Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Radiofarmaka merupakan sediaan farmasi dalam bentuk senyawa kimia yang
mengandung radioisotop yang diberikan pada kegiatan kedokteran nuklir. Sediaan
radiofarmaka pada umumnya terdiri dari 2 komponen yaitu radioisotop dan bahan
pembawa menuju ke organ target. Pancaran radiasi dari radioisotop pada organ target
itulah yang akan dicacah oleh detector (gamma kamera) untuk direkostruksi menjadi
citra ataupun grafik intensitas radiasi.
Syarat senyawa radioaktif untuk tujuan diagnosa adalah 1) murni satu nuklida
saja, 2) murni secara radiokimia, 3) Pemancar sinar-gamma energi tunggal yang
besarnya berkisar antara 100-400 KeV , 4) stabil dalam bentuk senyawa , 5) Waktu
paruh biologis pendek. Beberapa contoh sediaan radiofarmaka antara lain : Brom
Sufatein I-131 (BSP), Hipuran I-131, Radio Iodinated Human Serum Albumin
(RIHSA), Rose Bengal I-131, Tc-99m dalam bentuk senyawa Natrium Perteknetat,
Thalium -201, Galium-68. Beberapa contoh radiofarmaka untuk terapi : I-131, Bi212, Y-90, Cu-67, Pd-109. Radiofarmaka yang banyak dipakai untuk keperluan invitro test adalah I-125.
Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher. Kelenjar ini
memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon
tersebut ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3
atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar
hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) Iodium nonorganik
yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid.
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organorgan di sekitarnya. Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat
menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hal tersebut
memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH
kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang
besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah
besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4
dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat
sekitar 300-500 gram.
B. Perumusan masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelenjar tiroid

Kelenjar Gondok (Tiroid) adalah salah satu yang terbesar dengan berat neonatus 2-3
gram pada anak-anak dan 18-60 gram pada orang dewasa. Kelenjar tyroid yang
terletak tepat dibawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea. Kelenjar tyroid
terdiri dari dua lobus yang berkapsul dan dihubungkan oleh isthimus yang menyilang
trakea sedikit dibawah kartilago krikoid. Setiap lobus mempunyai diameter vertical 23 cm dan tebal 1 cm. Volume kelenjar tyroid dapat diperkirakan dengan USG yaitu
berkisar antara 10-30 ml pada orang normal. Volume tyroid ditemukan lebih besar
pada laki-laki daripada wanita dan meningkat secara bertahap sesuai dengan umur.
Isthimus (jembatan antara dua lobus tiroid) terletak lebih rendah daripada tulang
rawan krikoid. Kelenjar tiroid mengontrol seberapa cepat tubuh menggunakan energi,
membuat protein, dan mengontrol seberapa sensitif tubuh dan khususnya untuk
mengontrol hormon.
Kelenjar gondok berfungsi dalam proses memproduksi hormon tiroid,beberapa
hormon yang di produksi yaitu triiodothyronine (T 3) dan tiroksin (T 4). Hormonhormon ini mengatur laju metabolisme dan mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat
fungsi sistem lain di dalam tubuh. T 3 dan T 4 disintesis dari yodium dan tiroksin.
Tiroid juga memproduksi kalsitonin, yang berperan dalam homeostasis kalsium.
Output hormonal dari tiroid diatur oleh thyroid-stimulating hormone (TSH) yang
dihasilkan oleh hipofisis anterior, yang itu sendiri diatur oleh Thyrotropin-releasing
hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. Tiroid berasal dari bahasa Yunani
untuk kata yang berarti perisai,karena bentuk tulang rawan tiroid yang saling
terkait. Masalah yang paling umum dari kelenjar tiroid adalah kelenjar tiroid yang
terlalu aktif, disebut sebagai hipertiroidisme, dan kelenjar tiroid kurang aktif, disebut
sebagai hipotiroidisme.
Kelenjar tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu dan terdiri dari dua kerucut
seperti lobus atau sayap, lobus dexter (lobus kanan) dan lobus seram (lobus kiri), yang
terhubung melalui isthimus. Organ isthimus ini terletak di sisi anterior leher, di bawah
kartilago tiroid (yang membentuk tonjolan pada laring , atau Adam Apple).organ ini

terletak membujur disisi anterior leher,di sekitar laring dan trakea, mencapai posterior
esofagus dan selubung karotis. Dimulai dari cranially pada garis miring kartilago
tiroid (tepat di bawah tonjolan laring, atau jakun ), dan meluas sampai inferior
sekitar lima atau enam cincin trakea. Sulit untuk menentukan batasi atas kelenjar dan
perbatasan bagian bawah dengan tingkat vertebra karena bergerak dalam kaitannya
dengan posisi ini selama menelan. Kelenjar tiroid ditutupi oleh selubung fibrosa, yang
dinamakan capsula glandulae thyroidea, terdiri dari lapisan internal dan eksternal.
Lapisan eksternal anterior terus menerus dengan cervicalis pretrachealis lamina
fasciae dan posteriorolaterally terus-menerus dengan selubung karotis. Kelenjar
anterior ditutupi dengan otot infrahyoid dan lateral dengan otot sternokleidomastoid
juga dikenal sebagai otot m. sternomastoideus. Di sisi posterior, kelenjar adalah tetap
ke krikoid dan tulang rawan trakea dan otot cricopharyngeus oleh penebalan fasia
untuk membentuk ligamentum suspensori posterior Berry.
Kelenjar tiroid untuk trakea yang mendasari adalah Alasan di balik gerakan
dengan menelan. Dalam batas variabel, Piramida Lalouette itu , perpanjangan
piramidal lobus tiroid, hadir di sisi paling anterior lobus. Di wilayah ini, nervus
laringeus rekuren dan arteri tiroid rendah atau dalam ligamen dan tuberkulum. Antara
dua lapisan kapsul dan di sisi posterior dari lobus, ada dua di setiap sisi kelenjar
paratiroid. Isthimus tiroid adalah variabel dalam kehadiran dan ukuran, dan dapat
mencakup piramida cranially memperluas lobus (lobus pyramidalis atau prosesus
pyramidalis), sisa dari duktus tiroglosus.Sel-sel tyroid memiliki 3 fungsi yaitu
mengumpulkan dan memindahkan iodium, membentuk triglobulin dan mengeluarkan
ke dalam koloid, dan mengeluarkan hormon tyroid dan tiroglobulin dan
mensekresikan ke dalam sirkulasi darah.
Tiroid juga disertai dengan darah arteri dari arteri tiroid superior, sebuah
cabang dari arteri karotid eksternal, dan arteri tiroid rendah, cabang dari batang
thyrocervical, dan kadang-kadang oleh arteri tiroid ima, percabangan langsung dari
batang brakiosefalika. Darah vena dikeringkan melalui vena tiroid unggul,
pengeringan di vena jugularis interna, dan melalui vena tiroid rendah, pengeringan
melalui impar thyroideus pleksus di kiri vena brakiosefalika. Drainase limfatik
melewati seringkali menjadi kelenjar getah bening leher lateral yang mendalam dan
kelenjar getah bening dan pra-parathracheal. Kelenjar dipasok oleh parasimpatis
masukan saraf dari N. laringeus superior dan nervus laring rekuren.
B. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian
pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk
metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel
kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun
radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap
radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
Kegunaan radioterapi :

1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik


dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan
dan kemoterapi.
2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi
berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat
mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan
juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering
disebut sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi
bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1. Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker
dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari
lokasi kanker. Banyaknya dosis radiasi yang digunakan dihitung dengan ukuran
grays (Gy). Dosis yang diberikan tergantung jenis dan luas tumor. Beberapa kasus
yang bersifat kuratif, dosis yang diberikan sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan
limfoma diobati dengan dosis 20 to 40 Gy. Untuk terapi adjuvan sekitar 50 60
Gy.
2. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi
melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati
neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati
kanker tiroid.
C. Penggunaan radioaktif iodin pada terapi kanker tiroid
Radioaktif iodin adalah salah satu isotop radioaktif. Jenis isotop radioaktif iodin yang
digunakan dalam bidang kedokteran adalah I-123 dan I-131. Radioaktif iodin ini
berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti iodium pada umumnya sehingga
dapat digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan.
Untuk diagnosa digunakan I-123 sedangkan untuk pengobatan yang bertujuan
untuk menghancurkan kelenjar tiroid adalah I-131. Radioaktif iodin yang tidak berada
di dalam tiroid akan segera dieliminasi dari tubuh melalui kelenjar keringat dan urine.
1. Sebagai Alat Diagnosa
I-123 adalah isotop yang digunakan untuk dapat melihat gambaran kelenjar tiroid.
Cukup dengan menelan I-123 dalam dosis kecil, maka dalam jangka waktu 3-6
jam sudah dapat diambil gambarannya. Kamera yang digunakan serupa dengan Xray atau CT scan. Isotop ini tidak mempunyai efek samping dan tidak berbahaya
bagi pemakainya.

2. Sebagai Alat Terapi Hipertiroid Dan Post Operatif


I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif
atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari
iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam
tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh
darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang
kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan
memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat
merubah kondisi tiroid yang semula overactive menjadi underactive.
I-131 digunakan untuk terapi graves disease, goiter, tiroid nodul, dan
karsinoma tiroid. Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian
dari tiroid dengan komplikasi bedah yang paling minimal, sedangkan I-131
digunakan untuk menghancurkan kelenjar yang masih tersisa. Dalam keadaan ini,
tidak diperkenankan menggunakan hormon pengganti selama beberapa minggu
setelah terapi dengan tujuan menurunkan level hormon tiroid hingga dibawah
normal. Dengan demikian, I-131 dapat bekerja secara maksimal untuk
menghancurkan tiroid yang tersisa. Pengobatan dengan cara ini dapat secara
signifikan menurunkan kemungkinan timbulnya kembali kanker tiroid dan
meningkatkan kemampuan dokter untuk mendeteksi dan mengobati kanker yang
mungkin berulang.
3. Sebagai Terapi Definitif Untuk Karsinoma Tiroid Persisten
Semua penderita kanker harus mendapatkan follow-up yang reguler oleh ahli
endokrinologi. Jika dari hasil follow up diketahui bahwa masih ada kanker tiroid
yang tersisa dan bersifat persisten atau rekuren, maka ahli endokrinologi
diperbolehkan untuk memberikan dosis tambahan I-131. Pasien dengan kanker
tiroid residual atau telah menyebar ke regio belakang leher, dapat melakukan
scanning menggunakan radioaktif.
D. Bentuk sediaan yang digunakan pada terapi kanker tiroid
Radioaktif yodium diberikan oral dalam bentuk pil, kapsul atau cairan, tapi yang
paling banyak digunakan adalah bentuk cairan. Gunanya untuk mengatasi kelenjar
yang hiperaktif. seperti larutan iodium-131 (Na131l) untuk terapi kelainan tiroid.
Contoh sediaan yang digunakan:
1. contoh sediaan radiofarmaka antara lain : Brom Sufatein I-131 (BSP), Hipuran I131, Rose Bengal I-131,
2. contoh radiofarmaka untuk terapi : I-131. Radiofarmaka yang banyak dipakai
untuk keperluan in-vitro test adalah I-125.
E. Dosis yang digunakan pada terapi kanker tiroid
Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid
2.
Dosis sedang , yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid
yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang normal.
3.
Dosis besar, yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker
tiroid.

Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka penderita akan
diminta untuk tinggal di dalam ruang yang terisolasi selama 24 jam untuk
menghindari paparan dengan orang lain.
F. Prosedur pelaksanaan pada terapi kanker tiroid
I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk cairan dan dengan cepat
masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis, masuk ke dalam kelenjar
tiroid dan mulai menghancurkan kelenjar tiroidnya. Efeknya baru akan terlihat dalam
jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan efek maksimal tiga sampai enam bulan
setelah pengobatan.
Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak
berasa dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif
ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid.
Akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Oleh
karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok,
hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Walaupun radioaktivitas ini menetap selama
beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan dikeluarkan melalui
bagian tubuh dalam beberapa hari.
G. Efek samping yang terjadi pada terapi kanker tiroid
Efek samping dari terapi ini pada umumnya adalah :
timbulnya rasa nyeri setelah pengobatan dan pembengkakan kelenjar ludah.
Untuk hal ini, maka penderita boleh diberikan obat simptomatik seperti
aspirin, ibuprofen atau asetaminofen.
keadaan hipotiroid.
Perburukan oftalmopati aktif yang dapat dicegah dengan pemberian
kortikosteroid oral sebelum pemberian iodium radioaktif.
Tiroiditis radiasi yang jarang terjadi, terjadi beberapa hari setelah minum
iodium radioaktif dan dapat diatasi dengan pemberian salisilat.
Gastritis radiasi yang juga jarang terjadi.
Eksaserbasi tirotoksikosis yang diantisipasi dengan pemberian obat anti tiroid
sebelum pemberian iodium radioaktif terutama pada pasien lanjut usia dan
dengan penyakit jantung.
H. Pengawasan yang dilakukan untuk pasien terapi kanker tiroid
Seseorang yang sedang dalam terapi I-131 ini sebenarnya diperbolehkan pulang ke
rumah, dengan catatan tidak boleh melakukan kontak yang terlalu dekat dan lama
dengan orang lain untuk beberapa hari terutama wanita hamil dan anak-anak. I-131
akan keluar dari tubuh selama dua hari pertama pengobatan, terutama melalui urin.
Selain itu juga ada yang diekskresikan dalam kelenjar liur, kelenjar keringat, kelenjar
air mata, sekresi cairan vagina dan feses. Akan lebih baik lagi, bila seseorang yang
sedang menjalani terapi ini beristirahat selama beberapa hari, terutama yang pekerjaan
sehari-harinya kontak dngan anak-anak dan wanita hamil.
Nuclear Regulatory Commission merekomendasikan sebagai berikut:

Gunakan fasilitas toilet pribadi, jika ada, dan cucilah dua kali lebih banyak
setelah menggunakannya.
Mandi setiap hari dan cucilah tangan sesering mungkin.
Minum cairan dalam jumlah yang normal.
Gunakanlah alat makan yang disposabel atau pisahkan dengan alat makan
yang lain saat mencucinya.
Cuci pakaian dan semua yang kontak dengan tubuh tiap hari dan harus dipisah
dari pakaian anggota keluarga yang lain. Tidak diperlukan teknik pencucian
yang khusus.
Jangan menyiapkan makanan kepada orang lain jika mengharuskan penderita
kontak tangan lama dengan makanan tersebut.

Perlu diketahui, bahwa I-131 yang diberikan selama periode kehamilan akan
berakibat rusaknya kelenjar tiroid pada bayi. Yodium radioaktif tidak diberikan
kepada wanita hamil karena bisa melewati sawar plasenta dan bisa merusak kelenjar
tiroid janin atau melalui air susu penderita. Karena itulah kebanyakan para ahli
menunda terapi pada wanita yang sedang dalam masa menyusui. Selain itu, kehamilan
sebisa mungkin ditunda paling tidak enam sampai 12 bulan setelah terapi karena
adanya paparan radiasi pada ovarium.
Terapi ini memerlukan suatu keahlian khusus, karena itulah mereka yang
terlibat langsung dalam bagian pengobatan ini adalah para ahli radiologi yang telah
mendapat pelatihan khusus di bidang kedokteran nuklir, termasuk juga para ahli
endokrinologi, onkologi, ahli bedah dan petugas lapangan.
I. Proteksi pada pasien terapi kanker tiroid
Selain menggunakan alat pelindung diri dan mencegah untuk banyak melakukan
kontak dengan penderita yang sedang menjalani terapi, para ahli dapat menggunakan
kalium iodida. Kalium Iodida (KI) mempunyai bentuk yang sama dengan iodium
yang terdapat dalam garam. KI membanjiri tiroid dengan iodium yang mencegah
absorbsi dari radioaktif iodin dari sumber manapun, termasuk air, makanan, minuman
dan udara. KI termasuk obat yang bebas dijual dipasaran dalam bentuk tablet pil dan
cairan.
Para ahli terapi dapat menggunakan KI ini untuk mengurangi paparan terhadap
radioiodin. KI sebaiknya dikonsumsi 6-12 jam sebelum terjadi paparan terhadap
radioaktif iodin. KI tetap efektif walau digunakan beberapa jam segera setelah terjadi
paparan. Dikonsumsi dengan dosis satu kali sehari, sehari ketika sedang terpapar dan
satu hari lagi sesudahnya. Tetapi penggunaan KI juga dapat mengakibatkan efek
samping seperti terjadinya alergi.
J. Petunjuk bagi pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif.
a. Sebelum pengobatan :
1. Wanita hamil atau menyusui tidak boleh mendapat pengobatan iodium
radioaktif.
2. Hindari makanan laut (ikan laut, udang, kerang, kepiting dan lain-lain) selama
lima hari sebelum dan sesudah pengobatan.

3. Hentikan obat anti tiroid, obat batuk dan vitamin serta obat tradisional (seperti
jamu dan lain-lain) atau obat lain yang mengandung iodiumselama lima hari
sebelum dan sesudah pengobatan.
4. Obat hormon tiroid seperti triiodothyronine harus dihentikan 2 minggu
sedangkan thyroxine 4-6 minggu sebelum pemberian iodium radioaktif.
5. Puasa paling kurang 4 (empat) jam sebelum pengobatan; boleh minum air
putih atau teh.
b. Sesudah pengobatan :
1. Boleh makan 1 (satu) jam sesudah pengobatan iodium radioaktif.
2. Hindari kontak dengan anak-anak di bawah umur 12 tahun dan ibu hamil
selama 3 (tiga) hari.
3. Bagi pasien wanita atau istri dari pasien pria tidak boleh hamil paling kurang 6
(enam) bulan sesudah pengobatan iodium radioaktif. Gunakan kontrasepsi
selama masa tersebut.
4. Gunakan alat makan tersendiri (sendok, garpu, piring, gelas) selama 3 (tiga)
hari sesudah pengobatan.
5. Setelah menggunakan jamban dan kamar mandi, guyur dengan air yang
banyak.
6. Pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif dengan dosis tinggi perlu
dirawat di kamar isolasi selama 11 hari.
K. Penandaan produk
Semua produk harus diidentifikasi secara jelas dengan penanda yang harus
menempel secara permanen pada wadah dalam semua kondisi penyimpanan.
Penanda radiofarmasi harus memenuhi peraturan nasional dan kesepakatan
internasional yang relevan.
Informasi mengenai bets harus tersedia untuk badan pengawas nasionan
dan/atau regional
L. Identifikasi dan persyaratan mutu mengenai bahan penanda radioaktif yang dapat
digunakan untuk menyiapkan radiofarmasi
Petunjuk penyiapan radiofarmasi
Indikasi dan kontraindikasi
Peringatan dan pengamanan
Aspek farmakologi dan farmakokinetik seperti rute eliminasi dan waktu paruh
Dosis radiasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
Guyton, A.C. Dan John E.H., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Patel, P.R, 2007, Lecture Notes Radiologi. Jakarta: Erlangga.
Pearce, E.C, 2008, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mukhlis Akhadi,2000,Dasar-Dasar Proteksi Radiasi,Jakarta,Penerbit PT.Rineka Cipta.
Www.Wikipedia.Com
(Www.RadiologyInfo.org/en/info.cfm?pg=hdneck)
(www.RadiologyInfo.org/en/safety/)

Anda mungkin juga menyukai