buku
180.000.000
108.000.000
64.800.000
38.880.000
40.000.000
2. Dasar Penggunaan
a. mentode Jam jasa
12
Rp. 5.000.000
= 100.000.000 - 5.000.000
20.000
= Rp 4,750
Th. Harga
perolehan
1.
300.000.000
2.
300.000.000
3.
300.000.000
4.
300.000.000
5.
300.000.000
Jasa
jasa
3.000
5.000
5.000
4.000
3.000
20.000
Biaya
penyusutan
3.000 x 4.750
= 14.250.000
5.000 x 4.750
= 23.750.000
5.000 x 4.750
= 23.750.000
4.000 x 4.750
= 19.000.000
3.000 x 4.750
= 14.250.000
95.000.000
Ak.
Penyusutan
14.250.000
38.000.000
61.750.000
80.750.000
95.000.000
Nilai sisa
buku
85.750.000
627.000.000
38.250.000
19.250.000
5.000.000
Rp. 40.000.000
13
Biaya Penyusutan
Th.
Harga
Jumlah
Ak.
Nilai sisa
buku
261.000.000
1.
perolehan
produksi
penyusutan
300.000.000 3.000.000 3/20 x 100%=
Penyusutan
39.000.000
2.
104.000.000 196.000.000
3.
169.000.000 131.000.000
4.
221.000.000 79.000.000
5.
260.000.000 40.000.000
25% x
260.000.000 =
65.00 0.000
5/20 x 100%=
25% x
260.000.000 =
65.000.000
4/20 x 100%=
20% x
260.000.000 =
52.000.000
3/20 x 100%=
15% x
260.000.000 =
39.000.000
3. Dasar kriteria lainnya
Pengelompokan dikenali dalam kelompok atau dalam perpajakan dikenali
dengan golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan bangunan. Ketentuan
Pasal 11 Undang0Undang Pajak Penghasilan Akuntansi Komersial mengelompokkan
aset berdasarkan masa manfaat.
Aset tetap dapat diperoleh melalui :
1. pembelian secara tunai atau kredit
2. leasing (sewa guna usaha)
3. pertukaran dengan sekuritas atau dengan aset lainnya
4. penyertaan modal
5. membangun sendiri
14
seharusnya
seharusnya
15
H. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi pengalihan harta dalam
rangka
likuidasi,
penggabungan,
peleburan,
pemekaran,
pemecahan
atau
pengambilalihan usaha
Dilakukan berdasarkan harga pasar. Pengalihan dapat pula dilakukan dalam rangka
likuidasi usaha atau sebab lainnya.
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha
adalah :
1. jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dialihkan
merupakan penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan.
2. Penggunaan nilai buku
Melibatkan pihak yang mengalihkan harta dan pihak yang memperoleh harta.
Sesuai akuntansi komersial, metode yang digunakan dalam konsolidasi adalah :
a. penyatuan kepentingan
b. pembelian
Dalam
akuntansi
perpajakan
digunakan
metode
pembelian
atau
wajib
pajak yang
melakukan
pengalihan
harta dalam
rangka
2.
16
dipakai. Masalah penghematan biaya misalnya dengan membangun sendiri menjadi lebih
murah, selisihnya tidak diakui sebagai penhasilan. Sedangkan kerugian akibat nilai
bangunan menjadi lebih tinggi diakui sebagai beban kerugian.
J. Metode penyusutan sesuai ketentuan perpajakan
Menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 11Undang-undang No.17 th.2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undangundang N0.7 th 1983 tentang Pajak Penghasilan.
1.
metode garis lurus atau metode saldo menurun untk aset berwujud bukan
bangunan
2.
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
berdasarkan Metode
Garis Lurus
Tarif Penyusutan
berdasarkan Metode
Saldo Menurun
1. Bukan Bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25 %
12,5 %
6,25 %
5%
50 %
25 %
12,5 %
10 %
17
2. Bangunan
Permanen
Tidak Permanen
Untuk
20 tahun
10 tahun
memudahkan
5%
10 %
Wajib
Pajak
dan
memberikan
keseragaman
dalam
Jenis Usaha
Jenis Harta
18
2.
Pertanian,
perkebunan,
kehutanan dan
perikanan
3.
Industri makanan
dan minuman
4.
Industri Mesin
5.
6.
Perkayuan
Kontruksi
7.
Perhubungan,
pergudangan, dan
komunikasi
8.
Telekomunikasi
9.
Industri semi
konduktor
19
Jenis Usaha
Pertambangan
selain minyak dan
gas
2.
Pemintalan,
pertenunan, dan
pencelupan
3.
Perkayuan
4.
Industri Kimia
5.
Industri Mesin
6.
Perhubungan dan
Komunikasi
Jenis Harta
Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan,
termasuk mesin-mesin yang mengolah produk
perikanan.
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produkproduk tekstil, misalnya kain katun, sutra seratserat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena
rami, permadani, kain-kain bulu, dan tule.
b. Mesin untuk yarm preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing, packaging,
dan sejenisnya.
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produkproduk kayu, barang-barang dari jerami, rumput,
dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
a. Mesin dan peralatan yang
mengolah/menghasilkan produk industri kimia
dan industri yang ada hubungannya dengan
industri kimia, misalnya bahan kimia anorganis,
persenyawaan organis, dan anorganis dari
logam mulia, elemen radioaktif, isotop, bahan
kimia organis produk farmasi, pupuk, obat celup,
obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris, dan
resionida wangi-wangian, obat kecantikan dan
obat rias, sabun, detergent, dan bahan organis
pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan
peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy
piroforis, barang fotografi, dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk
industri lainnya misalnya damar tiruan, bahan
plastik, ester dan ater dari selusa, karet sintetis,
karet tiruan, kulit samak, jangat, dan kulit
mentah.
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin
menengah dan berat, misalnya mesin mobil, dan
mesin kapal.
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus
dibuat untuk pengangkutan barang-barang
tertentu (misal gandum, batu-batuan, biji
tambang, dan sebagainya) termasuk kapal
20
7.
Telekomunikasi
Jenis Usaha
Konstruksi
Perhubungan dan
Telekomunikasi
Jenis Harta
Mesin berat untuk konstruksi
a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan
baterai atau dengan tenaga listrik dari sumber
luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang dan barang
termasuk kontainer khusus dibuat dan dilengkapi
untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat
pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus
untuk pengangkutan barang tertentu (misal
gandum, batu-batuan, biji tambang, dan
sebagainya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya yang mempunyai berat diatas 1.000
DWT.
f. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam
kebakaran, kapal keruk, keram terapung, dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1000
DWT.
g. Dok-dok terapung.
21
Jenis
Harta
Mesin I
Mesin II
Truck
Bulan/Tahun
Perolehan
Januari 2006
Januari 2006
Januari 2006
Masa
Manfaat
8 tahun
8 tahun
8 tahun
Harga Perolehan
(Rp)
200.000.000,00
150.000.000,00
70.000.000,00
Kelompok
II
II
II
Aset tetap tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (Dasar penyusutan
= Harga Perolehan), maka penghitungan penyusutan selama tahun 2009:
1. Mesin I = 12,5% x Rp 200.000.000,00
= Rp 25.000.000,00
= Rp 18.750.000,00
= Rp 8.750.000,00
= Rp 52.500.000,00
Harga Perolehan
Biaya
Akumulasi
Nilai Sisa
Ke
1.
250.000.000,00
penyusutan
125.000.000,00
Penyusutan
125.000.000,00
Buku
125.000.000,00
2.
250.000.000,00
62.500.000,00
187.500.000,00
62.500.000,00
3.
250.000.000,00
31.250.000,00
218.750.000,00
31.250.000,00
4.
250.000.000,00
31.250.000,00
250.000.000,00
0
Pada akhir masa manfaat (tahun ke-4), Nilai Sisa Buku disusutkan sekaligus. Dalam contoh
diatas, nilai sisa buku pada tahun ke-3 sebesar Rp 31.250.000,00 akan dibebankan
seluruhnya sebagai biaya penyusutan tahun ke-4.
22
Tahun
1.
2009
2.
2010
3.
4.
Penyusutan
Nilai Sisa
x 75.000.000,00
Buku
125.000.000,00
200.000.000,00
62.500.000,00
62.500.000,00
2011
31.250.000,00
31.250.000,00
2012
31.250.000,00
bulan
50%
Disusutkan sekaligus
Penghitungan Penyusutan Tahun 1995 atas Aset Tetap yang Diperoleh Sebelum Tahun
1995 (Aturan Peralihan)
Pengaturan penyusutan terhadap aset yang diperoleh sebelum tahun 1995 masih
tetap dimuat untuk menunjukkan kronologis aturan tata cara penyusutan pada saat
dikeluarkan ketentuan peralihan pada tahun 1995. PT Jaya memiliki Aset Tetap Berwujud
berupa mesin yang diperolehnya sebelum tahun 1995 sebagai berikut:
No.
Jenis
Bulan/Tahun
Masa
Gol.
23
Harta
Perolehan
Manfaat
1.
Mesin I
Januari 1984
Max
16
100.000.000,00
III
2.
Mesin II
Januari 1988
50.000.000,00
II
3.
Mesin III
Januari 1990
16
100.000.000,00
III
4.
Mesin IV
Januari 1991
50.000.000,00
II
5.
Mesin V
Januari 1993
16
100.000.000,00
III
400.000.000,00
Dengan telah dikeluarkannya SE-44/PJ.4/1995 tanggal 2 Oktober 1995 perihal
penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang masih dimiliki
dan digunakan pada awal tahun pajak 1995, maka perhitungan penyusutan tahun 1995
dilakukan sebagai berikut:
Daftar Penyusutan
Masa Manfaat
Sisa
Awal
Jeni
Tahun
Pemakaian
No
Perole
1995
Hart
han
Max.
Gol
(thn)
Penyus
Nilai
Kel.
Harga
Tarif
utan s.d.
Sisa
Awal
Pokok
Sem
1994
Buku
Hart
ula
(Rp)
awal
(Thn)
1. Mesin
1984
16
2. I
1988
3. Mesin
1990
4. II
1991
5. Mesin
1993
16
III
1995
11
7
5
11
Mesin
IV
Mesin
16
14
III
100.000.
10%
68.618.9
(Rp)
31.381.0
II
000
25%
40
60
10%
43.325.8
III
50.000.
000
25%
06
194
III
100.000.
10%
40.951.0
59.049.0
III
00
00
34.179.6
15.820.3
88
12
19.000.0
8.100.0
00
00
50.000.
000
II
II
000
4
6.674.
100.000.
000
Catatan:
Mesin IV
Harga Perolehan
Rp 50.000.000,00
24
Rp 15.820.313,00
Penghitung penyusutan untuk Mesin I, II, II, dan IV menggunakan cara yang sama
seperti di atas. Apabila awal tahun 1995 sisa manfaat sudah habis atau sama dengan 1
tahun, maka diusulkan untuk disusutkan sekaligus dalam tahun 1995 (perhatikan mesin II).
Nilai Sisa Buku aset tetap awal tahun 1995 sebagai dasar penyusutan tahun 1995 dan
seterusnya. Atas harta yang tidak lagi digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau atas harta yang telah habis masa manfaatnya secara fiskal
tidak dapat disusutkan sejak tahun pajak 1995, maka Nilai Buku yang masih ada atas harta
tersebut dibebankan seluruhnya sebagai biaya tahun 1995.
Kelompok
1
2
3
25
Catatan :
1. Apabila sisa manfaat tinggal 1 (satu) tahun, maka disusutkan sekaligus.
2. Apabila sisa manfaat berada di tengah-tengah kelompok, misalnya 6 (enam) tahun,
maka dapat memilih masuk dalam kelompok 1 atau kelompok 2.
Untuk asset tetap yang diperoleh sejak tahun 1995 dan seterusnya akan dikelompokkan
sesuai Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan (perhatikan kelompok harta berwujud).
K. Penarikan harta bukan bangunan
Aset tetap perusahaan yang tidak terpakai dapat ditari dari pemakaian, dilakukan
dengan menjual aset tetap tersebut. Dalam akuntansi komersial, aset tetap yang dijual nilai
bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan, ketentuan perpajakan Nilai Sisa
bukunya dihitung sampai dengan akhir tahun sebelum aset tersebut dijual.
Pengelompokan Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan atas
Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler
Terhadap pengelompokkan harta berwujud bukan bangunan untuk kepentingan
penyusutan telah diatur setelah dilakukan perubahan terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan No. 138/KMK.03/2002 Tanggal 8 April 2002. Acuan lain yang dapat digunakan
adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.138 Tahun
2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan
dalam Tahun Berjalan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah dimaksud menyatakan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat ditetapkan saat pengakuan penghasilan dan biaya
dalam hal-hal tertentu dan atau bagi Wajib Pajak tertentu sesuai kebijakan pemerintah.
Dengan kewenangan tersebut keluarlah Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.Kep.520/PJ./2002 Tanggal 11 Desember 2002 tentang jenis-jenis harta yang digunakana dalam
Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler yang termsuk dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan untuk keperluan penyusutan.
Jenis Harta yang Disusutkan dan Pengelompokannya
Untuk jenis-jenis harta yang digunakan dalam usaha jasa telekomunikasi seluler termasuk
dalam masing-masing kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan ditentukan sebagai berikut :
Nomor
Urut
1
2
Kelompok
Aset
Berwujud
1
2
Jenis Aset
Base Stasion Controller
Mobile Switching Center, Homer Location Register,
Visitor Location Register, Authentication Centre,
Equipment Identitu Register, Intelligent Network Service
26
27
sesuai
Keputusan
Menteri
Keuangan
terakhir
No.138/KMK.03/2002)
2. Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau
yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar-jemput para
pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui
penyusutan sebagai asset tetap kelompok 2 (perhatikan pengelompokan sesuai
Keputusan Menteri Keuangan terakhir Bo.138/KMK.03/2002)
3. Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar kendaraan sedan atau yang
sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar
melalui penyusutan asset tetap (harta berwujud bukan bangunan) kelompok 2
(perhatikan Keputusan Menteri Keuangan terakhir No.138/KMK.03/2002)
4. Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir 1, butir 2, dan butir 3, ternyata
penghasilan Wajib Pajak dimaksud dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final atau berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biayabiaya tersebut telah termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang
bersifat final atau norma penghitungan khusus, sehingga ketentuan pembebanan
tidak diberlakukan. Demikian halnya atas biaya-biaya yang dibebankan sebagai
biaya perusahaan maka juga tidak dianggap sebagai penghasilan bagi pegawai
perusahaan yang bersangkutan.
28
BAB III
Analisis Penerapannya
1.
Kebijakan perusahaan
Asset diakui saat perseroan dan entitas anak menjadi salah satu pihak dalam
ketaatan pada kontrak instrument tersebut. Tanah disajikan dengan biaya perolehan
dan tidak disusutkan. Asset tetap selain tanah diukur denga model biaya, dimana pada
pengakuan awalnya diukur sebesar biaya perolehan dan selanjutnya dikurangi
akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Penyusutannya diukur dengan garis
lurus selama taksiran biaya manfaatnya sbb :
Bangunan , Jalan dan Jembatan
20-30 tahun
8-25 tahun
Inventaris
4-5 tahun
4-16 tahun
29
2.
Perpajakan
Pengertian
Jenis-jenis
Kelompok harta
Bukan bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Bangunan
Permanen
Masa manfaat
Tarif penyusutan
Saldo menurun
Garis lurus
berganda
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
20 tahun
5%
30
Bukan permanen
10 tahun
10%
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line
method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak diperkenankan
untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode garis lurus
diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan
metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud
bukan bangunan saja.Jika terjadi perbedaan antara perhitungan fiscal dan komersial maka
harus di oreksi
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aset berwujud diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih
dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dengan mengetahui pembahasan secara detail ketentuan Aset Tetap berwujuda dan
tidak berwujud maka kita dapat dengan mudah mencatat dalam neraca, diharapkan tidak
terjadi kekeliruan pencatatan. Selain itu, diharapkan dengan kita belajar mengenai aset
tetap dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang suatu saat nanti
tidak menutup kemungkinan salah satu dari kita akan bekerja menjadi seorang akuntan di
bidang perpajakan
B. Saran
Penulis menyadari, terdapat banyak kekurangan-kekurangan di dalam penulisan
makalah ini yang tidak lain disebabkan karena penulis masih dalam proses pembelajaran.
Oleh karena hal tersebut, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
Insyaallah akan membantu dalam penyempurnaan makalah yang disusun selanjutnya.
Besar harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan
sesuai dengan tujuan semestinya.
32