Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah salah satu bagian utama yang memiliki peranan penting

bagi kelangsungan hidup setiap individu. Mekanisme yang bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen
bagi tubuh merupakan fungsi sistem ini. Dalam menjalankan peranannya sistem pernapasan disokong
oleh kondisi anatomis dan fisiologis dari masing-masing organ / bagiannya. Pada keadaan tertentu
yang menyebabkan perubahan negatif pada masing-masing bagian, secara otomatis akan
menyebabkan tergangunya fungsi utama yang vital dan menunjang kelangsungan hidup individu
tersebut. Dari berbagai jenis gangguan pada sistem pernapasan tersebut, atelektasis merupakan salah
satu gangguan yang menyerang sistem pernafasan khususnya bagian bawah dan seringkali
mengakibatkan kolaps paru yang berakibat fatal dan mengancam kehidupan.

BAB II
ATELEKTASIS

1. Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis disebut juga Kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan
pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009)
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan
kolaps. (KeperawatanMedikalBedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung udara.
2. Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan bronkus. Penyumbatan juga bisa
terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan
lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh
sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran
darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi
dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan :
a.

Bronkus tersumbat

Penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi
yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat penengkanan
dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
b.

Tekanan ekstrapulmoner

Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat
perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner (tumor mediastinum).
c.

Paralisis atau paresis gerak pernapasan,

Menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomiolitis
dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi kelancangan

pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan
memperberat keadaan atelektasis.
d.

Hambatan gerak pernapasan

Kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan
menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.
Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru, yaitu :
1)

Penyumbatan/obstruksi pada bronkus

Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda asing, cairan sekresi
yang massif) ataupun penyumbatan pada bronkus akibat penekanan dari luar bronkus (tumor di sekitar
bronkus,ataupun pembesaran kelenjar limfe)
2)

Tekanan ekstra pulmoner

Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura, peninggian diafragma,
herniasi organ abdomen ke rongga thoraks,dan tumor intra thoraks tapi ekstra-pulmoner (tumor
mediastinum)
3)

Paralisis atau paresis gerakan pernafasan

Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus
poliomyelitis, dan kelainan neurologil kalinnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi
kelancaran pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan memperberat keadaan atelektasis.
4)

Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma thoraks yang menahan

rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperhebat
terjadinya atelektasis.
5)

Adhesif atelektasis

Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila permukaan luminal
dinding alveoli melekat satu dengan lain. Merupakan komponen penting pada khususnya respiratory
distress syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli paru, namun dapat pula terjadi akibat
pneumoitis akibat radiasi.
6)

Sikatriks atelektasis

Merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut (infiltrasi) di dalam
ruang intraalveolar dan intersisialis (pneumonitis intersisialis), umumnya berhubungan dengan
tuberkulosis paru.
Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps alveolar
terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan jelas.Atelektasis
timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks
timbul karena udara masuk kedalam rongga pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak
dapat dicegah dengan perawatan yang tepat.
3. Patofisiologi

Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara


ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.Udara yang sudah terdapat dalam alveolus
tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus kolaps. Atelektasis
absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.Obstruksi bronkus intrinsik
paling sering disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.Tekanan ekstrinsik pada bronkus
biasanya disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah benih.
Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran
nafas bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya obstruksi.
Mekanisme-mekanisme yang beperan yaitu silia yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan sekret
yang berbahaya ke dalam faring posterior. Mekanisme lain yang bertujuan mencegah atelektasis
adalah ventilasi kolateral. Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan
menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan
(dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas
darah sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi ke
dalam jaringan daripada CO2 yang diekskresikan).
(1) Atelektasis Obstruktif
Berhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi udara di sekitar
alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps dalam beberapa jam. Pada stadium
awal, darah melakukan perfusi paru tanpa udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi sehingga arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke
dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit. Ketika paru paru
kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut
dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.5,6
(2) Atelektasis Non-Obstruktif
Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura
parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan atelektasis pasif. Efusi pleura yang
mengenai lobus bawah lebih sering dibanding dengan pneumothorax yang sering menyebabkan
kolaps pada lobus atas. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan.
Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang mencegah kolaps paru
dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan
biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak
stabil dan kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang
membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps, sedangkan replacement
atelektasis dapat disebabkan oleh tumor sepertibronchialveolar carcinoma.5,6
(3)

Platlike atelektasis (Focal atelectasis)

Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering ditemukan pada penderita
obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan

bagian bawah dengan horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi
regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia, iskemia, hiperoxia,
dan ekspos berbagai toksin.5,6
(4)

Postoperative atelektasis

Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang melakukan anastesi
ataupun bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena disfungsi dari diafragma dan berkurangnya
aktivitas surfaktan. Atelektasis ini biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.
4. Klasifikasi Atelektasis
a.

Atelektasis kompresi
Atelektasis kompresis terjadi sewaktu suatu sumber diluar alveolus menimpakan

gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi apabila dinding dada
tertusuk atau terbuka, karena tekanan di atmosfer lebih besar dari tekanan yang menahan paru
(tekanan pleura ). Atelektasis kompresi juga dapat terfjadi apabila terdapat suatu tekanan yang bekerja
pada paru atau alveolus akibat adanya tumor distensi abdomen, atau edema dan pembengkakan ruang
intertisium yang mengelilingi alveolus.
b.

Atelektasis absorpsi

Atelektasis absorpsi terjadi akibat tidak adanya udara didalam alveolus. Apabila masuknya
udara didalam alveolus dihambat, maka udara yang sedang berada didalam alveolus akhirnya akan
berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps. Hal ini terjadi biasanya akibat penimbunana mukus,
misalnya fiprosis kristik, pneumonia, atau bronkitis kronik, meningkatkan risiko atelektasis absorpsi.
Pembedahan juga merupakan faktor atelektasis absopsi karena efek anastesi yang menyebabkan
tebentuknya mukus serta keengganan membantukkan mukus yang berkumpul setelah pembedahan.
Hal ini terjadi pada pembedahan abdomen atau toraks dimana batuk akan menimbulkan nyeri yang
hebat. Tirah baring berkepanjangan setelah pembedahan meningkatkan resiko terbentuknya atelektasis
absopsi karena berbaring menyebabkan pengumpulan sekresi mukus didaerah dependen paru
sehingga ventilasi diaderah tersebut berkurang. Penimbunana mukus meningkatkan resiko pneumonia
karena mukus dapat berfungsi sebagai lahan berkembangbiakan mikroorganisme.
Atelektasis absopsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menggangu
pembentukan surfactan. Tanpa surfactan teganggan permukaan alveolus dangat tinggi sehingga
kemungkinan kolapsnya laveolus meningkat. Sebagian bayi permature tidak memiliki surfactan
sehingga pada kelompok ini insiden atelektasis tinggi.
Konsentrasi surfactan dalam alveolus dapat berkurang akibat serta pecahnya dinding
alveolus yang terjadi pada sindrom distres pernapasan dewasa. Surfactan juga dapat rusak akibat
terapi oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu 24 jam. Oksigen murni dapat merusak sel sel alveolus
tipe II sehingga sel sel tersebut tidak menghasilkan surfactan. Surfactan adalah suatu pospolifit

yang bekeja seperti suatu deterjen untuk memisahkan molekul-molekul air di alveolus sehinga
melemahkan ikatan diantara molekul-molekul tersebut
Menurut hukum laplace, semakin kecil jari-jari suatu bola maka semakin besar
tekanan yang di berikan untuk mengembangkannya. Namun apabila terdapat surfaktan maka alveolus
kecil memerlukan tekanan yang lebih kecil daripada alveolus yang lebih besar karena surfaktan
terkonsentrasi tinggi sehingga sangat menurunkan tegangan di permukaan alveolus.
5.

Manifestasi Klinis
Menurut Paula Krisanti (2009), tanda dan gejala yang timbul pada penyakit

atelectasis adalah :
a.

Dyspnea berat.

b.

Sianosis.

c.

Nyeri dada.

d.

Takikardi.

e.

Dapat mengeluh napas pendek, sesak dan kelemahan.

f.

Ansietas

g.

Pemeriksaan auskultasi menunjukkan penurunan bunyi napas.

6.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penderita sering tidak menunjukan suatu kelainan pun terutama pada

kasus-kasus yang dini atau yang sudah terinfiltarassi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang
penyakit terletak didalam, aakan sulit menemukan kelinan pada pemeriksaan fisik, karena hantaran
getaran yang lebih dari 4cm dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah abagian apekx(puncak)paru. bila dicurigai
adanya infiltrasi yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas yang
bronchial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi
biloa infiltarsi ini diliputi oleh penebalan pleura suara nafasnya menjadi vesicular melemah. Bila
terdapat kavitas yang cukup besar. Perkusi member suara hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberi suara amforik.
Pada tuberculosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan
retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau
paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih
dari setengah jumlah jaringan paru-paru.meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi
pulmonal)terjadi cor pulmonalgagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda cor

pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti : takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, ringt
atrial gallop, graham-steel murmur, bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena jugularis,yang meningkat,
hepatomegali, asites, dan edema.
Bila tuberculosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura, paru yang sakit terlihat
agak tertinggal didalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara
nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
7.

Pemeriksaan Diagnostik

1)

Pemeriksaan fisik :

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi

suara umforik.
-

Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

2)

Pemeriksaan Radiologi

Gambaran Radiologis Atelektasis


Paru dapat dikatakan mengalami atelektasis bilamana seluruh/ sebagian paru-paru
mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah itu, dengan jantung dan trakhea beranjak
ke jurusan itu dan diafragma terangkat. Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh
penyumbatan bronkhial, mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah
suatu bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati ruangan
yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang opak pada
puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di dekat klavikula yaitu yang
diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang
diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan tetapi pada proyeksi
lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya dekat diafragma; di sebelah
anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin dipisahkan oleh suatu daerah yang
translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah
posterior bayangan itu mempunyai batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura
besar yang terdesak ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas pada
proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada jantung kanan, pada proyeksi
lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang membujur dari hilus ke angulus

sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat,
sedangkan batas belakangnya yang konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan batas
lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari daerah hilus ke diafragma. Oleh karena ia
biasanya terletak di belakang bayangan jantung, ia hanya dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik.
Pada proyeksi lateral bayangan mungkin kabur sekali, akan tetapi biasanya kehadirannya memberikan
tiga gambar; vertebrae torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada
hitam daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma kiri akan
tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang bayangan jantung akan kurang
hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
Gejala-gejala yang karakteristik lainnya adalah konsekuensi daripada bayangan-bayangan
vaskuler menjadi kabur di dalam opasitas umum daripada lobus yang tidak mengandung udara,
sedangkan bayangan pembuluh-pembuluh darah di dalam lobus yang lain adalah lebih memencar oleh
karena ia mengisi suatu volume yang lebih besar. Pembuluh-pembuluh darah hilus pada sebelah yang
terkena penyakit akan menunjukkan suatu konveksitas lateral dan bukan suatu konkafitas seperti
dalam keadaan normal pada tempat dimana grup daripada lobus atas bertemu dengan arteria basalis di
samping itu, hilus akan menjadi lebih kecil daripada di sebelah yang lain, sedangkan pembuluhpembuluh darah paru-paru akan lebih memencar sehingga per unit daerah akan kelihatan lebih sedikit
daripada di sebelah yang lain (normal).

Hanya akan ada sedikit atau sama sekali tidak ada

translusensi yang relatif, oleh karena aliran kapiler bertambah besar, sedangkan pendesakan trakhea
atau peninggian diafragma biasanya sedikit dan jantung beralih hanya sedikit ke jurusan lobus yang
kempis yaitu pada kolaps daripada lobus bawah, atau yang lebih sering sama sekali tidak pada kolaps
daripada lobus atas.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan
diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu enfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang sehat
kearah hemethorak yang atelektasis.

Tanda-tanda radiografik atelektasis meliputi tanda langsung (direct signs) dan tanda tidak
langsung (indirect signs).
Tanda langsung meliputi :
a) bergesernya fisura mayor atau minor ke arah atelektasis,
b) peningkatan densitas pada bagian paru yang mengalami atelektasis.
Tanda-tanda tidak langsung meliputi :
a) pergeseran struktur yang bergerak di dalam mediastinum yaitu : jantung, trakea dan
pembuluh darah besar ke arah atelektasis,
b) elevasi hemidiafragma ke arah atelektasis,
c) penyempitan ruang sela iga (ICS) serta
d) overinflasi pada segmen atau lobus paru yang tidak terlibat.
a. atelektasis subsegmental atau dikenal juga sebagai discoid atelectasis atau platelike atelectasis

b.atelektasis kompresi atau atelektasis pasif

c.atelektasis obstruktif.

Bentuk atelektasis subsegmental biasanya terjadi pada pasien-pasien yang tidak mampu untuk
menarik nafas dalam (spinting) sehingga menimbulkan suatu gambaran densitas linear horizontal pada
basis paru-paru.
Bentuk atelaktasis kompresi atau atelektasis pasif, yang muncul secara pasif ketika paruparu tersebut kolap yang disebabkan karena inspirasi yang sangat kurang (pada basis paru) atau oleh
karena berdekatan dengan suatu efusi pleura atau pneumothoraks yang luas. Ketika abnormalitas yang
mendasarinya

dihilangkan maka paru-paru yang terlibat akan berangsur-angsur kembali

mengembang. Sedangkan bentuk round atelectasis yang juga merupakan bentuk lain atelektasis pasif
terjadi oleh karena paru-paru tidak dapat mengembang kembali, yang dikarenakan muncul bersamaan
dengan efusi pleura (didasari oleh penyakit-penyakit di pleura). Round atelectasis ini dapat
menimbulkan suatu lesi seperti massa (a masslike) yang dapat menyerupai tumor pada foto thoraks.

Gambar : Round atelektasis pada pasien dengan riwayat terpapar asbes.


(A) Foto thoraks tampak en-face pleural plaque pada sisi kanan dengan kalsifikasi pleural plaque
diatas kubah diafragma kanan (kepala panah).Pasien ini dengan massa di infrahiler kanan.
(B) HRCT menggambarkan struktur bronchovascular dengan suatu massa pleura bed. Ini merupakan
penampilan tipical dari round atelektasis.Tampak juga kalsifikasi pleural plaque yang luas.
Bentuk atelektasis obstruktif muncul dibagian distal sampai pada suatu lesi yang menyumbat
cabang-cabang bronchus (bronchial tree) karena adanya reabsorpsi udara dibagian distal ruang udara
atau saluran udara melalui lapisan kapiler pulmoner (capillary pulmonary bed). Bentuk atelektasi ini
akan secara konsisten membentuk pola kolap yang dapat dikenali berdasarkan suatu asumsi bahwa
pleura viseralis dan pleura parietalis tersebut berhubungan atau kontak satu dengan yang lainnya
secara bervariasi atau berbeda pada lobus paru atau dekat dengan hilus.
Aspirasi benda asing dapat menimbulkan atelektasi obstruksi sering muncul pada anak-anak
usia 6 bulan sampai 3 tahun. Diagnosa sering terlambat dan kebanyakan mereka datang dengan
pneumonia, atelektasis atau dengan komplikasi lainnya Ahli radiologi memiliki peran tidak hanya
mengkonfirmasi diagnosa dengan kecurigaan berdasarkan keterangan klinis saja tetapi menyarankan
klinisi untuk melihat lebih lanjut tanda-tanda efek lanjutan serta memberi saran untuk evaluasi ulang
secara radiologis.
Atelektasis memiliki suatu kecenderungan untuk cepat membaik jika munculnya secara akut
dan akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk membaik jika prosesnya adalah kronik.
Atelektasis dan pneumoni dapat juga terjadi bersamaan, khususnya di basis paru.
Pola kolaps secara konsisten tergantung pada lokasi lobus atau segmen atelektasis dan derajat
aliran udara diantara lobus-lobus. Secara umum, kolap lobaris yang menyerupai suatu konfigurasi
seperti kipas dengan basis dari bentukan segitiga kipas tersebut tertanam pada permukaan pleura dan
apex segitiga tersebut tertanam pada hilus. Lobus lain yang tidak ikut terlibat akan mengalami
hiperinflasi kompensasi.

Pola kolaps paru-paru

Kolap lobus paru.


Tampak variasi perpindahan fisura. Warna hitam dan panah merupakan posisi dari kolap. a) Kolap
lobus superior kanan,b) Kolap lobus medius kanan.Tampak obliterasi batas jantung.c) Kolap lobus
inferior kanan.d) Kolap lobus superior kiri.Tampak fisura mayor berpindah ke anterior. e) Kolap lobis
inferior kiri.
Semakin bertambahnya lobus atau segment atelektasis menjadi (semakin kecil volumenya) semakin
tidak jelas terlihat pada foto thoraks. Sehingga sering salah diagnosis terhadap perkembangannya,
yang pada kenyataannya atelektasis tersebut telah memburuk. Solusinya adalah membandingkan
dengan foto sebelumnya yaitu dengan melihat kembali derajat pergeseran fisura interlobaris atau
hemidiafragma atau dengan CT scan thoraks.
Terdapat lima pertanyaan yang harus terjawab ketika suatu opasitas terlihat muncul pada suatu
lobus paru yang kolap pada foto thoraks yaitu :
a) Ke sisi mana mediastinum tersebut bergeser,
b) Ke arah mana deviasi dari fisura mayor dan minor,
c) Struktur-struktur normal apa saja yang mengalami silhouette,
d) Apakah hilus bergeser ke atas atau ke bawah dan
e) Apakah terdapat elevasi diafragma
3)

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau

kerusakan paru karena TB.


4)

Laboratorium :

Darah : leukosit meninggi, LED meningkat

Sputum : pada kultur ditemukan BTA

Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari
berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian
diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di

celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih
opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan
khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus
yang tersumbat.
8.

Penatalaksanaan Medis

Tujuan

pengobatan

adalah

mengeluarkan

dahak

dari

paru-paru

dan

kembali

mengembangkan jaringan paru yang terkena.


Tindakan yang biasa dilakukan :
a.

Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali

bisa mengembang
b.

Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya

c.

Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )

d.

Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak

e.

Postural drainase

f.

Antibiotik diberikan untuk semua infeksi

g.

Pengobatan tumor atau keadaan lainnya

h.

Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau

menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis
akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan
lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1)

Medis

a.

Pemeriksaan bronkoskopi

b.

Pemberian oksigenasi

c.

Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)

d.

Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)\

e.

Pemeriksaan bakteriologis

2)

Keperawatan

a.

Teknik batuk efektif

b.

Pegaturan posisi secara teratur

c.

Melakukan postural drainase dan perkusi dada

d.

Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

9.

Komplikasi

Pada pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali dapat menimbulkan beberapa
penyakit, diantaranya:
a.

Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam
rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk ke
dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang disebabkan oleh
trauma.
b.

Efusi pleura

Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang


terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia
c.

Hypoxemia dan gagal napas

Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan
tidak terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas.
Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia mudah terjadi
pada obstruksi bronkus.
d.

Sepsis

Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan
bila keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah
di paru, namun bila keadaa segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi.
e.

Bronkiektasis

Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan
dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.
10. Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis :
1)

Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk

teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.


2)

Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan

berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.


3)

Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan

pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu
mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke
paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat
menciut.

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Lukas., 2010. Atelektasis. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan
. Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan. www.infopenyakit.com
Rasad Sjahriar., 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta: balai penerbit FKUI p. 132
Mayo., 2010. Dasar-dasar Atelektasis. Mayo Foundation untuk Pendidikan dan Penelitian
Medis.www.mayo.com
Behrman, Richard. Kliegman, robert. 1999. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2. EGC:
Jakarta
Staf pengajar ilmu kesehatan anak. 1985. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. FKUI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai