Anda di halaman 1dari 28

1

1. PENGERTIAN ALKITAB
Kata Alkitab (Inggris: bible) diterjemahkan dari kata Yunani, biblos, yang menunjuk
kepada suatu dokumen tertulis, yang pada awalnya ditulis di atas kertas papirus. Kertas papirus
adalah sejenis kertas yang dibuat dari sumsum sejenis tumbuhan air dari keluarga gelagah,
yakni sejenis rumput yang tingginya mencapai 2(dua) meter. Tumbuhan dimaksud dikuliti lalu
dipotong-potong dalam ukuran 40-45 cm dan sumsumnya yang ada di dalamnya diambil dan
diiris tipis-tipis menjadi pita-pita, yang diletakkan berjejer berdampingan di atas papan yang
keras, yang satu menindih yang lainnya secara menyilang, kemudian menumbukkannya kuatkuat dengan palu kayu, dan jadilah selembar kertas.
Alkitab bukanlah sebuah kitab biasa, melainkan kitab Allah; firman Allah. Dan Alkitab
sesungguhnya berarti Kitab segala kitab, karena bukan terdiri atas satu kitab saja, tetapi di
dalamnya terdapat enam puluh enam buku yang disatukan, enam puluh enam surat cinta dari
Allah kepada umat-Nya.
a) Alkitab Perjanjian Lama yang terdiri dari 39 kitab; berisi riwayat penciptaan dan
panggilan Allah kepada bangsa Israel, serta nubuat tentang Mesias yang akan datang
sebagai Juruselamat dunia.
b) Alkitab Perjanjian Baru yang terdiri dari 27 kitab; berisi berita keselamatan di dalam
Yesus Kristus dan bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan itu.
Keanekaragaman Alkitab sungguh mencengangkan: keenam puluh enam buku
dimaksud ditulis oleh kurang lebih empat puluh penulis berbeda, hidup di beberapa benua
berbeda, di negara-negara Palestina, Babilonia, Yunani, Roma, Asia Kecil dan Barangkali
Arabia. Mereka menulis dalam bahasa yang berbeda yakni Ibrani, Yunani, Aram, dan mereka
saling dipisahkan rentang waktu kurang lebih enam belas abad. Tetapi Alkitab memberikan
kisah yang sama dari awal sampai akhir. Ada benang emas yang dirajut melalui keseluruhan
Alkitab.
Alkitab adalah suatu penyataan diri Allah secara khusus. Dia menyatakan;
memperkenalkan; menyingkapkan diri-Nya kepada manusia atau menyatakan kehendak-Nya
kepada mereka. Dalam Alkitab Dia memberikan penyataan yang jelas dan sempurna kepada
mereka, dan Dia membuktikan kebenaran penyataan itu, sebagai berikut:
a) Melalui mujizat, seperti ditulis Yohanes, Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan
berkata: Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab
tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika

2
Allah tidak menyertainya (Yoh. 3:2).
b) Melalui nubuat yang digenapi, seperti ditulis Yohanes, Dan sekarang juga Aku
mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu
terjadi (Yoh. 14:29). Penyataan itu adalah penyataan tentang diri-Nya sendiri yang
digenapi dalam Yesus Kristus. Ia adalah penggenapan dari semua penyataan Allah, seperti
ditulis Paulus, Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Dia, yang telah
menyatakan diri-Nya, dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan
diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan (1 Tim.
3:16).
Agama Kristen lahir sebab Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia di dalam
Yesus, yang disaksikan oleh para penulis Alkitab. Penyataan ini penting dan dijadikan
sebagai suatu ukuran yang benar, tepat dan pasti. Bila dikatakan bahwa Alkitab
diilhamkan oleh Allah (dinafaskan oleh Allah) itu berarti bahwa Dia menggerakkan serta
memimpin para penulis untuk menulisnya, dengan demikian Alkitab itu adalah suatu
undang-undang yang tidak mungkin salah, sehingga wajib kita percayai dan taati.

3
2. ALKITAB ADALAH ALAT PENYATAAN ALLAH
A. Pentingnya Alkitab
Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia dengan firman dan karya-Nya di
dalam sejarah, atau di dalam firman dan karya-Nya yang membuat sejarah. PenyataanNya pada hakikatnya adalah penyataan kasih-Nya, yang dengannya Ia telah mendamaikan
manusia dengan diri-Nya sendiri. Oleh karena segala penyataan atau penyingkapan itu
terjadi di dalam sejarah, maka manusia menyaksikan Dia beraksi, berkarya di dalam
sejarah Israel secara menakjubkan bahkan kita umat-Nya. Karya-Nya yang menakjubkan
itu antara lain:
1). Sebagai bangsa pilihan Allah, Israel dipimpin dan dituntun untuk keluar dari tanah
perbudakan di Mesir.
2). Setelah tujuh puluh tahun berada dalam pembuangan di Babel, Israel dibawa kembali
pulang ke Yerusalem, tanah mereka.
3). Karena begitu besar kasih-Nya akan dunia ini sehingga Yesus Kristus harus
mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.
Kejadian-kejadian yang menyejarah dan menakjubkan itu ternyata terjadi hanya
sekali dan tidak akan terulang lagi, padahal penyataan tersebut bukan hanya
diperuntukkan bagi mereka yang hidup pada saat kejadian itu terjadi, tetapi
diperuntukkan bagi semua orang di segala tempat. Demi keselamatan seluruh orang di
segala tempat, penyataan-Nya harus diteruskan dari keturunan yang satu kepada
keturunan yang lain. Dan seandainya penyataan itu diteruskan hanya secara lisan, tentu
penyataan itu dapat ditambah atau dikurangi oleh mereka yang meneruskannya. Oleh
karena itu perlulah penyataan Allah itu dibukukan supaya menjadi kesaksian yang tetap,
dan terjaga kemurniannya.
Dalam Perjanjian Lama, sementara Allah masih melaksanakan karya-karya-Nya
yang menakjubkan untuk membuktikan kehadiran-Nya, telah terdengar perintah-Nya
untuk menulis penyataan-Nya:
1) Keluaran 17:14: Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Tuliskanlah semuanya
ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa
Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.
2) Yesaya 8:1: Berfirmanlah TUHAN kepadaku: Ambillah sebuah batu tulis besar dan
tuliskanlah di atasnya dengan tulisan biasa: Maher-Shalal Hasy-Bas.

4
3) Yeremia 30:1-2: Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: Beginilah
firman TUHAN, Allah Israel: Tuliskanlah segala perkataan yang telah Kufirmankan
kepadamu itu dalam suatu kitab. Dan lain-lain.
Demikianlah orang-orang yang menyaksikan karya-Nya itu meneruskannya kepada
orang lain serta kepada keturunan yang berikutnya. Inilah yang menjadi dasar pembukuan
firman Allah.
Pembukuan firman Allah menjadikan orang-orang dapat bersekutu dengan-Nya,
seperti ditulis Yohanes:
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat
dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan
kami tentang Firman hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah
dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan
kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah
dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami.
Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus
Kristus (1 Yoh. 1:1-3).
Pada akhirnya Allah menyatakan diri-Nya di dalam firman yang menjadi manusia.
Rasul Yohanes telah menyaksikan hal itu dengan matanya sendiri. Ia percaya kepada
penyataan Allah itu di dalam firman-Nya yang menjadi manusia itu. Ia mengamini
penyataan Allah itu, yang menjadikan dia memperoleh persekutuan dengan Allah di dalam
Kristus Yesus.
Rasul Yohanes menyaksikan penyataan Allah di dalam Kristus kepada mereka
yang dikirimi suratnya. Karena itu jika mereka percaya bahwa kesaksian itu benar berarti
mereka percaya kepada Yesus Kristus sebagai penyataan Allah untuk mendamaikan
manusia dengan diri-Nya sendiri. Dengan demikian mereka bersekutu dengan-Nya, dan
menjadikan mereka juga didamaikan dengan-Nya. Demikianlah penyataan-Nya,
menjadikan orang-orang dapat bersekutu dengan-Nya.
Pembukuan penyataan Allah itu dimaksudkan agar orang-orang yang hidup
setelah zaman Tuhan Yesus dapat percaya bahwa Ia adalah Kristus, Anak Allah, dan olehNya mereka mendapat hidup yang kekal, seperti ditulis Yohanes, Tetapi semua yang
tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31). Itulah
sebabnya maka setelah Yesus Kristus naik ke sorga, para rasul menuliskan penyataan

5
Allah yang disaksikan di dalam diri Yesus, dengan maksud agar supaya kita dapat
mengetahui kebenaran-Nya.
Di dalam Alkitab kita memiliki penyataan dari Allah yang paling nyata dan yang
tidak mungkin salah. Alkitab tidak boleh dipandang sebagai suatu penyataan yang
sederajat dengan penyataan-penyataan lainnya, namun lebih tepat dikatakan sebagai
perwujudan dari semua penyataan tersebut. Misalnya Alkitab mencatat pengetahuan akan
Allah serta tindakan-tindakan-Nya terhadap manusia, sejarah, mujizat, nubuat, Tuhan
Yesus Kristus, dan pengalaman batin serta pengarahan ilahi. Karena itu kita harus
percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah dan satu-satunya sumber tertinggi yang tidak
mungkin salah, sebagaimana ditulis Paulus, Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
Kata firman Allah diterjemahkan dari kata Ibrani, davar, yang berarti ucapan
atau firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan atau penyingkapan diri-Nya sendiri. Kata
ini dipakai bertalian dengan komunikasi dari Allah kepada manusia. Dala psikologi Ibrani,
ucapan seseorang dianggap sebagai sebagian dari diri si pembicara yang memiliki
keberadaan sendiri yang nyata.
Davar

mengandung

mengucapkannya, seperti ditulis

kuasa

yang

serupa

dengan

kuasa Allah

yang

Yesaya, Demikianlah firman-Ku yang keluar dari

mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan
apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yes.
55:11); melaksanakan kehendak-Nya tanpa halangan, sehingga harus diperhatikan oleh
para malaikat dan manusia, sebagaimana ditulis oleh pemazmur, Pujilah TUHAN, hai
malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya
dengan mendengarkan suara firman-Nya (Maz. 103:20); tetap untuk selama-lamanya,
seperti yang disaksikan Yesaya, Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi
firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya (Yes. 40:8). Dalam Mazmur 119, kata
davar lebih menunjuk kepada firman Allah yang tertulis.
Kata Yunani untuk firman Allah ialah logos, dipakai dalam terjemahan
Septuaginta (LXX) untuk menterjemahkan davar. Dalam bahasa Yunani pada dasarnya
logos berarti kata, tapi kemudian berkembang dengan berbagai arti, antara lain:
1). Dalam tata bahasa, istilah logos mengartikan suatu kalimat yang lengkap.
2). Dalam logika, istilah logos mengartikan suatu pernyataan yang berdasarkan kenyataan.

6
3). Dalam retorika, istilah logos mengartikan suatu pidato yang tersusun secara tepat.
4). Dalam filsafat, istilah logos dipakai oleh aliran Stoa, untuk mengartikan kekuasaan atau
tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta (Yunani:
logos spermatikos). Stoa berasal dari kata Stoa Poikile, yaitu suatu gang di Atena yang
bertiang-tiang besar, di mana di tempat inilah Zeno orang Kitium (335-263 sM) untuk
pertama kalinya mengajarkan ajarannya yang khas itu. Manusia dijadikan selaras dengan
dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan memiliki logos, baik sebagai budi
atau rasio (Yunani: logos endiathetos) maupun sebagai kemampuan berbicara (Yunani:
logos proforikos).
Istilah logos banyak sekali dipakai oleh ahli filsafat Philo (20 sM-45 M), seorang
sarjana Yahudi, yang memiliki pandangan yang mempertentangkan antara Allah dengan dunia
ini secara mutlak dan metafisik. Ia beranggapan bahwa pikiran Yunani sudah dibayangkan
dalam Perjanjian Lama, dan ia memakai ayat-ayat seperti Mazmur 33:6 yang berkata: Oleh
firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya, untuk
menerangkan bagaimana Allah yang transenden mencipta alam semesta dan menyatakan diriNya kepada Musa dan para leluhur Israel. Ia menyamakan logos dengan pikiran Plato (428348 sM) tentang dunia ide-ide, sehingga kata ini mengartikan rencana Allah dan kuasa-Nya
untuk mencipta. Ia menjabarkan logos menjadi Malaikat Yahweh dan juga nama Yahweh
dalam Perjanjian Lama, dan menyebutkan suatu Allah yang kedua serta Manusia Idaman, pola
bagi manusia yang diciptakan-Nya.
Dalam Perjanjian Baru, logos dipakai baik dalam arti kata biasa, maupun dengan
pengertian pesan Injil, seperti yang ditulis Markus, Maka datanglah orang-orang berkerumun
sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan
firman kepada mereka (Mark. 2:2); ditulis Lukas, Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu
memanggil semua murid berkumpul dan berkata: Kami tidak merasa puas, karena kami
melalaikan firman Allah untuk melayani meja (KPR. 6:2); ditulis Paulus, Dan baiklah dia,
yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan
orang yang memberikan pengajaran itu (Gal. 6:6).
Dalam surat-surat kiriman, kita dapat membaca bahwa Alkitab adalah:
1) Sebagai firman kehidupan, seperti ditulis Paulus, Sambil berpegang pada firman
kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma
berlomba dan tidak percuma bersusah-susah (Flp. 2:16).
2) Firman kebenaran, seperti ditulis Paulus, Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah

7
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika
kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu (Ef. 1:13).
3) Kabar keselamatan, seperti ditulis Lukas, Hai saudara-saudaraku baik yang termasuk
keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah
disampaikan kepada kita (KPR. 13:26).
4) Berita pendamaian, seperti ditulis Paulus, Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami (2 Kor. 5:19).
5) Pemberitaan tentang salib, seperti ditulis Paulus, Sebab pemberitaan tentang salib
memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang
diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18).
Dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos, yang artinya amanat Allah yang
dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajb diberitakan dan ditaati.
Philo dalam pengajarannya tentang logos menyajikan kerangka teologis yang jelas,
dimana firman memiliki suatu kesatuan yang mirip dengan Allah dan sekaligus memiliki
perbedaan dengan-Nya, mengandung kegiatan mencipta dan memelihara semesta alam, dan
juga memiliki kegiatan yang bersifat menyatakan diri kepada manusia.
Lebih

lanjut

konsep

khas

mengenai

inkarnasi,

setidak-tidaknya

merupakan

pengembangan yang tepat dari penyamaan logos menurut Philo dengan Manusia sejati. Jadi
mungkin sekali di balik ini semua dijumpai penggunaan langsung dari konsep Philo atau
pemikiran dari kelompok cendekiawan Yahudi yang menganut Helenisme.
Kita dapat mencatat 5(lima) pokok mengenai logos dalam pemikiran Philo, antara lain:
1). Logos itu tidak memiliki kepribadian khusus. Logos digambarkan sebagai gambar Allah
dan melalui gambaran itu seluruh alam semesta dibentuk. Tetapi karena logos juga
digambarkan sebagai kemudi yang memimpin segala sesuatu dalam jalurnya, atau sebagai
alat Allah untuk menata dunia, maka nampaknya jelas bahwa Philo tidak memikirkan
bahwa logos itu berpribadi.
2). Logos sebagai anak sulung (Yunani: prologonos huios) Allah yang secara tidak langsung
menyatakan keberadaan-Nya sebelum segala sesuatu ada. Tentu saja logos dianggap
kekal, juga digambarkan sebagai duta (Yunani: presbeutes) Allah, sebagai pembela
(Yunani: parakletos) manusia dan sebagai imam besar (Yunani: arkhiereus). Gambaran ini
walaupun memberikan kesejajaran yang menarik dengan Yesus Kristus, namun tidak
menyinggung soal keberadaan sebelum segala sesuatu ada.

8
3). Gagasan logos tidak dihubungkan dengan terang dan hidup oleh Philo seperti halnya
dalam Injil Yohanes, dan gabungan itu tidak dapat diambil dari pemikirannya, walaupun
pasti akan menyenangkannya seandainya ia dapat mengetahuinya.
4). Philo tidak menduga bahwa logos dapat menjadi manusia. Hal ini merupakan sesuatu
yang asing bagi pemikiran orang Yunani, karena mereka percaya bahwa meteri memiliki
sifat jahat.
5). Dengan pasti Philo menganggap logos memiliki fungsi pengantara untuk menjembatani
jurang pemisah antara Allah yang transenden dengan dunia. Logos itu baik, dia dapat
dianggap sebagai personifikasi dari pengantara yang efektif, walaupun tidak pernah
dinyatakan secara pribadi.
Kata logos dalam bentuk jamaknya, yakni ta logia, berarti seluruh Perjanjian Lama
atau suatu bagiannya yang khas. Dalam Kisah Para Rasul, firman-firman yang hidup
menunjuk kepada dasa titah atau kepada seluruh isi Taurat Musa, seperti ditulis Lukas, Musa
inilah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaah di padang gurun di antara malaikat yang
berfirman kepadanya di gunung Sinai dan nenek moyang kita; dan dialah yang menerima
firman-firman yang hidup untuk menyampaikannya kepada kamu (KPR. 7:38).
Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma, ta logia artinya ialah Perjanjian Lama,
khususnya janji-janji Allah kepada Israel, seperti yang ditulisnya, Banyak sekali, dan di dalam
segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah (Rm. 3:2).
Dalam surat Petrus, pemberitaan firman berarti pengkotbah wajib menjaga beritanya
sedemikian rupa sehingga ia seolah-olah mengucapkan kitab Suci yang diilhamkan. Dia
menulis, Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang
menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baklah ia melakukannya dengan
kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena
Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin (1 Ptr.
4:11).
Ta logia muncul pula dalam Ibrani 5:12 yang berkata: Sebab sekalipun kamu,
ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan
asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan
keras. Kata dimaksud diterjemahkan dengan penyataan Allah, yang berhubungan dengan
dasar-dasar pada Perjanjian Lama maupun penyataan Allah melalui Anak-Nya, sebagaimana
ditulis oleh penulis Ibrani, Maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan
perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.

9
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta (Ibr. 1:2). Akhirnya makna teologis dari ta
logia ialah pengumuman-pengumuman Allah yang mempunyai kekuasaan, dan di hadapan-Nya
manusia berdiri dengan hormat dan menyembah dengan merendahkan diri.
Kata Yunani: rhema, yang artinya kata yang diucapkan, lalu menjadi inti ucapan dan
kenyataan, juga memperoleh pengertian firman Allah, seperti logos, dan dengan demikian
berarti Injil Kristen seperti ditulis Matius, Tetapi Yesus menjawab: Ada tertulis: Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4);
Lukas menulis, Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
sesuai dengan firman-Mu (Luk. 2:29); Yohanes menulis, Kata Yesus kepada mereka:
Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya (Yoh. 3:34); Petrus juga menulis, Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.
Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu (1 Ptr. 1:25).
Dalam perkembangannya timbul juga arti lain dari kata rhema, yaitu pengakuan umat
Tuhan yang membawa mereka kepada keselamatan yang diperoleh di dalam Kristus Yesus,
seperti ditulis Paulus, Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman (Ef. 5:26).
B. Sifat-Sifat Alkitab
Alkitab memiliki sifat-sifat, antara lain:
1). Alkitab berkuasa (berwibawa); Alkitab tidak dapat salah karena ia diilhamkan oleh Allah.
Ia memiliki sifat dapat dipercaya; gereja tidak berada di atas Alkitab, sebab gereja dapat
tersesat seperti yang ternyata dari sejarah gereja. Gereja berada di bawah Alkitab, dan
Alkitab mewujudkan instansi di atasnya. Alkitab dikatakan berkuasa; yang berkuasa
adalah berita atau kerygmanya yaitu bahwa Yesus Kristus adalah firman yang telah
menjadi manusia untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Dan mengenai berita atau
kerygma, haruslah dibedakan antara berita yang pokok (yang pusat) dan berita yang di
tepi (periferi). Berita pokoknya ialah bahwa Allah telah mendamaikan diri-Nya sendiri di
dalam Kristus, sedangkan berita yang di tepi harus disesuaikan dengan zaman, situasi dan
kondisi. Misalnya Paulus pernah menulis bahwa bagi para perempuan jika berdoa dan
bernubuat harus bertudung. Perintah itu sebenarnya ia sesuaikan dengan adat istiadat
pada abad ke 1 di Korintus, seperti ditulisnya, Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa
atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama
dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi

10
kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan
adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia
menudungi kepalanya (1 Kor. 11:5-6).
2). Alkitab adalah cukup; yang dapat memimpin orang kepada hidup yang kekal, seperti
ditulis Yohanes, Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata
murid-murid, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini
telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:30-31).
3). Alkitab adalah jelas; jelas menggambarkan jalan keselamatan yang tersedia bagi setiap
orang. Pemazmur menulis, Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku
(Maz. 119:105).

11
3. PENGILHAMAN ALKITAB
A. Pengertian Pengilhaman
Dalam 2 Timotius 3:16 ditulis, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Kata diilhamkan diterjemahkan dari kata
Yunani, theo pneustos, yang secara harafiah berarti dihembus angin, dimasuki
angin atau nafas Allah. Jadi ungkapan yang diilhamkan

berarti ke dalamnya

dihembuskan, ditiupkan nafas atau Roh-Allah. Para penulis Alkitab yang berjumlah
sekitar 40 orang itu, mereka dipimpin, dituntun, didorong, dikuasai oleh Roh Kudus
dalam menulis tulisan-tulisannya. Dengan talenta, kemampuan, pengetahuan mereka,
mereka menjadi saluran berkat, corong Allah bagi kita semua sebagai pembaca.
Ungkapan diilhamkan dapatlah diartikan sebagai berikut:
1). Matius 1:22 menyaksikan bahwa Maria harus melahirkan Yesus supaya genaplah yang
difirmankan Tuhan oleh nabi Yesaya, Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan
kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan
akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes.
7:14). Dalam Matius 2:15 ditulis bahwa Yesus harus dibawa ke Mesir supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi Hosea. Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan
dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu (Hos. 11:1). Jadi bahwa Allah berfirman dengan
melalui nabi (Ibrani: dia tou prophetou), artinya bahwa Ia berfiman dengan memakai
mulut nabi sebagai perantara. Dan hal itu bukan hanya dengan pemberitaan secara lisan,
melainkan juga secara tertulis.
2). 2 Petrus 1:21 menyaksikan bahwa nubuat-nubuat dalam kitab Suci itu tidak boleh
ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh
kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas namaNya. Jadi para nabi yang dipakai oleh Allah untuk menubuatkan kehendak-Nya itu
didorong oleh Roh Kudus. Di dorong oleh Roh Kudus menunjuk kepada suatu tindakanNya yang secara khusus.

B. Macam-Macam Pengilhaman

12
Ada bermacam-macam pengilhaman yang dapat dikemukakan sebagai pemecahan
persoalan yang timbul dalam pengilhaman, antara lain:
1. Pengilhaman yang mekanis
Yang dimaksud dengan pengilhaman yang mekanis ialah bahwa para penulis
berfungsi sebagai mesin. Allah yang memiliki inisiatif, dan Dia juga aktif. Alkitab
diilhamkan secara harafiah, kata demi kata. Tiap kata dan ungkapan dianggap sebagai
diilhamkan atau dihembuskan atau dibisikkan Allah. Oleh karena itu Alkitab harus
diterima seperti apa adanya, dan tidak boleh diubah sama sekali.
Pandangan tentang pengilhaman secara mekanis terdapat dalam ajaran agama
Hindu, yang mengajarkan bahwa mantera-mantera di dalam kitab Weda dan juga isi kitabkitab Brahmana dan Upanisad diterima sebagai dibisikkan oleh dewa yang tertinggi
dengan perantaraan para Brahmana dan para guru. Demikian juga diajarkan dalam agama
Islam. Bagi mereka Al Quran sebagai firman Allah adalah kekal. Firman itu secara kekal
tertulis di dalam law al mahfuz. Oleh malaikat Jibrail, firman itu pada waktunya
diturunkan kepada nabi, di antaranya yang terakhir kepada nabi Muhammad. Ia yang
mengucapkan firman itu, dan dicatat oleh yang mendengarnya, dan akhirnya dikumpulkan
di dalam Al Quran. Oleh karenanya bunyi Al Quran, sama dengan firman yang tertulis di
dalam law al mahfuz.
Pengilhaman yang mekanis tidaklah mungkin diterapkan kepada Alkitab karena:
a) Injil Lukas 1:3 menunjukkan bahwa Lukas menulis Injilnya yang ditujukan kepada
Teofilus itu setelah ia menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya.
Jadi Injil Lukas tidak dibisikkan oleh Roh Kudus, melainkan hasil penyelidikan yang
seksama.
b) Apa yang dibisikkan atau didiktekan tentu memberikan hasil yang sama, baik mengenai
bahasa, gagasan dan sebagainya, padahal di dalam Akitab bahwa masing-masing penulis
memiliki gayanya sendiri-sendiri. Umpamanya cara menulis Matius berbeda dengan cara
menulis Lukas atau Markus atau Yohanes. Bahasa mereka juga berlainan sekali.
c) Dalam Alkitab jelas bahwa talenta para penulis juga dipergunakan, umpamanya Daud
sebagai penyair, berbeda dengan Musa atau Paulus.
Jelaslah bahwa para penulis Alkitab tidak hanya berfungsi sebagai corong atau
mesin saja, sebab mereka mengadakan penyelidikan sendiri, menentukan maksudnya
sendiri dan memilih caranya sendiri di dalam menyaksikan penyataan Allah.
2. Pengilhaman yang pasif

13
Yang dimaksud dengan pengilhaman yang pasif ialah bahwa para penulis Alkitab
dijaga oleh Roh Kudus supaya jangan tersesat. Jadi dalam hal ini yang diilhami adalah
para penulisnya. Mereka dibantu oleh Roh Kudus sehingga apa yang diucapkan atau
ditulis sesuai dengan kehendak Allah. Pandangan ini diterima oleh gereja Katolik Roma.
Pandangan ini tidak sesuai dengan gagasan yang tercantum dalam Alkitab, sebab
di sini dengan jelas disebutkan bahwa yang diilhamkan adalah tulisan-tulisannya atau
Alkitabnya, bukan penulisnya (2 Tim. 3:16).
3. Pengilhaman yang dinamis
Yang dimaksud dengan pengilhaman yang dinamis ialah bahwa hati para penulis
diperbaharui oleh Allah, sehingga pengilhaman identik dengan kelahiran kembali. Mereka
diberikan kecakapan oleh Roh Kudus dalam jabatannya sebagai penulis.
Berdasarkan pandangan ini maka tulisan para rasul atau nabi dianggap lebih dapat
dipercaya dibandingkan dengan tulisan para penulis lainnya. Sebagai contoh ialah bahwa
tulisan Matius dan Yohanes lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan tulisan Markus
dan Lukas. Jadi kewibawaan tulisan tergantung pada penulisnya.
4. Pengilhaman yang organis
Yang dimaksud dengan pengilhaman yang organis ialah bahwa para penulis
dipakai sebagai alatnya Allah. Tetapi firman Tuhan kepadanya: Pergilah, sebab orang ini
adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain
serta raja-raja dan orang-orang Israel (KPR. 9:15). Di sini Paulus disebut sebagai alat
pilihan Kristus untuk memberitakan nama-Nya atau untuk memberitakan firman-Nya.
Sebagai alat pilihan-Nya maka Paulus menjelajahi Asia Kecil, Yunani, Roma untuk
memberitakan Injil. Hal ini semula dilakukan secara lisan, tetapi kemudian ketika timbul
kesukaran-kesukaran di beberapa jemaat, dilakukanlah secara tertulis dengan surat-surat
kirimannya. Paulus tidak hanya berfungsi sebagai medium yang kosong, yang kemudian
diisi dengan Roh Kudus yang berbicara melalui mulutnya. Pada waktu itu ia bersaksi
sendiri,

memilih

judul

ceramahnya

sendiri,

memilih

kata-kata

sendiri

untuk

mengungkapkan berita yang dibawanya, sama seperti pada zaman sekarang ini seorang
pendeta akan menyampaikan khotbahnya. Namun walaupun semua kata-kata yang
diucapkannya itu adalah kata-kata manusia, kesaksian manusia, namun Roh Kudus turut
bersaksi di dalam kesaksiannya itu.
Menurut Injil Lukas bahwa kata-kata dari orang yang menyaksikan Kristus,
memiliki wibawa sebagai diri Kristus sendiri, seperti ditulisnya, Barangsiapa

14
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak
Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku (Luk. 10:16).
Jadi Allah Bapa memperkenalkan diri-Nya melalui Kristus, firman yang menjadi manusia,
Kristus memperkenalkan diri-Nya melalui pekerjaan Roh Kudus, dan Roh Kudus bersaksi
melalui kesaksian manusia. Yohanes 15:26 menyaksikan: Jikalau Penghibur yang akan
Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku. Roh Kudus-lah yang melakukan penyaksian melalui kesaksian para rasul.
Itulah sebabnya para murid disuruh bersaksi sendiri. Tetapi kamu juga harus bersaksi
karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku (Yoh. 15:27). Jadi bersaksi berarti
bekerja sendiri memilih kata-kata sendiri, memilih judul sendiri dan memilih cara
penguraian sendiri.
C. Pernyataan Teologis Tentang Pengilhaman
Dalam rumusan ajaran Alkitab mengenai pengilhaman, perlu dikemukakan
4(empat) pokok, sebagai berikut:
1) Pengilhaman bukanlah pendiktean mekanis, atau penulisan otomatis, ataupun salah satu
proses penulisan dengan menyingkirkan peranan daya pikir atau daya nalar insani penulis.
Bimbingan dan pengawasan ilahi sewaktu para penulis Alkitab menulis, bukanlah suatu
kekuatan badani atau psikologis, juga bukan mengurangi, tapi bahkan mempertinggi
kebebasan, spontanitas, dan daya cipta penulisan mereka.
2) Bahwa dalam pengilhaman, Allah tidak melenyapkan kepribadian, gaya bahasa,
pandangan dan kondisi kultural dari para penulis. Bukanlah bahwa pengawasan-Nya atas
mereka tidak sempurna, atau bahwa dalam proses menuliskannya mereka mengubah
kebenaran yang mereka terima untuk menyampaikannya. Apabila Allah menghendaki
untuk memberikan suatu rangakaian surat kepada umat-Nya seperti surat-surat Paulus,
maka Dia mempersiapkan Paulus untuk menuliskannya, dan Paulus yang dipilih-Nya
untuk tugas itu adalah Paulus yang spontan menulis surat-surat demikian.
3) Pengilhaman bukanlah suatu kualitas yang menempel pada kesilapan yang terjadi
sewaktu perbanyakan dan penyebaran naskah , melainkan hanya pada naskah asli seperti
yang dihasilkan semula oleh para penulis yang diilhami. Pengakuan akan ilham alkitabiah
menantang tugas kritik naskah dengan cermat sekali, guna mengeluarkan kesilapankesilapan demikian dan memastikan naskah aslinya.

15
4) Pengilhaman tulisan alkitabiah tidak dapat disamakan dengan inspirasi sastra agung,
biarpun (dan ini sering sekali) tulisan alkitabiah adalah juga adalah sastra agung. Gagasan
pengilhaman itu berkaitan, bukan dengan kualitas sastra dari apa yang ditulis itu,
melainkan dengan sifatnya sebagai wahyu ilahi yang tertulis.
D. Bukti-Bukti Pengilhaman
1. Sifat-sifat Allah
Adanya Allah terbukti dari kenyataan bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya,
melalui berbagai cara. Ketika menelaah penyataan serta bukti-bukti tersebut, kita sudah
menemukan beberapa ciri khas sifat Allah, yakni Ia berkepribadian, Mahakuasa,
Mahakudus, Mahakasih.
Kita dapat mengharapkan bahwa Allah menaruh perhatian yang penuh kasih
terhadap kita sebagai mahkota ciptaan-Nya, dan turun tangan menolong kita. Bahwa Ia
memang mempedulikan dan membantu kita dalam memenuhi semua kebutuhan kita. Ia
telah menyimpan dalam perut bumi ini bermacam-macam mineral dan bahan bakar; Ia tela
membuat atmosfir yang memungkinkan kita hidup di dalamnya; Ia telah membuat tanah
yang subur, menyediakan sinar matahari, hujan dan salju; Ia telah memberikan kepada
kita pengertian dan kemampuan untuk menggunakan semuanya ini agar dapat memenuhi
kebutuhan kita.
Jika Allah yang telah akan menyediakan kebutuhan kita, sudah pasti juga Ia akan
menyediakan kebutuhan kekal kita. Dan karenanya Dia pasti akan memberitahukan
norma-norma dan rencana keselamatan-Nya, melalui firman-Nya yang tidak mungkin
salah untuk kita percayai dan beritakan.
2. Sifat dan tuntutan Alkitab
Alkitab memiliki keunggulan yang tidak dapat ditentang. Ia menetapkan normanorma etika yang tinggi, menuntut ketaatan sepenuhnya, mengutuk setiap bentuk dosa,
namun pada saat yang sama menerangkan kepada orang berdosa bagaimana mereka
dapat berbaik kembali kepada-Nya. Jadi bagaimana mungkin kitab semacam itu ditulis
oleh orang-orang yang tidak diilhami?
Alkitab menunjukkan kesatuan yang luar biasa. Sekalipun ditulis oleh sekitar 40
orang sepanjang sekitar 1.600 tahun yang menghasilkan 66 kitab, Alkitab tetap
merupakan satu kitab. Alkitab memiliki satu pandangan doktrinal, satu standar moral,
satu rencana keselamatan.

16
Alkitab menyatakan bahwa ialah firman Allah. Alkitab mengatakan yang benar
tentang hal-hal lain, dan membuat beberapa tuntutan tentang dirinya.
a). Lebih dari 3.800 kali para penulis Perjanjian Lama memakai istilah beginilah firman
Tuhan; datanglah firman Tuhan kepada; Tuhan telah berfirman, dan lain-lain.
b). Para penulis Perjanjian Baru memakai ungkapan seperti, memberitakan seluruh maksud
Allah kepadamu, dengan kata-kata. . . menurut ajaran Roh, dan lain-lain.
c). Berbagai penulis menuntut kesempurnaan serta wibawa mutlak bagi hukum Taurat serta
kesaksian yang ada, seperti ditulis Musa, Terkutuklah orang yang tidak menepati
perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa ini haruslah berkata:
Amin (Ul. 27:26). Daud menulis, Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa;
peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman
(Maz. 19:8).
d). Petrus menempatkan surat-surat rasul Paulus setaraf dengan tulisan-tulisan yang lain,
seperti ditulisnya, Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang
perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga
orang-orang

yang

tidak

memahaminya

dan

yang

tidak

teguh

imannya,

memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka
buat dengan tulisan-tulisan yang lain (2 Ptr. 3:16).
f). Paulus mengatakan bahwa seluruh Perjanjian Lama diilhamkan oleh Allah. Segala tulisan
yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
Juga Petrus menulis, Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat
dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah
nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah (2 Ptr. 1:20-21).
Bertalian dengan pengilhaman, Tuhan Yesus juga mengatakan, Kitab Suci tidak
dapat dibatalkan (Yoh. 10:35). Di dalam kitab Taurat Musa, kitab Nabi-nabi dan
Mazmur, Yesus mengajarkan ajaran-ajaran tentang diri-Nya sendiri. Ia berkata kepada
mereka: Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih
bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang
Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Luk. 24:44).
Selanjutnya Tuhan Yesus membuat beberapa pernyataan penting tentang
pemeliharaan serta penafsiran fakta-fakta yang berkaitan dengan diri dan misi-Nya.

17
Sebelum Ia pergi meninggalkan para murid-Nya, Ia mengatakan bahwa Roh Kudus akan
menjadikan mereka guru yang cakap dalam mengajarkan kebenaran. Tetapi Penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu (Yoh. 14:26). Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan
berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang
akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang datang (Yoh.
16:13).

18
4. KANON ALKITAB
Kata kanon berasal dari bahasa Yunani, kanon, yang secara harafiah berarti bambu
(buluh), yang digunakan sebagai alat ukur. Pada pertengahan abad ke 4, kata kanon dipakai
untuk menunjuk kepada daftar kitab-kitab yang diterima dan diakui sebagai alat ukur
kehidupan kita sebagai umat Allah.
Akitab mengesahkan dirinya sendiri karena Alkitab itu ditiupkan oleh napas Allah
(diilhamkan). Alkitab yang terdiri dari 66 kitab termasuk kanon pada saat ia ditulis. Ia tidak
perlu untuk menunggu sampai berbagai konsili gereja dapat memeriksa untuk menentukan
apakah dapat diterima atau tidak. Kekanonan Alkitab melekat di dalam kitab-kitab itu, karena
ia berasal dari Allah. Tidak ada satu kitab dalam Alkitab yang termasuk kanon karena tindakan
konsili gereja.
Manusia dan konsili memang harus mempertimbangkan kitab-kitab mana yang harus
diakui sebagai bagian dari kanon. Beberapa keputusan dan pilihan harus dibuat, namun Allahlah yang memimpin manusia untuk membuat pilihan yang tepat dan untuk mengumpulkan
berbagai tulisan ke dalam kanon. Dalam proses memutuskan dan mengumpulkan, telah muncul
perselisihan mengenai beberapa kitab. Namun perdebatan itu tidak melemahkan sama sekali
wibawa dari kitab-kitab yang termasuk kanon, dan juga tidak memberikan kedudukan yang
sama kepada kitab-kitab yang tidak diilhami oleh Allah.
A. Kanon Perjanjian Lama
Perjanjian Lama sebelumnya hanya terdiri dari 24 kitab yang terbagi dalam 3
(tiga) bagian besar yakni:
1). Kitab Taurat (torah) atau Pentateukh (kitab 5 jilid) yang terdiri atas: Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, Ulangan.
2). Kitab para nabi (nebhim) yang terdiri atas:
a) Nabi-nabi terdahulu (Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, Raja-raja);
b) Nabi-nabi terkemudian (Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja,
Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi).
3). Kitab-kitab/tulisan-tulisan (kethubhim) yang terdiri atas: Mazmur, Amsal, Ayub, Kidung
Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra (di dalamnya termasuk
Nehemia), Tawarikh.
Urutan Perjanjian Lama yang dipakai saat ini adalah menurut terjemahan Perjanjian
Lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta), yang selesai dikerjakan sekitar tahun 150 sM, oleh

19
70 sarjana selama 70 tahun. Dalam Septuaginta di samping 39 kitab yang diakui sah saat ini,
juga terdapat 14 kitab apokripa (Inggris, apocryphal; Yunani, apukrufos) yang artinya
tersembunyi, tertutup atau kebenaran yang diragukan.
Sejarah kanonisasi Perjanjian Lama dapatlah dijelaskan sebagai berikut:
1). Kitab Taurat (Pentateukh; 5 kitab Musa) yakni: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan.
a) Tahun 621 sM di zaman raja Yosia, imam Hilkia menemukan kitab-kitab Taurat dalam
Bait Allah. Pada saat inilah orang-orang Yahudi mulai diajarkan kitab itu. Berkatalah
imam besar Hilkia, kepada Safan, panitera itu: Telah kutemukan kitab Taurat itu di
rumah TUHAN!. Lalu Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan, dan Safan terus
membacanya (2 Raj.22:8).
b) Tahun 500-450 sM merupakan tahun penting mendahului diteguhkannya kitab Taurat.
Di zaman Ezra dan Nehemia setelah orang Yahudi kembali dari pembuangan, kitabkitab Taurat kembali dibacakan kepada mereka. Ezra membuka kitab itu di depan
mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia
membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri (Neh. 8:6). Dan karena hal inilah
kitab-kitab ini diyakini disahkan sekitar tahun 440 sM.
2). Kitab Nabi-nabi; pada sekitar tahun 200 sM kitab para nabi telah dikenal oleh orangorang Yahudi. Hal inilah yang memberikan keyakinan bahwa kitab-kitab ini disahkan atau
diakui sekitar tahun 200 sM.
3). Kitab Mazmur dan kitab-kitab lainnya (di luar kitab Pentateukh dan kitab Nabi-nabi);
kitab Mazmur dan kitab-kitab lain, telah dikenal sekitar tahun 130 sM. Karena itu
dapatlah dikatakan bahwa kitab-kitab ini telah diakui sah sekitar tahun 100 sM.
Pada waktu kota Yerusalem dihancurkan oleh jenderal Titus tahun 70, maka Yamnia
menjadi pusat agama Yahudi. Di kota inilah pada tahun 90, orang-orang Yahudi mengadakan
majelis besar (rapat besar) untuk mengesahkan kanon Alkitab Perjanjian Lama sebagaimana
yang dikenal saat ini, yakni:
a) Kitab-kitab Taurat (pentateukh) yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan.
b) Kitab-kitab sejarah yang terdiri dari Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, 1&2 Rajaraja, 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester.
c) Kitab-kitab syair yang terdiri dari Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung.
d) Kitab nabi-nabi besar yang terdiri dari Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel.

20
e) Kitab nabi-nabi kecil yang terdiri dari Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha,
Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
B. Kanon Perjanjian Baru
Untuk menguji kewibawaan Perjanjian Baru, harus ada kewibawaan seorang rasul di
belakang penulisannya. Maksudnya bahwa kitab itu haruslah ditulis oleh seorang rasul atau
penulisnya harus memiliki hubungan baik dengan rasul, sehingga kitabnya dapat dianggap
setingkat dengan buah karya rasul. Misalnya Markus menjadi teman sepelayanan rasul Petrus.
Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari
Markus, anakku (1 Ptr. 5:13); Lukas menjadi teman sepelayanan rasul Paulus. Hanya Lukas
yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya
penting bagiku (2 Tim. 4:11).
Untuk dapat memasukkan ke dalam kanon, sebuah kitab harus dapat menunjukkan
bukti dari dalam, yakni keunikannya sebagai bukti pengilhaman. Ketika kitab-kitab itu
diedarkan haruslah juga dapat diterima oleh gereja-gereja. Dan nyatanya memang tidak ada
satu kitab pun yang diragukan oleh gereja yang kemudian dimasukkan ke dalam kanon. Bahwa
kitab-kitab dalam Perjanjian Baru diilhami ketika dituliskan dan sudah menjadi bagian kanon.
Gereja hanyalah mengakui apa yang benar sudah melekat (kekanonannya).
1) Kesaksian para rasul; rasul Paulus bersaksi bahwa tulisannya adalah firman Allah. Dan
bilamana surat ini telah dibicarakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibicarakan juga
di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu
(Kol. 4:16). Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: Kita yang hidup, yang
masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang
telah meninggal (1 Tes. 4:15). Rasul Petrus menyebut tulisan-tulisan rasul Paulus
sebagai Kitab Suci. Hal ini dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang
perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga
orang-orang

yang

tidak

memahaminya

dan

yang

tidak

teguh

imannya,

memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka
buat dengan tulisan-tulisan yang lain (2 Ptr. 3:16).
2) Kesaksian dari tahun 70-170; selama masa ini para bapa gereja mengakui bahwa ke 27
kitab itu termasuk sebagai kanon, walaupun masing-masing dari mereka tidak semuanya
menyebutkan 27 kitab. Yustinus Martir (100-165) misalnya, tidak menyertakan Filemon
dan 3 Yohanes.

21
3) Kesaksian dari tahun 170-350; kanon Muratorian (170) tidak menyertakan surat Ibrani,
Yakobus dan 1&2 Petrus.
4) Kanon Origen pada tahun 210, tidak menyertakan surat Yakobus dan Yudas.
5) Kanon Athanasius pada tahun 315, menyertakan semua kitab seperti yang dikenal
sekarang ini.
6) Dalam konsili di Karthago tahun 397, menetapkan dan mengakui kanon Perjanjian Baru
yang meliputi 27 kitab seperti yang dikenal sekarang ini.
4 Surat Penggembalaan dan Pribadi
(1&2 Timotius, Titus, Filemon)
9 Surat Kepada Jemaat-Jemaat
9 Surat Kepada Orang Kristen
Kristen (Surat Paulus)
Ibrani (Surat Umum)
Sejarah Perjanjian Baru
Matius

Markus

5 Alas
Lukas

Yohanes

Kisah Para
Rasul

Pada tahun 383, paus Damaskus I menugaskan seorang imam bernama Hieronimus
untuk membuat terjemahan resmi Alkitab dalam bahasa Latin. Hieronimus membutuhkan
sekitar 27 tahun untuk menterjemahkannya. Terjemahannya dikenal dengan nama Vulgata yang
selesai dikerjakan sekitar tahun 404. Dan selanjutnya terjemahan ini menjadi terjemahan standar
di Eropa Barat selama seribu tahun.

22
5. BERBAGAI CORAK SASTRA DI ALKITAB
Kebanyakan tulisan dapat digolongkan menurut jenis sastranya, yakni bahasa (katakata, gaya bahasa); bukan bahasa sehari-hari. Sebuah buku panduan membuat sesuatu biasanya
memakai bahasa teknis; novel bisanya memakai narasi fiksi; buku puisi dapat memakai baris
bersajak atau tidak, berbait-bait, berirama (yang ditentukan oleh jumlah suku kata); dan buku
sejarah memakai teknik penulisan berdasarkan fakta. Jenis kitab hampir selalu menentukan jenis
sastra yang dipakai. Alkitab memang merupakan kumpulan kitab yang besar, namun sebenarnya
tersusun dari banyak kitab berbeda dengan jenis sastra yang berbeda. Ini membuat Alkitab
menantang sekaligus menarik untuk dibaca.
Ketika mempelajari Alkitab, tidak hanya informasinya yang harus diperiksa tetapi juga
jenis sastra yang dipakai setiap kitab. Jenis sastra yang dipakai dapat menjadi petunjuk tentang
apa yang akan dikatakan. Sebagai contoh, kita dapat membandingkan 1 Samuel 1:1-28 dengan
1 Samuel 2:1-10. Bagian-bagian dari kitab yang sama ini memakai dua jenis sastra yang
berbeda. Bagian pertama lebih berupa prosa atau cerita, sedangkan bagian kedua adalah
sebuah doa atau nyanyian dalam bentuk puisi. Memperhatikan perubahan dari prosa ke puisi
dapat memberikan banyak wawasan mengenai makna dan pesan teks ini kepada kita.
Contoh singkat dari Perjanjian Baru adalah kisah kelahiran Yesus. Lukas 2:1-21
menceritakan peristiwa kelahiran ini dengan banyak detail menyangkut kelahiran itu sendiri.
Sebaliknya Yohanes tidak bercerita tentang kelahiran Yesus. Ia memulai dengan sebuah puisi
(Yoh. 1:1-14) yang berbicara tentang Yesus sebagai firman dan terang yang sesungguhnya
yang menjadi manusia. Bagaimana dua jenis sastra yang berlainan ini mempengaruhi cara
berpikir kita tentang siapa Yesus? Mengapa kedua penulis Injil ini menegaskan aspek-aspek
yang berbeda tentang kelahiran dan identitas Yesus? Memahami bagaimana seorang penulis
menyampaikan pesannya dapat menguak cara-cara baru untuk memahami apa yang hendak
dikatakan Alkitab.
Alkitab memiliki banyak jenis sastra. Beberapa jenis sastra memberi ciri atau gambaran
untk seluruh kitab. Yang terpenting di antaranya adalah hukum dan peraturan, sejarah, puisi
dan nyanyian, hikmat dan pepatah, Injil, surat dan tulisan apokaliptik. Jenis sastra yang lain
mewarnai bagian-bagian tertentu dalam sebuah kitab, misalnya narasi prosa, doa,
perumpamaan, nubuat dan daftar keturunan (silsilah).
A. Jenis Sastra Untuk Keseluruhan Kitab
1. Hukum dan peraturan

23
Banyak budaya Timur Dekat kuno mengembangkan kitab hukum. Salah satu kumpulan
yang paling terkenal adalah kitab hukum yang disusun oleh pemimpin Babel bernama
Hammurabi, yang memerintah sekitar 1792-1750 sM.
Kelima kitab pertama dari kitab Ibrani (Perjanjian Lama) membentuk bagian yang
disebut Torah (hukum Taurat). Banyak tulisan dalam kelima kitab ini berbentuk hukum,
meskipun tidak semua. Hukum-hukum ini mencakup hokum yang bersifat larangan (jangan. . .
) dan perintah (perbuatlah. . . ). Hukum-hukum itu diberikan kepada umat Israel untuk
menolong mereka beribadat dengan benar dan memperlakukan satu sama lain dengan hormat
dan kasih. Rumusan hukum yang paling terkenal dalam Alkitab adalah Sepuluh Perintah Allah
(Kel. 20:1-17; Ul. 5:6-21). Contoh-contoh lain misalnya dalam Keluaran 21:1-23:19, Bilangan
6:1-21, Ulangan 14:3-17:7.
2. Sejarah
Dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab sejarah mengisahkan sejarah Israel sejak
pendudukan Kanaan (1250 sM) hingga runtuhnya Yerusalem (587 sM). Kitab-kitab ini
menggambarkan karya para tokoh seperti nabi Elia dan Elisa, dan raja-raja Israel dan Yehuda,
termasuk raja Daud dan Salomo. Kitab-kitab ini juga memuat informasi tentang peristiwaperistiwa dalam kedua kerajaan Israel sesudah pecah (931 sM). Contoh-contoh kitab sejarah
dalam Perjanjian Lama adalah Yosua dan 1-2 Raja-raja. Dalam Perjanjian Baru, Kisah Para
Rasul menceritakan sejarah jemaat Kristen perdana.
3. Puisi dan nyanyian
Kategori ini mempunyai cakupan yang luas. Puisi dipakai terutama dalam kitab
Mazmur, Ayub, Kidung Agung. Namun dalam Alkitab puisi juga terdpat dalam banyak kitab.
Sebagian puisi dalam Alkitab merupakan contoh himne atau nyanyian kuno. Banyak dari antara
Mazmur itu dimaksudkan untuk digunakan dalam ibadah dan doa. Nubuat para nabi juga
memakai bentuk-bentuk puisi. Menerjemahkan puisi Ibrani ke dalam bahasa Indonesia tidaklah
sederhana, dan kadang-kadang teknik-teknik khusus yang efektif dalam bahasa asli tidak dapat
dipindahkan ke dalam terjemahan bahasa Indonesia. Sebuah ciri penting puisi Ibrani adalah
paralelisme, yaitu satu gagasan diulangi dalam dua cara yang serupa namun berbeda. Dengan
teknik ini sebuah gagasan (pesan) dikembangkan dan diperkaya. Contohnya adalah Mazmur
22:10-11: Ya Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan: Engkau yang membuat aku
aman pada dada ibuku. Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan
ibuku Engkaulah Allahku. Contoh lain puisi dalam PL adalah Mazmur 23, Tuhan, gembalaku
yang baik. Bentuk puisi juga digunakan dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam Wahyu 15:3-4

24
yang berbunyi: Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak
Domba, bunyinya: Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa!
Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan,
dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa
akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu.
4. Kata-kata hikmat dan amsal
Jenis sastra ini meliputi puisi, mazmur-mazmur, cerita, dan lain-lain. Kata-kata hikmat
dan amsal memiliki gaya yang unik karena merupakan renungan-renungan tentang dunia, Allah,
dan manusia berdasarkan pengalaman dan pengamatan atas hidup sehari-hari.
Kata-kata hikmat terdapat dalam kitab seperti Amsal dan kitab-kitab lainnya. Kitab
Pengkhotbah dan Ayub juga mengandung hikmat dengan renungan-renungan bercorak filosofis.
Tulisan-tulisan hikmat biasanya tidak memberi banyak informasi langsung tentang sejarah
Israel. Sebaliknya tulisan itu mengemukakan masalah-masalah moral dan mempersoalkan
kehidupan. Beberapa tulisan hikmat disebutkan berasal dari Salomo, sebab ia dikenal sebagai
raja Israel yang paling bijak, namun mungkin baru ditulis sesudah masa hidupnya dan dikaitkan
dengan dia untuk menghormatinya,
Selain kitab-kitab yang disebut di atas, Mazmur 1 dan 37 merupakan contoh tulisan
hikmat. Kata-kata hikmat juga merupakan bagian penting dalam Perjanjian Baru. Contohcontohnya dapat ditemukan dalam Matius 5-7 (Khotbah di Bukit) dan Yakobus 3:2-8; 4:3-17.
5. Injil
Matius, Markus, Lukas, Yohanes adalah keempat kitab Perjanjian Baru yang
mengisahkan kehidupan dan ajaran Yesus. Kitab-kitab ini disebut Injil. Kata Injil berasal dari
kata Yunani, euangelion artinya kabar baik.
6. Surat
Sejumlah kitab dalam Perjanjian Baru merupakan surat-surat yang ditulis oleh Paulus
dan penulis lainnya. Surat-surat ini ditulis dalam gaya formal surat Yunani pada abad pertama.
Penulis pertama-tama memperkenalkan dirinya (Rm. 1:1-6), diikuti dengan nama penerima
surat dan salam (Rm. 1:7). Bagian terbesar sebuah surat adalah isinya (Rm. 1:16-27). Dalam
surat-surat terdapat beberapa jenis sastra yang berbeda, seperti doa, nasihat, ajaran, hikmat,
peringatan, himne atau nyanyian dan pesan pribadi.
Ada juga tulisan dalam Perjanjian Baru yang disebut surat-surat, tetapi berbicara
tentang persoalan-persoalan yang bersifat umum, yang dapat dihadapi oleh jemaat-jemaat

25
Kristen di mana saja. Surat Ibrani adalah contoh surat jenis ini. Surat-surat pendek kepada
tujuh jemaat di Asia Kecil dapat ditemukan dalam Wahyu 2-3. Surat-surat atau tulisan bergaya
tulisan surat ditempatkan setelah Kisah Para Rasul.
7. Sastra apokaliptik
Apokaliptik berasal dari kata Yunani apokalypsis yang artinya wahyu penyataan atau
penyingkapan. Jenis sastra ini kadang-kadang disebut nubuat. Seperti nubuat, sastra
apokaliptik berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang, namun memiliki ciri-ciri
lain yang unik. Sebagai contoh, tulisan apokaliptik berisi penglihatan tentang Allah, manusia
yang tampil dalam bentuk binatang, warna dan bilangan yang memiliki makna tersembunyi, dan
pemberitaan tentang kedatangan hari Tuhan. Tulisan-tulisan seperti itu biasanya muncul pada
saat-saat kesusahan dan berbicara tentang saat Allah akan menciptakan semuanya baru kelak.
Setiap orang yang setia akan hidup bersama-Nya untuk selama-lamanya. Kitab Daniel dan
Wahyu merupakan contoh tulisan sastra apokaliptik.
B. Jenis Sastra Dalam Bagian-Bagian Kitab
1. Prosa naratif
Prosa adalah istilah umum untuk kebanyakan jenis sastra naratif (kisah) dan deskriptif
(karangan bebas). Prosa sering dipakai ketika menuturkan kisah tentang orang-orang dan
peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Jadi prosa mencakup juga dialog. Kebanyakan bagian
Alkitab ditulis dalam bentuk prosa. Bentuk prosa yang amat lazim dalam Alkitab adalah kisah
(narasi). Ada yang singkat dan diceritakan dalam beberapa pasal sebuah kitab, seperti kisah
Nuh (Kej. 6-10) dan Yusuf (Kej. 37:1-47:26), tetapi ada juga yang merupakan isi seluruh kitab,
seperti Rut dan Ester.
Seperti sudah diterangkan sebelumnya, kitab-kitab Injil menceritakan kehidupan ,
kematian dan kebangkitan Yesus. Selain itu, juga ada kisah lain, seperti kisah Yohanes
Pembaptis (Mat. 3:1-17; 11:1-19; 14:1-12). Kisah Para Rasul menceritakan Petrus, Paulus dan
para pengikut Kristus lainnya memberitakan Injil tentang Yesus Kristus.
2. Doa
Dalam Alkitab, doa diungkapkan dalam bentuk prosa atau puisi. Doa menjadi jenis
sastra yang unik sebab mengungkapkan komunikasi langsung antara Allah dan umat-Nya. Kitab
Mazmur berisi banyak doa yang ditulis dalam bentuk puisi. Sebagian doa dalam Mazmur ditulis
untuk ibadah bersama, ketika umat Allah memohon pertolongan-Nya (Maz. 79-80), bersyukur
kepada-Nya saat panen (Maz. 126), atau merayakan penobatan raja baru (Maz. 21). Doa-doa

26
lain dalam Mazmur lebih bersifat pribadi. Doa-doa itu dipakai sebagai doa-doa pribadi yang
mengungkapkan kesedihan, memohon pertolongan, bersyukur atau memohon ampun (Maz.
12,51,120,138).
Doa-doa juga terdapat dalam kitab Kejadian 18:27-28, Keluaran 17:4, Hakim-hakim
5:2-31, 1 Samuel 2:1-10, 1 Raja-raja 3:6-9, Yunus 2:2-9, Lukas 11:2-4, Yohanes 17:1-26,
Roma 16:25-27, Ibrani 13:21. Barangkali yang paling terkenal adalah Doa Tuhan Yesus (Doa
Bapa Kami), yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya (Mat. 6:9-13).
3. Nubuat
Sebagian besar Perjanjian Lama mengandung jenis sastra nubuat atau pesan kenabian.
Banyak pemberitaan nabi (orakel: ramalan atau pesan atas petunjuk Allah) dimulai dengan
ungkapan Firman Tuhan datang padaku atau Demikian Firman Tuhan Allah. Ungkapan ini
menegaskan bahwa pesan yang disampaikan para nabi bukanlah pesan mereka sendiri, tetapi
berasal dari Allah.
Pemberitaan para nabi sering mirip puisi Ibrani dan bahkan memakai beberapa ciri pusi,
seperti paralelisme. Kitab para nabi sering menggabungkan kisah tentang nabi dan karyanya
dengan nubuat-nubuat yang disampaikannya. Contoh nubuat antara lain: Yesaya 1:2-31,
Yeremia 2, Yehezkiel 36:22-32, Amos 5:4-27, Zakharia 9:1-17.
Perjanjian Baru juga memakai nubuat, khususnya ketika bercerita tentang kelahiran
Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus (Mat. 3:1-12; 24:1-31).
4. Perumpamaan
Perumpamaan adalah kisah tentang pengalaman sehari-hari dan yang diceritakan untuk
mengajarkan kebenaran penting tentang Allah dan hidup dalam Kerajaan Allah. Dalam kitabkitab Injil, Yesus sering memakai perumpamaan ketika berbicara kepada para murid-Nya dan
orang banyak yang datang untuk mendengar-Nya. Perumpamaan dapat sangat pendek,
misalnya 3(tiga) perumpamaan dalam Matius 13:44-48, atau agak panjang dan melibatkan
beberapa tokoh atau gambaran (Luk. 10:30-37; 15:11-32).
Perumpamaan (Yunani: parabole) berarti menyejajarkan hal untuk diperbandingkan.
Biasanya perumpamaan merupakan cerita-cerita pendek yang dikisahkan dalam rangka
pengajaran. Perumpamaan juga dapat berupa kalimat-kalimat pendek yang membandingkan
suatu hal yang dilakukan seseorang dengan sebuah peristiwa alamiah atau yang biasa terjadi.
Sebagai contoh Amsal 6:6-8 membandingkan seekor semut yang mengumpulkan makanan da
merencanakan masa depan nya dengan manusia yang seharusnya saling bekerja sama dan
melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Nabi Yesaya membandingkan bangsa Israel pada

27
zamannya dengan kebun anggur yang tidak menghasilkan anggur yang baik (Yes. 5:1-5)
sehingga pemiliknya tidak mau lagi merawatnya. Menurut Yesaya, Allah tidak akan peduli lagi
pada bangsa Israel jika hidup mereka tidak menghasilkan buah yang baik, yakni melakukan
kebenaran.
Dalam Matius, Markus dan Lukas, Yesus sering menggunakan perumpamaan untuk
menggambarkan Allah dan cara hidup yang semestinya dalam Kerajaan Allah. Beberapa
perumpamaan hanya berbentuk kalimat-kalimat pendek, misalnya tentang orang buta yang
menuntun orang buta (Mat. 15:14), rumah tangga yang terpecah belah (Mat. 12:25),
memberikan mutiara kepada babi (Mat. 7:6), dan mata sebagai pelita tubuh (Mat. 6:22-23).
Lebih dari 40 perumpamaan berbentuk cerita pendek, misalnya Yesus mengumpamakan
datangnya Kerajaan Surga dengan seorang penabur benih (Mat. 13:3-9), dengan harta yang
terpendam (Mat. 13:44), dan dengan lalang di antara gandum. Beberapa perumpamaan yang
berbentuk cerita pendek diberi penjelasan, seperti dalam Matius 13:36-43. Penjelasan ini
dimaksudkan untuk membantu jemaat memahami pesan yang ingin disampaikan Yesus. Lukas
memiliki sejumlah perumpamaan yang cukup terkenal seperti orang Samaria yang murah hati
(Luk. 10:30-37), orang kaya yang bodoh (Luk. 12:16-21), hakim yang tidak benar (Luk. 18:18), anak yang hilang (Luk. 15:11-32).
5. Silsilah
Sejumlah silsilah atau daftar keturunan yang panjang terdapat dalam Alkitab. Silsilah
berisi latar belakang keluarga dari okoh-tokoh penting dalam sejarah Israel dan hubungan
keluarga di antara mereka. Sebuah silsilah penting ditempatkan pada awal Injil Matius, dimana
garis meturunan Yesus dirunut sampai ke raja Daud (Mat. 1:1-17). Penulis Injil Matius hendak
menegaskan bahwa Yesus ialah Mesias keturunan raja Daud yang sudah dinubuatkan oleh para
nabi.
Mengapa daftar nenek moyang dicantumkan dalam Alkitab namun tidak selalu jelas.
Yang jelas bagi orang Israel dan bangsa lain di Timur Dekat kuno, hubungan kekeluargaan itu
penting. Beberapa silsilah lain dan daftar nama terdapat dalam Kejadian 5:1-32, 1 Tawarikh 18, Ezra 8:2-14.

28
DAFTAR - KEPUSTAKAAN
Alkitab Edisi Studi (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011).
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Yayasan Penerbit Kalam Hidup, 1996).
Barr,J, The Bible ini the Modern (N.p, 1973).
Barth, Karl, Church Dogmatics 1,2 (N.p, 1926).
Dodd, C,H, According to the Scriptures (N.p, 1952).
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen (Jakarta: Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia, 1999).
Jones, A,A, dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1999).
Jones, A,A, dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 2 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1999).
Knox, J, Criticism and Faith (N.p, 1953).
Kuyper, A, Encyclopaedia of Sacred Theology (N.p, 1989).
Ryrie, C, Charles, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996).
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1-3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000).
Thiessen, C, Henry, Teologi Sistematika (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2003).
Warfield, B,B, The Inspiration and Authorithy of the Bible (N.p, 1948).

Anda mungkin juga menyukai