Anda di halaman 1dari 13

Larangan Riba

Ekonomi Islam yang didasarkan pada Prinsip Syariah


tidak mengenal konsep bunga karena menurut Islam
bunga adalah riba yang haram (terlarang) hukumnya.
Artinya, bisnis dalam islam yang didasarkan pada Prinsip
Syariah tidak mengenal pembebanan bunga oleh pihak
modal atau investor atau kreditur atas penggunaan uang
yang dipinjamkan oleh kreditur (pemilik modal atau
investor) kepada debitur (peminjam uang).
Arti harfiah dari riba ialah pertumbuhan (growth), naik
(rise), membengkak (swell), bertambah (increase), dan
tambahan (addition).
Larangan riba disebutkan dalam Al-Quran yaitu surah alBaqarah ayat 275, 276 dan ayat 278-280, surah Ali imran
ayat 130, surah an-Nisa ayat 161, surah ar-Ruum ayat 39.

Jenis - Jenis Riba


Riba Al-Fadhl
Tambahan kuantitas yang terjadi pada
pertukaran antar barang-barang ribawi yang
sejenis, contoh emas 5 gram ditukar dengan
emas 5,5 gram

Riba Al-Nasiah
Riba yang terjadi karena penundaan, berupa
tambahan sebagai kompensasi atas tambahan
tempo yang diberikan,
contohnya utang dengan tempo satu tahun
tidak berhasil dilunasi sehingga dikenakan
tambahan utang sebesar 15%

Kontroversi Mengenai Bunga Bank . . . 1


Pandangan Pragmatis
Transaksi-transaksi yang berdasarkan bunga
dianggap sah, dan bunga menjadi dilarang
secara
hukum
apabila
jumlah
yang
ditambahkan pada dana yang dipinjamkan itu
luar biasa tingginya
Pandangan Konservatif
Berpendapat bahwa riba harus di artikan baik
sebagai bunga (interest) maupun usury. Setiap
imbalan yang telah ditentukan sebelumnya atas
suatu pinjaman sebagi imbalan (return) untuk
pembayaran tertunda atas pinjaman adalah
riba, dan oleh karena itu dilarang oleh islam

Kontroversi Mengenai Bunga Bank . . . 2


Pandangan Sosio-Ekonomis

Pandangan socio-ekonomis melarang bunga


bank dengan dalih yang bersifat socio- ekonomis.
Pendapat
yang
terpenting
mengemukakan
bahwa
bunga
mempunyai
kecenderungan
pengumpulan kekayaan ditangan segelintir orang
saja. Lebih lanjut pandangan socio-ekonomis
berpendapat bahwa prinsip keuangan Islam
mengharuskan pemberi pinjaman dan penerima
pinjaman menghadapi atau dengan kata lain
keuntungan
muncul
bersama
resiko
dan
pendapatan muncul bersama biaya

Larangan Gharar
Gharar mengacu kepada ketidakpastian
(uncertainty) atau hazard yang disebabkan
karena ketidakjelasan berkaitan dengan
objek perjanjian atau harga objek yang
diperjanjikan di dalam akad. Setiap jual-beli
atau akad/perjanjian yang mengandung
unsur gharar adalah dilarang
Contohnya jual-beli anak binatang yang
masih berada dalam kandungan induknya

Larangan Maysir
Maysir adalah transaksi yang digantungkan
kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan. Identik dengan kata
maysir adalah qimar.
Menurut Muhammad Ayub, baik maysir maupun
qimar dimaksudkan sebagai permainan untunguntungan (game of chance). Dengan kata lain,
yang dimaksudkan dengan maysir adalah
perjudian (gembling dan wagering).

Studi Kasus Fiqh Muamalah


(Undian Berhadiah)
Bank ABC yang beroperasikan
konvensional
memberikan
hadiah undian mobil BMW
pada nasabah yang memiliki
saldo minimal Rp 500.000,00.
Sedangkan
Bank
XYZ
beroperasikan syariah juga
ikut
memberikan
undian
berhadiah bagi nasabahnya.

Definisi- Yang dimaksud undian berhadiah adalah


undian yang dilaksanakan oleh perusahaan
barang atau jasa dengan tujuan menarik para
pembeli dan melariskan dagangan atau jasa yang
mereka tawarkan dengan cara memberikan
hadiah untuk para pemenang yang ditentukan
secara undian. Dalam hal ini tujuan bank
memberikan hadiah atau undian memang
biasanya sebagai salah satu langkah promosi
untuk menarik nasabah.
Hukum dan Beberapa Bentuk Undian
Berhadiah
Hadiah itu pada dasarnya adalah halal dan mubah.
Bahkan pada level tertentu bisa menjadi sunnah.
Sebab Rasulullah SAW telah bersabda,Saling
bertukar hadiahlah kalian, maka kalian akan
tambah cinta. Namun yang namanya hadiah itu
adalah akad yang tidak mengharuskan ada

Undian berhadiah tanpa menarik iuran


dari peserta
Maksudnya kupon undian diberikan kepada
peserta dengan cara cuma-cuma, maka
hukum undian ini dibolehkan syariat
karena tidak ada dalil yang melarangnya
dan juga gharar yang terdapat dalam akad
ini yang disebabkan ketidaktahuan peserta
akan fisik hadiah yang mereka terima
tidak berdampak merusak akad. Karena
gharar ini dalam akad hibah bukan akad
jual beli. Dan gharar dalam akad hibah
seperti yang telah dijelaskan hukumnya

Undian berhadiah dengan membayar iuran,


Undian jenis ini diharamkan sekalipun jumlah
iurannya sangat sedikit, karena ghararnya nyata,
dimana peserta membayar iuran yang
kemungkinan ia mendapatkan hadiah sehingga
berlaba atau ia tidak mendapat apa-apa sehingga
ia rugi, maka undian ini termasukmaysir.
Jika undian tersebut tidak menarik iuran
secara khusus akan tetapi untuk dapat
mengikuti undian disyaratkan membeli
barang
Seumpama kupon undian tertera pada majalah atau
menempel pada suatu barang maka hukum mengikuti
undian ini dibolehkan karena keberadaan undian hanya
sebagai pengikut dalam akad. Sebagaimana yang telah
dijelaskan bahwa gharar yang hanya sebagai pengikut
dalam akad tidaklah diharamkan. Namun perlu diingat, jika
pembeli membeli barang tersebut dengan tujuan untuk

Seperti pada jenis undian pada pusat perbelanjaan


bahwa konsumentujuanutamanya adalah
belanja dan ternyata mendapatkan kesempatan
mengikuti undian, maka pada nasabah bank pun
berlaku demikian. Nasabah pada dasarnya
menabung untuk menyimpan dana bukan untuk
mendapat kesempatan undian, maka jika dari
saldo tabungan itu dia mendapatkan kesempatan
mengikuti undian, itu adalah hal yang melekat di
dalamnyadan itu tidaklah haram. Bank
mengadakan undian atau hadiah biasanya adalah
untuk menarik para nasabah agar tertarik
menabung di bank tersebut atau sebagai bentuk
pelayanan terhadap nasabahnya.

Bila prinsipnya undian itu adalah hadiah yang


diberikan pihak penyelenggara undian yang
sumber dananyadari penyelenggara
tersebut, bukan dari iuran atau urunan para
peserta undian, maka bukan termasuk judi.
Dana untuk hadiah diambilkan dari anggaran
bidang promosi penyelenggara itu, bukan dari
setoran para peserta undian, maka ini bukanlah
perjudian. Tetapi merupakan taktik menggenjot
angka penjualan. Hadiah atau undian di bank
konvensional berasal dari bagian bunga para
nasabah sedangkan bank syariah berasal dari
bagi hasil antara nasabah dan bank itu sendiri.
Bunga pada bank konvensional berasal dari
persentase bunga dari tabungan nasabah yang
digunakan oleh bank bersama dengan

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya". (Al Baqarah: 278 -279).
Sedangkan hadiah dari bank syariah berasal dari
bagi hasil yang dilaksanakan antara bank dan
nasabahnya. Pada dasarnya pemberian hadiah oleh
bank syariah diperbolehkan karena tidak
mengandung riba dan nasabah tidak dirugikan atas
pengadaan hadiah tersebut. Menurut kaidah
perbankan syariah, setiap investasi ataupun
kegiatan perbankan ataupun keuangan yang
mengandung resiko tinggi tidak diperkenankan

Anda mungkin juga menyukai